Anda di halaman 1dari 63

0

1
Pengertian Gagal
Ginjal
Sarah Dewi Permata Sari (1910711017)
Pengertian Gagal Ginjal

Gagal Ginjal yaitu ginjal kehilangan kemampuannya untuk mempertahankan


volume dan komposisi cairan tubuh dalam keadaan asupan makanan normal.
Gagal ginjal biasanya dibagi menjadi dua kategori yaitu kronik dan akut. Gagal
ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat
pada setiap nefron (biasanya berlangsung beberapa tahun dan tidak reversible),
gagal ginjal akut seringkali berkaitan dengan penyakit kritis, berkembang cepat
dalam hitungan beberapa hari hingga minggu, dan biasanya reversible bila pasien
dapat bertahan dengan penyakit kritisnya.
Prevalensi
Gagal Ginjal
Nida Alhaq (1910711045)
Prevalensi
Menurut WHO, penyakit gagal ginjal kronis berkontribusi pada
beban penyakit dunia dengan angka kematian sebesar 850.000
jiwa per tahun. Penyakit gagal ginjal kronis merupakan penyebab
kematian peringkat ke-27 di dunia pada tahun 1990 dan
meningkat menjadi urutan ke-18 pada tahun 2010 (Kemenkes RI,
2013)
Menurut Annual Data Repert United States Renal Data System
yang memperkirakan prevelensi ginjal gagal ginjal kronis
mengalami peningkatan hamper dua kali lipat dalam kurun
waktu tahun 1998 – 2008 yaitu sekitar 20-25 % setiap tahunnya.
Prevalensi
Indonesia merupakan negara dengan tingkat penderita gagal ginjal
yang cukup tinggi. Hasil survei yang dilakukan oleh perhimpunan
Nefrologi Indonesia (Pernefri) diperkirakan ada sekitar 12,5 % dari
populasi atau sebesar 25 juta penduduk Indonesia mengalami
penurunan fungsi ginjal.
Hasil Riskesdas tahun 2013 dan 2018 menunjukan bahwa prevalensi
penyakit gagal ginjal kronis di Indonesia berdasarkan diagnosis
dokter pada tahun 2013 adalah 0,2% dan terjadi peningkatan pada
tahun 2018 sebesar 0,38%. Menurut Ismail, Hasanuddin & dan Bahar
(2014) jumlah penderita gagal ginjal di Indonesia sekitar 150 ribu
orang dan yang menjalani hemodialysis 10 ribu orang.
Klasifikasi Gagal Ginjal
Gagal
Gagal ginjal
ginjal
akut
Gagal ginjal akut atau kronis
Gagal ginjal kronis (GGK)
acute kidney injury terjadi secara bertahap
(AKI) memiliki onset dengan penurunan fungsi
yang cepat ginjal yang progresif.
perbandingan antara gagal ginjal
kronis dan akut
  Gagal Ginjal Akut Gagal Ginjal Kronis
Onset Tiba-tiba Bertahap, seringkali bisa
bertahun-tahun
Penyebab umum Nekrosis tubular akut Neuropati Diabetik
Kriteria diagnostik Pengurangan akut pada GFR <60 ml/menit/1.73 m3
output urin lebih dari 3 bulan

DAN/ATAU DAN/ATAU

Elevasi pada serum Kerusakan pada ginjal lebih


kreatinin dari 3 bulan
Kategori Gagal
Ginjal Akut
A.
B.
PRAREN
RENAL
AL
Prerenal ditandai dengan berkurangnya pasokan
darah ke ginjal. Penyebab umumnya yaitu terjadinya
Gagal ginjal intrinsik, disebut juga sebagai
intrarenal ARF disebabkan oleh penyakit yang
penurunan volume intravaskular karena kondisi dapat mempengaruhi integritas tubulus, pembuluh
seperti perdarahan, dehidrasi, atau hilangnya cairan glomerulus, interstitium, atau darah. Biasanya
gastrointestinal. Biasanya disebabkan oleh disebabkan oleh glomerulonephritis,
septicaemia, hypovolaemia, cardiogenic shock, dan myoglobinuria, obstruksi intrarenal, obat yang
hipotensi akibat obat. C. bersifat nefrotoksik, dan hipertensi yang meningkat

