Anda di halaman 1dari 14

Real Analysis II

Pertemuan 4

Pendidikan Matematika FST UIN Walisongo Semarang


Nur Khasanah
1.5 Continuity and Gauges
Definition 1. A partition of an interval 𝐼 ≔ [𝑎, 𝑏] is a collection 𝒫 = {𝐼1 , 𝐼2 , ⋯ , 𝐼𝑛 }
of non-overlapping closed intervals whose union is [𝑎, 𝑏]. We ordinarily denoted the
intervals by 𝐼𝑖 ≔ [𝑥𝑖−1 , 𝑥𝑖 ], where

𝑎 = 𝑥0 < ⋯ < 𝑥𝑖−1 < 𝑥𝑖 < ⋯ < 𝑥𝑛 = 𝑏.

The points 𝑥𝑖 (𝑖 = 0, ⋯ , 𝑛) are called the partition points of 𝒫. If a point 𝑡𝑖 has


been chosen from each interval 𝐼𝑖 , for 𝑖 = 0, ⋯ , 𝑛, then the points 𝑡𝑖 are called the
tags and the set of ordered pairs

𝒫ሶ = { 𝐼1 , 𝑡1 , ⋯ , 𝐼𝑛 , 𝑡𝑛 }

is called a tagged partition of 𝐼.


Definition 2. A gauge on 𝐼 is a strictly positive function defined on 𝐼. If 𝛿 is a gauge
on 𝐼, then a (tagged) partition 𝒫ሶ is said to be 𝛿 −fine if

𝑡𝑖 ∈ 𝐼𝑖 ⊆ 𝑡𝑖 − 𝛿 𝑡𝑖 , 𝑡𝑖 + 𝛿 𝑡𝑖 for 𝑖 = 1, ⋯ , 𝑛.

We note that the notion of 𝛿 −fineness requires that the partition be tagged, so we
do not need to say “tagged partition” in this case.
Lemma 3. If a partition 𝒫ሶ of 𝐼 ≔ [𝑎, 𝑏] is 𝛿 −fine and 𝑥 ∈ 𝐼, then there exists a tag
𝑡𝑖 in 𝒫ሶ such that 𝑥 − 𝑡𝑖 ≤ 𝛿(𝑡𝑖 ).

Proof. Jika 𝑥 ∈ 𝐼, maka terdapat sub interval [𝑥𝑖−1 , 𝑥𝑖 ] dari 𝒫ሶ yang memuat 𝑥. Karena 𝒫ሶ merupakan 𝛿 −fine,
maka

𝑡𝑖 − 𝛿 𝑡𝑖 ≤ 𝑥𝑖−1 ≤ 𝑥 ≤ 𝑥𝑖 ≤ 𝑡𝑖 + 𝛿 𝑡𝑖 ,

dimana berakibat 𝑥 − 𝑡𝑖 ≤ 𝛿(𝑡𝑖 ). ■

Example. Diberikan 𝛾 terfinisikan pada 𝐼 ≔ [0,1] dengan


1
, 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑥 = 0 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑥 = 1,
10
1 1
𝛾 𝑥 ≔ 𝑥 , 𝑗𝑖𝑘𝑎 0 < 𝑥 ≤ 2,
2
1 1
1−𝑥 , 𝑗𝑖𝑘𝑎 2 < 𝑥 < 1.
2
Maka 𝛾 merupakan terukur pada 𝐼 dan contoh ini menunjukkan bahwa sub interval pada sembarang partisi
𝛾 −fine yang memuat titik 0 atau 1 harus memiliki titik-titik tersebut sebagai label.
Theorem 4. If 𝛿 is a gauge defined on the interval [𝑎, 𝑏], then there exists a 𝛿 −fine
partition of [𝑎, 𝑏].

