Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

P DENGAN PENYAKIT
KATARAK

RICY FATMALA SARY


(J230205013)
KATARAK
Katarak adalah keadaan di mana terjadi kekeruhan pada serabut atau
bahan lensa di dalam kapsul lensa (Sidarta Ilyas, 2001)

Penyebab katarak lainnya meliputi :


• Faktor keturunan.
• Cacat bawaan sejak lahir.
• Masalah kesehatan, misalnya diabetes.
• Penggunaan obat tertentu, khususnya steroid.
• Gangguan metabolisme seperti DM (Diabetus Melitus)
• Gangguan pertumbuhan,
• Mata tanpa pelindung terkena sinar matahari dalam waktu yang cukup
lama.
• Rokok dan Alkohol
• Operasi mata sebelumnya.
 
 
 
Katarak dapat diklasifikasikan menjadi :
• Katarak Kongenital
• Katarak Senile.
• Katarak Juvenile.
• Katarak Komplikata.

Gejala umum gangguan katarak meliputi :


• Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.
• Peka terhadap sinar atau cahaya.
• Dapat melihat doubel pada satu mata.
• Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca
Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.
 
patofisiologi

Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan,
berbentuk seperti kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar.
Lensa mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdap
at nukleus, di perifer ada korteks, dan yan mengelilingi keduanya adalah
kapsula anterior dan posterior.

Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya traanspa


ransi. Perubahan dalam serabut halus multipel (zonula) yang memanjang
dari badan silier ke sekitar daerah di luar lensa. Perubahan kimia dalam
protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan pan
dangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina
KOMPLIKASI
• Glaukoma
• Infeksi pasca operasi
• Perdarahan
• Edema

PENATALAKSANAAN
• Ekstracapsular Cataract Extractie (ECCE)
• Intracapsular Cataract Extractie (ICCE)
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
• Kartu mata Snellen/mesin telebinokular (tes ketajaman penglihatan
dan sentral penglihatan).
• Lapang penglihatan
• tonografi: mengkaji intraokuler (TIO) (normal 12-25mmHg).
• Pengukuran gonioskopi: membantu membedakan sudut terbuka dari
sudut tertutup glaukoma.
• Tes provokatif:
• Pemeriksaan oftalmoskopi
• Darah lengkap, LED : menunjukkan anemia sistemik/infeksi.
• Tes toleransi glukosa/FBS: menentukan adanya/kontrol diabetes.
KASUS

Seorang laki-laki 65 tahun bernama Tn P mengeluh pandangan tidak


jelas, dan kabur. Gejala ini dirasakan semakin parah dan mengganggu
pekerjaan Tn P sebagai pedagang buah di pasar. Tn P juga terdiagno
sis menderita diabetes sejak 5 tahun yang lalu. Gejala mata kabur mu
lai dirasakan Tn P sejak 3 tahun yang lalu. Saat ini Tn P dirujuk ke RS
untuk menjalani operasi. Tn P merasa khawatir apakah operasinya aka
n berhasil. Tn P juga takut kalau operasinya sulit sembuh mengingat i
a memiliki riwayat diabetes.
DATA FOKUS
Identitas Diri Klien
Nama : Tn. P
Tempat/tanggal lahir : Surakarta, 17 agustus 1955
Usia : 65 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki


Diagnosa medis : katarak

Data Subyektif :
Pre-op :
• Klien mengatakan mengeluh pandangan tidak jelas, dan kabur
• Klien mengatakan gejala penyakit yang sudah parah dan mengganggu pekerja
n
• Klien mengatakan mata kabur sudah 3 tahun yang lalu
• Klien merasa khawatir apakah operasi akan berhasil
• Klien merasa takut kalau operasinya sulit sembuh
Data Obyektif :
TTV : TB : 153cm
TD : 100/80 mmHg BB : 50 kg
N : 80 x/menit Klien terlihat cemas dan takut

R : 22 x/menit Klien tampak gelisah


Klien sering bertanya-tanya mengenai operasinya
S : 37 ºc
Rambut : bersih, pendek berwarna putih, tidak ada
Kesadaran : composmentis
rontok, tidak ada benjolan, dan tidak berbau
Kekuatan otot : 5555 5555
Mata : simetris, pupil isokor, konjungtiva anemis, sklera
5555 5555
ikterik, terlihat cekung dan adanya kantung mata,
terlihat lesu.
 
Klien mempunyai riwayat diabetes mellitus 5 tahun yang
lalu
 
PRIORITAS DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan gangguan penglih
atan ditandai dengan klien mengatakan pandangan tidak jelas, kabur

2. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional ditandai dengan


klien merasa khawatir operasi apakah akan berhasil.

3. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi


ditandai dengan klien merasa takut operasi akan sulit untuk
sembuh, klien sering bertanya-tanya mengenai operasinya.

4. Resiko jatuh berhubungan dengan perubahan fungsi kognitif.


DIAGNOSA 1
LUARAN KEPERAWATAN
Persepsi sensori (L.09083) membaik dengan kriteria hasil:
• Verbalisasi melihat bayangan menurun
 
Orientasi kognitif (L.09081) meningkat.
Dengan kriteria hasil:
• Identifikasi orang terdekat cukup meningkat
• Identifikasi tempat saat ini cukup meningkat

INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Minimalisasi Rangsangan (I.08241)
2. Edukasi tehnik mengingat (I.12451)
DIAGNOSA 2

LUARAN KEPERAWATAN
tingkat ansietas menurun (L.09093) dengan kriteria hasil :
• Verbalisasi kebingungan menurun
• Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi menuru
n
• Perilaku gelisah menurun
• Perilaku tegang menurun
 

INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Reduksi Ansietas (I.09314)
2. Terapi Relaksasi (I.09326)
DIAGNOSA 3

LUARAN KEPERAWATAN
tingkat pengetahuan membaik (L.12111)
dengan kriteria hasil :
• Perilaku sesuai anjuran meningkat
• Kemampuan menjelaskan pengetahuan tentang suatu topik meningkat
• Perilaku sesuai dengan pengetahuan meningkat
• Pertanyaan tentang masalah yang dihadapi meningkat
• Persepsi yang keliru terhadap masalah

INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Edukasi Preoperatif (I.12440)
2. Edukasi perawatan mata (I.12427)
DIAGNOSA 4

LUARAN KEPERAWATAN
tingkat jatuh (L.14138) menurun. Dengan kriteria hasil:
• Jatuh dari tempat tidur menurun
• Jatuh saat bediri menurun
• Jatuh saat duduk menurun
• Jatuh saat dikamar mandi menurun

INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Pencegahan Jatuh (I.14540)
2. Manajemen Keselamatan Lingkungan (I.14513)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai