Anda di halaman 1dari 92

PENGANTAR ILMU HUKUM

DEFINISI HUKUM
Immanuel Kant :
“Noch suchen die Juristen eine definition zu ihrem begriffe von recht”

Prof. Claude du Pasquer :


Dlm bukunya : “Introduction a la theorie generale et a la philosophie du
droit” menyebutkan 17 definisi hukum yg masing-masing menonjolkan segi
tertentu dari hukum

Dr. WLG Lemaire dlm buku “Het Recht in Indonesia”:


“ Karena hukum itu mempunyai segi & bentuk yg sangat banyak, sehingga
tak mungkin tercakup keseluruhan segi & bentuk hukum itu di dalam
sebuah definisi”
LANJUTAN….
Aristoteles
Menurut Aristoteles, hukum yaitu tidak hanya kumpulan aturan yang
dapat mengikat masyarakat saja tetapi juga kepada pemegang hukum.
Imanuel Kant
Menurutnya, hukum adalah keseluruhan peraturan yang dibatasi oleh
hak orang lain. Maka dari itu, setiap orang harus menghargai hak
maupun kewajiban orang lain selama tidak merugikan pihak-pihak
terkait.
S. M. Amin
Hukum yaitu sekumpulan aturan yang terdiri dari norma dan sanksi-
sanksi yang memiliki tujuan untuk menertibkan pergaulan dalam suatu
masyarakat. Sehingga keamanan dan ketertiban masyarakat dapat
terjaga.
LANJUTAN….
Plato
Menurut Plato, hukum merupakan sebuah peraturan yang
teratur dan tersusun dengan baik. Serta dapat mengikat
terhadap masyarakat ataupun pemerintah.
Utrecht
Utrecht berpendapat bahwa hukum adalah himpunan
petunjuk hidup berupa perintah dan larangan yang mengatur
tata tertib masyarakat. Tata tertib tersebut harus dipatuhi
masyarakat. Jika melanggar maka akan menimbulkan
tindakan dari pemerintah.
Prof. Dr. Van Kan
Menurutnya hukum adalah keseluruhan peraturan hidup yang
sifatnya memaksa untuk melindungi kepentingan masyarakat.
LANJUTAN….
Achmad Ali
Hukum merupakan norma yang mengatur yang benar dan
mana yang salah. Pembuatannya dilakukan oleh pemerintah
dalam bentuk tertulis dan tidak tertulis. Memiliki ancaman
hukuman jika melanggar norma tersebut.
E. M. Meyers
Pengertian hukum menurut E. M Meyers adalah aturan-
aturan yang mengandung pertimbangan kesusilaan yang
ditunjukkan untuk bertingkah laku manusia. Selain itu juga
dapat menjadi acuan pedoman bagi pemegang kekuasaan
negara.
E. Utrecht dlm buku “Pengantar Dalam Hukum Indonesia”:
“Sekalipun tidak mungkin mengadakan batasan yg lengkap tentang apa yg
dinamakan HUKUM sesungguhnya batasan tentang hal itu tetap harus ada
sebagai pegangan bagi orang yg sedang mempelajari ilmu hukum”
“Hukum adalah himpunan peraturan2 berisi peintah2 &
larangan2 yg mengurus tata tertib suatu masyarakat dan
karena itu harus ditaati oleh masyarakat itu”

Mochtar Kusumaatmadja:
“Hukum tidak saja meliputi keseluruhan kaidah & norma2 yg mengatur
pergaulan hidup manusia tetapi juga meliputi proses-proses & lembaga2 yg
berupaya mewujudkan kaidah2 tersebut dalam kenyataan”
UNSUR-UNSUR HUKUM :

1. Peraturan ttg tingkah laku manusia dlm pergaulan masyarakat;


2. Dibuat oleh badan resmi yg berwenang;
3. Bersifat memaksa (imperatif);
4. Terdapat sanksi tegas terhadap pelanggaran peraturan.

HUKUM

MEMAKSA MENGATUR
(Dwingen Recht) (Aan Vullend Recht)
Pelanggaran terhadap kaidah HUKUM YG MEMAKSA diancam
dengan SANKSI

Pasal 10 KUHP : SANKSI meliputi:

A. PIDANA POKOK
1. Pidana Mati;
2. Pidana Penjara;
a) Seumur hidup
b) Sementara (max. 20 thn, min. 1 thn) atau selama waktu
ttt.
3. Pidana Kurungan; (min. 1 hari & max. 1 thn)
4. Pidana Denda (sbg pengganti hukuman kurungan)
5. Pidana Tutupan;

B. PIDANA TAMBAHAN
1. Pencabutan hak tertentu;
2. Perampasan (penyitaan) barang-barang tertentu;
3. Pengumuman keputusan hakim (Penetapan pengadilan)
TUJUAN HUKUM:
1. Menjamin adanya kepastian hukum dalam masyarakat;
2. Eigenrichting is verboden, mencegah agar setiap orang tidak menjadi
hakim atas dirinya sendiri.

KEBUTUHAN & KEPENTINGAN MANUSIA :


• Kebutuhan fisiologis ;
• Kebutuhan keamanan, ketertiban, dan ketentraman dari gangguan,
ancaman atau serangan pihak lain;
• Kebutuhan akan kerja sama yg saling menguntungkan (kerja sama untuk
tujuan2 kolektif);
• Kebutuhan akan kehormatan dirinya; penghargaan sbg manusia yg
bermartabat & berkebudayaan;
• Kebutuhan akan eksistensi diri dengan jiwa yg merdeka, yg memiliki daya
logika, etika & estetika atau nalar & kreatifitas guna membudayakan
dirinya.

SYARAT KAIDAH HUKUM YG EFEKTIF :


1. SYARAT FILOSOFIS;
2. SYARAT YURIDIS;
3. SYARAT SOSIOLOGIS.
SUMBER-SUMBER HUKUM
“Segala sesuatu yg menimbulkan aturan-aturan yg mempunyai
kekuatan yg bersifat memaksa, yakni aturan-aturan bila
dilanggar mengakibatkan sanksi yg tegas & nyata”.

SUMBER HKM MATERIAL SUMBER HKM FORMAL


• Ekonomi, Sosial, Sosiologi, 1. Undang-Undang
Filsafat, dll.
2. Kebiasaan
3. Yurisprudensi
4. Traktat
5. Doktrin
SYARAT BERLAKUNYA SUATU UU :
• Diundangkan dalam Lembaran Negara (LN) oleh Menteri / Sekretaris
Negara;
• Tanggal mulai berlakunya UU adalah menurut tanggal yg ditentukan
dalam UU itu sendiri;
• Jika tgl tidak disebutkan, maka untuk Pulau JAWA & MADURA, UU
mulai berlaku 30 hari setelah diundangkan dlm LN, sedangkan untuk
daerah lainnya mulai berlaku 100 hari setelah dilakukan
pengundangan dlm LN.