POSTRE
NAL
Postrenal terjadi karena obstruksi aliran kemih oleh
beberapa sebab, antara lain: hipertrofi prostat jinak,
tumor panggul, dan pengendapan batu ginjal.
Biasanya disebabkan oleh obstruksi saluran kemih
akibat hipertrofi prostat, batu ginjal, dan batu pada
saluran kemih
Gagal Ginjal Kronik
A. Kategori GFR/ Laju filtrasi glomerulus

Kategori GFR ml/menit/1.73m2

G1 >90
G2 60-89
G3a 45-59
G3b 30-44
G4 15-29
G5 <15
B. Kategori Albuminuria

Kategori ACR (mg/g)

A1 <30

A2 30-300

A3 >300
PATH
WAY
KOMPLIKASI
Luthfi dan
Rahma

Kerusakan ginjal dimulai dari gagal ginjal


akut (kerusakan sementara) yang tidak
tertangani dengan baik sehingga dapat
memburuk hingga menjadi gagal ginjal
kronis (kerusakan permanen dan parah).
KOMPLIKASI PADA GAGAL
GINJAL AKUT
Edema Hiperkalemi
Paru-paru a
Edema paru-paru berlangsung akibat Hiperkalemia ( kandungan kalium darah yang
berlangsungnya penimbunan cairan tinggi ). Yakni satu situasi dimana konsentrasi
serosa atau serosan guinosa yang kalium darah kian lebih 5 meq/l darah. Butuh
terlalu berlebih didalam area diketahui konsentrasi kalium yang tinggi justru
interstisial serta alveolus paru-paru. beresiko dari pada situasi sebaliknya ( konsentrasi
Perihal initimbul dikarenakan ginjal kalium rendah ). Konsentrasi kalium darah yang
tidak bisa mensekresi urine serta lebih tinggi dari 5, 5 meq/l bisa merubah system
garam di dalam jumlah cukup. kerap konduksi listrik jantung. Jika perihal ini terus
kali edema paru-paru mengakibatkan berlanjut, irama jantung jadi tidak normal serta
kematian. jantung pun berhenti berdenyut.
KOMPLIKASI PADA GAGAL
GINJAL KRONIS
A B C
Kelebihan kalium Gangguan Pada Otak
Pembengkakan Paru-
(hyperkalemia) (ensefalopati)
Seseorang yang mengalami gagal Paruginjal
Kerusakan (Edema)
dapat memicu Pada pasien gagal ginjal kronis akan
ginjal kronis akan mengalami mengalami gangguan pada proses eksresi
penurunan kadar albumin dalam
gangguan filtrasi (penyaringan awal) (pengeluaran senyawa yang tidak
tubuh (hipoalbuminemia) dan
pada ginjal. Hal ini mengakibatkan digunakan lagi oleh tubuh) sehingga
akan menyebabkan
tubulus di ginjal tidak dapat lagi menyebabkan amonia tidak dapat
meningkatnya permeabilitas
menukar ion K+/H+ dengan Na+, dikeluarkan dan akhirnya menumpuk di
kapiler. Hal ini menyebabkan
sehingga menyebabkan berlebihnya dalam tubuh. Hal ini menyebabkan amonia
penumpukan cairan secara
kadar kalium di dalam darah. Kalium dapat masuk ke dalam aliran darah
cepat, sehingga terjadi
sendiri memang penting bagi tubuh sistemik dan terbawa sampai ke otak.
pembengkakan pada paru-paru.
yaitu untuk memperlancar fungsi otot, Amonia akan menyebabkan kerusakan
Pembengkakan ini terjadi pada
syaraf dan jantung. Namun, dalam pada otak dan mengganggu kinerja otak.
bagian interstitial dan alveolus
jumlah yang berlebih dapat Tubuh akan mengalami perubahan
paru. Dan menyebabkan
mengakibatkan terganggungnya kesadaran, terganggunya aktivitas hingga
kesulitan dalam bernafas
fungsi jantung dan dapat paling parah dapat menyebabkan kejang-
bahkan bisa merasakan nyeri
PEMERIKSAA
N
PENUNJANG
Pemeriksaan Gagal Ginjal Akut
dan Kronik

Pendekatan diagnosis dicapai dengan melakukan


pemeriksaan yang kronologis, mulai dari
anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang rutin khusus (Soenarso,2004).
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik

Anamnesis harus terarah dengan mengumpulkan


semua keluhan yang berhubungan dengan retensi
atau akumulasi toksin azotemia, etiologi GGK,
perjalanan penyakit termasuk semua faktor yang
dapat memperburuk faal ginjal (LFG).
Pemeriksaan Laboratorium

