PENGERTIAN HADIST Etimologi • “Berbicara", "perkataan" atau "percakapan“ • Al jadiid (baru), lawan dari al qadiim, al jadiid ini berorientasi kepada kalam nabi Muhammad SAW, dan sebaliknya al qadiim lebih berorientasi terhadap firman-firman Allah SWT Terminologi • Sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW, baik berupa perkataan (qauly), perbuatan (fi’ly), pembiaran (taqriry) maupun sifatnya. PENGERTIAN SUNNAH Etimologi • Sanna, yasunna, sunnatan, yang berarti perilaku yang mentradisi, norma-norma, undang-undang Terminologi • Menurut ulama Hadist (Muhaddistin), segala perkataan Nabi Muhammad SAW, perbuatannya, dan segala tingkah lakunya. PENGERTIAN SUNNAH • Menurut ulama Ushul Fiqh (Ushuuliiyuun), segala sesuatu yang diriwayatkan dari Nabi Muhammad SAW yang bukan al Qur’an baik berupa segala perkataan, perbuatan, dan pengakuan yang patut dijadikan dalil hukum syara • Menurut Ulama Fiqh (Fuqahaa), segala sesuatu yang berasal dari Nabi Muhammad SAW baik berupa ucapan maupun pekerjaan, tetapi tidak wajib untuk dikerjakan PENGERTIAN KHABAR Etimologi • Berita Terminologi • Sesuatu yang datang dari nabi Muhammad SAW dan dari yang lain seperti para sahabat, tabi’in dan pengikut tabi’in atau orang-orang setelahnya. PENGERTIAN ATSAR Etimologi • Peninggalan atau bekas sesuatu, maksudnya peninggalan atau bekas Nabi (hadits) Terminologi • Segala sesuatu yang diriwayatkan dari para sahabat, dan boleh juga disandarkan pada Nabi. UNSUR-UNSUR HADITS • Rawi adalah orang yang menerima suatu hadits dan menyampaikan atau menuliskan hadits tsb. dalam sebuah kitab. • Matan adalah materi (isi) hadits itu sendiri, baik berupa perkataan atau perbuatan Nabi maupun pembiaran Nabi atas perbuatan sahabat. • Sanad adalah rangkaian rawi yang dapat menghubungkan matan hadits sehingga sampai kepada Nabi Muhammad saw. حدثنا عبيدهللا بن موىس قال :اخربان حنظةل بن اىب سفيان عن اكرمة بن خادل عن ابن معر ريض هللا عهنام قال :قال رسول هللا ص.م .بين الاس-الم عىل مخس شهادة ان الاهل الاهللا وان محمد رسول هللا واقام الصالة وايتاء الزاكة واحلج وصوم رمضان“ .رواه البخارى • Ibnu umar ra. ………………………sebagai rawi pertama • Ikrimah bin khalid …………………sebagai rawi kedua • Handhalah bin abi sufyan ………….sebagai rawi ketiga • Ubaidullah bin musa ……………….sebagai rawi keempat • Imam bukhari ………………………sebagai rawi kelima atau rawi terakhir اخربان حنظةل بن اىب سفيان عن اكرمة بن: حدثنا عبيدهللا بن موىس قال الم- بين الاس.م. قال رسول هللا ص: خادل عن ابن معر ريض هللا عهنام قال عىل مخس شهادة ان الاهل الاهللا وان محمد رسول هللا واقام الصالة وايتاء “رواه البخارى.