FICTIE HUKUM
“SETIAP ORANG DIANGGAP TELAH MENGETAHUI ADANYA
SUATU UNDANG-UNDANG’
BERAKHIRNYA KEKUATAN BERLAKU SUATU UU :
• Jangka waktu berlakunya UU tsb sudah lampau;
• Keadaan atau hal yg diatur UU sudah tidak ada lagi;
• UU tsb dengan tegas dicabut oleh badan pembuat (badan berwenang
lainnya yg lbh tinggi kedudukannya);
• Telah diadakan UU yg baru, yg isinya bertentangan dengan UU yg
sebelumnya berlaku.
PENEMUAN HUKUM

PENAFSIRAN PEMBENTUKAN HUKUM


(INTERPERTASI) HUKUM OLEH HAKIM

• Tata bahasa (gramatikal)


cara penafsiran berdasarkan pada bunyi ketentuan UU, dengan berpedoman
pada arti perkataan-perkataan dalam hubungannya satu sama lain dalam
kalimat-kalimat yang dipakai oleh UU

• Otentik
cara penafsiran yang pasti terhadap arti kata-kata itu sebagaimana yang
diberikan oleh pembentuk UU

• Historis (sejarah substansi & sejarah pembentukannya)

• Sistematis / dogmatis
penafsiran dengan cara menilik susunan yang berhubungan dengan bunyi
pasal-pasal lainnya baik dalam UU itu maupun dengan UU yang lain
PENAFSIRAN
(INTERPERTASI) HUKUM

• Restriktif
penafsiran dengan membatasi (mempersempit) arti kata-kata dalam
peraturan itu

• Analogis
memberi tafsiran pada sesuatu peraturan hukum dengan memberi ibarat
(kiyas) pada kata-kata tersebut sesuai dengan asas hukumnya, sehingga
sesuatu peristiwa yang sebenarnya tidak dapat dimasukkan, lalu dianggap
sesuai dengan bunyi peraturan tersebut

• Argumentum a contrario
suatu cara menafsirkan UU yang didasarkan pada perlawanan pengertian
antara soal yang dihadapi dan soal yang diatur dalam suatu pasal UU.
Dengan berdasarkan perlawanan pengertian (pengingkaran) itu ditarik
kesimpulan, bahwa soal yang dihadapi itu tidak diliputi oleh pasal yang
termaksud atau dengan kata lain berada di luar pasal tersebut
PEMBIDANGAN ILMU HUKUM

“Pembukuan jenis-jenis hukum tertentu dalam kitab


KODIFIKASI
undang-undang secara sistematis dan lengkap”

TUJUAN :
• Kepastian hukum;
• penyederhanaan hukum;
• kesatuan hukum

“Pemberlakuan hukum secara nasional secara serentak


UNIFIKASI
pada sebuah negara”
Menurut SUMBERNYA, HUKUM terbagi dalam:
1. Hukum Undang-Undang, hukum yang tercantum dalam peraturan
perundang-undangan;
2. Hukum Kebiasaan (Adat), yaitu hukum yang terdapat dalam peraturan-
peraturan kebiasaan masyarakat (adat);
3. Hukum Traktat, yaitu hukum yang ditetapkan oleh negara-negara di
dalam suatu perjanjian antara negara, baik bilateral maupun multilateral;
4. Hukum Yurisprudensi, yaitu hukum yang terbentuk karena keputusan
hakim.

Menurut BENTUKNYA, HUKUM terbagi dalam:


1. Hkm TERTULIS
a) Hkm Tertulis yg telah dikodifikasikan;
b) Hkm Tertulis yg tidak dikodifikasikan.
2. Hkm TIDAK TERTULIS (Kebiasaan)
Menurut TEMPAT BERLAKUNYA, HUKUM terbagi dalam:
1. Hukum Nasional, hukum yang berlaku dlm sebuah negara;
2. Hukum Internasional, yaitu hukum yang mengatur hubungan antar
hukum dalam dunia internasional;
3. Hukum Asing, yaitu hukum yang berlaku di negara lain;
4. Hukum Gereja, yaitu kumpulan norma yg ditetapkan oleh Gereja untuk
para anggota-anggotanya.

Menurut WAKTU BERLAKUNYA, HUKUM terbagi dalam:


1. Hukum Positif (ius constitutum), hukum yang berlaku saat ini bagi suatu
masyarakat tertentu dalam sebuah daerah (negara) tertentu;
2. Hukum Cita-cita (ius constituendum), yaitu hukum yang diharapkan
berlaku pada waktu yg akan datang;
3. Hukum Asasi, yaitu hukum yang berlaku dimana-mana dalam segala
waktu & untuk semua bangsa di dunia.
Menurut CARA MEMPERTAHANKANNYA, HUKUM terbagi dalam:
Contoh :
1. Hukum Material, yaitu hukum yang hukum yang memuat peraturan-
peraturan yang mengatur kepentingan-kepentingan dan hubungan-
hubungan yang berwujud perintah-perintah dan larangan-larangan;
Contoh : Hukum Pidana, Hukum Perdata, Hukum Dagang, dll.
2. Hukum Formal (Hukum Proses / Hukum Acara), yaitu hukum yang
memuat peraturan-peraturan yang mengatur bagaimana cara-cara
melaksanakan dan mempertahankan hukum material atau peraturan-
peraturan yang mengatur bagaimana cara-caranya mengajukan sesuatu
perkara ke muka pengadilan dan bagaimana cara-caranya hakim memberi
putusan.
Contoh : Hkm Acara Pidana, Hkm Acara Perdata
Menurut SIFATNYA, HUKUM terbagi dalam:
1. Hukum Yang Memaksa, yaitu hukum yang dalam keadaan bagaimana pun
harus dan mempunyai paksaan mutlak ;
2. Hukum Yang Mengatur (Hukum Pelengkap), yaitu hukum yang dapat
dikesampingkan apabila pihak-pihak yang bersangkutan telah membuat
peraturan sendiri dalam suatu perjanjian ;

Menurut ISINYA, HUKUM terbagi dalam:


1. Hukum Privat (Hukum Sipil), yaitu hukum yang mengatur hubungan-
hubungan antara orang yang satu dengan orang yang lain, dengan
menitikberatkan kepada kepentingan perseorangan (individu) ;
Contoh : Hukum Perdata, Hukum Dagang, dll
2. Hukum Publik (Hukum Negara), yaitu hukum yang mengatur hubungan
antara Negara dengan alat-alat perlengkapannya atau hubungan antara
Negara dengan perseorangan (warga negara) ;
Contoh : Hukum Tata Negara, Hukum Administrasi Negara, Hukum
Pidana, Hukum Internasional (Perdata Internasional dan Publik
Internasional)
PERBEDAAN HUKUM PRIVAT DENGAN HUKUM PUBLIK

PERBEDAAN HKM PRIVAT (PERDATA) HKM PUBLIK (PIDANA)