Tujuan pemeriksaan laboratorium yaitu


memastikan dan menentukan derajat penurunan
faal ginjal (LFG), identifikasi etiologi dan
menentukan perjalanan penyakit termasuk semua
faktor pemburuk faal ginjal
Pemeriksaan Elektrokardiogram (EKG),

EKG untuk melihat kemungkinan :


a. Hipertrofi ventrikel kiri
b. Tanda-tanda pericarditis
c. Aritmia
d. Gangguan elektrolit (hyperkalemia)
 
Ultrasonografi (USG)

Organ ginjal jika dilakukan pemeriksaan USG normalnya akan berbentuk seperti biji


kopi, berukura aksis 8-12cm, gambaran parenkim ginjal lebih hipoekoik (gelap)
dibanding hepar atau lien, sedangkan pada bagian medulla akan Nampak lebih
hipoekoik dibanding bagian korteks, dan sinus nya akna Nampak lebih hipoekoik. Pada
pasien dengan kasus Nefrolitiasis (Batu Ginjal) apabila dilakukan pemeriksaan USG
akan Nampak gambaran hiperekoik (putih) dengan acustic shadow yang biasanya
disertai dengan hidronefrosis.
Foto Polos Abdomen
Kidney Ureter Bladder (Foto Polos Abdomen) adalah pengambilan foto X-ray yang
menampilkan ginjal, ureter, dan kandung kemih. KUB biasa digunakan sebagai langkah
awal dalam mendiagnosis masalah pada sistem perkemihan dan biasanya dilakukan
bersamaan dengan IVP dan USG. Untuk melakukan FPA perlu dilakukan persiapan
terlebih dahulu, yakni pasien dipuasakan minimal 8 jam untuk mengosongkan isi perut
(diberi pencahar bila perlu) sehingga faeces yang ada di dalam usus tidak menjadi
pengganggu dalam imaging. Foto dilakukan saat pasien ekspirasi sehingga posisi ginjal
sejajar dengan film.  
Intra vena
pyelografi
Intra vena pyelografi adalah pemeriksaan x-ray
khusus dari ginjal, kandung kemih dan ureter
(saluran yang membawa urin dari ginjal ke kandung
kemih). 
Pada pasien dengan kadar kreatinin diatas 3mg%
tidak boleh dilakukan IVP  sehingga
perlu dipilihkan sarana penunjang radiologis yang
lain yakni USG dan FPA

Pasien akan disuntikan kontras yodium (pewarna)


kedalam suatu vena pada tangan dan dilakukan foto
secara berulang kali pada menit ke 5, 15, 30 atau 45
dan post miksi
Pemeriksaan foto
Rontgen dada
Edema paru terjadi jika terdapat perpindahan cairan dari
darah ke ruang interstisial atau ke alveoli yang melebihi
jumlah pengembalian cairan ke dalam pembuluh darah dan
aliran cairan ke sistem pembuluh limfe.

Edema paru merupakan komplikasi yang umum terjadi


pada gagal ginjal kronik ataupun gagal ginjal akut

Hipoalbuminemia, yang merupakan karakteristik dari


gagal ginjal kronik, menyebabkan penurunan tekanan
onkotik plasma yang kemudian mendorong pergerakan
cairan dari kapiler paru
Arteriogram
Ginjal
Angiogram, juga disebut arteriogram, adalah gambar x-ray
dari pembuluh darah. Hal ini dilakukan untuk mengevaluasi
berbagai penyakit pembuluh darah, seperti aneurisma
(pembengkakan pembuluh darah), stenosis (penyempitan
pembuluh darah), atau penyumbatan

Angiogram ginjal adalah angiogram pembuluh darah ginjal.


Angiogram ginjal dapat digunakan untuk menilai aliran darah
ke ginjal.

diperlukan akses intravena (IV) agar pewarna kontras dapat


disuntikkan ke dalam sistem peredaran darah tubuh. Pewarna
kontras ini menyebabkan pembuluh darah tampak buram pada
gambar x-ray
Sistouretrogra
m
Sistometrogram merupakan rekaman grafik tekanan dalam
kadung kemih (intra vesikal) pada berbagai fase pengisian dan
pengosongan kandung kemih untukmengkaji fungsinya

. Selama prosedur pemeriksaan dilakukan, jumlah cairan yang


dimasukan dan dikeluarkan dari kandung kemih disamping
rasa penuh pada kandung kemih dan keinginan untuk buang
air kecil harus dicatat
Hasil pemeriksaan pada pasien yang
menderita gagal ginjal akut menurut
(Tambayong, jan 2013)
01 02 03
Elektrolik serum menunjukkan
Kreatinin dan BUN serum Klirens kreatinin
peningkatan kalium, fasfor,
keduanya tinggi karena menunjukkan penyakti
kalsium, magnesium dan
ginjal tahap akhir bila
beratnya gagal ginjal. produk fasfor- kalsium dengan
berkurang N06 PN
natrium serum rendah.