الزاكة واحلج وصوم رمضان • Bukhari sebagai mudawwin/mukharrij pertama atau awal sanad. • Ubaidullah bin musa sebagai sanad kedua. • Handhalah bin abi sufyan sebagai sanad ketiga. • Ikrimah bin khalid sebagai sanad keempat • Ibnu umar ra. Sebagai sanad kelima atau akhir sanad. Deretan kata-kata mulai dari : الم-ينالاس-- - بsampai kepadaن-ض-- ا- م-صوم ر- وitulah yang dinamakan matan. SYARAT PERAWI • Perawi harus adil. Artinya, perawi tersebut tidak menjalankan kefasikan, dosa-dosa, perbuatan dan perkataan yang hina. • Betul-betul hafal. • Tidak bertentangan dengan perawi yang lebih baik dan lebih dapat dipercaya. • Tidak berillat, yakni tidak memiliki sifat yang membuat haditsnya tidak diterima. • Sekurangnya dikenal oleh dua orang ahli hadits pada jamannya. PENGGOLONGAN ORANG-ORANG YANG MENYAMPAIKAN HADITS: •Sahabat (orang yang seangkatan dengan Nabi yang menerima langsung dari nabi) •Tabi’in (Pengikut, generasi kedua yang menerima dari sahabat nabi) •Tabi tabi’in (Pengikut dari pengikut, orang yang menerima dari generasi Tabi’in KLASIFIKASI HADIST BERDASARKAN UJUNG SANAD • Marfu’, adalah hadits yang sanadnya berujung langsung pada Nabi Muhammad saw • Mauquf, adalah hadits yang sanadnya terhenti pada para sahabat nabi tanpa ada tanda-tanda baik secara perkataan maupun perbuatan yang menunjukkan derajat marfu’. Contoh: Al Bukhari dalam kitab Al-Fara'id (hukum waris) menyampaikan bahwa Abu Bakar, Ibnu Abbas dan Ibnu Al-Zubair mengatakan: "Kakek adalah (diperlakukan seperti) ayah". Pernyataan dalam contoh itu tidak jelas, apakah berasal dari Nabi atau sekadar pendapat para sahabat. • Maqtu’, adalah hadits yang sanadnya berujung pada para tabi'in (penerus) atau sebawahnya. Contoh hadits ini adalah: Imam Muslim meriwayatkan dalam pembukaan sahihnya bahwa Ibnu Sirin mengatakan: "Pengetahuan ini (hadits) adalah agama, maka berhati-hatilah kamu darimana kamu mengambil agamamu". KLASIFIKASI HADIST BERDASARKAN JUMLAH PENUTUR 1. Hadits Mutawatir, adalah hadits yang diriwayatkan oleh sekelompok orang dari beberapa sanad dan tidak terdapat kemungkinan bahwa mereka semua sepakat untuk berdusta bersama akan hal itu. Jadi hadits mutawatir memiliki beberapa sanad dan jumlah penutur pada tiap lapisan generasi (thaqabah) berimbang. Para ulama berbeda pendapat mengenai jumlah sanad minimum hadits mutawatir (sebagian menetapkan 20 dan 40 orang pada tiap lapisan sanad). hadits mutawatir sendiri dapat dibedakan antara dua jenis : • mutawatir lafzhy (lafaz redaksional sama pada tiap riwayat) • ma’nawy (pada redaksional terdapat perbedaan namun makna sama pada tiap riwayat) KLASIFIKASI HADIST BERDASARKAN JUMLAH PENUTUR 2. Hadits Ahad, hadits yang diriwayatkan oleh sekelompok orang namun tidak mencapai tingkatan mutawatir. hadits ahad kemudian dibedakan atas tiga jenis antara lain: • Gharib, bila hanya terdapat satu jalur sanad (pada salah satu lapisan terdapat hanya satu penutur, meski pada lapisan lain mungkin terdapat banyak penutur) • Aziz, bila terdapat dua jalur sanad (dua penutur pada salah satu lapisan, pada lapisan lain lebih banyak) • Masyhur, bila terdapat lebih dari dua jalur sanad (tiga atau lebih penutur pada salah satu lapisan, dan pada lapisan lain lebih banyak) namun tidak mencapai derajat mutawatir. Dinamai juga hadits