Kuasa Para Pihak HIR tidak mewajibkan para pihak untuk mewakilkan kepada orang lain, sehingga pemeriksaan di pengdilan dapat dilakukan secara langsung terhadap para pihak yang berkepentingan ( Pasal 123 HIR/Pasal 147 RBg) Akan tetapi jika seseorang atau sekelompok orang yang bersengketa baik sebagai Penggugat maupun Tergugat, dapat menggunakan jasa seorang Advokat selaku Kuasa Hukum untuk bertindak mewakili kepentingan Penggugat atau Tergugat di pengadilan dan atau di luar pengadilan Kuasa Para Pihak Seorang Kuasa Hukum yang dapat mewakili kepentingan klien, baik di pengadilan maupun di luar pengadilan haruslah advokat resmi yang telah mendapatkan izin praktik sebagaimana diatur dalam UU Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat. Surat Kuasa Pengertian Surat Kuasa secara umum adalah surat yang berisi pelimpahan kuasa atau wewenang dari seseorang kepada orang lain yang dipercaya agar dapat bertindak sebagai wakil dari orang yang memberi wewenang disebabkan orang yang memberikan wewenang tersebut tidak dapat melaksanakannya sendiri Surat Kuasa Secara umum dikenal 2 macam Surat Kuasa yaitu : 1. Surat Kuasa Umum 2. Surat Kuasa Khusus
Surat Kuasa Umum, adalah Surat Kuasa yang tujuan
pembuatannya adalah untuk memberikan kuasa kepada penerima kuasa dalam hal menjalankan berbagai macam perbuatan tanpa memperinci secara jelas jenis objek, jenis perbuatan yang dikuasakan Surat Kuasa Khusus, adalah jenis Surat Kuasa yang dirumuskan secara khusus untuk keperluan perbuatan tertentu Surat Kuasa Khusus Surat Kuasa yang dapat digunakan untuk beracara di pengadilan baik untuk mewakili kepentingan pihak Penggugat atau pihak Tergugat harus dalam bentuk Surat Kuasa Khusus Sebagaimana diatur dalam Surat Edaran Mahkamah Agung tanggal 19 Januari 1959 Nomor 2 Tahun 1959 jo tanggal 14 Oktober 1994 Nomor 6 Tahun 1994, yang menentukan bahwa Surat Kuasa Khusus adalah Surat Kuasa yang khusus tentang subjeknya, objeknya, materi perkaranya, pengadilannya, serta tingkat proses perkaranya, yaitu tingkat Pengadilan tingkat pertama, Banding (Pengadilan Tinggi), dan Kasasi (Mahkamah Agung). Kuasa boleh diberikan per tingkat, tetapi boleh juga untuk tingkat pertama sampai dengan tingkat Kasasi Surat Kuasa Khusus Surat Kuasa Khusus untuk perkara perdata harus menyebutkan secara tegas dan jelas Pihak Penggugat, Tergugat dan Objek Perkaranya Misalnya : Sengketa tanah letaknya di …., sertifikat nomor ….., luasnya ….., atas nama ….., batas-batas nya….., serta tentang perkara apa ? Misalnya sengketa waris, perbuatan melawan hukum, wanprestasi. Serta disebutkan pengadilannya. Kemudian apabila kuasa untuk perkara yang sudah terdaftar di pengadilan, harus menyebutkan pula nomor perkaranya