04 05 06
Kadar alkalin fosfat
Gas darah arter (GDA) HB dan hematokrit
dibawah rentang normal. mungkin tinggi bila
menunjukkan asidosis
metabolism tulang
metabolic (nilai PH.
dipengaruhi (Engran
kaderbikarbonat dan
kelebihan basa dibawah
07 Balbarra).
réntang normal). Jumlah sel darah merah
dibawah rentang normal.
Hasil pemeriksaan pada pasien yang
menderita gagal ginjal kronik
Urin Darah
1. Volume : biasanya kurang dari 400 1. Haemoglobin (Hb) : menurun atau
ml/24 jam (oliguria) atau tidak ada anemia, biasanya Haemoglobin
urin (anuria, yaitu kurang dari 100 kurang dari 7-8 g/dl.
ml). 2. Ureum dan kreatinin : meningkat
2. Warna : secara abnormal urin keruh (minimal 10 mg/dl dari nilai
mungkin disebabkan oleh pus rujukan) peningkatan sehubungan
(nanah), bakteri, lemak, pospat atau dengan asidosis.
asam urat, sedimen kotor. Warna 3. Natrium : hipernatremia /
kecoklatan menunjukkan adanya hiponatremia.
darah. 4. Magnesium / fosfat : meningkat.
3. Berat Jenis : kurang dari 1.015 e. Kalsium : menurun
(menunjukkan kerusakan ginjal
berat).
SUMBER :
Brunner and Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Alih Bahasa : Agung
Waluyo, et al, Edisi 8, EGC, Jakarta.
Hustrini, NM & Tanto, C 2014, Penyakit Ginjal Kronik : Kapita Selekta. editor. Tanto C, et
al. Edisi ke-4, Media Aesculapius, Jakarta. hlm. 644-647
Soenarso,. 2004. Aspek Klinik Gagal Ginjal Kronik. FK. UNJANI. Cimahi.
Sudoyo, Aru W, Setiyohadi, Alwi, Simadibrata, dkk, 2006, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam,
Penerbit Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia:
Jakarta
Wati, Nita Arum. 2018. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Gagal Ginjal Akut Dengan
Masalah Kelebihan Volume Cairan di Ruang Hemodialisa RSUD Bangil Pasuruan. Program
Studi DII Keperawatan STIKES Insan Cendekia Medika Jombang
PENATALAKSANA
AN MEDIS
Penatalaksanaan Medis Gagal Ginjal Akut
Tujuan pengelolaan AKI yang utama adalah mencegah kerusakan ginjal lebih lanjut
dan mempertahankan pasien tetap hidup sampai faal ginjalnya kembali ke fungsi
normal. Terdapat dua jenis pengobatan AKI yaitu :

Terapi Konservatif Renal Replacement Therapy


(Supotif) (RRT)
Terapi ini dilakukan dengan Jika terapi konservatif gagal
obat-obatan atau cairan mengatasi segala komplikasi
dengan tujuan mencegah atau AKI, perlu dipertimbangkan
mengurangi progresivitas RRT (dialisis).
penurunan fungsi ginjal,
morbiditas, dan mortalitas
akibat komplikasi AKI.
Prioritas Pengelolaan AKI

Cari dan perbaiki faktor Evaluasi obat-obatan Optimalkan curah Perbaiki dan tingkat
pre- dan pascarenal yang sudah diberikan jantung dan aliran darah urine
ke ginjal

