Anda di halaman 1dari 11

TUGAS STRUKTUR BAJA II

NAMA : IRDHAN
NIM : 1922201040
KELAS : TEKNIK SIPIL B
PANJANG EFEKTIF UNTUK TEKUK TORSI LATERAL BALOK BAJA
DENGAN PENAMPANG I (230S)
Salah satu kriteria perancangan balok baja adalah stabilitas, yaitu tekuk torsi lateral. Momen lentur pada saat terjadi tekuk
torsi lateral disebut momen kritis. Besarnya momen kritis digunakan sebagai kriteria disain. Bila material masih dalam kondisi
elastis, momenkritis disebut momen kritis elastis. Momen kritis elastis tersebut merupakan fungsi dari panjang tak terkekang,
besaran penampang dan kondisi batas pada kedua ujung balok tersebut dan distribusi momen lentur. Dalam peraturan baja
American Institute of Steel Construction(AISC Specification for Structural Steel Building) 2010 yang juga akan diadopsi ke dalam
peraturan perancangan baja Indonesia, momen kritis tersebut dihitung dengan menganggap kondisi batas pada kedua ujung
bagian balok tak terkekang adalah bersifat sendi, yaitu balok bisa berrotasi pada arah sumbu kuat maupun sumbu lemah dan
warping pada kedua ujung tidak ditahan. Bilamana kondisi batas kedua ujung tersebut rotasi dan warping ditahan, maka
pengaruhnya dapat diperhitungkan dengan menggunakan faktor panjang efektif seperti halnya pada batang tekan. Dalam
makalah ini dilakukan studi tentang faktor panjang efektif untuk balok yang ujungnya terjepit. Studi dilakukan dengan
melakukan analisis stabilitas menggunakan metode elemen hingga untuk berbagai macam balok. Analisis tekuk yang dilakukan
adalah analisis tekuk bifurkasi yaitu momen kritis adalah nilai eigen dari sistem persamaannya kesimbangannya. Dari studi ini
didapat disimpulkan bahwa metode panjang efektif untuk kasus momen seragam memberikan hasil yang tepat untuk kasus
beban terpusat memberikan hasil bersifat tidak konservatif dan tidak aman. Kata kunci: tekuk torsi lateral, momen kritis, kondisi
batas, panjang efektif.
PANJANG EFEKTIF BALOK
Besarnya momen kritis elastis pada balok untuk momen seragam telah diselesaikan oleh Timoshenko
(Tomishenko 1963) dan menghasilkan persamaan sebagai berikut,

Dengan L adalah panjang balok, y I adalah momen inersia terhadap sumbu lemah, J adalah konstanta torsi,
Cw adalah konstanta warping (warping constant), E adalah modulus elastisitas dan G adalah modulus geser.
Persamaan ini merupakan solusi eksak persamaan diferensial tekuk torsi lateral balok dan diadopsi oleh
peraturan AISC 2010. Mengingat sering digunakan tumpuan lateral maka panjang balok telah disubstitusi
menjadi panjang tak tertumpu Lb (jarak antara dua tumpuan lateral berturutan). Untuk memperhitungkan
pengaruh distribusi momen yang tidak seragam, digunakan faktor modifikasi untuk momen tidak seragam
Cb sehingga persamaan (1) menjadi (AISC 2010),
Perlu disadari bahwa dengan menggunakan faktor modifikasi momen tidak seragam Cb maka momen kritis yang dihitung
dengan persamaan (2) menghasilkan nilai pendekatan dimana untuk beberapa kasus dapat menjadi tidak konservatif. Bila
kondisi batas pada ujung balok hendak diperhitungkan, AISC tidak memberikan persamaan, tetapi Guide to Stability Design
Criteria (Ziemian, 2010) memberikan persamaan sebagai berikut.

