Hukum Waris BAB II F
Hukum Waris BAB II F
PEWARISAN ANAK
LUAR KAWIN
OLEH :
Dra. Tuti Herawati, SH.,MH
PEWARISAN ANAK LUAR KAWIN
Anak luar kawin dalam arti luas adalah anak yang dilahirkan karena
perzinahan dan anak sumbang (anak yang dilahirkan dari mereka yang
mempunyai hubungan darah terlalu dekat). Anak tersebut tidak boleh
diakui dan disahkan. Dengan demikian mereka tidak dapat mewaris dari
orang yang membenihkannya, melainkan hanya berhak mendapat
tunjangan nafkah
Anak luar kawin dalam arti sempit adalah anak yang dilahirkan di luar
perkawinan yang sah sebagai akibat hubungan antara seorang pria dan
wanita yang masih lajang (tidak terikat perkawinan). Kedudukan anak ini
bisa diakui dan disahkan. Akibatnya mereka berhak menjadi ahli waris.
PEWARISAN ANAK LUAR KAWIN
Untuk menyelesaikan pembagian harta warisan, jika terdapat anak luar kawin,
maka mula-mula bagian dari anak luar kawin diberikan terlebih dahulu,
kemudian sisanya baru dibagi kepada ahli waris yang lainnya menurut ketentuan
undang-undang.
Untuk anak zinah (overspelige kinderen) dan anak sumbang, menurut pasal
867 BW tidak berhak atas harta waris kecuali hanyalah berhak atas nafkah
(allimentatie).
ANAK LUAR KAWIN YANG DIAKUI
SEPANJANG PERKAWINAN MEWARIS
BERDASAR PASAL 863
A+ B
E D
C
dan selanjutnya dibagi dua untuk K dan L, jadi mereka masing-masing menerima
½ x ¼ = 1/8. Dan yang ¼ berikutnya untuk garis dari ibu, yaitu C.
Contoh Golongan 4 :
Jika anak luar kawin mewaris bersama-sama dengan ahli waris dari golongan IV,
maka bagiannya adalah ¾ dari seluruh warisan (863 ayat 3 BW)G meninggal
dunia, dengan meninggalkan keponakan dalam derajad ke-6 2 orang yaitu C dan
D dan seorang anak luar kawin, yaitu E.
+ +
Pembagiannya adalah, untuk E ¾ dari
+ + + seluruh harta.Sisanya = ¼ dibagi
+ untuk C dan D, jadi masing-masing
+ +
menerima 1/8 bagian.
+
+ G
+
E
C D
Yang Berhak Mewaris Harta Anak
Luar Kawin
Jika seorang anak luar kawin meninggal dunia, dan ia merupakan anak luar
kawin yang diakui, maka yang berhak mewaris hartanya adalah:
Keturunannya, istri / suami (866 BW),
Bapak dan/atau ibu yang mengakuinya serta saudara-saudaranya beserta
keturunannya (870 BW).
Oleh pasal 871 BW diatur tentang pewarisan terhadap barang=barang yang
ditinggalkan oleh orang tuanya dulu. Dan jika barang tadi masih ujud semula,
sedangkan anak luar kawin tadi tidak meninggalkan istri/suami maka barang
tadi kembali kepada keturunan dari ayah/ibu yang mengakui.