mustafidl. KLASIFIKASI HADIST BERDASARKAN TINGKAT KEASLIAN HADIST 1. Hadits Sahih, yakni tingkatan tertinggi penerimaan pada suatu hadits. Hadits shahih memenuhi persyaratan sebagai berikut: • Sanadnya bersambung (lihat hadits Musnad di atas); • Diriwayatkan oleh para penutur/rawi yang adil, memiliki sifat istiqomah, berakhlak baik, tidak fasik, terjaga muruah(kehormatan)-nya, dan kuat ingatannya. • Pada saat menerima hadits, masing-masing rawi telah cukup umur (baligh) dan beragama Islam. • Matannya tidak mengandung kejanggalan/bertentangan (syadz) serta tidak ada sebab tersembunyi atau tidak nyata yang mencacatkan hadits (’illat). KLASIFIKASI HADIST BERDASARKAN TINGKAT KEASLIAN HADIST 2. Hadist Hasan, bila hadis yang tersebut sanadnya bersambung, tetapi ada sedikit kelemahan pada rawi(-rawi)nya; misalnya diriwayatkan oleh rawi yang adil namun tidak sempurna ingatannya. Namun matannya tidak syadz atau cacat. 3. Hadist Dhaif (lemah), ialah hadis yang sanadnya tidak bersambung (dapat berupa hadis mauquf, maqthu’, mursal, mu’allaq, mudallas, munqathi’ atau mu’dlal), atau diriwayatkan oleh orang yang tidak adil atau tidak kuat ingatannya, atau mengandung kejanggalan atau cacat. 4. Hadist Maudlu’, bila hadis dicurigai palsu atau buatan karena dalam rantai sanadnya dijumpai penutur yang dikenal sebagai pendusta. JENIS HADITS DHA’IF • Hadits Mursal: Hadits yang tidak menyebut sahabat dalam rangkaian perawinya. • Hadits Munqathi’: Hadits yang sanadnya terputus di tengah, karena ada rawi yang hilang, atau rawi yang tidak dikenal identitasnya. • Hadits Maqlub: Hadits yang susunan rawi- rawinya terbalik dalam sanadnya, atau terbalik antara sanad dan matannya. JENIS HADITS DHA’IF • Hadits Munkar: Hadits yang matannya tidak dikenal, kecuali dari seorang rawi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kekuatan hafalannya. • Hadits Matruk: Hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang diketahui suka berbohong, sering salah, fasik (suka berbuat dosa besar) atau teledor, sedangkan haditsnya hanya didapat dari perawi ini saja. KLASIFIKASI HADIST BERDASARKAN KONSEKUENSI HUKUMNYA 1.Hadits Maqbul (diterima): terdiri dari hadits shahih dan hadits hasan 2.Hadits Mardud (ditolak): yaitu hadits dha’if dan Hadist maudlu’ KLASIFIKASI HADIST BERDASARKAN ISNAD DAN MATAN 1.Qath’i, hadist yang sanad dan matan nya sudah sangat jelas dan terinci, sehingga tidak mungkin ada perbedaan penafsiran 2.Zhanni, hadist masih umum, belum jelas dan terinci, sehingga memerlukan penjelasan HADIST QUDSI • Hadist qudsi ialah hadis yang berisi perkataan Rasulullah mengenai firman Allah yang diwahyukan secara langsung. • Makna hadis ini berasal dari Allah, akan tetapi—berbeda dengan Alquran--, kata-katanya adalah kata-kata Rasulullah. • Hadist qudsi ini, sebagian, kemudian disampaikan kepada sahabat-sahabat Rasul yang tertentu. • Karenanya, tingkat kesahihan hadis qudsi ini serupa dengan