 ISINYA  Mengatur hubungan hukum antar  Mengatur hubungan hukum antara
individu dengan titik berat adanya warga negara dengan negara
kepentingan individu dengan titik berat adanya
kepentingan umum
 PELAKSANAANNYA  Penegakkan hukumnya tergantung  Penegakkan hukum dilakukan oleh
kepada individu negara
 CARA MENAFSIRKAN  Membolehkan untuk mengadakan  Hukum Pidana hanya mengenal
berbagai interpretasi terhadap penafsiran otentik, yaitu dengan
undang-undang Hukum Perdata menafsirkan menurut arti kata
dalam undang-undang Pidana itu
sendiri
 DLM HAL MENGADILI  Hukum acara perdata mengatur  Hukum acara pidana mengatur cara-
cara-cara mengadili perkara- cara mengadili perkara pidana di
perkara di muka pengadilan muka pengadilan pidana oleh hakim-
perdata oleh hakim-hakim perdata hakim pidana
 PELAKSANAAN HKM  Pada acara perdata inisiatif datang  Pada acara pidana inisiatif datang
ACARA dari pihak yang berkepentingan dari penuntut umum (jaksa)
yang dirugi-kan
 PENUNTUTAN  Pada acara perdata, yang  Dalam acara pidana, jaksa menjadi
menuntut si tergugat adalah pihak penuntut terhadap si terdakwa.
yang dirugikan. Penggugat Jaksa mewakili negara berhadapan
berhadapan dengan tergugat dengan si terdakwa
PERBEDAAN HKM PRIVAT (PERDATA) HKM PUBLIK (PIDANA)
 ALAT BUKTI  Pada acara perdata sumpah  Pada acara pidana hanya dikenal 4
merupakan alat pembuktian alat bukti (kecuali sumpah)
(terdapat 5 alat bukti, yaitu:
tulisan, saksi, persangkaan,
pengakuan dan sumpah)
 DLM HAL PENARIKAN  Pada acara perdata, sebelum ada  Pada acara pidana, tidak dapat
KEMBALI PERKARA putusan hakim, pihak-pihak yang ditarik kembali kecuali untuk delik
bersangkutan boleh menarik tertentu (delik aduan)
kembali perkaranya
 KEDUDUKAN PARA  Pada acara perdata, para pihak  Pada acara pidana, jaksa memiliki
PIHAK mempunyai kedudukan yang kedudukan lebih tinggi dari
sama, hakim hanya bertindak terdakwa, hakim pun bersifat aktif
sebagai wasit dan bersifat pasif
(menunggu)
 DASAR KEPUTUSAN  Pada acara perdata, putusan  Pada acara pidana, putusan hakim
HAKIM hakim itu cukup mendasarkan diri harus mencari kebenaran materiil
pada kebenaran formal saja (akta (menurut keyakinan, perasaan
tertulis, dll.) keadilan hakim sendiri)
 JENIS SANKSI  Pada acara perdata, tergugat  Pada acara pidana, terdakwa yang
yang terbukti kesalahannya di terbukti kesalahannya dapat di
hukum denda atau hukuman pidana mati, penjara, kurungan
kurungan sebagai pengganti atau denda, dan mungkin ditambah
denda dengan pidana tamabahan seperti:
dicabut hak-hak tertentu, dll.
 PEMERIKSAAN TINGK  Bandingan perkara perdata dari  Bandingan perkara pidana disebut
BANDING PN ke PT disebut Appel dengan Revisi
SUBYEK HUKUM
“Pihak yang menanggung (mempunyai) HAK & KEWAJIBAN”

1. Manusia (natuurlijke persoon);


2. Badan Hukum (rechts persoon);

Secara HISTORIS, dapat dipahami bila Buku I tentang Orang (van


Persoon) KUH Perdata tidak mengenal suyek hukum SELAIN
manusia.

TEORI-2 TTG BADAN HUKUM:


• Teori FIKSI (C.V. Savigny, “System des heutigen romischen Rechst”) :
Pada dasarnya hanya manusia adalah orang, juga bagi hukum. Badan hukum itu
sebenarnya adlh sekedar bayangan (gambaran) saja, yg tidak nyata berwujud. Ia
hanya dianggap ada & diperlakukan sama dengan orang. Keberadaan Badan Hukum
tergantung pengakuan dari penguasa (pemerintah).
TEORI-2 TTG BADAN HUKUM:

• Teori KEKAYAAN BERTUJUAN (BRINZ dlm “Lehrbuck der Pandecten” & R.H. SICCAMA,
“de Geestelijke en kerkelijke goederen onder het canonieke, het gereformeerde en het
neutrale recht”) :
Badan Hukum terdiri dari sesuatu kekayaan yg dipisahkan & diberi tujuan-tujuan tertentu.

• Teori ORGAN (von GIERKE “das Deutsche Genossenschaftrecht”):


Bdn Hukum adalah sesuatu badan yang nyata & mempunyai kehendak sendiri. Ia
mempunyai kepribadian sendiri

• Teori KEKAYAAN BERSAMA (Planiol “Traite elementarie de droit civil” & Molengraaff
“Leidraad b/d beofening van het Ned. Handelsrecht”) :
Pada Bdn Hukum terdapat suatu kekayaan dari beberapa orang (manusia) bersama-sama. Ia
adlh suatu kesatuan yg berdiri sendiri, mempunyai nama sendiri dan dlm hubungan itu ia
merupakan pendukung hak.

• Teori LEON DUGUIT dlm “Traite de droit constitutionnel” :


Tidak dikenal adanya Bdn Hukum, yg ada hanyalah fungsi-fungsi sosial yg harus
dilaksanakan & subyek hukum itu adlh hanya manusia saja.

• Teori EGGENS, yg menyatakan: Bdn Hukum adlh suatu “hulpfiguur”, karenanya


keberadaannya dibutuhkan & dibolehkan oleh hukum, demi ntuk menjalankan hak-hak dgn
sewajarnya (behoorlijke).
Terbentuknya BADAN HUKUM dapat dilihat melalui 2 cara, yaitu:
1. Dikarenakan UU / Hukum dgn tegas menyatakan suatu badan adlh
badan hukum, seperti : PERTAMINA (UU No. 8 thn 1971), Koperasi (UU
No. 25 th 1992), Perseroan Terbatas (UU No. 1thn 1995), dll.
2. Dengan melihat karakteristik yg diberikan oleh ketentuan UU atas suatu
badan. Karakteristik tsb adalah:
• adanya pemisahan harta kekayaan yg tegas antara harta kekayaan

badan (perusahaan) dengan harta kekayaan pribadi pemiliknya


(pengurusnya);
• Memiliki tujuan tertentu yaitu kepentingan bersama yg bersifat stabil;
• Adanya organisasi yg teratur, semisal dalam PT dengan adanya
organ-organ PT.
Beberapa golongan ORANG yg dikecualikan oleh HUKUM sbg pihak “TIDAK
CAKAP” atau “KURANG CAKAP” (Handelings-onbekwaamheid atau
onbevoegheid), yaitu:
1. Orang yg masih di bawah umur (belum dewasa); Pasal 1330 KUH Pdt jo.
Psl. 47 UU No. 1 th 1974 bis. UU No. 13 th 2003.
2. Orang-2 yg berada di bawah pengampuan / perwalian (curatele); Pasal
1330 KUH Pdt jo. Pasal 433 KUH Pdt
3. Orang-2 yg dilarang UU untuk melakukan perbuatan-perbuatan hukum
tertentu.
Mnrt Psl 1330 KUH Pdt, termasuk pula dlm golongan ini adlh orang-2
perempuan dalam pernikahan. Berdasarkan SE MA No. 3 thn 1963 yg
dikeluarkan pd tanggal 5 September 1963, perempuan-2 dlm pernikahan
adlh juga pihak dengan status “BEKWAAMHEID & BEVOEGHEID”.
OBYEK HUKUM
“segala sesuatu yang berguna bagi subyek hukum dan yang dapat
menjadi obyek sesuatu perhubungan hukum ”.

Pasal 503 KUH Perdata, pengertian BENDA dibagi dalam:


1. benda yang berwujud, yaitu segala sesuatu yang dapat diraba oleh panca
indera, seperti: rumah, buku, dll
2. benda yang tak berwujud (benda immaterial), yaitu segala macam hak,
seperti: hak cipta, hak merk perdagangan, dll.

Selain itu, menurut pasal 504 KUH Perdata, BENDA dapat juga dibagi dalam:
1. benda yang tak bergerak (benda tetap), semisal : tanah, bangunan, dll.
2. benda yang bergerak, semisal : cek, wesel, motor, dll.
PERBUATAN HUKUM
“Segala perbuatan manusia yg secara sengaja dilakukan oleh
seseorang untuk menimbulkan hak & kewajiban”.

