Anda di halaman 1dari 17

MODEL-MODEL RELASI Rusmadi

SAINS DAN AGAMA


REFLEKSI PERTEMUAN
SEBELUMNYA…
Klasik
Kita telah
sedikit Pertengahan / Skolastik
mengetahui
tentang sejarah Modern
peradaban
manusia Postmodern
REFLEKSI….
Apa yang kita dapat ambil pelajaran dari sejarah peradaban manusia tersebut?
1. Terjadi dinamika yang rumit terkait relasi sains dan agama, terutama Abad
Pertengahan dan Abad Modern
2. Abad Pertengahan:
a) Ilmu pengetahuan / sains tidak bisa berkembang  karena dikendalikan oleh agama
b) Integrasi yang muncul itu integrasi semu  karena sains ditundukan oleh agama

3. Abad Modern:
a) Terjadinya sekulerisme ilmu pengetahuan
b) Terjadinya dikotomi Ilmu pengetahuan
c) Terjadinya ateisme ilmu pengetahuan
MODEL-MODEL RELASI SAINS
DAN AGAMA
Konflik
Ian G. Barbour
melalui karyanya,
Religion in an Age of Independensi
Model Relasi
Science (1990), Sains dan
membagi relasi sains Agama
Dialog
dan agama ke dalam
4 model
Integrasi
MODEL KONFLIK
 Pandangan ini menempatkan sains dan agama dalam dua
ekstrim yang saling bertentangan  Bahwa sains dan agama
memberikan pernyataan yang berlawanan sehingga orang harus
memilih salah satu di antara keduanya.
 Masing-masing menghimpun penganut dengan mengambil
posisi-posisi yang berseberangan  Sains menegasikan
eksistensi agama, begitu juga sebaliknya. Keduanya hanya
mengakui keabsahan eksistensi masing-masing.
MODEL KONFLIK
Argumentasi:
1. Agama jelas-jelas tidak dapat membuktikan kebenaran ajaran-ajarannya
dengan tegas, padahal sains dapat melakukan itu.
2. Agama mencoba bersifat diam-diam dan tidak mau memberi petunjuk
bukti konkrit tentang keberadaan Tuhan, sementara di pihak lain sains
mau menguji semua hipotesis dan semua teorinya berdasarkan
pengalaman (empirisme) dan juga penalaran (rasionalisme)  belum
apa-apa sudah dibilang akal manusia memiliki keterbatasan, lalu ada
penegasan bahwa Aku (Tuhan) lebih tahu tentang apa-apa yang tidak
kamu ketahui”
MODEL KONFLIK
Faktor Penyebab:
1. Dominasi gereja dan sikap radikal kaum agamawan Kristen di Eropa yang hanya
mengakui kebenaran dan kesucian Kitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, sehingga
siapa saja yang mengingkarinya dianggap kafir dan berhak mendapatkan hukuman
2. Dilakukannya penyelidikan-penyelidikan ilmiah yang hasilnya bertentangan dengan
kepercayaan yang dianut oleh pihak gereja (kaum agamawan)  Kasus Galileo dan
Copernicus pada abad ke 16
3. Sebahagian saintis berasumsi bahwa metode ilmiah merupakan satu-satunya sumber
pengetahuan yang dapat dipercaya dan dipahami  objektif
4. Sedangkan sebagian agamawan, tidak dilakukannya penyelidikan-penyelidikan 
doktriner dan subjektif
KOMENTAR…
 Pertentangan yang terjadi di dunia Barat pada abad 16 lalu
sesungguhnya disebabkan oleh cara pandang yang keliru terhadap
hakikat sains dan agama.
 Padahal, sains dapat memurnikan agama dari kekeliruan dan
klenik, sementara agama dapat memurnikan sains dari keberhalaan
dan keyakinan mutlak yang keliru.
 Dengan keduanyalah, yakni agama dan sains, kita mendapatkan
pandangan yang lebih luas dalam membangun keilmuan masa
dewasa ini.
INDEPENDENSI
 Agama dan sains dianggap mempunyai kebenaran sendiri-
sendiri yang terpisah satu sama lain, sehingga bisa hidup
berdampingan dengan damai  berasumsi konflik tidak perlu,
justru kita perlu mengakui perbedaan karakter keilmuan dari agama
dan sains.
 Pemisahan wilayah ini dapat berdasarkan “masalah yang dikaji”
atau “domain” dan “metode yang digunakan”  misalnya: sains
berhubungan dengan fakta, dan agama mencakup nilai-nilai.
Keduanya memiliki domain masing-masing. Keduanya berdiri
dalam “kotak-kotak” keilmuan secara mutlak
INDEPENDENSI
Argumentasi:
1. Sains bekerja mengeksplorasi fenemona alam, sementara agama bekerja mengeksplorasi
fenomena wahyu  memberikan seperangkat pedoman, nilai, dan menawarkan jalan