Dengan Ky adalah koefisen panjang efektif untuk lentur diarah sumbu y, Kz adalah koefisien panjang efektif untuk torsi. Jadi
ada dua panjang efektif yaitu panjang efektif untuk lentur diarah sumbu y dan panjang efektif untuk torsi. Hal ini sesuai dengan
adanya dua perpindahan yang berkaitan dengan tekuk torsi lateral yaitu perpindahan lateral (menyebabkan momen lentur
terhadap sumbu lemah) dan warping. Untuk kondisi batas dimana lentur terhadap sumbu y dan warping ditahan atau
kombinasinya, nilai panjang efektif disajikan pada Tabel 1. Tabel ini dibuat berdasarkan uraian pada Guide to Stablity Design
Criteria for Metal Structures (Ziemian 2010) yang kemudian disini disajikan dalam bentuk tabel.
Untuk kasus yang ditampilkan pada Tabel 1, kondisi batas kedua ujung adalah sama. Untuk kasus adanya tumpuan lateral
diantara kedua ujung balok, momen kritis harus dihitung dengan cara cara yang rasional. Salah satu cara yang disajikan adalah
dengan menggunakan grafik alignment yang biasa digunakan untuk menghitung panjang efektif kolom dari rangka kaku tak
bergoyang (Ziemian, 2010). Hasil studi yang dilakukan oleh Wijaya (Wijaya, 2013) untuk metode ini menunjukkan bahwa dalam
beberapa kasus menjadi terlalu konservatif.
METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan dengan melakukan analisis tekuk elastis atas beberapa buah balok baja dengan
berbagai kondisi batas dan berbagai pembebanan. Analisis dilakukan dengan metode elemen hingga yang
dibantu dengan program SAP v14. Elemen yang digunakan adalah elemen cangkang tipis. Dari analisis
tekuk tersebut didapat momen kritis dan kemudian dilakukan pengolahan data untuk mendapatkan
panjang efektif. Momen kritis yang diperoleh dari program SAP adalah momen kritis bifurkasi yaitu
merupakan Nilai Eigen dari masalah tekuk tersebut.
STUDI KASUS
Studi kasus dilakukan untuk balok terbuat dari IWF400x200x8x13. Panjang balok adalah 12 meter. Analisis
dilakukan untuk beberapa kondisi ujung balok dan satu kasus tumpuan lateral. Balok A : Beban momen
merata Balok B : Beban terpusat ditengah bentang Kedua balok diberi berbagai tumpuan sebagaimana
dinyatakan dalam Tabel 2 Dalam tabel tersebut tumpuan kiri da tumpuan kanan adalah menyangkut rotasi
terhadap sumbu kuat. Ky sama dengan 1 menyatakan rotasi terhadap sumbu lemah tidak ditahan
sedangkan Ky sama dengan 0,5 adalah.
Tabel: Kasus yang dianalisis dan tumpuannya
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Hasil analisis tekuk dengan metode elemen hingga disajikan dalam Tabel 3 dan Tabel 4. Dalam table
tersebut yang dimaksud dengan persamaan AISC adalah persamaan 2 yaitu bila ujung balok bebas berotasi
terhadap sumbu lemah dan warping untuk semua kasus. dan analisis dengan metode elemen hingga
memperhitungkan kondisi batasnya. Untuk metode panjang efektif adalah menggunakan persamaan 4
dengan nilai K sesuai kondisi tumpuan menurut .
Tabel: Momen kritis hasil analisis metode elemen hingga (MEH) dibanding persamaan AISC
Tabel: Momen kritis hasil metode elemen (MEH) hingga disbanding metode panjang efektif(MPE)