Suatu perbuatan merupakan perbuatan hukum jika perbuatan itu oleh


hukum diberi akibat (mempunyai IMPLIKASI HUKUM) dan akibat
itu dikehendaki oleh yang bertindak.
Apabila akibat sesuatu perbuatan tidak dikehendaki oleh yang
melakukannya atau salah satu dari yang melakukannya, maka
perbuatan itu bukanlah suatu perbuatan hukum.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa adanya kehendak dari yang
melakukan perbuatan itu menjadi unsur pokok dari perbuatan hukum.
Perbuatan Hukum terdiri dari :

1. Perbuatan hukum sepihak (Perbuatan Hukum Bersegi Satu), yaitu


perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu pihak saja dan
menimbulkan hak dan kewajiban pada satu pihak pula, semisal:
pembuatan surat wasiat, pemberian hadiah (hibah);

2. Perbuatan hukum dua pihak (Perbuatan Hukum Bersegi Dua), yaitu


perbuatan hukum yang dilakukan oleh dua pihak dan menimbulkan
hak-hak dan kewajiban-kewajiban bagi kedua belah pihak (timbal
balik / tegen-prestatie), semisal : membuat persetujuan jual-beli,
sewa menyewa, dll.
PERISTIWA HUKUM (FAKTA HUKUM)
“segala peristiwa yang terjadi dalam masyarakat yang
memiliki implikasi /akibat hukum (rechtsfeit) ”.

FAKTA HUKUM

AKIBAT PERBUATAN AKIBAT PERISTIWA LAIN YG BUKAN


SUBYEK HUKUM PERBUATAN SUBYEK HUKUM

PERBUATAN HUKUM BUKAN PERBUATAN HUKUM


Perbuatan Yg Bertentangan Dengan Hukum (onrecht matige daad)
Akibat suatu perbuatan yang bertentangan dengan hukum meskipun akibat itu
memang tidak dikehendaki oleh yang melakukan perbuatan tersebut, menurut
hukum (pasal 1365 KUH Perdata) menimbulkan suatu perikatan untuk mengganti
kerugian yang diderita oleh pihak yang dirugikan.

Pasal 1365 KUH Perdata menegaskan:


“tiap perbuatan yang bertentangan dengan hukum (melanggar hukum), yang
merugikan orang lain, mewajibkan pihak yang melakukan itu mengganti
kerugian yang diderita oleh pihak yang dirugikan”.

Dalam sejarah hukum, “onrechtmatige daad” telah diperluas pengertiannya


menjadi :
“membuat sesuatu atau tidak membuat sesuatu (melalaikan sesuatu) yang:
• melanggar hak orang lain;
• bertentangan dengan kewajiban hukum dari pihak yang melakukan
perbuatan itu;
• bertentangan dengan kesusilaan, maupun asas-asas pergaulan
kemasyarakatan mengenai kehormatan orang lain atau barang orang lain”.
Sepihak/bersegi satu

Perbuatan Hukum
Perjanjian
Ganda /
Bersegi banyak
Lainnya
Perbuatan Subyek
Hukum

Sukarela Psl.
1354-1359
Perbuatan Subyek
Peristiwa Hukum Lainnya Melawan Hukum Psl. 1365
Hukum

Peristiwa Bukan Perbuatan Kejadian


Subyek Hukum Keadaan Lampaunya
Waktu
Bukan Peristiwa Hukum dengan
Akibat Hukum
PERJANJIAN ATAU
CONTRACT
LEGAL ASPECT OF CONTRACT (ASPEK
HUKUM KONTRAK)

1.Pengertian Perjanjian
2.Subyek & Obyek Perjanjian
3.Asas-Asas Perjanjian
4.Syarat-syarat Perjanjian yang Sah
5.Akibat Perjanjian
6.Berakhirnya Perjanjian
1. Pengertian Perjanjian
Dasar-dasar pengaturan hukum perjanjian
terdapat dalam buku III KUHPdt. Menurut
buku tersebut, perjanjian merupakan salah
satu sumber hukum perikatan.
Adapun pengertian perikatan adalah sebagai
berikut :
Pitlo
Perikatan adalah suatu hubungan hukum yang
bersifat harta kekayaan antara dua orang
atau lebih, atas dasar mana pihak yang satu
berhak (kreditur) dan pihak lain
berkewajiban (debitur) atas suatu prestasi.
Ilmu Pengetahuan Hukum
Perikatan adalah hubungan hukum kekayaan antara
dua orang atau lebih yang memberi hak kepada
pihak yang satu untuk menuntut sesuatu dari pihak
yang lain dan ia diwajibkan untuk memenuhi
tuntutan itu.

Seperti yang telah disebutkan di atas, perjanjian


merupakan salah satu sumber hukum perikatan
setelah undang-undang. Dengan demikian, akibat
adanya perjanjian akan melahirkan perikatan. Hal
ini dapat kita lihat dari skemanya berikut ini :
SKEMA LAHIRNYA PERIKATAN
Perikatan
(Psl. 1233)

Undang-Undang Perjanjian
(Psl. 1352) (Psl. 1313)

(Psl. 1352)
UU Karena Perbuatan Manusia
(Psl. 1353)
Melulu UU, semisal:
Pekarangan yang
berdam-pingan (Psl. 625)
Kewajiban mendidikan
dan memelihara anak (Psl. 104)
Perbuatan Menurut Hukum, misal:
Perwakilan sukarela (Psl. 1354)
Pembayaran tak terutang (Psl. 1359)
Perbuatan Melawan Hukum
(Psl. 1353)
 
Menurut Pasal 1313 KUHPdt, Perjanjian adalah suatu
perbuatan dimana satu orang atau lebih mengikatkan
dirinya terhadap satu orang atau lebih.

Dengan demikian perjanjian paling tidak dibuat oleh 2


orang atau lebih yang saling mengikat atau melahirkan
akibat hukum yaitu hak dan kewajiban.

Sementara yang dimaksud dengan hukum perjanjian


adalah sebagai berikut :
Lawrence M. Friedman
Hukum perjanjian adalah perangkat hukum yang hanya
mengatur aspek tertentu dari pasar dan mengatur jenis
perjanjian tertentu.
Ensiklopedia Indonesia
Hukum perjanjian adalah rangkaian kaidah-kaidah
hukum yang mengatur berbagai persetujuan dan
ikatan antara warga-warga hukum.

Salim HS
Hukum perjanjian adalah keseluruhan dari kaidah-
kaidah hukum yang mengatur hubungan hukum
antara dua pihak atau lebih berdasarkan kata
sepakat untuk menimbulkan akibat hukum.
Unsur-Unsur Perjanjian
a. adanya kaidah hukum
Kaidah hukum perjanjian dapat dibagi dua macam, yaitu
kaidah tertulis dan tidak tertulis. Kaidah tertulis adalah
kaidah-kaidah hukum yang terdapat dalam peraturan
perundang-undangan, traktat, yurisprudensi. Sedangkan
kaidah tidak tertulis adalah kaidah yang timbul, tumbuh
dan hidup di masyarakat. Contoh: jual beli tahunan yang
berasal dari hukum adat.
b. subyek hukum (rechtsperson)
Diartikan sebagai pendukung hak dan kewajiban. Yang
menjadi subyek hukum dalam hukum perjanjian adalah
kreditur dan debitur. Kreditur adalah orang yang
berpiutang, sedangkan debitur adalah orang yang
berutang.
 
c. adanya kewajiban
Kewajiban dalam hukum perjanjian disebut dengan
prestasi. Prestasi adalah apa yang menjadi hak kreditur
dan kewajiban debitur.

d. kata sepakat
Kata sepakat (konsensus) artinya bahwa persesuaian
pernyataan kehendak antara para pihak.

e. akibat hukum
Setiap perjanjian yang dibuat oleh para pihak akan
menimbulkan akibat hukum. Akibat hukum adalah
timbulnya hak dan kewajiban.
2. SUBYEK PERJANJIAN

Para pihak dalam perikatan adalah kreditur dan


debitur.
Debitur (PEKERJA)
Adalah pihak yang mempunyai kewajiban untuk
memenuhi tuntutan. Atau debitur adalah orang yang
berutang.