Proof. Misalkan 𝐸 merupakan himpunan dari setiap titik 𝑥 ∈ [𝑎, 𝑏] sedemikian sehingga terdapat partisi
𝛿 −fine dari sub interval [𝑎, 𝑥]. Himpunan 𝐸 merupakan himpunan tak kosong karena pasangan ( 𝑎, 𝑥 , 𝑎)
merupakan partisi 𝛿 −fine dari interval [𝑎, 𝑥] dimana 𝑥 ∈ [𝑎, 𝑎 + 𝛿 𝑎 ] dan 𝑥 ≤ 𝑏. Karena 𝐸 ⊆ [𝑎, 𝑏],
himpunan 𝐸 juga terbatas. Misalkan 𝑢 ≔ sup 𝐸 sedemikian sehingga 𝑎 < 𝑢 ≤ 𝑏. Kita akan menunjukkan
bahwa 𝑢 ∈ 𝐸 dan 𝑢 = 𝑏.

Anggap bahwa 𝑢 ∈ 𝐸. Karena 𝑢 − 𝛿 𝑢 < 𝑢 = sup 𝐸, terdapat 𝑣 ∈ 𝐸 sedemikian sehingga 𝑢 − 𝛿 𝑢 < 𝑣 < 𝑢.
Misalkan 𝒫ሶ1 merupakan partisi 𝛿 −fine dari [𝑎, 𝑣] dan 𝒫ሶ 2 ≔ 𝒫ሶ1 ∪ 𝑣, 𝑢 , 𝑢 . Selanjutnya 𝒫ሶ 2 merupkan partisi
𝛿 −fine dari [𝑎, 𝑢], maka 𝑢 ∈ 𝐸.

Jika 𝑢 < 𝑏, misalkan 𝑤 ∈ [𝑎, 𝑏] sedemikian sehingga 𝑢 < 𝑤 < 𝑢 + 𝛿 𝑢 . Jika 𝒬ሶ 1 merupakan partisi 𝛿 −fine
dari [𝑎, 𝑢], misalkan 𝒬ሶ 2 ≔ 𝒬ሶ 1 ∪ 𝑢, 𝑤 , 𝑢 . Selanjutnya 𝒬ሶ 2 merupakan partisi 𝛿 −fine dari [𝑎, 𝑤], maka 𝑤 ∈ 𝐸.
Namun hal ini kontradiksi pada asumsi bahwa 𝑢 merupakan batas atas dari 𝐸. Oleh sebab itu, 𝑢 = 𝑏. ■
1.6 Monotone and Inverse Functions
Recall that if 𝐴 ⊆ 𝑅, then a function 𝑓: 𝐴 → 𝑅 is said to be increasing on 𝐴 if
whenever 𝑥1 , 𝑥2 ∈ 𝐴 and 𝑥1 ≤ 𝑥2 , then 𝑓(𝑥1 ) ≤ 𝑓(𝑥2 ). Then function 𝑓 is said to
be strictly increasing on 𝐴 if whenever 𝑥1 , 𝑥2 ∈ 𝐴 and 𝑥1 < 𝑥2 , then 𝑓(𝑥1 ) <
𝑓(𝑥2 ). Similarly, 𝑔: 𝐴 → 𝑅 is said to be decreasing on 𝐴 if whenever 𝑥1 , 𝑥2 ∈ 𝐴
and 𝑥1 ≤ 𝑥2 , then 𝑔(𝑥1 ) ≥ 𝑔(𝑥2 ). The function 𝑔 is said to be strictly decreasing
on 𝐴 if whenever 𝑥1 , 𝑥2 ∈ 𝐴 and 𝑥1 < 𝑥2 , then 𝑔(𝑥1 ) > 𝑔(𝑥2 ).

If a function is either increasing or decreasing on 𝐴, we say that it monotone on 𝐴.


If 𝑓 is either strictly increasing or strictly decreasing on 𝐴, we say that 𝑓 is strictly
monotone on 𝐴.