Cari dan obati komplikasi Asupan nutrisi adekuat Cari fokus infeksi dan Perawatan menyeluruh
akut (hiperkalemia, atasi infeksi secara yang baik
hipernatremia, asidosis,
agresif
hiperfosfatemia, edema
paru)
Kriteria RRT (hemodialisis) pada pasien kritis
dengan AKI :

o Oliguria: produksi urin 6,5 mmol/L o Neuropati/miopati uremikum


o Anuria: produksi urin 6,5 mmol/L o Perikarditis uremikum
o Hiperkalemia: kadar potassium >6,5 o Abnormalitas natrium plasma >155
mmol/L
o mmol/L
Asidemia yang berat, pH 30 mmol/L o Hipertermia
o Azotemia: kadar urea >30 mmol/L o Keracunan obat
o Ensefalopati uremikum
Penatalaksanaan Medis Gagal Ginjal
Kronik Pada Anak
Tujuan penatalaksanaan penyakit
Pasien dengan penyakit ginjal kronis harus menjalani
ginjal kronis adalah untuk menangani
evaluasi untuk menentukan diagnosis jenis penyakit ginjal,
penyebab primer gangguan ginjal,
kondisi komorbid, stadium kerusakan ginjal menurut LFG,
menghilangkan atau meminimalkan
komplikasi terkait tingkat LFG, faktor - faktor risiko
kondisi-kondisi komorbid, mencegah
penurunan fungsi ginjal, dan faktor-faktor risiko bagi
atau memperlambat penurunan fungsi
ginjal, menangani gangguan metabolik penyakit kardiovaskular. Berbagai masalah yang dapat dan
yang terkait dengan penyakit ginjal perlu ditangani dalam penyakit ginjal kronis dijelaskan
sebagai berikut: Hipertensi Penanganan hipertensi dengan
kronik, mencegah dan menangani
terapi ACE inhibitor (angiotensin-converting enzyme
penyakit kardiovaskular, dan
inhibitor) melindungi nefron yang tersisa dari cedera lebih
mengoptimalisasikan pertumbuhan
lanjut dan memperlambat penurunan fungsi ginjal. Antagonis
dan perkembangan.
reseptor angiotensin juga memiliki sifat renoprotektif.
Terapi diindikasikan jika tekanan darah anak
lebih dari persentil ke 95 menurut usia, tinggi,
dan jenis kelamin. Pembatasan cairan dan
garam dapat mengurangi tekanan darah pada
dewasa dan anak. Jumlah garam yang
disarankan adalah 0,5 -1 mEq/kg BB/hari atau
kirakira 2 g NaCl/hari untuk remaja dengan
berat badan 20- 40 kg. Latihan aerobik teratur
selama 30-60 menit per hari juga disarankan.
Penatalaksanaan untuk gagal ginjal kronis
menurut Willy (2018)

01 02 03
Obat Hipertensi Suplemen untuk Obat Diuretic
Anemia

04 05
Suplemen Kalsium Obat Kortikosteroid
dan Vitamin D
ASKEP
Rani, Mira, Fadhia, Fida
Seorang pasien berusia 55 tahun, dirawat diruangan perawatan umum dirumah
sakit swasta. Pasien dirawat dengan keluhan sesak nafas, seluruh tubuh edema.
Seorang perawat melakukan anamnesa, didapatkan hasil sebagai berikut: pasien
memiliki riwayat penyakit DM sejak 10 tahun lalu dengan DM tidak terkontrol
dan hipertensi sejak 5 tahun lalu, TD : 150/95 mmHg. Nadi : 98 x/m, RR : 28
x/m, Suhu : 37⁰C, BB 65 kg, TB 150 cm pernapasan cepat, Pitiing edema
ekstremitas positif derajat 3, akral dingin, PND (+). BAK mulai sedikit
perharinya 100ml, Abdomen buncit. Hasil pemeriksaan laboratorium Hb 8 g/dL,
Ht 20%, Ur 110 mg/dL, Cr 3,5 mg/dL, Gula darah sewaktu 230 mg/dl. Hasil Ro
Thorax terdapat cairan didaerah pleura. Pasien bertanya bagaimana bisa terkena
penyakit ini. Pasien rencana dilakukan hemodialisa, perawat dan dokter serta
paramedic lainnya yang terkait, melakukan perawatan secara integrasi untuk
menghindari / mengurangi resiko komplikasi lebih lanjut.
Data
Fokus
DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF
1. Klien mengatakan sesak jika bernapas 1. TTV
2. Klien mengatakan mengalami pembengkakan TD : 150/95 mmHg
pada tubuhnya Nadi : 98 x/menit
3. Klien mengatakan ketika BAK hanya sedikit RR : 28x/menit
100ml/hari Suhu : 37o C
4. Pasien bertanya bagaimana bisa terkena penyakit BB : 65kg
ini TB : 150cm
  2. Klien terlihat sesak ketika bernafas
3. Pernapasan cepat
4. akral dingin
5. Piting edema ekstermitas positif derajat 3
6. PND (+)
7. BB: 65 kg
8. Hasil Ro Thorax terdapat cairan didaerah pleura.
9. Hasil lab Hb : 8 g/dL
Ht : 20%
Ur : 110 mg/dL
Cr : 3,5 mg?dL
Gula darah sewaktu 230 mg/dL

 
Analisa
Data
No Analisa Data Masalah Etiologi
.

