Anda di halaman 1dari 7

NEGARA HUKUM

NAMA KELOMPOK :
1. THERESIA SITUMEANG
2. JONSON BUTAR BUTAR
3. ANANDA P. SARAGIH
4. ERWINSON HUTAPEA
5. MARUDUT TUA MANALAU
A. PENGERTIAN NEGARA HUKUM

Negara hukum menurut F.R Bothlingk adalah “De taat waarin de Wilsvrijheid van gezagsdragers is beperkt door grenzen van
recht” (negara, Dimana kebebasan kehendak pemegang kekuasaan dibatasi oleh suatu Kehendak hukum). Lebih lanjut disebutkan
bahwa dalam rangka Merealisasikan pembatasan pemegang kekuasaan tersebut maka diwujudkan Dengan cara, “Enerzijds in een
binding van rechter administatie aan de wet, Anderjizds in een binding van de bevoegdheden van wetgever”, (disatu sisi
Keterikatan hakim dan pemerintah terhadap undang-undang, dan sisi lain Pembatasan kewenangan oleh pembuat undang-undang).
A.Hamid S. Attamini dengan mengutip Burkens, mengatakan bahwa negara yang Menempatkan hukum sebagai dasar kekuasaan
negara dan penyelenggaraan Kekuasaan tersebut dalam segala bentuknya dilakukan dibawah kekuasaan Hukum. Sedangkan
secara sederhana negara hukum adalah yang Penyelenggaraan pemerintahannya dijalankan berdasarkan dan berseranakan Hukum
yang berakar dalam seperangkat titik tolak normatif, berupa asas-asas Dasar sebagai asas-asas yang menjadi pedoman dan kriteria
penilaian Pemerintahan dan perilaku pejabat pemerintah.
B. Konsep Negara Hukum
Sejak dulu kala orang telah mencari arti negara hukum, diantara-Nya Plato dan Aristoteles. Plato mengemukakan konsep nomoi
yang dapat Dianggap sebagai cikal bakal tentang pemikiran negara hukum. Aristoteles Mengemukakan ide negara hukum yang
diartikannya dengan arti negara Yang dalam perumusannya masih terkait pada “polis”. Bagi Aristoteles, Yang memerintah dalam
negara bukanlah manusia, melainkan pikiran yang Adil, dan kesusilaanlah yang menentukan baik buruknya suatu hukum. Manusia
perlu dididik menjadi warga yang baik yang bersusila, yang Akhirnya akan menjelmakan manusia yang bersikap adil. Apabila
keadaan Seperti ini telah terwujud, maka terciptalah suatu “negara hukum”. Ide negara hukum menurut Aristoteles ini, nampaknya
sangat erat Dengan “keadilan”, bahkan negara dapat dikatakan sebagai negara hukum Apabila keadilan telah tercapai. Artinya
bahwa, konsepsi pemikiran Tersebut mengarah pada bentuk negara hukum dalam arti “ethis” dan sempit. Dikarenakan tujuan
negara hanya semata-mata untuk mencapai keadilan. Teori-teori yang mengajarkan hal terbut dinamakan teori ethis, sebab
menurut teori ini, isi hukum semata-mata harus ditentukan oleh kesadaran ethis kita mengenai apa yang adil dan apa yang tidak
adil. Lebih lanjut para ahli yang menganut paham ini, berpendapat bahwa hukum bukanlah semata-mata apa yang secara formal di
undangan oleh badan legislatif suatu negara. Hukum (kedaulatan sebagai aspeknya) bersumberkan perasaan hukum anggota-
anggota masyarakat. Perasaan hukum adalah sumber dan merupakan pencipta hukum. Negara hanya memberi bentuk pada
perasaan ini. Hanya apa yang sesuai dengan perasaan hukum itulah yang benar-benar merupakan hukum. Menurut teori
kedaulatan negara segala sesuatu dijalankan dalam setiap kebijaksanaan negara, karena negara diberi kekuasaan yang tidak
terbatas. Para penganut paham ini beranggapan bahwa hukum tidak lain dari kemauan negara itu sendiri yang dikonkretkan.
Dalam perkembangannya para ahli menganggap bahwa kedaulatan negara tidak sesuai dengan kenyataan. Pada akhirnya mereka
berpaling ke supremasi hukum sebagai pemegang kedaulatan tertinggi. Aliran ini lebih memperhatikan realitas dengan kenyataan-
kenyataan sejarah. Bahkan lebih ekstrim lagi kita dapat melihat prinsip negara hukum yang dikemukakan oleh Hans Kalsen,
dimana beliau mengatakan bahwa pada hakikatnya negara identik dengan hukum, maka dari itu tertib hukum tidak ada bedanya
dengan tertib negara. Hukum berlaku souverein, hukum berlaku objektif, terlepas dari pengakuan rakyat, terlepas dari penerimaan
rakyat dan terlepas dari psycholgische wortel. Pandangan-pandangan Hans Kalsen di atas merupakan pandangan paling ekstrim
dari beberapa pengikut paham kedaulatan hukum.
 C. Negara Hukum menurut Sistem Eropa Kontinental
 Lahirnya konsep negara hukum adalah akibat dari sistem pemerintahan Absolutisme pada negara-negara di benua Eropa. Pemikiran
yang relatif ini lahir Sebagai suatu sistem rasional yang menggantikan absolutisme yang tirani. Paham Rechtstaat lahir dari suatu
perjuangan absolutisme sehingga perkembangan Bersifat revolusioner, yang bertumpu pada sistem hukum Eropa kontinental yang
Disebut dengan civil law atau modern romawi law. Prinsip utama yang menjadi kekuatan mengikat karena diwujudkan. Sistem hukum
Eropa Kontinental Rechtsstaat dipelopori oleh Immanuel Kant dan Frederich Julius Stah Rechtsstaat dipelopori oleh Immanuel Kant
dan Frederich Julius Stahl. Menurut Stahl konsep sistem hukum ini ditandai oleh empat unsur pokok :

