Anda di halaman 1dari 13

BAB II

PEWARISAN ANAK
LUAR KAWIN

OLEH :
Dra. Tuti Herawati, SH.,MH
PEWARISAN ANAK LUAR KAWIN

Anak luar kawin dalam arti luas adalah anak yang dilahirkan karena
perzinahan dan anak sumbang (anak yang dilahirkan dari mereka yang
mempunyai hubungan darah terlalu dekat). Anak tersebut tidak boleh
diakui dan disahkan. Dengan demikian mereka tidak dapat mewaris dari
orang yang membenihkannya, melainkan hanya berhak mendapat
tunjangan nafkah
Anak luar kawin dalam arti sempit adalah anak yang dilahirkan di luar
perkawinan yang sah sebagai akibat hubungan antara seorang pria dan
wanita yang masih lajang (tidak terikat perkawinan). Kedudukan anak ini
bisa diakui dan disahkan. Akibatnya mereka berhak menjadi ahli waris.
PEWARISAN ANAK LUAR KAWIN

BW (Burgerlijk Wetboek) memberikan kedudukan tersebut bagi anak luar kawin.


Dalam hal ini pengertian anak luar kawin ada 3 (tiga) macam, yaitu :
1. Anak yang dilahirkan akibat dari hubungan antara laki-laki dengan
perempuan yang kedua-duanya diluar ikatan perkawinan, yang dsebut dengan
anak alami (natuurlijk kind), anak ini dapat diakui.
2. Anak yang lahir akibat hubungan antara seorang laki-laki dengan seorang
wanita, yang salah satu atau kedua-duanya terikat dalam perkawinan dengan
orang lain. Anak ini disebut anak zina (overspelige kinderen) dan anak ini
tidak dapat diakui.
3. Anak yang lahir akibat hubungan antara seorang laki-laki dengan seorang
perempuan dimana satu sama lainnya menurut ketentuan undang-undang
dilarang kawin. Anak ini disebut dengan anak sumbang (in bloedschande
gateelde kinderen). Anak ini tidak dapat diakui, kecuali jika kedua orang tua
mereka mendapat dispensasi untuk kawin dari presiden.
ANAK LUAR KAWIN SEBAGAI
AHLI WARIS

• Anak luar kawin mempunyai hubungan hukum dengan


ayah atau ibunya setelah ayah atau ibunya mengakui anak
luar kawin tersebut secara sah.
• Hubungan hukum antara anak luar kawin dengan ayah atau
ibunya bersifat terbatas
• Anak luar kawin dapat mewaris dengan ahli waris golongan
I,II,III atau IV
• Anak luar kawin merupakan kelompok ahli waris tersendiri
ANAK LUAR KAWIN SEBAGAI
PEWARIS

• Bagian anak luar kawin, jika bersama-sama dengan


golongan I adalah 1/3 bagian dari mereka yang sedianya
harus mendapatkan seandainya mereka adalah anak sah.
• Bagian anak luar kawin, jika bersama-sama dengan
golongan II dan III adalah 1/2 bagian dari harta warisan.
• Bagian anak luar kawin, jika bersama-sama dengan
golongan IV adalah 3/4 bagian dari harta warisan.
CARA PEMBAGIAN HARTA WARISAN
JIKA ADA ANAK LUAR KAWIN

Untuk menyelesaikan pembagian harta warisan, jika terdapat anak luar kawin,
maka mula-mula bagian dari anak luar kawin diberikan terlebih dahulu,
kemudian sisanya baru dibagi kepada ahli waris yang lainnya menurut ketentuan
undang-undang.
Untuk anak zinah (overspelige kinderen) dan anak sumbang, menurut pasal
867 BW tidak berhak atas harta waris kecuali hanyalah berhak atas nafkah
(allimentatie).
ANAK LUAR KAWIN YANG DIAKUI
SEPANJANG PERKAWINAN MEWARIS
BERDASAR PASAL 863

Pengakuan terhadap anak luar kawin hanyalah bersifat persoonlijk, artinya


bahwa dengan pengakuan tersebut timbul hubungan hukum antara anak
luar kawin dengan ayah/ibu yang mengakui saja.
Pengakuan tersebut harus dilakukan dengan cara-cara tertentu, yaitu
menurut pasal 281 BW di dalam akta kelahiran si anak, atau dalam akta
perkawinan bapak dan ibu di muka pegawai Catatan Sipil, atau dibuat akta
tersendiri di hadapan notaris atau akta Catatan Sipil.
Jikalau pengakuan tersebut dilakukan sepanjang perkawinan, maka
menurut ketentuan dari pasal 285 BW, harus tidak boleh merugikan istri
atau suami dan anak-anak yang dilahirkan dari perkawinan itu.
Atau dengan kata lain, bahwa dalam memperhitungkan warisan suami
atau istri dan anak-anak mereka yang dilahirkan dalam perkawinan itu
maka anak luar kawin dianggap tidak ada.
Contoh 1 :