Para diri debitur terdapat dua unsur yang melekat,


yaitu SCHULD dan HAFTUNG. Schuld adalah utang
debitur kepada kreditur, sedangkan haftung adalah
harta kekayaan debitur yang dipertanggungjawabkan
sebagai pelunasan utang debitur tersebut.
Azas bahwa kekayaan debitur dipertanggungjawabkan
bagi pelunasan utang-utangnya tercantum dalam Pasal
1131 KUHPdt. Baik undang-undang maupun para pihak
dapat menyimpang dari azas tersebut, yaitu antara lain
dalam hal :
 Schuld tanpa haftung
Dapat kita jumpai pada perikatan alam (naturlijke
verbentenis). Dalam perikatan alam ini, walaupun
debitur memiliki utang/schuld kepada kreditur, tetapi
jika debitur tidak mau memenuhi kewajibannya tidak
dapat menuntut pemenuhannya. Contoh : pada utang
yang timbul karena perjudian.
 Schuld dengan haftung terbatas
Dalam hal ini debitur tidak bertanggung jawab
dengan seluruh harta kekayaannya, akan tetapi
terbatas sampai jumlah tertentu atau batas barang
tertentu.

 Haftung dengan schuld pada orang lain


Apabila pihak ke-3 menyerahkan barangnya untuk
dipergunakan sebagai jaminan oleh debitur kepada
kreditur, maka walaupun dalam hal ini pihak ke-3
tidak mempunyai utang kepada kreditur, akan tetapi
ia bertanggung jawab atas utang debitur dengan
barang yang dipakai sebagai jaminan.
Kreditur (mempunyai hak tagih) MAJIKAN
Adalah pihak yang mempunyai hal untuk menuntut
orang yang berutang/debitur atas prestasi yang harus
dilaksanakannya. Atau orang yang berpiutang.

Pada diri kreditur melekat hak yang dikenal dengan


eksekusi riil atau upaya hukum lainnya seperti ganti rugi,
uang paksa dan pembatalan (pada perjanjian timbal
balik).
3. OBYEK PERIKATAN
Obyek perikatan adalah PRESTASI. Pada debiturlah
kewajiban untuk memenuhi prestasi tersebut.

Menurut pasal 1234 KUH Pdt, prestasi ada 3 bentuk :


1. berbuat sesuatu;
2. tidak berbuat sesuatu;
3. memberikan sesuatu.

Apabila debitur tidak melaksanakan kewajibannya


tersebut bukan karena keadaan memaksa maka debitur
dianggap melakukan ingkar janji/wanprestasi.
Dengan kata lain wanprestasi adalah suatu keadaan
debitur tidak dapat memenuhi prestasinya karena
kelalaiannya.
Ada 3 bentuk wanprestasi, yaitu :
1. tidak memenuhi prestasi sama sekali;
2. terlambat memenuhi prestasi;
3. memenuhi prestasi secara tidak baik.

Oleh karena wanprestasi membawa akibat yang


merugikan baik bagi debitur, karena sejak saat tersebut
berkewajiban mengganti kerugian, dan bagi kreditur maka
dalam hal ini kreditur dapat menuntut :
1. pemenuhan perikatan;
2. pemenuhan perikatan dengan ganti rugi;
3. ganti rugi;
4. pembatalan perjanjian timbal balik;
5. pembatalan dengan ganti rugi.
Pada azasnya harus dibuktikan bahwa kreditur telah
menderita kerugian dan berapa besarnya kerugian
tersebut.

Menurut pasal 1246 KUHPdt ganti rugi terdiri dari 2


fakta yaitu:
1. kerugian yang benar-benar terjadi;
2. keuntungan yang seharusnya diperoleh.

Kedua faktor tersebut mencakup pengertian ”biaya”


yaitu pengeluaran-pengeluaran nyata, kerugian yaitu
berkurangnya kekayaan kreditur sebagai akibat
wanprestasi, dan ”bunga” yaitu keuntungan yang
seharusnya diperoleh kreditur jika tidak ingkar janji.
Sebelum kreditur menyatakan debiturnya wanprestasi,
kreditur harus melayangkan surat peringatan (somasi)
terhadap debitur yang harus malakukan prestasi
tersebut.

SOMASI (ingebrekestelling) adalah suatu pesan atau


peringatan dari kreditur kepada debitur kapan selambat-
lambatnya harus memenuhi kewajibannya. Berapa kali
kreditur dapat melayangkan somasi kepada debitur,
tidak diatur dalam peraturan perundang-undangan. Hal
ini tergantung dari kesepakatan para pihak, setelah
berapa kali dilayangkan somasi baru kreditur dapat
menetapkan debiturnya wanprestasi.

menyalahkan debitur, karena keadaan tersebut terjadi di


Sedangkan apabila debitur tidak dapat memenuhi
prestasi di luar kekuasaan dirinya hal ini disebut dengan
OVERMACHT/FORCE MAJEUR.

Overmacht adalah suatu keadaan yang terjadi setelah


dibuatnya perjanjian yang menghalangi debitur untuk
memenuhi prestasinya tetapi debitur tidak dapat
dipersalahkan dan tidak harus menanggung kerugian
yang diderita oleh kedua belah pihak karena ia tidak
dapat menduganya pada waktu perjanjian itu dibuat.

Kerugian yang diderita oleh kedua belah pihak dalam


ilmu hukum disebut dengan RESIKO. Kreditur tidak
dapat
Overmacht ada 2 macam :
1. Overmacht absolute
Pada overmacht ini debitur tidak dapat lagi diharapkan
untuk memenuhi prestasinya. Kerugian yang terjadi
dianggap sebagai resiko yang tidak terduga. Contoh :
gempa bumi, kebakaran, tanah longsor, tsunami.

2. Overmacht relatif
Pada overmacht relatif, debitur masih dapat diharapkan
dalam pemenuhan prestasinya, akan tetapi pemenuhan
prestasinya tidak sempurna. Contoh : kebijakan
pemerintah, krisis ekonomi, harga barang-barang yang
tidak stabil dipasaran.
3. AZAS-AZAS PERJANJIAN
1. Azas konsensualisme
Azas ini merujuk pada Pasal 1320 KUHPdt yang
menyatakan syarat sah perjanjian, salah satunya adalah
adanya kesepakatan kedua belah pihak. Azas ini
merupakan azas yang menyatakan bahwa perjanjian pada
umumnya tidak diadakan secara formal, tetapi cukup
dengan adanya kesepakatan kedua belah pihak.
Kesepakatan merupakan persesuaian antara kehendak dan
pernyataan yang dibuat oleh kedua pihak.
2. Azas kebebasan berkontrak (the freedom of contract)
Azas kebebasan berkontrak dapat dianalisis dari ketentuan
Pasal 1338 ayat (1) KUHPdt, yang berbunyi : “Semua
perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-
undang bagi mereka yang membuatnya.”
Azas kebebasan berkontrak adalah suatu azas yang memberikan
kebebasan kepada para pihak untuk :
1. membuat atau tidak membuat perjanjian;
2. mengadakan perjanjian dengan siapa pun;
3.menentukan isi perjanjian, pelaksanaan, dan persyaratannya;
dan
4. menentukan bentuknya perjanjian, yaitu tertulis atau lisan.