1. Ds: Kelebihan volume cairan Gangguan mekanisme regulasi


 Klien mengatakan sesak ketika bernafas
 Klien mengatakan mengalami pembengkakan
pada tubuhnya

Do:

 PND (+)
 Pasien terlihat bengkak disekujur badan
 Piting edema ekstremitas (+) derajat 3 dan
abdomen buncit
2.   Ketidakefektifan pola nafas Hiperventilasi

Ds:

 Klien mengatakan sesak jika bernapas

Do:

 Klien terlihat sesak ketika bernafas


 Pernapasan cepat
 Hasil Ro Thorax terdapat cairan didaerah
pleura.
 RR 28X/menit
3. Ds: Risiko kerusakan Gangguan volume
integritas kulit cairan
 Klien mengatakan mengalami
pembengkakan pada tubuhnya
 

Do :

 Terlihat badan klien mengalami


edema
 Ur : 110 mg/dL
 Piting edema ekstermitas positif
derajat 3
 
Diagnosa
Keperawata
n
No. Masalah/Diagnosa Tgl. Tgl. Teratasi
ditemukan
1. Kelebihan volume cairan    
berhubungan dengan gangguan
mekanisme regulasi d.d edema.

2. Ketidakefektifan pola nafas b.d    


posisi tubuh yang menghambat
ekspansi paru d.d cairan
didaerah pleura.

3. Risiko rusaknya integritas kulit    


b.d gangguan volume cairan d.d
gangguan turgor kulit dan pitting
edema ekrtremitas.
Intervensi
Keperawata
n
No. Dx Tujuan Rencana Tindakan
1. Kelebihan Setelah dilakukan asuhan keperawatan  
volume cairan selama 3 x 24jam, diharapkan pasien A. Manajemen cairan (hal.150)
berhubungan dapat menyeimbangkan cairan dengan  Kaji lokasi dan luasnya edema
dengan kriteria hasil :  Berikan terapi IV seperti yang ditentukan
gangguan  Berikan diuretic yang diresepkan
1. Keseimbangan Cairan (hal.211) :
mekanisme  Monitor indikasi kelebihan cairan/retensi
 Fungsi ginjal dipertahankan pada
regulasi d.d  Monitor status hemodinamik
skala 2 ditingkatkan ke skala 5
edema.
1. Status Jantung Paru (hal.605)  
 Tingkat pernapasan
A. Terapi Hemodialis (hal.442)
dipertahankan pada skala 2
 Jelaskan prosedur hemodialisis dan tujuannya
ditingkatkan ke skala 4
 Ambil sampel darah dan tinjau komponen
 Irama pernapasan dipertahankan
kimiawi darah (mis: nitorgen urea darah,
pada skala 2 ditingkatkan ke
serum kreatinin, serum Na, Kalium dan PO4)
skala 4
sebelum memulai perawatan
 Urin output dipertahankan pada
 Catat tanda – tanda vital : berat badan, suhu,
skala 2 ditingkatkan ke skala 4
denyut nadi, penapasan, dan tekanan darah
   Bandingkan organ vital dan komponen
kimiawi darah pasca dialisis dan sebelum
dialysis
2 Ketidakefektif Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor pernafasan(236)
. an pola nafas keperawatan selama 2 X 24 jam  Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan
b.d posisi diharapkan klien dapat memenuhi kesulitan bernafas
tubuh yang kriteria hasil  Catat pergerakan dada, catat
menghambat ketidaksimetrisan, penggunaan otot bantu
1. Status pernapasan: kepatenan
ekspansi paru nafas dan retraksi pada otot supralaviculas
jalan nafas normal (hal. 635)
d.d cairan dan interkosta
 Frekuensi Pernafasan
didaerah  Monitor pola nafas (misalnya bradipneu,
dipertahankan pada skala 3
pleura. takipneu, hiperventilasi)
ditingkatkan ke skala 5
1. Bantuan ventilasi (72)
 Dispnea saat istirahat
 Pertahankan kepatenan jalan nafas
dipertahankan pada skala 3
 Posisikan untuk meminimalkan upaya
ditngkatkan ke skala 5
bernafas
1. Status pernafasan: Ventilasi
 Ajarkan teknik pernafasan dengan tepat
(hal. 637)
1. Monitor tanda-tanda vital (237)
 Frekuensi Pernafasan
 Monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan
dipertahankan pada skala 3
status pernafasan dengan tepat
ditingkatkan ke skala 5
 Monitor suara paru
 Dispnea saat istirahat
 Monitor pola pernapasan abnormal
dipertahankan pada skala 3
ditngkatkan ke skala 5

