Anda di halaman 1dari 13

Teori dan

Model
Keperawata
n Jiwa
Kelompok 2

1. Monika Diara Putri (1911311014)


2. Apriannur (1911311017)
3. Herma Desmillenia Bintari Lijang
(1911311020)
4. Westy Ayuningtyas (1911311023)
5. Fajar Audio (1911313028)
6. Aida Adila (1911313031)
Model
Konseptual
Model konseptual mengacu pada ide-ide global mengenai individu,
kelompok, situasi atau kejadian tertentu yang berkaitan dengan disiplin yang
spesifik. Teori-teori yang terbentuk dari penggabungan konsep dan pernyataan
yang berfokus lebih khusus pada suatu kejadian dan fenomena dari suatu
disiplin (Potter and Perry, 2009).

Salah satu model konseptual keperawatan yang dapat diaplikasikan oleh


perawat adalah model sistem Betty Neuman yang memberikan warisan baru
tentang cara pandang terhadap manusia sebagai makhluk holistik (memandang
manusia secara keseluruhan) meliputi aspek (variabel) fisiologis, psikologis,
sosiokultural,perkembangan dan spiritual yang berhubungan secara dinamis
seiring dengan adanya respon-respon sistem terhadap stressor baik dari
lingkungan internal maupun eksternal (Potter and Perry, 2009).
Model-
Model
Praktek
Model-model Praktek 1.Model
Keperawatan Jiwa Psikoanalisa
Merupakan model yang pertama yang dikemukakan oleh Sigmun
Freud yang meyakini bahwa penyimpangan perilaku pada usia
dewasa berhubungan pada perkembangan pada anak. Setiap fase
perkembangan mempunyai tugas perkembangan yang harus di capai.
Gejala yang nampak merupakan simbul dari konflik.

Proses Terapinya Memakan waktu yang lama dan Menggunakan


tehnik asosiasi bebas dan analisa mimpi” menginterpretasikan
perilaku, mengguakan transferens untuk memperbaiki masa lalu
,mengidentifikasi area masalah.

Peran Pasien yaitu mengungkapkan semua pikiran dan mimpi dan


peran Terapis mengupayakan perkembangan transferens
menginterpretasikan pikiran dan mimpi pasien dalam kaitannya
dengan konflik.
Model-model Praktek
Keperawatan Jiwa 2.Model Interpersonal
Model ini diperkenalkan oleh Hary Stack Sullivan. Sebagai tambahan Peplau
mengembangkan teori interpersonal keperawatan. Teori ini menyakini bahwa perilaku
berkembang dari hubungan interpersonal. Menurut Sulivan indivdu memadang orang
lain sesuai dengan apa yang ada pada dirinya , maksudnya kemampuan dalam
memahami diri sendiri dan orang lain yang menggunakan dasar hubungan antar
manusia yang mencakup proses intrepersonal perawat klien dan masalh kecemasan
yang terjadi akibat sakit. Dalam proses interpersonal perawat klien memiliki 4 tahap
yaitu orientasi, identifikasi, eksplorasi dan resolusi.

Proses terapinya meliputi Mengeksplorasi proses perkembangan, mengoreksi


pengalaman interpersonal, reduksi, mengembangkan hubungan saling percaya.

pasien berperan untuk menceritakan ansietas dan perasaan. sedangkan peran terapis
yaitu menjalin hubungan akrab dengan pasien dengan menggunakan empati dan
menggunakan hubungan sebagai suatu pengalaman interpersonal korektif.
Model-model
Praktek
Keperawatan 3. Model Sosial
Jiwa
Teori mengemukakan bahwa penyimpangan perilaku terjadi jika individu putus
hubungan dengan dirinya dan lingkungannya. Individu merasa putus asa
,sedih,sepi,kurang kesadaran diri yang mnecegah partisipasi dan penghargaan
pada hubungan dengan orang lain. Klien sudah kehilangan/tidak mungkin
menemukan nilai-nilai yang memberi arti pada eksistensinya.