3. Azas mengikat sebagai undang-undang (pacta sunt


servanda)
Azas ini disebut juga dengan azas kepastian hukum. Azas ini
merupakan azas bahwa hakim atau pihak ketiga harus
menghormati substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak,
sebagaimana layaknya sebuah undang-undang.
Azas ini dapat disimpulkan dari Pasal 1338 ayat (1) KUHPdt,
perjanjian yang telah dibuat secara sah mengikat kedua belah
pihak seperti mengikatnya sebuah undang-undang.
4. Azas kepribadian (privacy of contract)
Azas kepribadian merupakan azas yang menentukan
bahwa seseorang yang akan melakukan dan atau membuat
kontrak hanya untuk kepentingan perseorangan saja. Hal
ini dapat disimpulkan dari Pasal 1315 KUHPdt dan Pasal
1340 KUHPdt.
5. Azas itikad baik (goede trouw)
Azas itikad baik diatur dalam Pasal 1338 ayat (3) KUHPdt
yang berbunyi: ”Perjanjian harus dilaksanakan dengan
itikad baik”. Azas ini merupakan azas bahwa para pihak,
yaitu pihak kreditur dan debitur harus melaksanakan
substansi kontrak berdasarkan kepercayaan atau keyakinan
yang teguh atau kemauan baik dari para pihak.
Azas itikad baik dibagi menjadi dua macam, yaitu itikad
baik nisbi dan itikad baik mutlak.
4. SYARAT SAH PERJANJIAN
Suatu perjanjian yang dibuat oleh para pihak dapat
dikatan sah apabila memenuhi syarat sah perjanjian
(Pasal 1320 KUHPdt) sebagai berikut:
a) Adanya kesepakatan kedua belah pihak
Kesepakatan adalah persesuaian pernyataan kehendak
antara para pihak. Dalam hal ini berarti untuk mencapai
persesuaian kehendak tidak boleh ada unsur penipuan,
paksaan, dan kekhilafan.
b) Kecakapan kedua belah pihak (Subyek Hukum)
Kecakapan adalah kecakapan atau kemampuan untuk
melakukan perbuatan hukum. Orang-orang yang akan
mengadakan perjanjian haruslah orang-orang yang
cakap dan mempunyai wewenang (bevoeg dan
bekwaam) untuk melakukan perbuatan hukum.  
Orang yang cakap dan berwenang untuk melakukan perbuatan
hukum adalah orang yang sehat akal fikiran dan dewasa. Ukuran
kedewasaan adalah berusia 21 tahun dan/atau sudah kawin.
Orang yang tidak berwenang untuk melakukan perbuatan hukum
(Pasal 1330 KUHPdt) masa Prancis oleh Napoleon yang
dikodifikasi:
1. anak di bawah umur;
2. orang yang ditaruh di bawah pengampuan (orang yang sering
lupa ingatan, sakit ingatan dan kehilangan ingatan;
3. istri - istri. (pada masa 1600an (pembentukan KUHPdt)
wanita tidak di anggap cakap hukum, 1963 dihapuskan)
Akan tetapi dalam perkembangannya istri dapat melakukan
perbuatan hukum, seperti yang diatur dalam Pasal 31 UU No.
1/1974 jo. SEMA No. 3/1963.
Perjajian kerja, jika pekerja berumus 18th ke atas itu sah
dan sah jika sudah menikah.
c) Adanya obyek
Bahwa suatu perjanjian harus ditentukan apa
yang diperjanjikan atau obyek perjanjian harus
jelas. Contoh objeknya harus memiliki pekerjaan
yang jelas.
d) Adanya causa yang halal
Perjanjian yang dibuat tidak boleh bertentangan
dengan undang-undang, ketertiban umum, dan
kesusilaan.
Apabila suatu perjanjian tidak memenuhi salah satu
syarat 1 atau 2, maka perjanjian tersebut ”dapat
dibatalkan”. Sedangkan apabila salah satu syarat 3 atau
4 tidak terpenuhi, maka perjanjian ”batal demi hukum”.

Pengertian ”dapat dibatalkan” adalah bahwa perjanjian


tersebut walaupun telah berlangsung dapat diputuskan
ditengah-tengah melalui putusan pengadilan.

Sedangkan pengertian ”batal demi hukum” adalah bahwa


menurut hukum, perjanjian yang dibuat para pihak
dianggap tidak ada sejak perjanjian disepakati.
Selain syarat sah di atas, suatu perjanjian juga harus
mengandung 3 unsur penting, yaitu :
1. Essentialia
Yaitu bagian yang mutlak harus ada dalam perjanjian. Jika
bagian ini tidak ada maka suatu perjanjian tidak mungkin
ada. Contoh : harga dan barang dalam perjanjian jual beli.
2. Naturalia
Yaitu bagian yang oleh undang-undang ditentukan sebagai
sesuatu yang bersifat mengatur. Contoh : memberikan
kenikmatan suatu barang dalam perjanjian jual beli.
3. Accidentalia
Yaitu bagian-bagian dari perjanjian yang oleh para pihak
ditambahkan dalam perjanjian. Contoh : cara pembayaran
(kredit atau tunai) dalam perjanjian jual beli.
5. AKIBAT PERJANJIAN
Dengan dibuatnya suatu perjanjian, maka dapat
berakibat bagi pihak-pihak yang membuatnya
maupun pihak ketiga. Hal ini diatur lebih lanjut
dalam pasal-pasal berikut ini :
a. Pasal 1338
Bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah
berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang
membuatnya.
Bahwa suatu perjanjian tidak dapat ditarik kembali
kecuali atas sepakat kedua belah pihak atau karena
alasan yang dibenarkan oleh undang-undang.
Bahwa perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad
baik.
b. Pasal 1339
Bahwa suatu perjanjian tidak hanya mengikat
untuk hal-hal yang dengan tegas diatur dalam
perjanjian, tetapi juga untuk hal-hal yang menurut
sifat perjanjian, diharuskan oleh kepatutan,
kebiasaan atau undang-undang.
c. Pasal 1340
Bahwa perjanjian hanya berlaku diantara pihak-
pihak yang membuatnya.
Bahwa suatu perjanjian tidak boleh membuat
rugi pihak ketiga serta pihak ketiga pun tidak
dapat mengambil keuntungan/manfaat dari
perjanjian tersebut.
d. Pasal 1341
Bahwa kreditur boleh mengajukan batalnya
segala perbuatan yang tidak diwajibkan dalam
perjanjian yang dilakukan oleh debitur, yang
dianggap dapat merugikan kreditur dengan
cukup bukti-bukti, hal ini disebut dengan Actio
Pauliana.
6. BERAKHIRNYA PERJANJIAN
Menurut Pasal 18 UU No. 24 tahun 2000 tentang
Perjanjian Internasional, berakhirnya perjanjian dalam
dunia internasional dikenal 8 cara (ada 8 cara berakhirnya
perjanjian internasional), yaitu :
1)terdapat kesepakatan para pihak melalui prosedur yang
ditetapkan dalam perjanjian;
2)tujuan perjanjian telah tercapai;
3)terdapat perubahan mendasar yang mempengaruhi
pelaksanaan perjanjian;
4)salah satu pihak tidak melaksanakan atau melanggar
ketentuan perjanjian;
5)dibuat suatu perjanjian baru yang menggantikan
perjanjian lama;
6)muncul norma-norma baru dalam hukum internasional;
7)obyek perjanjian hilang;
8)terdapat hal-hal yang merugikan kepentingan nasional.
Sedangkan menurut Pasal 1381 KUHPdt, suatu
perikatan dapat berakhir dengan cara-cara seperti
berikut ini :
1.Pembayaran; pelunasan utang oleh debitur kepada
kreditur.
2.Penawaran pembayaran diikuti dengan penyimpanan
atau penitipan; Jika kreditur menolak pembayaran,
maka debitur dapat melakukan penawaran pembayaran
tunai dengan menitipkan uang atau barang, sehingga
debitur dapat terbebas dari utangnya.
3.pembaharuan utang (novasi); Suatu perjanjian antara
debitur dan kreditur, dimana perjanjian lama dan
subyeknya yang ada dihapuskan dan timbul sebuah
obyek dan subyek perjanjian yang baru.
4. Perjumpaan utang (kompensasi); Penghapusan
masing-masing utang dengan jalan saling
memperhitungkan utang yang sudah dapat ditagih
antara kreditur dan debitur.
5. Percampuran utang; Percampuran kedudukan
sebagai orang yang berutang (debitur) dengan
kedudukan sebagai kreditur menjadi satu.
6. Pembebasan utang; Suatu pernyataan sepihak dari
kreditur kepada debitur, bahwa debitur dibebaskan
dari perutangan.
7. Musnahnya barang terutang; Jika barang yang
menjadi obyek perjanjian musnah, maka hapuslah
perjanjian asalkan barang tersebut musnah di luar
salahnya debitur dan sebelum ia lalai
8. Kebatalan atau pembatalan;
Ada 3 penyebab timbulnya pembatalan perjanjian,
yaitu :
a. adanya perjanjian yang dibuat oleh orang-orang
yang belum dewasa dan di bawah pengampuan;
b. tidak mengindahkan bentuk perjanjian yang
disyaratkan dalam undang-undang;
c. adanya cacat kehendak (kekhilafan, paksaan, dan
penipuan).
9. Berlaku syarat batal; Suatu syarat yang bila dipenuhi
akan menghapuskan perjanjian dan membawa segala
sesuatu pada keadaan semula, seolah-olah tidak ada
suatu perjanjian.
10. Daluarsa; berakhirnya suatu perjanjian dengan
TYPES OF INDIVIDUAL &
PUBLIC CONTRACT
Dari peraturan yang termuat dalam KUHPdt maka
berikut ini dapat diklasifikasikan jenis-jenis perjanjian :

A.Perjanjian sepihak dan timbal balik

Perjanjian sepihak yaitu perjanjian yang


menimbulkan kewajiban pada satu pihak saja, contoh :
hibah.

Perjanjian timbal balik yaitu perjanjian yang


menimbulkan kewajiban pokok kepada kedua belah
pihak, contoh : jual beli, sewa menyewa.
B. Perjanjian Cuma-Cuma dan atas beban
Perjanjian Cuma-Cuma yaitu perjanjian yang
menurut hukum hanya salah satu pihak saja yang
mendapatkan keuntungan dari pihak yang lainnya,
contoh : hibah.

Perjanjian atas beban yaitu perjanjian dimana


terdapat prestasi dari pihak yang satu dan kontra
prestasi dari pihak yang lain, contoh : jual beli.

C. Perjanjian formil, riil dan konsensuil


Perjanjian formil yaitu perjanjian dimana kata
sepakatnya harus dibuat dalam bentuk tertentu, contoh
: jual beli tanah.
Perjanjian riil yaitu perjanjian dimana selain
diperlukan kata sepakat juga diperlukan penyerahan
barang, contoh : penitipan barang, pinjam pakai.
Perjanjian konsensuil yaitu perjanjian yang
membutuhkan kata sepakat dari para pihak.

D. Perjanjian bernama, tidak bernama.


Perjanjian bernama yaitu perjanjian yang oleh
undang-undang diatur secara khusus (bab V-XVIII
Buku III KUHpdt) contoh : jual beli, sewa menyewa.
Perjanjian tidak bernama yaitu perjanjian yang tidak
diatur secara khusus di dalam KUHPdt, atau perjanjian
yang timbul, tumbuh, hidup dan berkembang dalam
masyarakat yang belum diatur dalam KUHPdt, contoh:
sewa guna usaha (leasing).
PENYUSUNAN KONTRAK
Bagian-bagian dalam kontrak:
1. Bagian awal kontrak, terdiri dari:
a. Judul kontrak;
b. Komparisi;
c. Konsideran/recitals.
2. Bagian isi/tengah kontrak, terdiri dari:
a. Ketentuan-ketentuan umum;
b. Ketentuan-ketentuan pokok;
c. Ketentuan-ketentuan penunjang/pelengkap;
d. Ketentuan-ketentuan tentang aspek-aspek formal
kontrak.
3. Bagian akhir kontrak/penutup.
BAGIAN AWAL KONTRAK

A.Judul kontrak
Judul kontrak adalah nama yang digunakan oleh para pihak
untuk mengidentifikasikan inti dari transaksi yang syarat-
syaratnya akan diatur di dalam kontrak.

Pasal 1319 KUHPerdata membedakan kontrak yang oleh


undang-undang diberi nama (kontrak bernama) dari
kontrak-kontrak yang tidak diberi nama oleh undang-
undang (kontrak tidak bernama).
Adanya pembedaan tersebut menyebabkan para pihak yang
membuat kontrak perlu berhati-hati, terutama untuk
memasuki “wilayah” kontrak bernama, karena keinginan
para pihak pada akhirnya harus memperhatikan berbagai
ketentuan yang ditetapkan oleh undang-undang. Contoh dari
kontrak bernama antara lain; kontrak jual beli dan kontrak
sewa menyewa. Sementara contoh kontrak tidak bernama
adalah kontrak sewa beli atau kontrak sewa patungan.
B. Komparisi
• Istilah “komparisi” berasal dari bahasa Belanda:
comparitie, dan berarti penghadapan.
• Istilah ini digunakan untuk menandai suatu bagian
pembukaan dari akta-akta notaris, karena merupakan
bagian yang menyebutkan pihak-pihak yang menghadap
notaris.
• Pada prinsipnya, komparisi memuat identifikasi dari para
pihak yang melibatkan dan mengikatkan diri dalam suatu
kontrak, yaitu subyek hukum orang pribadi maupun badan
hukum yang mempunyai kewenangan dan kecakapan
bertindak secara hukum.
CONTOH: (komparisi bagi orang pribadi)

-Tuan [nama lengkap], swasta, beralamat di [Nama Jalan,


Nomor Angka, Nama Kota, Kode Pos], dengan Kartu Tanda
Penduduk [Nomor Lengkap], (selanjutnya disebut
“penjual”).

Dalam bahasa Inggris:

- Mister [Complete Name], private person, residing at [Street


Name, Number, City Name, Post Code], with a passport
[Complete Number], (hereinafter, the “Seller”).
CONTOH: (komparisi bagi seorang penandatangan
kontrak yang mewakili dan bertindak atas nama suatu
perusahaan/badan hukum)

- Tuan [Nama Lengkap], swasta, dalam hal ini bertindak


selaku Direktur dari, dan karena itu untuk dan atas nama PT.
Tambang Pasir Jaya, sebuah perusahaan perseroan terbatas
yang Anggaran Dasarnya terakhir kali dimuat dalam Berita
Acara [Nomor] dan [Tahun], dan berdomisili di [Nama Jalan,
Nomor Angka, Nama Kota, Kode Pos], dengan Kartu Tanda
Penduduk [Nomor Lengkap], dan untuk maksud ini telah
memperoleh persetujuan dari Dewan Komisaris (selanjutnya
disebut “Pembeli”).
Dalam bahasa Inggris:

- Mister [Complete Name], private person, in this matter acting in


his capacity as a Director of, and therefore for and on behalf of
Great Sand Mining Pte. Ltd., a limited liability company
established and existing under the laws of the Republic of
Singapore, having its domicile at [Name of Building, Level
Number, Street Number, Singapore, Post Code],with a passport of
the Republic of Singapore [Complete Number], and for the
purpose hereof has obtained the approval of the Board
(hereinafter, the “Purchase”).
C. Konsiderans
Bagian konsiderans (=Consideration) biasanya memuat
kapasitas para pihak.