 
3. Risiko rusaknya Setelah dilakukan tindakan keperawatan Perawatan integritas kulit Obsevasi ( I.
integritas kulit b.d selama 3x8 jam diharapkan integritas 11353)
gangguan volume kulit dapat terjaga dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi penyebab gangguan
cairan d.d gangguan Integritas Kulit dan Jaringan ( L. integritas kulit (mis. Perubahan
turgor kulit dan sirkulasi, perubahan status nutrisi)
14125)
pitting edema Terapeutik
ekrtremitas 1 Integritas kulit yang baik bisa 2. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah
dipertahankan baring
2. Perfusi jaringan baik 3. Lakukan pemijataan pada area
3. Mampu melindungi kulit dan tulang, jika perlu
mempertahankan kelembaban kulit 4. Hindari produk berbahan dasar
  alkohol pada kulit kering
5. Bersihkan perineal dengan air
Integritas kulit yang baik bisa
hangat Edukasi
dipertahankan (sensasi, elastisitas, 6. Anjurkan menggunakan pelembab
temperatur, hidrasi, pigmentasi) (mis. Lotion atau serum)
 Tidak ada luka/lesi pada kulit 7. Anjurkan mandi dan menggunakan
 Perfusi jaringan baik sabun secukupnya 8. Anjurkan minum
 Menunjukkan pemahaman dalam air putih
proses perbaikan kulit dan mencegah
terjadinya cedera berulang
 Mampu melindungi kulit dan
mempertahankan kelembaban kulit dan
perawatan alami
Telaah
Jurnal
Hubungan Lama Menjalani Terapi
Hemodelisis dengan Kualitas
Hidup pada Pesien Gagal Ginjal
Kronik yang Menjalani
Hemodelisis di Rumah Sakit
Ginjal Rasyida Medan
Pendahul
uan
Penyakit GGK (cronic renal failure) ditandai adanya
kerusakan ginjal selama tiga bulan atau lebih (National
kidney fundation, 2002 dalam lemone et, 2016). Sehingga,
ginjal tidak dapat mengeluarkan sisa metabolism dan
mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit secara adekuat,
keadaan ini disebut sebagai gagal ginjal atau penyakit ginjal
stadium akhir (End Stage Renal Deases/ ESRD), yang
merupakan tahap akhir dari penyakit ginjal.
Pendahul
uan
Terapi hemodialisis merupakan suatu terapi yang
menggunakan teknologi tinggi sebagai pengganti fungsi
ginjal untuk mengeluarkan sampah metabolisme atau racun
tertentu dari peredaran darah manusia seperti air, natrium,
kalium, hidrogen, urea, kreatinin, asam urat dan zat-zat lain
melalui membran semi permeabel sebagai pemisah darah dan
cairan dialisat pada ginjal buatan dimana terjadi proses
difusi, osmosis dan ultrafiltrasi (Haryono, 2013). Tujuan
utama terapi hemodialisis adalah mengembalikan
keseimbangan cairan intraseluler dan ekstraseluler yang
terganggu akibat fungsi ginjal yang rusak (Wijaya & Putri,
2013).
Metode
Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan studi
analitik korelasi, yang bertujuan untuk mengetahui hubungan
lama terapi hemodialisis dengan kualitas hidup pasien GGK
yang menjalani hemodialysis. Penelitian ini dilaksanankan di
RS. Ginjal Rasyida Medan mulai februari – Juli 2018.
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan peneliti untuk mencari hubungan antara lama
terapi hemodialisis dengan kualitas hidup pada pasien yang menjalani hemodialisis,
maka peneliti mengambil kesimpulan :