hidup.
2. Melalui agama, Tuhanlah yang merupakan sumber-sumber nilai, baik alam nyata maupun
gaib. Sementara sains hanya berhubungan dengan alam nyata saja  misalnya: ghoib
hanya bisa didekati dengan keimanan. Sains dibangun atas pengamatan dan penalaran
manusia sedangkan agama berdasarkan wahyu Ilahi
3. Keduanya, antara sains dan agama, memiliki domain, dan metode sendiri di dalam
menemukan kebenaran, tetapi antar keduanya tidak saling berkonflik.
KOMENTAR…
 Pandangan independen ini kemungkinan bisa menghindari
terjadinya konflik antara agama dan sains.
 Tetapi hal tersebut juga masih tidak membuka ruang dialog
konstruktif dan pengayaan di antara keduanya, karena hanya
berjalan sendiri-sendiri.
 Hal ini penting karena kita menghayati kehidupan bukan sebagai
bagian-bagian yang saling terpisah-pisah: antara kita sebagai
saintis dan kita sebagai manusia beragama, keduanya ada dalam
diri kita.
DIALOG
 Pandangan ini menawarkan hubungan antara sains dan agama dengan
interaksi yang lebih konstruktif dari pada pandangan independensi,
apalagi pandangan konflik  karena antara sains dan agama terdapat
kesamaan yang bisa didialogkan, bahkan bisa saling mendukung satu sama
lain.
 Dialog yang dilakukan dalam membandingkan sains dan agama adalah
menekankan kemiripan dalam prediksi metode dan konsep.
DIALOG
Argumentasi:
1. Meski agama dan sains berbeda secara logis dan linguis, tetapi dalam
dunia nyata mereka tidak bisa dikotak-kotakkan dengan mutlak
sebagaimana pandangan indenpendensi  Bagaimanapun juga agama
telah membantu membentuk sejarah sains, dan pada gilirannya
pandangan ilmiah pun telah mempengaruhi keyakinan-keyakinan agama
2. Dalam hakikat ilmu pengetahuan, bahkan cara-cara sains dan agama
hampir-hampir tidak begitu berbeda  Pada pendekatan dialog ini sains
tidak lagi tampak sangat murni dan objektif sebagaimana biasanya, dan
demikian pula agama tidak tampak sangat tidak murni atau subjektif.
KOMENTAR…
 Kesejajaran konseptual maupun metodologis menawarkan kemungkinan interaksi
antara sains dan agama secara dialogis dengan tetap mempertahankan integritas
masing-masing  tidak menundukan, tidak saling menafikan, juga tidak berdiri
sendiri, melainkan bisa saling berdialog.
 Ada beberapa pertayaan yang tidak bisa dijawab oleh sains, melainkan hanya
dijawab melalui agama  misal: mengapa alam semesta ini diciptakan? Kenapa
sedemikian teratur? Kenapa kita hidup?, kemana setela kita mati? dan sebagainya.
 Menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, saintis dan agamawan dapat menjadi mitra
dialog dalam menjelaskan fenomena tersebut dengan tetap menghormati integritas
masing-masing keilmuan.
INTEGRASI
 Jika pandangan dialog hanya memposisikan antara sains dan agama anya saling
membantu, tetapi sesungguhnya masing-masing memiliki domain sendiri-sendiri.
Maka pandangan ini melahirkan hubungan yang lebih bersahabat daripada
pendekatan dialog dengan mencari titik temu di antara sains dan agama
 Sains dan doktrin-doktrin keagamaan, sama-sama dianggap valid dan menjadi
sumber koheren dalam pandangan dunia. Bahkan pemahaman tentang dunia yang
diperoleh melalui sains diharapkan dapat memperkaya pemahaman keagamaan
bagi manusia yang beriman.
 Pandangan integrasi Sains dan agama akan memberikan wawasan yang lebih
besar mencakup sains dan agama sehingga dapat bekerja sama secara aktif
INTEGRASI
Argumentasi:
1. Pandangan integrasi berangkat dari data ilmiah yang menawarkan bukti
konsklusif bagi keyakinan agama, untuk memperoleh kesepakatan dan
kesadaran akan eksistensi Tuhan.
2. Pandangan integrasi juga sekaligus menelaah ulang doktrin-doktrin agama
dalam relevansinya dengan teori-teori ilmiah, atau dengan kata lain,
keyakinan agama diuji dengan kriteria tertentu dan dirumuskan ulang
sesuai dengan penemuan sains terkini.
SEKIAN…

Anda mungkin juga menyukai