hadis yang lain-lain, dan diukur dengan cara yang serupa pula di atas. CONTOH HADIST QUDSI ول اهَّلل ِ َصىَّل اهَّلل ُ عَلَ ْي ِه ُ قَا َل َر ُس: قَا َل،َع ْن َأيِب ه َُرْي َر َة َريِض َ اهَّلل ُ َع ْن ُه ِب َي ِدي الل َّ ْي ُل، َوَأاَن َّادله ُْر، ي َ ُس ُّب بَيِن ب َ ُنو آ َد َم َّادله َْر: ُ َو َسمَّل َ ” قَا َل اهَّلل (َوالهَّن َ ُار”(رواه البخاري وكذكل مسمل Diriwayatkan dari Abi Hurairah r.a, beliau berkata, telah bersabda Rasulullah SAW, “Allah Telah Berfirman,’Anak – anak adam (umat manusia) mengecam waktu; dan aku adalah (Pemilik) Waktu; dalam kekuasaanku malam dan siang’ ” Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan begitu juga Muslim CONTOH HADIST QUDSI ” : َ ول اهَّلل ِ َصىَّل اهَّلل ُ عَلَ ْي ِه َو َسمَّل ُ قَا َل َر ُس: قَا َل،َع ْن َأيِب ه َُرْي َر َة َريِض َ اهَّلل ُ َع ْن ُه َأاَن َأ ْغىَن الرُّش َ اَك ِء َع ْن الرِّش ْ ِك؛ َم ْن مَع ِ َل مَع َ اًل َأرْش َ َك ِفي ِه: قَا َل اهَّلل ُ تَ َب َار َك َوتَ َعاىَل ((رواه مسمل وكذكل ابن ماجه.” تَ َر ْك ُت ُه َورِش ْ َك ُه،َم ِعي غَرْي ِي Diriwayatkan dari Abi Hurairah r.a, beliau berkata, Telah bersabda Rasulullah SAW, “Telah berfirman Allah tabaraka wa ta’ala (Yang Maha Suci dan Maha Luhur), Aku adalah Dzat Yang Maha Mandiri, Yang Paling tidak membutuhkan sekutu; Barang siapa beramal sebuah amal menyekutukan Aku dalam amalan itu, maka Aku meninggalkannya dan sekutunya” Diriwayatkan oleh Muslim (dan begitu juga oleh Ibnu Majah) KOMPILASI HADITS • Pada awalnya Rasulullah saw melarang para sahabat menuliskan hadits, karena dikhawatirkan akan bercampur-baur penulisannya dengan Al-Qur’an. • Perintah untuk menuliskan hadits yang pertama kali adalah oleh khalifah Umar bin Abdul Aziz. Beliau menulis surat kepada gubernurnya di Madinah yaitu Abu bakar bin Muhammad bin Amr Hazm Al-Alshari untuk membukukan hadits. KOMPILASI HADITS • Ulama yang pertama kali mengumpulkan hadits adalah Ar- Rabi Bin Shabi dan Said bin Abi Arabah, akan tetapi pengumpulan hadits tersebut masih acak (tercampur antara yang shahih dengan, dha’if, dan perkataan para sahabat. • Pada kurun ke-2 imam Malik menulis kitab Al-Muwatha di Madinah, di Makkah Hadits dikumpulkan oleh Abu Muhammad Abdul Malik Bin Ibnu Juraiz, di Syam oleh imam Al-Auza i, di Kuffah oleh Sufyan At-Tsauri, di Bashrah oleh Hammad Bin Salamah. KOMPILASI HADITS • Pada abad ke-3 H penulisan dan pembukuan hadits mencapai puncaknya. Ditandai dengan munculnya karya besar kumpulan hadits yang ditulis oleh Imam Ahmad bin Hanbal yang disebut Musnad Ahmad bin Hanbal. Setelah itu muncul kumpulan hadits yang disusun Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Abu Daud, Imam Tirmizi, Imam Ibnu Majah dan Imam Nasa’I yang disebut Al-Kutubus Sittah. KEHUJJAHAN HADITS ون رَّ ك َ ف تي ُم ه َّ لعَ لو م ِ َ ُ َ َ ْ َ َ ْ o ُ َ َّ َ َ َ َ هْي ل َ ل ِز ِّ - ن ا م ِ اس ن ل ِ ل نِّيب ت ُ ِ ل ر ْ ك ِّ اِذلo - َ ك ي ْ َ ل ا نْ َ وَأ َنزل... …Dan Kami turunkan kepadamu Al