1. Lama terapi hemodialisis yang dijalani pasien GGK adalah ≤12 bulan
2. Kualitas hidup pasien GGK yang menjalani terapi hemodialisis adalah buruk.
3. Tidak ada hubungan lama terapi hemodialisis dengan kualitas hidup pada pasien
GGK yang menjalani terapi hemodialysis. Disarankan agar pasien HD meningkatkan
kualitas hidupnya dengan meningkatkan hubungan sosialnya dengan kelompok-
kelompok sosial/keagamaan di masyarakat.
4. Pertambahan usia dapat mempengaruhi kemampuan kerja ginjal untuk melakukan
filtrasi glomerulus sehingga terjadi penurunan tubulus ginjal untuk mereabsorpsi dan
pemekatan urin.
EDUKA
SI
Putri&Bayu
Edukasi pasien dalam perawatan rutin dialisis
ginjal, mencakup hal:

01 02 03
Diet, disarankan diet Jumlah cairan yang Pemeriksaan laboratorium
rendah natrium, kalium, diperbolehkan (misal (darah) setiap 1 bulan
dan fosfor tidak lebih dari 500 ml sekali untuk melihat
per hari) efektifitas dari
hemodialisa

04 05
Berat badan, pasien Perawatan akses vaskular
dianjurkan segera ke
pusat kesehatan bila ada
peningkatan berat badan
yang tidak wajar
Bahan Makanan Dianjurkan Tidak Dianjurkan
Karbohidrat Nasi, bihun, jagung, kentang, -
macaroni, mi, tepung-tepungan,
singkong, ubi, selai, madu, permen

Protein Telur, daging, ikan, ayam, susu Kacang-kacangan dan hasil olahan,
seperti temped an tahu.
Lemak Minyak jagung, minyak kacang Kelapa, santan, minyak kelapa,
tanah, minyak kelapa sawit, margarin, mentega biasa dan lemak
minyak kedelai, margarin, dan hewan
mentega rendah garam

Vitamin&Mineral Semua sayuran dan buah, Sayuran dan buah tinggi kalium
kecuali kecuali pasien dengan pada pasien dengan hiperkelemia
hyperkalemia dianjurkan yang
mengandung kalium rendah/
sedang

Sumber : Almatsier, Sunita. 2006. Penuntun Diet Edisi baru. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Nutrisi & Diet

Batasan Asupan
1) Batasan asupan protein sebanyak < 0.8 gr/kg/hari pada laju
Fosfat & Kalium
filtrasi glomerulus < 30 ml
2) Bila terdapat tanda dan gejala malnutrisi, jumlah asupan
Beberapa contoh
protein yang diberikan perlu dilakukan penyesuaian asupan makanan tinggi fosfat:
protein kembali minuman kaleng, keju,
kerang, ikan sarden, telur
3) Batasan kalori untuk usia di bawah 60 tahun adalah 35
ikan, jeroan, hati ayam
kkal/kgBB/hari, pada usia di atas 60 tahun dengan aktivitas dan sapi, makanan siap
fisik yang menurun adalah 30 – 35 kkal/kgBB/hari saji
Beberapa contoh
4) Batasan asupan garam (maksimal 2 gram natrium atau
makanan tinggi kalium:
setara 5 gram garam dapur per hari), kecuali bila alpukat, pisang, buah
dikontraindikasikan kering, mangga, pepaya,
brokoli, kacang-kacangan,
5) Batasan cairan per hari dilihat dari tingkat keparahan PGK
kentang, biji-bijian
dan berat badan kering pasien. Batasan cairan ini
dipertimbangkan untuk menghindari terjadinya kelebihan
volume cairan di dalam tubuh.
Jenis Diet dan Indikasi Pemberian Berdasarkan berat
badan dibedakan menjadi 3 :
0 DIET DIALISIS 1 60 g protein. Diberikan kepada
1 pasien dengan berat badan ± 50 kg

0 DIET DIALISIS 2 65 g protein. Diberikan kepada


2 pasien dengan berat badan ± 60 kg

0 DIET DIALISIS 3 70 g protein. Diberikan kepada


3 pasien dengan berat badan ± 65 kg

(Almatsier 2006)
Pembatasan
Konsumsi
Cairan
Pembatasan konsumsi cairan juga harus
memperhatikan produksi pembuangan
urine dalam sehari. Karena umumnya
seseorang yang mengalami penyakit
ginjal jadi lebih jarang membuang
urine. Jangan sampai jumlah cairan
yang masuk lebih banyak daripada
yang dikeluarkan. Selain membuat
fungsi ginjalnya semakin menurun,
juga berisiko mengalami “overhidrasi”
atau kelebihan cairan.
THANKS!
CREDITS: This presentation template was created by
Slidesgo, including icons by Flaticon, and infographics &
images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai