SURAT WASIAT
OLEH :
Dra. Tuti Herawati, SH.,MH
Syarat-syarat Saksi Dalam Pembuatan
Surat Wasiat
Dari ketentuan yang ada dalam pasal 968 BW, dapat kita lihat bahwa Ujud
Barang Legaat dapat berupa barang tertentu, dan juga dapat pula berupa sekumpulan
barang tertentu ataupun sejumlah barang tertentu.
Penyerahan barang legaat, haruslah diserahkan pula segala kelengkapan barang
tersebut, jadi misalnya yang diberukan tersebut sebuah pabrik, maka yang diserahkan
sebagai barang legaat adalah bangunan beserta mesin dan kelengkapan pabrik tersebut
(963 BW).
Kepada si legataris, jika yang diserahkan adalah jenis barang tertentu maka
tidaklah perlu yang diserahkan itu merupakan barang yang terbaik, akan tetapi tidak
boleh yang diserahkan itu merupakan barang yang terjelek, hal ini adalah sesuai
dengan ketentuan dari pasal 969 BW.
Untuk yang diserahkan adlah berupa hasil dari barang tertentu, tidak disebutkan
kata-kata ‘memetik hasil’ atau ‘memakai’ (vrucht gebruik atau gebruik), maka hal ini
berarti bahwa barang tersebut masih ada ditangan ahli waris, dan ahli waris ini
berkewajiban untuk menyerahkan/memberi hasil kepada legataris saja.
Namun akan lain apabila disebutkan hak memetik hasil (recht van vrucht gebriuk)
atau hak memakan (recht V. Gebruik), maka di sini harus diartikan bahwa barangnnya
harus diserahkan kepada legataris.
FIDEI COMMIS
Fidei Commis De Residuo, yang diatur dalam pasal 989 sampai dengan 991 BW,
adalah merupakan kekecualian dari larangan adanya fidei commis. Tentang fidei commis
de residuo ini adalah berarti bahwa seorang ahli waris diberi hak untuk memakai, menjual
ataupun bahkan menghabiskan barang warisan tersebut dengan beban sisanya diserahkan
kepada pihak lain.
Dari ketentuan pasal 990 BW, Fidei Commis De Residuo ini masih diperlukan
kewajiban untuk mengadakan perincian barang-barang (boedelschriving).
PENARIKAN KEMBALI SURAT WASIAT
Jikalau terjadi, suatu harta warisan yang diberikan kepada ahli waris tidak
dapat dilaksanakan terhadap salah seorang dari mereka, maka bagiannya yang tidak
dapat diberikan tadi dibagi dan ditambahkan kepada yang lain.
Misalnya, harta warisan diberikan secara bersama-sama diberikan kepada V, W
dan X, kemudian untuk si W tak dapat dilaksanakan, maka bagian W dibagi dan
ditambahkan kepada V dan X, namun pemberian bersama ini tidak ada/dianggap
tidak ada jika telah ditetapkan berapa bagiannya, misalnya ¾, ½ atau ¼ dan
sebagainya.
Tentang Aanwas ini diatur dalam pasal 1002 BW, “dalam hal bilamana dengan
surat wasiat diangkat beberapa ahli waris atau dihibahkan kepada beberapa orang
bersama-sama dan terhadap seseorang atau lebih di antara mereka itu tidak dapat
dilaksanakan, maka hal ini dapat mengakibatkan bertambahnya warisan atau hibah
bagi mereka masing-masing”.
Jadi dapat kita simpulkan bahwa aanwas ini tidak akan terjadi kecuali adanya
perwarisan bersama-sama (gezamelijk). Tentang gezamelijk ini aturannya dapat kita
jumpai pada pasal 1002 ayat 2, “tiap pengangkatan waris atau hibah dengan surat
wasiat satu-satunya dan bagi mereka (beberapa orang) tidak disebutkan bagiannya
mereka masing-masing yang tertentu harus dianggap ditetapkan bagi mereka
bersama-sama”.
Seandainya salah satu dari mereka itu menolak warisan atau dinyatakan tidak
patut atau tidak cakap, maka hal ini berarti akan menambah bagian dari kawan
wasiatnya tadi.
Misalnya :
“saya berikan kepada Andi dan Yunus sebuah rumah, yang terletak di Jl. Kol.
Isdiman 12 Yogyakarta”. Namun ternyata Andi menolak warisan, maka berarti
bagian Yunus bertambah, terjadilah aanwas.