Quran, agar kamuِإ ِإ menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan. (QS: An Nahl:44) ِ َو ُسنّ َة َر ُس ْوهِل، هللا ِ ِكت َا َب: تَر ْك ُت فيمُك ْ َأ ْم َرْي ِن ْلن تَ ِضلُّوا ما تَم َّس ْكمُت ْ هِب ِ َما Aku tinggalkan bagi kamu dua perkara yang mana kamu tidak akan sesat selagimana kamu berpegang teguh kepadanya : Kitab Allah dan Sunnah RasulNya. (Hadis riwayat Imam Malik & Tirmizi) KEHUJJAHAN HADITS • Yusuf Musa menyatakan, sejak abad pertama lampau, seluruh umat Islam menempatkan hadist pada peringkat pertama sesudah al-Qur`an. • ‘Ajjaj al-Khathib menyatakan, al-Qur`an dan hadist merupakan dua sumber hukum Islam yang bersifat permanen. Tidaklah mungkin bagi umat Islam, termasuk para mujtahid dapat mengetahui masalah- masalah syar’iyyah tanpa menoleh kepada keduanya. FUNGSI HADITS TERHADAP AL- QUR’AN •Bayan Taqrir disebut juga bayan at-ta’qid atau bayan al-isbat, yaitu jika hadis menetapkan serta memperkuat apa yang telah diterangkakn dalam Al-Qur’an. Fungsi hadis dalam hal ini hanya memperkuat isi atau kandungan Al- Qur’an. FUNGSI HADITS TERHADAP AL- QUR’AN Rasulullah saw. Bersabda,” tidak akan diterima sholat seseorang yang berhadas hingga dia berwudu”.(H.R.al-Bukhari no.hadis:132) sesuai dengan firman Allah SWT. (QS AL Maidah:6) ٱ ٱ ٱ ٱ يَٰ َٓأهُّي َا ذَّل ِ َين َءا َمنُ ٓو ۟ا َذا ُق ْممُت ْ ىَل َّلصلَ ٰو ِة فَ ْغ ِسلُو ۟ا ُو ُجو َهمُك ْ َوَأيْ ِديَمُك ْ ىَل لْ َم َرا ِف ِق ِإ ْ ٱ ِإ َ ِإ ِ وسمُك ْ َوَأ ْر ُجلمُك ْ ىَل ل َك ْع َبنْي ِ َو ْم َس ُحو ۟ا ِب ُر ُءٱ “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak ِإ mengerjakan salat, maka basuhlah muka dan tanganmu sampai dengan siku, dan usaplah kepala dan kakimu sampai dengan kedua mata kaki." FUNGSI HADITS TERHADAP AL- QUR’AN •Bayan at-tafsil berarti penjelasan dengan memerinci kandungan ayat-ayat yang mujmal, ayat yang masih bersifat global yang memerlukan mubayyin (penjelasan). FUNGSI HADITS TERHADAP AL- QUR’AN Kewajiban shalat, dalam Al-Qur’an dinyatakan dalam bentuk yang masih mujmal ْ الصاَل ُة فَلْ ُي َؤ ِ ّذ ْن لَمُك ْ َأ َح ُدمُك ْ َولْ َي ُؤ َّممُك َأ ْكرَب ُ مُك َّ َو َصلُّوا اَمَك َرَأيْ ُت ُمويِن ُأ َصيِّل فَ َذا َحرَض َ ْت "Shalatlah kalian seperti kalian melihat aku shalat. Maka ِإ jika waktu shalat sudah tiba, hendaklah salah seorang dari kalian mengumandangkan adzan, dan hendaklah yang menjadi Imam adalah yang paling tua di antara kalian." (HR. Bukhari: 595, Sahih menurut Ijma' Ulama)” FUNGSI HADITS TERHADAP AL- QUR’AN • Bayan at-taqyid adalah penjelasan hadist dengan cara membatasi ayat-ayat yang bersifat mutlak dengan sifat, keadaan, atau syarat tertentu. Kata mutlak artinya kata yang merujuk pada hakikat kata itu sendiri apa adanya tanpa memandang jumlah atau sifatnya. Penjelasan Nabi berupa taqyid terhadap ayayt-ayat Al-Qur’an yang mutlak. FUNGSI HADITS TERHADAP AL- QUR’AN Firman Allah SWT Q.S. Al-Maidah/5 Ayat 38. َوال َّس ِار ُق َوال َّس ِارقَ ُة فَا ْق َط ُعوا