 1. Pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asas manusia;
 2. Negara didasarkan pada teori trias politika;
 3. Pemerintahan diselenggarakan berdasarkan undang-undang (wetmatig Bertuur); dan
 4. Ada peradilan administrasi negara yang bertugas menangani kasus perbuatan melanggar hukum oleh pemerintah

 Sejalan dengan pertumbuhan negara-negara nasional di Eropa, yang Berorientasi pada unsur kedaulatan (sovereignty), termasuk untuk
menetapkan Hukum, maka yang menjadi sumber hukum di dalam sistem Eropa Kontinental Meliputi:

 1. Undang-Undang yang dibentuk oleh pemegang kekuasaan legislatif;
 2. Peraturan-peraturan yang dibuat pegangan kekuasaan eksekutif berdasarkan Wewenang yang telah ditetapkan oleh undang-
undang; dan
 3. Kebiasaan-kebiasaan yang hidup dan diterima sebagai hukum oleh masyarakat Selama tidak bertentangan dengan undang-undang.
D. Negara Hukum menurut Sistem Anglo Saxon
E. Pemikiran negara hukum di negara barat dimulai sejak Plato dengan Konsepnya bahwa penyelenggaraan negara yang baik ialah yang didasarkan pada
Pengaturan (hukum) yang baik yang disebutnya dengan istilah nomoi. Kemudian Ide tentang negara hukum populer pada abad ke-17 sebagai akibat dari
situasi Politik di Eropa yang didominasi oleh absolutisme. Konsep negara hukum Tersebut selanjutnya berkembang dalam dua sistem hukum yaitu sistem
Eropa Kontinental dengan istilah Rechtsstaat dan sistem Anglo-Saxon dengan istilah Rule of Law. Sistem Hukum Eropa Kontinental yang biasa disebut
dengan Civil Law berkembang di negara-negara Eropa daratan (Barat), pertama kali di Perancis, kemudian diikuti oleh negara-negara Eropa Barat lainnya
seperti Belanda, jerman, Belgia, dan Italia selanjutnya berkembang ke Amerika Latin dan Asia (termasuk Indonesia pada masa penjajahan Belanda dulu).
Sedangkan sisten Anglo-Saxon dengan istilah Rule of Law dikenal pula dengan istilah Anglo Amerika, mulai berkembang di Inggris pada abad XI yang
disebut sebagai sistem Common Law dan Uri Written Law. Sistem Anglo Amerika melandasi hukum positif di negara- negara Amerika Utara, seperti
Kanada dan negara-negara persemakmuran Inggris dan Australia serta USA.
F. Konsep negara hukum Anglo Saxon atau the rule of law dapat dipahami Dengan mengacu kepada pendekatan Dicey, dalam usahanya membahas the rule of
Law di inggris. Sejarah pemerintahan inggris yang absolute yang dijalankan Berabad-abad telah memberikan inspirasi yang sangat berharga bagi Alber Ven
Dicey dalam melahirkan karyanya Introduction to the study of the law of the Constitution, yang terbit pada tahun 1885. Selanjutnya, A.V Dicey
memberikan Defenisi the rule of law dengan menekankan dengan tiga tolak ukur:
G. 1. Supremasi hukum (supremacy of law)
H. 2. Persamaan dihadapan hukum (equality before the law);
3. Konstitusi yang didasarkan atas hak-hak perorangan (the constitution based on Individual rights).
E. Makna Indonesia sebagai negara hukum
Arti dan makna Indonesia sebagai negara hukum adalah segala aspek kehidupan berbangsa dan bernegara serta administrasi
pemerintahan harus didasarkan pada hukum dan segala produk perundang-undangan yang berlaku.
Indonesia adalah negara hukum. Hal ini berarti bahwa segala kegiatan di dalam wilayah NKRI harus didasarkan pada hukum dan
segala produk perundang-undangan serta turunannya yang berlaku di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Di atas
segalanya, berlaku Undang-undang Dasar 1945 dan Pancasila sebagai sumber segala hukum di Indonesia. Adapun produk turunan
undang-undang dapat berupa Peraturan Presiden, Peraturan Menteri, Instruksi Presiden, Peraturan Daerah, Peraturan Gubernur,
dan berbagai peraturan lainnya. Adapun peraturan yang merupakan turunan tersebut pada dasarnya harus mengikuti dan sejalan
dengan isi serta semangat dari Pancasila dan UUD 1945 sehingga tidak terjadi kontradiksi isi.
F. Implementasi Negara Hukum di Indonesia
Negara Indonesia berdasarkan pada hukum. Hal tersebut ditegaskan dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Pasal 1 ayat (3) yang berbunyi : “Negara
Indonesia adalah negara hukum”. Konsekuensi dari ketentuan ini adalah bahwa setiap sikap, pikiran, perilaku, dan kebijakan pemerintahan negara dan
penduduknya harus didasarkan/sesuai dengan hukum. Dengan ketentuan demikian dimaksudkan untuk mencegah terjadinya kesewenang-wenangan dan
arogansi kekuasaan. Hukumlah yang memegang kekuasaan dan memimpin penyelenggaraan negara, sebagaimana konsep nomocratie, yaitu kekuasaan
dijalankan oleh hukum.
Dari uraian diatas maka dapat dikatakan Indonesia telah mengimplementasikan dan memenuhi unsur-unsur Negara Hukum. Berikut unsur-unsur negara
hukum yang telah di implementasikan dan dipenuhi oleh indonesia lengkap dengan penjelasannya:
1. Pengakuan dan Perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM)
Upaya untuk menjamin dan melindungi hak asasi manusia di Indonesia telah ditegaskan di dalam Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 baik dalam
Pembukaan maupun dalam Batang Tubuhnya. Pembukaan UUD 1945 alinea pertama menyatakan sikap bangsa Indonesia yang anti penjajahan dan
mendukung kemerdekaan setiap bangsa karena kemerdekaan adalah hak asasi setiap bangsa yang tidak dapat dirampas oleh bangsa lain.
Sedangkan jaminan hak asasi manusia dalam Batang Tubuh UUD 1945 dituangkan dalam pasal-pasalnya yang sesuai dengan tuntutan dinamika
masyarakat yang terus berkembang telah di amandemen atau dilakukan perubahan sebanyak empat kali. Perbedaan rumusan hak asasi manusia dalam
UUD 1945 sebelum dan sesudah amandemen adalah adanya judul Bab tentang Hak Asasi Manusia yaitu pada BAB X yang sebelumnya tidak ada serta
jumlah pasal dan ayat yang mengatur hak asasi manusia yang bertambah banyak.
2. Sistem peradilan yang bebas dan tidak memihak, tidak terpengaruh oleh kekuasaan atau kekuatan lain apapun
Dalam UUD 1945 BAB IX Kekuasaan Kehakiman Pasal 24 ayat (1): “Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan”. Kekuasaan kehakiman ialah kekuasaan yang merdeka, artinya terlepas dari
pengaruh kekuasaan pemerintah. Dalam menjalankan tugasnya, hakim tidak boleh terpengaruh oleh siapa pun juga, baik karena kepentingan jabatan
(politik) maupun kepentingan ekonomi
3. Adanya pembatasan kekuasaan
Pemegang kekuasaan cenderung untuk menyalahgunakannya, oleh karena itu perlu adanya pembatasan kekuasaan penyelenggaraan negara. Di dalam
UUD 1945 telah diatur tentang wewenang penyelenggaraan negara.

Anda mungkin juga menyukai