Proses terapi yang digunakan pada model ini ada 3 yaitu Rational emotive
therapy, Terapi logo, dan Terapi realitas

pada metode ini pasien berperan sebagai yang bertanggung jawab terhadap
perilakunya dan berperan serta dalam suatu pengalaman berarti untuk
mempelajari tentang dirinya yang sebenarnya sedangkan Terapis berperan
untuk Membantu pasien untuk mengenali diri, Mengklarifikasi realita dari
suatu situasi, Mengenali pasien tentangperasaan tulus, dan Memperluas
kesadaran diri pasien.
Prevensi Primer,
Sekunder Dan Tersier
Prevensi
Primer
Usaha yang lebih progresif lagi dalam usaha pencegahan kesehatan mental
adalah dengan mencegah terjadinya suatu gangguan dalam masyarakat. Jadi
kesehatan mental masyarakat diproteksi sehingga tidak terjadi suatu
gangguan. Hal demikian ini akan lebih baik jika dibandingkan dengan
melakukan penanganan setelah terjadi. Tujuan prevennsi primer ada dua
macam yaitu Mengurangi resiko terjadinya gangguan mental dan Menunda
atau menghindari munculnya gangguan mental.

Terdapat dua cara yang digunakan untuk melakukan program prevensi ini,
yaitu memodifikasi lingkungan dan memperkuat kapasitas individu atau
masyarakat dalam menangani situasi.
Prevensi
Sekunder
Gangguan mental yang dialami masyarakat sedapat mungkin secepatnya
dicegah, dengan jalan mengurangi durasi suatu gangguan. Jika suatu gangguan
misalnya berlangsung dalam durasi satu bulan, maka sebaliknya dicegah dan
diupayakan diperpendek durasi gangguan itu. Pencegahan ini disebut dengan prevensi
sekunder. Prevensi sekunder berarti upaya pencegahan yang dilakukan untuk
mengurangi durasi kasus gangguan mental.

Gangguan mental yang di alami ini baik karena kegagalan dalam usaha
pencegahan primer maupun tanpa adanya usaha pencegahan primer sebelumnya.
Sesuai dengan sekunder ini, maka saran pokoknya adalah penduduk atau sekelompok
populasi yang sudah menderita suatu gangguan mental. Dengan memperpendek durasi
suatu gangguan mental yang ada di masyarakat, maka dapat membantu mengurangi
angka prevalensi gangguan mental dimasyarakat.
Prevensi Tersier
Prevensi tersier memiliki pengertian yang sama dengan rehabilitasi. Namun penekanan
kedua hal ini berbeda. Menurut caplan (1963), rehabilitasi lebih bersifat individual dan
mengacu pada pelayanan medis. Sementara prevensi tersier lebih menekankan pada
aspek komunitas, sasarannya adalah masyarakat dan mencakup perencanaan masyarakat
logistic. Tentunya dalam prevensi tersier merupakan intervensi yang anti-hospitalisasi.
Sasaran dalam prevensi tersier ini adalah kelompok masyarakat yang mengalami
gangguan yang bersifat jangka panjang atau orang yang telah mengalami gangguan
mental yang akut dan berakibat penurunan kapasitasnya dalam kaitannya dengan kerja,
hubungan social, maupun personalnya.

Orang yang mengalami gangguan, apalagi gangguan itu sampai pada terganggunya
kemampuan fungsional seseorang, maka diperlukan prevensi untuk Mempertahankan
kemampuan yang masih tersisa, Mencegah agar gangguannya tidak terus berlangsung,
dan Dia segera pulih dan berfungsi sebagaimana mestinya. Prevensi jenis ini yang
disebut sebagai prevensi tersier
Model Stress Adaptasi Dalam
Keperawatan Jiwa Faktor
Presipitasi
Faktor presipitasi adalah stimulus yang
mengancam individu. Faktor presipitasi
memerlukan energi yang besar dalam
Faktor menghadapi stres atau tekanan hidup.
Faktor presipitasi ini dapat bersifat
Predisposisi biologis, psikologis, dan sosiokultural.
Faktor predisposisi adalah faktor Waktu merupakan dimensi yang juga
risiko yang menjadi sumber terjadinya memengaruhi terjadinya stres, yaitu
stres yang memengaruhi tipe dan berapa lama terpapar dan berapa frekuensi
sumber dari individu untuk terjadinya stres.
menghadapi stres baik yang biologis,
psikososial, dan sosiokultural. Secara
bersama-sama, faktor ini akan
memengaruhi seseorang dalam
memberikan arti dan nilai terhadap
stres pengalaman stres yang
dialaminya.
Thanks
CREDITS: This presentation template was created by
Slidesgo, including icons by Flaticon, and infographics
& images by Freepik.

Anda mungkin juga menyukai