َأيْ ِدهَي ُ َما َج َز ًاء ِب َما َك َس َبا نَاَك اًل ِم َن اهَّلل ِ ۗ َواهَّلل ُ َع ِز ٌيز َح ِك ٌمي “Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” Dari ‘Aisyah dari Muhammad saw. Bersabda “Tangan pencuri dipotong jika curian senilai seperempat dinar.” (H.R. al-Bukhari no. Hadis:6292) FUNGSI HADITS TERHADAP AL- QUR’AN •Bayan at-takhsis adalah penjelasan Nabi Muhammad SAW. dengan cara membatasi atau mengkhususkan ayat- ayat Al-Qur’an yang bersifat umu (‘am) sehingga tidak berlaku pada bagian- bagian tertentu yang mendapat pengecualian. FUNGSI HADITS TERHADAP AL- QUR’AN ٱ ٱ ِّ ُأْلنثَيَ ِنْي-oيُو ِصيمُك ُ هَّلل ُ ىِف ٓ َأ ْولَٰ ِدمُك ْ ۖ ِل َّذل َك ِر ِمثْ ُل َحِظ “Allah mensyariatkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu: bahagian seorang anak lelaki sama dengan bahagian dua orang anak perempuan” (QS An Nisa:10) Rasulullah saw. bersabda, “Kami (para nabi) tidak mewarisi sesuatu pun, yang kami tinggalkan hanya berupa sedekah”.(H.R. al-Bukhari no. Hadis:3302) FUNGSI HADITS TERHADAP AL- QUR’AN •Bayan at-tasyri’ adalah penjelasn hadis yang berupa penetapan suatu hukum atau aturan syar’i yang tidak didapati nasnya dalam Al-Qur’an. FUNGSI HADITS TERHADAP AL- QUR’AN ِ ِ َ اَك آ اَل الص َة َو تُوا َّالز َة َو ْارك ُعوا َم َع َّالراكع َني ِ ق َّ َوَأ ميُوا “Dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah bersama dengan orang-orang yang ruku’.” (QS. Al-Baqarah: 43) Dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah saw. “Telah mewajibkan Zakat Fitra dibulan Ramadan atas setiap muslim, baik dia itu merdeka atau hambah laki-laki atau perempuan, yaitu satu sha’ kurma satu sha’ gandum”.(H.R. Muslim no. Hadis:1635) FUNGSI HADITS TERHADAP AL- QUR’AN •Bayan naskh adalah penjelasan hadis yang menghapus ketentuan hukum yang terdepat dalam Al-Qur’an. Hadis yang datang setelah Al-Qur’an menghapus ketentuan-ketentuan Al- Qur’an. FUNGSI HADITS TERHADAP AL- QUR’AN .....maka tidak ada wasiat bagi ahli waris.(H.R. Abu Dawud no. Hadis:2486) Hadis tersebut men-naskh ketentuan dalam Q.S. Al-Baqarah:180 . ٱ ٱ ٱ َ َأ َحدَ مُك ُ لْ َم ْو ُت ن تَ َر َك َخرْي ً ا لْ َو ِصيَّ ُة ِللْ َ ٰو دِل َ ْي ِن َو َأْل ْق َ ِرب َني ُك ِت َب عَلَ ْيمُك ْ َذا َحرَض ِإ لْ ُمتَّ ِق َنيٱ ِإ ٱ ِ ِب لْ َم ْع ُر وف ۖ َحقًّا عَىَل “Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan (tanda-tanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiat untuk ibu-bapak dan karib kerabatnya secara ma'ruf, (ini adalah) kewajiban atas orang-orang yang bertakwa”. KEDUDUKAN HADIST DALAM ISLAM اَي َأهُّي َا اذَّل ِ َين َآ َمنُوا َأ ِطي ُعوا اهَّلل َ َوَأ ِطي ُعوا َّالر ُسو َل َوُأويِل اَأْل ْم ِر ِمنْمُك ْ فَ ْن تَنَ َاز ْع ْمُت ِإ … يِف يَش ْ ٍء فَ ُردُّو ُه ىَل اهَّلل ِ َو َّالر ُس ِول “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ِإ ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembali kanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya)…” (Q.S An Nisa:59)