We note that if 𝑓: 𝐴 → 𝑅 is increasing on 𝐴 then 𝑔 ≔ −𝑓 is decreasing on 𝑓: 𝐴 → 𝑅


; similarly if 𝜑: 𝐴 → 𝑅 is decreasing on 𝐴 then 𝜓 ≔ −𝜑 is increasing on 𝐴.
Theorem 1. Let 𝐼 ⊆ 𝑅 be an interval and let 𝑓 ≔ 𝐼 → 𝑅 be increasing on 𝐼. Suppose
that 𝑐 ∈ 𝐼 is not an endpoint of 𝐼. Then
i. lim− 𝑓 = sup 𝑓 𝑥 : 𝑥 ∈ 𝐼, 𝑥 < 𝑐 ,
𝑥→𝑐
ii. lim+ 𝑓 = inf 𝑓 𝑥 : 𝑥 ∈ 𝐼, 𝑥 > 𝑐 .
𝑥→𝑐

Proof. (i) Pertama anggap bahwa jika 𝑥 ∈ 𝐼 dan 𝑥 < 𝑐, maka 𝑓 𝑥 ≤ 𝑓 𝑐 . Dikarenakan himpunan {𝑓 𝑥 : 𝑥 ∈
𝐼, 𝑥 < 𝑐 } dimana nonvoid karena 𝑐 bukan merupakan titik akhir dari 𝐼, yang terbatas keatas oleh 𝑓 𝑐 . Sehingga,
indikasi titik supremum itu ada; dinotasikan dengan 𝐿. Jika diberikan 𝜀 > 0, maka 𝐿 − 𝜀 bukan merupakan batas
atas dari himpunan ini. Karena terdapat 𝑦𝜀 ∈ 𝐼, 𝑦𝜀 < 𝑐 sedemikian sehingga 𝐿 − 𝜀 < 𝑓(𝑦𝜀 ) ≤ 𝐿.

Karena 𝑓 increasing, kita turunkan bahwa jika 𝛿𝜀 ≔ 𝑐 − 𝑦𝜀 dan jika 0 < 𝑐 − 𝑦 < 𝛿𝜀 , maka 𝑦𝜀 < 𝑦 < 𝑐
sedemikian sehingga

𝐿 − 𝜀 < 𝑓(𝑦𝜀 ) ≤ 𝑓(𝑦) ≤ 𝐿.

Oleh sebab itu 𝑓 𝑦 − 𝐿 < 𝜀 dimana 0 < 𝑐 − 𝑦 < 𝛿𝜀 . Karena sembarang 𝜀 > 0 maka kondisi (i) terpenuhi.

Untuk pembuktian (ii) dilakukan dengan cara yang sama, diserahkan kepada pembaca sebagai latihan. ■
Corollary 2. Let 𝐼 ⊆ 𝑅 be an interval and let 𝑓 ≔ 𝐼 → 𝑅 be increasing on 𝐼.
Suppose that 𝑐 ∈ 𝐼 is not an endpoint of 𝐼. Then the following statements are
equivalent.
i. lim− 𝑓 = 𝑓 𝑐 = lim+𝑓.
𝑥→𝑐 𝑥→𝑐
ii. sup 𝑓 𝑥 : 𝑥 ∈ 𝐼, 𝑥 < 𝑐 = 𝑓(𝑐) = inf 𝑓 𝑥 : 𝑥 ∈ 𝐼, 𝑥 > 𝑐 .

If 𝑓 ≔ 𝐼 → 𝑅 is increasing on 𝐼 and 𝑐 is not an endpoint of 𝐼, we define the jump of


𝑓 at 𝑐 to be 𝑗𝑓 𝑐 ≔ lim+𝑓 − lim−𝑓. Then
𝑥→𝑐 𝑥→𝑐

𝑗𝑓 𝑐 ≔ inf 𝑓 𝑥 : 𝑥 ∈ 𝐼, 𝑥 > 𝑐 − sup 𝑓 𝑥 : 𝑥 ∈ 𝐼, 𝑥 < 𝑐

for an increasing function. If the left endpoint 𝑎 of 𝐼 belongs to 𝐼, we define the


jump of 𝑓 at 𝑎 to be 𝑗𝑓 𝑎 ≔ lim+ 𝑓 − 𝑓(𝑎). If the right endpoint 𝑏 of 𝐼 belongs to
𝑥→𝑎
𝐼, we define the jump of 𝑓 at 𝑎 to be 𝑗𝑓 𝑏 ≔ 𝑓 𝑏 − lim− 𝑓.
𝑥→𝑏
Theorem 3. Let 𝐼 ⊆ 𝑅 be an interval and let 𝑓 ≔ 𝐼 → 𝑅 be increasing on 𝐼. If 𝑐 ∈ 𝐼,
then 𝑓 is continuous at 𝑐 if and only if 𝑗𝑓 𝑐 = 0.

Proof. Jika 𝑐 merupakan titik akhir, maka kondisinya sama seperti corollary diatas. Jika 𝑐 ∈ 𝐼
merupakan titik akhir kiri dari 𝐼, maka 𝑓 kontinu pada titik 𝑐 jika dan hanya jika 𝑓 𝑐 = lim+ 𝑓
𝑥→𝑐
dimana ekivalen dengan 𝑗𝑓 𝑐 = 0. Dengan cara yang sama dilakukan pembuktian kondisi titik akhir
kanan diserahkan kepada pembaca sebagai latihan. ■

Figure. Jump 𝑓 at 𝑐
Theorem 4. Let 𝐼 ⊆ 𝑅 be an interval and let 𝑓 ≔ 𝐼 → 𝑅 be monotone on 𝐼. Then the
set of points 𝐷 ⊆ 𝐼 at which 𝑓 is discontinuous is a countable set.

Proof. Kita anggap bahwa 𝑓 merupakan fungsi yang naik pada 𝐼. Berdasarkan teorema diatas bahwa 𝐷 = {𝑥 ∈
𝐼: 𝑗𝑓 𝑥 ≠ 0}. Asumsikan dalam kasus ini bahwa 𝐼 ≔ [𝑎, 𝑏] merupakan interval yang terbatas dan tertutup
(untuk kasus interval sembarang diserahkan kepada pembaca sebagai latihan dalam pembuktiannya).

Pertama, kita ingat bahwa 𝑓 naik pada 𝐼, maka 𝑗𝑓 𝑐 ≥ 0 untuk setiap 𝑐 ∈ 𝐼. Selanjutnya, jika 𝑎 ≤ 𝑥1 < ⋯ <
𝑥𝑛 ≤ 𝑏, maka diperoleh

𝑓 𝑎 ≤ 𝑓 𝑎 + 𝑗𝑓 𝑥1 + ⋯ + 𝑗𝑓 𝑥𝑛 ≤ 𝑓(𝑏),

dimana berakibat

𝑗𝑓 𝑥1 + ⋯ + 𝑗𝑓 𝑥𝑛 ≤ 𝑓 𝑏 − 𝑓 𝑎 .
(𝑓 𝑏 −𝑓 𝑎 )
Sehingga, paling banyak terdapat 𝑘 titik dalam 𝐼 ≔ [𝑎, 𝑏] dimana 𝑗𝑓 𝑥 ≥ . Maka teterdapat paling
𝑘
banyak satu titik 𝑥 ∈ 𝐼 dengan 𝑗𝑓 𝑥 = 𝑓 𝑏 − 𝑓(𝑎); terdapat paling banyak dua titik dalam 𝐼 dengan 𝑗𝑓 𝑥 ≥
(𝑓 𝑏 −𝑓 𝑎 ) (𝑓 𝑏 −𝑓 𝑎 )
; paling banyak terdapat tiga titik dalam 𝐼 dengan 𝑗𝑓 𝑥 ≥ dan seterusnya. Oleh sebab itu,
2 3
paling banyak terdapat himpunan berhingga titik 𝑥 dengan 𝑗𝑓 𝑥 > 0. Namun, karena setiap titik di 𝐷 haruslah
masuk kedalam himpunan ini, dapat disimppulkan bahwa 𝐷 merupakan himpunan berhingga. ■
Continuous Inverse Theorem. Let 𝐼 ⊆ 𝑅 be an interval and let 𝑓 ≔ 𝐼 → 𝑅 be
strictly monotone and continuous on 𝐼. Then the function 𝑓 inverse to 𝑓 is strictly
monotone and continuous on 𝐽 ≔ 𝑓(𝐼).

Proof. Kita anggap dalam kasus ini 𝑓 merupakan fungsi yang mutlak naik. Karena 𝑓 merupakan kontinu dan 𝐼
merupakan interval, berdasarkan Preservation of Intervals Theorem bahwa 𝐽 ≔ 𝑓(𝐼) merupakan ineterval.
Selanjutnya, karena 𝑓 merupakan fungsi yang mutlak naik pada 𝐼; oleh sebab itu terdapat fungsi 𝑔 ≔ 𝐼 → 𝑅
invers dari 𝑓. Anggap bahwa 𝑔 merupakan fungsi yang mutlak naik. Selanjutnya, jika 𝑦1 , 𝑦2 ∈ 𝐽 dengan 𝑦1 <
𝑦2 , maka 𝑦1 = 𝑓(𝑥1 ) dan 𝑦2 = 𝑓(𝑥2 ) untuk kasus 𝑥1 , 𝑥2 ∈ 𝐼. Kita harus mempunyai 𝑥1 < 𝑥2 ; dilain sisi 𝑥1 ≥
𝑥2 , akibatnya 𝑦1 = 𝑓 𝑥1 ≥ 𝑓 𝑥2 = 𝑦2 , berlawanan dengan hipotesis bahwa 𝑦1 < 𝑦2 . Oleh sebab itu,
diperoleh 𝑔 𝑦1 = 𝑥1 < 𝑥2 = 𝑔 𝑦2 . Karena 𝑦1 dan 𝑦2 sembarang elemen dari 𝐽 dengan 𝑦1 < 𝑦2 , dapat
disimpulkan bahwa 𝑔 merupakan fungsi yang mutlak naik pada 𝐽.

Selanjutnya hanya membuktikan bahwa 𝑔 merupakan kontinu pada 𝐽. Meskipun, hal ini berakibat bahwa 𝑔 𝐽 =
𝐼 merupakan interval. Bahkan, jika 𝑔 diskontinu di titik 𝑐 ∈ 𝐽, maka loncatan dari 𝑔 di titik 𝑐 takkosong,
sehingga lim− 𝑔 < lim+ 𝑔. Jika dipilih sembarang 𝑥 ≠ 𝑔(𝑐) yang memenuhi lim− 𝑔 < 𝑥 < lim+ 𝑔, maka 𝑥
𝑦→𝑐 𝑦→𝑐 𝑦→𝑐 𝑦→𝑐
memiliki sifat 𝑥 ≠ 𝑔(𝑦), untuk sembarang 𝑦 ∈ 𝐼. Karena 𝑥 ∉ 𝐼, dimana kontradiksi dengan fakta bahwa 𝐼
merupakan interval. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa 𝑔 kontinu pada 𝐽. ■
𝑚 1
Definition 6. (i) If 𝑚, 𝑛 ∈ 𝑁 and 𝑥 ≥ 0, we define 𝑥 ≔ (𝑥 )𝑚 .𝑛 𝑛
𝑚 1
−𝑛
(ii) If 𝑚, 𝑛 ∈ 𝑁 and 𝑥 > 0, we define 𝑥 ≔ (𝑥 𝑛 )−𝑚 .

𝑚 1
Theorem 7. If 𝑚 ∈ 𝑍, 𝑛 ∈ 𝑁 and 𝑥 > 0, then 𝑥 ≔ (𝑥 𝑚 ) .𝑛 𝑛

𝑚
(𝑥 𝑚 )𝑛 =
Proof. Jika 𝑥 > 0 dan 𝑚, 𝑛 ∈ 𝑍, maka 𝑥 𝑚𝑛
= (𝑥 𝑛 )𝑚 .
Sekarang misal diberikan 𝑦 ≔ 𝑥 =
𝑛
1 1 1 1
𝑚 𝑛 𝑚 𝑛 𝑛 𝑚 𝑚 𝑚
(𝑥 𝑛 ) > 0 sehingga 𝑦 = ((𝑥 𝑛 ) ) = ((𝑥 𝑛 ) ) = 𝑥 . Oleh sebab itu, akibatnya 𝑦 = (𝑥 )𝑛 . ■

Anda mungkin juga menyukai