Kasus A-1 adalah balok dengan momen seragam. Untuk kondisi dimana kedua ujung dan rotasi terhadap sumbu lemah tidak
ditahan, hasil metode elemen hingga dan persamaan 2 memberikan yang cocok yaitu selisih sebesar 2% saja. Hal ini
menunjukkan pemodelan elemen hingga telah konvergen. Kasus A-1 ini untuk memverifikasi penggunaan metode elemen hingga.
Kasus A-2 adalah balok dengan momen seragam dimana rotasi terhadap sumbu kuat bersifat sendi tetapi rotasi terhadap sumbu
lemah dan warping ditahan. Selisih hasil metode elemen hingga terhadap hasil persamaan AISC (tanpa koefisien panjang efektif)
adalah 163%. Disini dapat disimpulkan bahwa mengabaikan efek jepitan memberikan hasil yang sangat konservatif. Tetapi bila
dibanding dengan metode panjang efektif maka selisih hanya 0,01%. Maka untuk kasus A-2 ini metode panjang efektif
memberikan hasil yang akurat. Untuk kasus B-1 yaitu balok dengan beban terpusat, selisih hasil metode elemen hingga terhadap
hasil dengan persamaan 2 adalah 0,3%. Hal ini menunjukkan bahwa pemodelan elemen hingga telah konvergen. Kasus B-2 ini
juga untuk verifikasi metode elemen hingga. Metode panjang efektif memberikan hasil yang sama karena nilai K sama dengan
satu.
Untuk kasus B-2 yaitu rotasi terhadap sumbu lemah dan warping ditahan, maka selisih terhadap persamaan 1 (AISC) adalah
163%. Ini berarti pengabaian kondisi ujung memberikan hasil yang sangat konservatif. Kesimpulan ini cocok dengan kasus A-2.
Selisih dengan metode panjang efektif adalah sebesar 21% dimana metode elemen hingga lebih kecil. Mengingat besaran Cb
adalah pendekatan, maka hasil elemen hingga harus dianggap sebagai yang lebih benar. Dalam hal ini, persamaan 1 memberikan
hasil yang tidak akurat dan difihak yang tidak aman. Kesimpulan lebih lanjut adalah bahwa koefisien Cb tidak konservatif untuk
kasus balok dengan ujungnya dijepit terhadap sumbu lemah. Untuk kasus B-3 Selisih hasil metode elemen hingga dengan
persamaan 1 (atau persamaan 2 dengan K = 1) adalah 28% dimana persamaan 1 memberikan hasil yang tidak aman (lebih besar).
Karena untuk momen seragam hasil kedua metode adalah cocok, maka disini juga disimpulkan bahwa koefisien Cb tidak akurat
dan bersifat tidak konservatif untuk beban terpusat dengan tumpuan kedua ujungnya jepit. Untuk kasus 4, selisih metode elemen
hingga terhadap persamaan 1 adalah 28,5% dimana persamaan 1 lebih konservatif. Selisih hasil metode elemen hingga terhadap
metode panjang efektif adalah 104% dimana metode panjang efektif berada difihak yang tidak aman.
KESIMPULAN
Dari beberapa studi kasus yang telah dipelajari, dapat disimpulkan hal hal sebagai berikut.
1. Kondisi tumpuan jepit memberikan peningkatan momen kritis yang cukup signifikan sehingga
seharusnya tidak diabaikan.
2. Untuk kasus balok dengan beban momen seragam, metode panjang efektif memberikan hasil yang
akurat untuk balok dengan ujung ditahan untuk rotasi terhadap sumbu lemah dan warping. Ini berarti
koefisien panjang efektif sebesar 0,5 sudah tepat.
3. Untuk balok dengan beban terpusat dengan kondisi ujung rotasi terhadap sumbu kuat dan juga sendi
terhadap sumbu lemah dan warping , metode panjang efektif memberikan hasil yang tidak aman. Ini
berarti factor modifikasi momen tidak seragam Cb yang tidak cocok.
4. Untuk kasus tumpuan kedua ujung adalah jepit, momen kritis dari metode panjang efektif memberikan
hasil yang sangat tidak aman. Mengingat untuk kasus momen seragam sudah cocok maka berarti faktor
modifikasi momen tidak seragam Cb yang tidak cocok.

Anda mungkin juga menyukai