A+ B

E D
C

A meninggal dunia dengan meninggalkan B, istrinya. Dan 2 anak yaitu C dan D


serta E anak luar kawin yang diakui dalam perkawinan A dan B. Dalam kasus ini
maka menurut pasal 285 BW, E tidak mendapat apapun yang mewaris adalah C, D
dan B, kecuali E diakui sebelum perkawinan.
Berapa bagian warisan dari anak luar kawin, adalah tergantung dari keadaan,
dengan siapa/bersama-sama dengan siapa anak luar kawin tersebut mewaris.
Contoh Golongan 1:
Jika anak luar kawin mewaris bersama-sama dengan ahli waris golongan I, maka
bagiannya adalah 1/3 bagian dari yang diterima jia ia dilahirkan sebagai anak yang
sah (pasal 863 BW) S meninggal
dunia. S
T Ahli waris : T istrinya, V dan W,
anak kandungnya, serta E, seorang
anak luar kawin yang diakui
sebelum perkawinan.
E V W
Penyelesaiannya :
Bagian dari E adalah 1/3 X seandainya ia anak yang sah, untuk memperhitungkan
maka mula-mula E dianggap anak yang sah, maka bagiannya adalah ¼.
Jadi bagian E adalah = 1/3 x seandainya ia anak yang sah, jadi
1/3 x ¼ = 1/12.
Sisa = 1 – 1/12 = 11/12.
Untuk T = V = W yaitu masing-masing menerima 1/3 x 11/12.
Contoh Golongan 2 :
Jika anak luar kawin mewaris bersama-sama dengan golongan II dan III maka
menurut ketentuan pasal 863 ayat 2 : “Jika waris hanya meniggalkan keluarga
dalam garis ke atas dan saudara-saudar, maka anak luar kawin menerima ½ dari
seluruh warisan. Jika ia mewaris bersama-sama keluarga dalam garis menyimpang,
maka ia menerima bagian ¾ dari seluruh warisan”.
P meninggal dunia, dengan
meninggalkan ayah dan ibunya (R
R S dan S), satu saudara kandung (D) dan
seorang anak luar kawin yaitu E.
Pembagiannya :
E mendapatkan ½ dari seluruh harta
P+ D warisan sisanya (1/2), dibagi rata
antara R, S dan D, masing-masing
menerima 1/3 x ½ = 1/6.
E
Contoh Golongan 3 :
F meninggal dunia dengan
K L + C meninggalkan kakek dan nenek dari
pihak ayah (K dan L), nenek dari
pihak ibu (C) dan seorang anak luar
kawin (E).
Pembagiannya :
E mendapatkan ½ dari seluruh harta
warisan.
F+ sisanya ( ½ ), dibagi dua, untuk
garis ayah ½ x ½ = ¼

dan selanjutnya dibagi dua untuk K dan L, jadi mereka masing-masing menerima
½ x ¼ = 1/8. Dan yang ¼ berikutnya untuk garis dari ibu, yaitu C.
Contoh Golongan 4 :
Jika anak luar kawin mewaris bersama-sama dengan ahli waris dari golongan IV,
maka bagiannya adalah ¾ dari seluruh warisan (863 ayat 3 BW)G meninggal
dunia, dengan meninggalkan keponakan dalam derajad ke-6 2 orang yaitu C dan
D dan seorang anak luar kawin, yaitu E.

+ +
Pembagiannya adalah, untuk E ¾ dari
+ + + seluruh harta.Sisanya = ¼ dibagi
+ untuk C dan D, jadi masing-masing
+ +
menerima 1/8 bagian.
+
+ G
+
E
C D
Yang Berhak Mewaris Harta Anak
Luar Kawin

Jika seorang anak luar kawin meninggal dunia, dan ia merupakan anak luar
kawin yang diakui, maka yang berhak mewaris hartanya adalah:
Keturunannya, istri / suami (866 BW),
Bapak dan/atau ibu yang mengakuinya serta saudara-saudaranya beserta
keturunannya (870 BW).
Oleh pasal 871 BW diatur tentang pewarisan terhadap barang=barang yang
ditinggalkan oleh orang tuanya dulu. Dan jika barang tadi masih ujud semula,
sedangkan anak luar kawin tadi tidak meninggalkan istri/suami maka barang
tadi kembali kepada keturunan dari ayah/ibu yang mengakui.

Anda mungkin juga menyukai