Anda di halaman 1dari 5

PERJANJIAN TUKAR MENUKAR

(BARTER)

• TUKAR MENUKAR adalah suatu perjanjian dengan mana kedua belah pihak
mengikatkan dirinya untuk saling memberikan suatu barang secara timbal balik
sebagai gantinya suatu barang lain (Ps.1541 BW).
• OBYEK TUKAR MENUKAR : segala yang dapat dijual dapat juga dijadikan
sebagai obyek tukar menukar (Ps.1542 BW).
• SUBYEK TUKAR MENUKAR : harus pemilik barang pada saat penyerahan.
Terhadap barang bergerak berlaku Pasal 1977 ayat (1) BW.
• SAAT TERJADINYA PERJANJIAN ---- lahir (hak & kewajiban) saat sepakat
(konsensuil)
• Tukar menukar perjanjian obligator---- hak milik belum berpindah sebelum ada
penyerahan.
• Apabila Pihak I telah menerima barang yang ditukarkan kepadanya
dan ia dapat membuktikan bahwa Pihak II bukan pemiliknya, maka
Pihak I tidak wajib menyerahkan barang yang telah ia janjikan,
melainkan hanya wajib mengembalikan barang yang telah diterimanya
(1543 BW).

• RISIKO PADA PERJANJIAN TUKAR MENUKAR :


kalau barang musnah di luar kesalahan pemilik sebelum diserahkan
pada pihak II—perjanjian gugur. Pihak yang telah menyerahkan barang
berhak menuntut kembali barangnya ---- Risiko ada pada pemilik
barang (Ps.1545 BW).

• Pihak yang harus melepaskan barangnya kepada pihak lain karena


penghukuman, dapat memilih alternatif (Ps.1544 BW) :
1. Menuntut ganti rugi, atau
2. Menuntut pengembalian barang.

• Ketentuan tentang perjanjian jual beli juga berlaku terhadap perjanjian


tukar menukar.
PERJANJIAN IMBAL BELI
(COUNTER TRADE/COUNTER PURCHASE/BARTER)

• IMBAL BELI : transaksi dagang dimana sebuah perusahaan


mengekspor barang tertentu ke suatu negara lain tetapi juga harus
mengimpor barang lain dari negara lain tersebut sebagai imbalannya.

• MOTIF MELAKUKAN IMBAL BELI :


1. Negara tidak cukup devisa untuk membeli suatu produk;
2. Devisa cukup tersedia, tetapi dipersiapkan untuk keperluan lain yang
lebih penting;
3. Negara pembeli barang ingin juga memasarkan produknya, dalam
rangka meningkatkan ekspor terutama terhadap barang yang sulit
dijual

• MASALAH BAGI PENJUAL BARANG :


1. Barang tidak fit---- tidak dapat digunakan sendiri dan tidak sellable
2. Barang tidak memenuhi standar kualitas; sehingga perlu Pihak
ketiga untuk memasarkan barang, biasanya dengan sistem discount
PENGGOLONGAN PERJANJIAN IMBAL BELI

IMBAL BELI DILIHAT DARI BIDANG USAHANYA :


• COMMERCIAL COUNTER TRADE
Mitra dagang setuju setelah menjual barang kemudian membeli produk tertentu dari
negara yang bersangkutan.
Contoh : Negara X menjual 1000 barrel minyak mentah ke negara Y, kemudian negara
X membeli beras dari negara Y.

• INDUSTRIAL COUNTER TRADE


Negara industri menjual peralatan canggih dan teknologi, kemudian membeli produk
hasil teknologi tersebut.
Contoh : Negara A mentransfer teknologi petroleum ke negara B, dan negara B akan
membeli
produk petroleum tersebut dalam waktu 10 tahun

PENGGOLONGAN IMBAL BELI DILIHAT DARI TEKNIS PELAKSANAANNYA :


1. Counter Purcase; 7. Program Import entitlement;
2. Compensation/Buyback; 8. Pola Perjanjian Framework;
3. Metode Barter; 9. Imbal Beli yang Proactive;
4. Perjanjian Clearing; 10. Reverse Counter Trade;
5. Switch Trading; 11. Persyaratan Performance Tertentu.
6. Transaksi Offset;
KEDUDUKAN IMBAL BELI DALAM TATA HUKUM INDONESIA

• Karena bisnis ini sangat international trading


oriented, maka melibatkan hukum dalam 2 segi
yaitu: (1) Hukum Intern Indonesia dan (2). Hukum
Bisnis Internasional.

• Aspek Hukum Intern Indonesia---- asas kebebasan


berkontrak Ps.1338 ayat (1) BW. Kemungkinan
Imbal beli tunduk pada aturan mana :
1. Tunduk pada ketentuan Umum Buku III BW; atau
2. Tunduk pada salah satu perjanjian bernama
seperti jual beli / tukarmenukar

*Dokumentasi Hukum Terhadap Imbal Beli :


1. Sistem dokumentasinya khas, rumit, multi
dokumen;
2. Berisiko besar
3. Kurang dikenal orang.

Anda mungkin juga menyukai