Kapasitas para pihak yang dimaksudkan disini adalah minat


para pihak untuk melibatkan diri dalam suatu transaksi,
yang biasanya didasarkan pada kemungkinan akan
diperolehnya manfaat timabl balik. Transaksi yang “sehat’
memang mengindikasikan adanya manfaat timbal balik bagi
para pihak yang terlibat.
Kapasitas para pihak kerap kali dijabarkan
sebagai:
1. Kemampuan modal;

2. Supremasi teknologi;

3. Penguasaan pangsa pasar;

4. Jaringan kerja /network informasi; dan

5. Pengalaman yang andal.


CONTOH: (dalam kontrak jual beli)

Menimbang
Bahwa Penjual adalah pemilik yang sah dari satu set mesin
kompresor Tipe 3 AT buatan Fabriek B.V., Belanda, tahun
1998 (selanjutnya disebut “Kompresor”), dan Penjual
bermaksud menjualnya;
Bahwa _______________________________
Bahwa _______________________________
Maka, karena itu, berdasarkan kesepakatan dan prinsip-
prinsip tersebut, para Pihak dengan ini setuju untuk
membuat Kontrak Jual Beli ini dengan tunduk pada
ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat berikut ini.
Dalam bahasa Inggris:

Witnesseth
Whereas the Seller is the lawful owner of one set compressor
equipment 3AT Type made by Fabriek B.V., the Netherlands,
of 1998 (hereinafter, the “Compressor”) and the Seller wishes
to sell such Compressor;
Whereas _____________________________
Whereas _____________________________
Now, therefore, in consideration of the aforementioned mutual
covenants and premises, the Parties hereto agree to enter into
this Sale and Purchase Contract subject to the following terms
and conditions.
BAGIAN ISI KONTRAK
Bagian ini juga dapat dipahami sebagai rincian lebih dari niat para pihak
yang telah dinyatakan di dalam recital.

Elemen terpenting yang harus dimuat di dalam pasal-pasal kontrak


adalah pasal-pasal yang memuat inti hubungan hukum dan inti
transaksi bisnis yang diadakan para pihak. Ini yang dimaksud dengan
Ketentuan-Ketentuan Pokok Kontrak.

A. Ketentuan-ketentuan Umum
Di dalam Ketentuan Umum dirumuskan definisi-definisi atau pembatasan
pengertian dari istilah-istilah yang dianggap penting dan sering
digunakan dalam kontrak, yang disepakati oleh para pihak. Dengan
adanya kesepakatan semacam ini, maka perselisihan yang timbul
karena perbedaan pengertian atau penafsiran di antara para pihak
dapat diminimalisir.
CONTOH:

1. DEFINISI

1.1. Dalam Kontrak ini, istilah-istilah berikut akan mempunyai


arti sebagai berikut, kecuali jika ditentukan lain: “Proyek”
adalah pendirian serta pengoperasian pabrik oleh
Perusahaan untuk memproduksi sistem control otomotif di
Bandung, sebagaimana diuraikan lebih jauh dalam Rencana
Bisnis.
“Rencana Bisnis” adalah _____________

1.2. Judul-Judul pasal digunakan untuk kenyamanan semata dan


tidak boleh digunakan untuk menafsirkan Kontrak ini.
Dalam bahasa Inggris:
1. DEFINITIONS

1.1. In this Contract the following terms shall have the


following meanings, save if expressly determined
otherwise:”Project” shall mean the establishment and the
subsequent operation by the Company of a plant for the
production of automotive control systems in Bandung as
further described in the Business Plan.
“Business Plan” shall mean ___________

1.2. Heading are inserted for convenience only and shall not be
applied for the interpretation of this Contract.
B. Ketentuan-ketentuan Pokok Lain

Isi, bentuk dan corak dari ketentuan-ketentuan pokok suatu


kontrak akan sangat tergantung dari isi transaksi yang
disepakati para pihak. Substansi dari ketentuan-ketentuan
pokok inilah yang menggambarkan ciri khas suatu kontrak
dan membedakannya dari kontrak yang lain.

CONTOH:

Debitur menyatakan maksud untuk meminjam sejumlah uang dan


Bank menyatakan setuju untuk meminjamkan sejumlah uang
tersebut, sehingga Debitur dan Bank sepakat untuk mengikatkan
diri dalam suatu perjanjian kredit dengan syarat-syarat dan
ketentuan-ketentuan yang diatur lebih alnjut dalam Perjanjian
Kredit ini.
Dalam bahasa Inggris:

The Debtor hereby states its intention to borrow a certain amount


of money and the Bank hereby states its agreement to lend such
amount of money, therefore the Debtor and the Bank agree to bind
themselves by this Loan Agreement subject to the terms and
conditions set forth herein.
Beberapa hal utama yang sebaiknya dimuat di dalam pasal-
pasal tentang Ketentuan Pokok, misalnya tentang:

a.Perincian lebih lanjut tentang hubungan kontraktual para


pihak yang dituangkan dalam pasal-pasal tentang hak dan
kewajiban, serta kewenangan pokok para pihak yang terbit dari
transaksi yang mereka adakan.
b.Dasar-dasar kausalitas dari obyek kontrak, spesifikasi teknis
dari obyek kontrak, penetapan wilayah, dan sebagainya.
c.Pasal-pasal tentang persyaratan mengenai kuantitas barang
dan nilai ekonomis/harga yang disepakati para pihak/terms of
quantity and price.
d. Pasal-pasal tentang persyaratan dan tata cara
pembayaran/terms and method of payment.
e. Pasal-pasal tentang jaminan-jaminan dan tanggung jawab
para pihak terhadap resiko-resiko kerugian yang mungkin
timbul dalam pelaksanaan kontrak.
f. Ketentuan tentang masa berlakunya kontrak dan
persyaratan-persyaratan mengenai pengakhiran,
pembatalan dan atau pemutusan kontrak oleh salah satu
pihak.
g. Hal-hal yang secara langsung berkaitan dengan pelaksanaan
janji-janji para pihak.
C. Ketentuan-ketentuan Penunjang/
Pelengkap

Ketentuan penunjang berisi ketentuan-ketentuan yang


dibutuhkan untuk menjadi pedoman para pihak dalam
operasionalisasi/pelaksanaan hak dan kewajiban para pihak
yang telah ditetapkan di dalam pokok transaksi. Artinya,
tanpa ketentuan-ketentuan penunjang kontrak tidak dapat
dilaksanakan secara efektif oleh para pihak.
D. Ketentuan-ketentuan Tentang
Aspek Penyusunan Kontrak.
 Unsur formalitas kontrak pada dasarnya
memuat pasal-pasal tentang hal-hal tertentu
yang harus diperhitungkan oleh para pihak
agar kontrak yang dibuat menjadi sah dan
dapat dilaksanakan secara yuridis.
Ketentuan-ketentuan tersebut, misalnya:

- Pasal-pasal yang memuat hal-hal yang berkaitan


dengan, dan pihak-pihak yang bertanggung jawab atas
proses pendaftaran atau perolehan perizinan khusus
(yang diterbitkan oleh badan publik).

- Pasal yang memuat alamat-alamat dan format


korespondensi yang akan digunakan para pihak secara
resmi dalam pelaksanaan kontrak.
BAGIAN AKHIR KONTRAK
Bagian ini mengakhiri batang tubuh kontrak dengan identitas
pihak-pihak dalam transaksi serta hal-hal lain yang dianggap
perlu dimuat untuk memberikan keabsahan yuridis pada
kontrak yang bersangkutan.

Pada bagian akhir dari kontrak umumnya dimuat pelbagai


informasi penutup, seperti misalnya:
•Tanggal dan tempat penandatanganan kontrak oleh para

pihak (bila ini belum disebutkan pada bagian pembukaan)


Kolom-kolom untuk tandatangan para pihak atau wakil-
wakil resmi dari para pihak.
• Tanda pengenal/cap/seal dari pihak-pihak
(khusus bila para pihak adalah badan-
badan hukum).
• Materai yang ditempel dan dibubuhi
tanggal pada saat kontrak ditandatangani.
Kewajiban ini tidak perlu dilakukan
apabila kontrak dibuat di atas kertas segel
yang sah.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai