Anda di halaman 1dari 17

6.

PERILAKU KONSUMEN

OLEH : Kurnia.Permatasari
A. PENDAHULUAN
Fokus perhatian ilmu ekonomi adalah kelangkaan sumber-sumber
potensial yang dapat digunakan oleh masyarakat. Dalam Bab ini akan
dibahas mengenai sektor rumah tangga sebagai konsumen di pasar
output. Bagaimana seorang konsumen berperilaku yaitu bagaimana ia
memutuskan berapa jumlah masing-masing barang yang akan dibeli
dalam berbagai situasi baik perilaku konsumen muslim maupun non
muslim.
B. ETIKA KONSUMSI DALAM ISLAM
Konsumsi berlebih lebihan bukan ciri masyarakat Islam. Pemborosan
berarti menggunakan harta secara berlebih lebihan untuk hal yang
melanggar hukum. Menurut Naqvi etika Islam dalam hal konsumsi
adalah sbb:
1.Tauhid
Kegiatan konsumsi adalah dalam rangka beribadah kepada Allah SWT
sehingga senantiasa selalu berada dalam hukum Allah SWT.
Sedangkan dalam pandangan kapitalistik konsumsi merupakan
fungsi dari keinginan, nafsu, harga barang, pendapatan dll tanpa
memperdulikan dimensi spiritual.
2.Adil
Namun pemanfaatan karunia Allah SWT tersebut harus dilakukan
secara adil sehingga selain mendapat keuntungan material ia juga
merasakan kepuasan spiritual.
3.Kehendak Bebas (Free Will)
Kebebasan dalam melakukan aktivitas harus tetap memiliki batasan
agar tidak mendzolimi pihak lain.
4.Amanah
Dalam melakukan konsumsi , manusia dapat berkehendak bebas,
tetapi harus mempertanggungjawabkan atas kebebasan tersebut
baik terhadap keseimbangan alam, masyarakat, diri sendiri maupun
akhirat kelak. Pertanggungjawaban sebagai seorang muslim bukan
hanya kepada Allah SWT melainkan juga kepada lingkungan.
5. Halal
Barang-barang yang dapat dikonsumsi hanyalah barang yang halal
yang menunjukkan nilai-nilai kebaikan, kesucian, keindahan dan
kemaslahatan umat baik secara material maupun spiritual.
6. Sederhana
Islam melarang perbuatan yang melampaui batas termasuk
pemborosan yang berlebih-lebihan.

Menurut Kahf sasaran konsumsi bagi konsumen Muslim adalah sbb:


1. Konsumsi untuk diri sendiri dan keluarga
2. Tabungan
3. Konsumsi sebagai tanggung jawab sosial (Zakat)
C. PERILAKU KONSUMEN NON MUSLIM
Penjelasan perilaku konsumen yang paling sederhana terdapat pada
hukum permintaan “Apabila harga barang naik, jumlah yang diminta turun,
centeris paribus”. Menurut Boediono (1996) ada dua pendekatan yang
menerangkan cara konsumen berperilaku:
1.Pendekatan marginal Utility, bahwa kepuasan setiap konsumen dapat
diukur dengan uang atau satuan lain
2.Pendekatan indifference curve yang beranggapan bahwa tidak perlu
mengukur kepuasan konsumen namun cukup tingkat kepuasan konsumen
dikatakan lebih tinggi atau lebih rendah.

Kepuasan konsumen dapat dilihat dari fungsi utilitas sbb:


U = 𝝫 (X1…..,Xn;Y1……Ym) Dimana:
U = Kepuasan rumh tangga dalam mengkonsumsi output dan memiliki
persediaan modal pada barang-barang konsumsi tahan lama
Xn= Jumlah konsumsi pada periode n
Ym= persediaan barang modal fisik atas konsumsi barang RT
Dari persamaan diatas dapat dilihat bahwa kepuasan konsumen
dalam mengkonsumsi suatu output dan memiliki persediaan modal
barang barang konsumsi tahan lama merupakan fungsi dari jumlah
yang dikonsumsi pada suatu titik periode dan jumlah persediaan
barang modal fisik yang dimiliki oleh konsumen. Konsumen akan
memaksimalkan kepuasannya berdasarkan keterbatasan anggaran
n m

Σ (Pjxj) + Σ riyi = M
J=1 j=1

M = representasi pendapatan konsumen


2 Pendekatan Marginal Utility (Kardinal)
Pendekatan Kardinal berdasarkan asumsi bahwa tingkat
kepuasan yang diperoleh konsumen dari mengkonsumsi
barang dapat diukur dengan satuan tertentu seperti
rupiah, jumlah, unit, buah dan lain lain.
Semakin besar jumlah barang yang dikonsumsi maka
semakin tinggi tingkat kepuasannya.
Kepuasan konsumen terdiri dari dua konsep yaitu kepuasan
total (total utulity) dan kepuasan tambahan (marginal
utility).
Kepuasan total adalah kepuasan menyeluruh yang diterima
oleh individu dari mengkonsumsi sejumlah barang dan
jasa, sedangkan kepuasan tambahan adalah perubahan
total per unit dengan adanya perubahan jumlah barang
dan jasa yang dikonsumsi.
 Berikut ini adalah perbedaan antara kepuasan total dan
kepuasan marginal
Jumlah Apel Total Utility (TU) Marginal Utility (MU)
0 0 …
1 12 12
2 18 6
3 22 4
4 24 2
5 24 0
6 22 -2

 Tabel diatas menunjukkan bahwa kepuasan total individu terus


bertambah sampai apel ke 4, pada sisi lain marginal utility bertambah
dalam posisi menurun hingga apel ke 5 adalah nol. Pada posisi tersebut
individu sudah jenuh sehingga disebut sebagai titik jenuh.
D. PERILAKU KONSUMEN MUSLIM
Perilaku konsumen Muslim harus dimodifikasi dari analisis
konvensional. Alasannya adalah:
1.Kepuasan konsumen bukan satu-satunya atas barang konsumsi dan
komoditas melainkan juga fungsi ridha Allah SWT dengan
memodifikasi fungsi kepuasan konsumen Muslim:
U = f (X1,…..,Xn;Y1,…..Ym;G)
G = pengeluaran untuk amal atau untuk di jalan Allah SWT
2.Vektor komoditas konsumen musim berbeda dengan konsumen non
Muslim, karena Islam melarang seorang muslim mengkonsumsi
beberapa komoditas seperti alkohol, daging babi dll. Sehingga fungsi
kepuasan konsumen muslim:
U = f (X1,…..Xk;Y1….Ym;G)
Dimana Xk = k < n.(n-k) menggambarkan barang dan jasa
yang dilarang
3. Karena seorang muslim dilarang untuk membayar dan menerima
Bunga dari pinjaman dalam bentuk apapun. Suku bunga dalam
ekonomi Islam digantikan oleh biaya dalam kaitannya dengan profit
sharing. Tidak seperti bunga, biaya ini tidak ditentukan sebelumnya
pada tingkat yang tetap atas sebuah risiko, jadi keterbatasan anggaran
dari konsumen Muslim adalah:
k m
G + Σ (Pjxj) + Σ liyi = M,G > 0
j=1 j=1

4. Bagi seorang konsumen Muslim, anggaran yang dapat digunakan


untuk optimasi konsumsi adalah pendapatan bersih setelah
pembayaran zakat. Jika tingkat zakat diasumsikan setara dengan α dan
batasan anggaran konsumen muslim menjadi:
k m
G + Σ (Pjxj) + Σ liyi = (1- α) M
j=1 j=1

5. Konsumen Muslim harus menahan diri dari konsumsi yang berlebihan


berarti tidak harus menghabiskan seluruh pendapatan bersihnya untuk
konsumsi barang dan jasa.
E. KONSEP MASLAHAH KONSUMEN MUSLIM
Kebutuhan (need) merupakan konsep yang lebih bernilai dari sekedar
keinginan (want). Want ditetapkan berdasarkan konsep utility,
sedangkan need didasarkan atas konsep maslahah. Maslahah
menurut Shatibi adalah kepemilikan atau kekuatan dari barang atau
jasa yang memelihara prinsip-prinsip dasar dan tujuan hidup
manusia di dunia. Lima kebutuhan dasar tersebut adalah:
a. Kehidupan (life/an nafs)
b. Kekayaan (property/al mal)
c. Keimanan (faith/al din)
d. Akal (intelec/an aql)
e. Keturunan (posterity/al nasl)
Seluruh barang dan jasa yang mendorong dan berkualitas dalam
memelihara kelima elemen tersebut disebut maslahah.
Ada tiga tingkatan kebutuhan, yaitu:
1. Kelima elemen diatas mendasar untuk dilindungi
2. Kelima elemen tersebut merupakan pelengkap yang menguatkan
perlindungan mereka
3. Kelima elemen tersebut merupakan kesenangan atau keindahan
Dalam ekonomi Islam maslahah lebih objektif daripada konsep utility
untuk menganalisis perilaku ekonomi. Berikut ini keunggulan
konsep maslahah menutut Khan (1992)
1. Maslahah subjektif, kebutuhan barang dan jasa ditentukan
berdasarkan kemaslahatan bagi dirinya. Sedangkan utility banyak
sekali kriteria yang menjadi dasar seseorang menentukan memiliki
utility atau tidak
2. Maslahah bagi setiap individu selalu konsisten dengan maslahah
sosial, berbeda dengan utility sering konflik dengan kepentingan
sosial.
3. Konsep maslahah menaungi seluruh aktifitas ekonomi masyarakat.
Berbeda dengan teori konvensional yang menyatakan utility adalah
tujuan konsumsi sedangkan laba tujuan produksi. Konsep
maslahah merupakan tujuan aktivitas ekonomi yang dilakukan
individu ataupun negara.
4. Sulit membandingkan utility seorang A dengan seorang B dalam
mengkonsumsi barang yang sama dalam kualitas yang sama
sedangkan membandingkan maslahah dalam beberapa hal mungkin
bisa dilakukan.

Tujuan konsumsi dalam islam bukan mencapai kepuasan (utility)


maksimum namun memaksimumkan maslahah. Maslahah sendiri
dapat diartikan sebagai manfaat dunia dan akhirat, dimana dalam
mencapai utility maksimum tidak mampu menjelaskan apakah
barang yang memuaskan selalu identik dengan barang yang
memberikan manfaat atau berkah bagi penggunanya.
Berkaitan dengan perilaku mencari maslahah seseorang akan bertindak
sebagai berikut:
1. Maslahah yang lebih besar atau lebih tinggi lebih disukai daripada
yang lebih sedikit
2. Maslahah diupayakan akan terus meningkat sepanjang waktu.
Perilaku konsumsi muslim adalah memilih barang dan jasa yang
memberikan maslahah maksimum.
Kandungan maslahah terdiri atas manfaat dan berkah. Mengkonsumsi
yang halal saja agar beroleh pahala. Pahala inilah yang dirasakan
sebagai berkah dari barang dan jasa yang telah dikonsumsi.
Formulasi maslahah adalah unsur manfaat dan berkah atau bisa
dituliskan sbb: (P3EI UII 2008)
M=F+B
M = Maslahah
F = Manfaat
B = Berkah
Sementara berkah merupakan interaksi antara manfaat dan pahala
sehingga:
B = (F) (P) dimana P = Pahala
Adapun pahala total, P adalah:
P = β1
β1p adalah frekwensi kegiatan dan p adalah pahala per unit kegiatan,
dengan mensubstitusikan persamaan diatas, maka:
B = Fβip, selanjutnya dengan melakukan substitusi :
Ma’F+ Fβip persamaan diatas dapat ditulis :
M = F (1 + βip)
Dari formula diatas dapat ditunjukkan bahwa ketika tidak ada pahala
misalnya ketika mengkonsumsi barang yang haram maslahah yang
diperoleh hanyalah sebatas manfaat yang dirasakan di dunia(F).
Apalagi jika tidak memberikan manfaat dunia nilai keberkahannya juga
menjadi tidak ada sehingga maslahah nya juga tidak ada.
Semakin tinggi frekwensi konsumsi yang dilakukan semakin tinggi pula
frekwensi kegiatan yang memberi maslahah, semakin besar pula
berkah yang diterima.Karena setiap kebajikan maupun keburukan
sekecil apapun akan dibalas setimpal.
Berdasarkan Qur’an surat Az-Zalzalah ayat 7-8 dapat ditafsirkan
bahwa maslahah yang diterima akan merupakan perkalian antara
pahala dan frekwensi kegiatan tersebut. Dalam mengkonsumsi
barang/jasa besarnya berkah yang diterima konsumen bergantung
pada frekwensi mengkonsumsinya.
Konsumsi dibedakan menjadi dua, konsumsi yang ditujukan untuk
ibadah seperti konsumsi untuk kegiatan sosial/ibadah dan konsumsi
yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan manusia semata
sebagaimana konsumsi sehari hari.
Maslahah yang diperoleh konsumen ketika membeli barang dapat
berbentuk berikut ini (P3EI UII, 2008)
1.Manfaat material tambahan harta kekayaan konsumen akibat
membeli barang: murahnya harga
2.Manfaat fisik dan psikis terpenuhinya kebutuhan manusia seperti rasa
lapar, haus, kedinginan, kesehatan
3.Manfaat intelektual yaitu terpenuhinya kebutuhan akal manusia
4.Manfaat terhadap lingkungan manfaat yang bisa dirasakan oleh
selain pembeli
5.Manfaat jangka panjang yaitu terpenuhinya kebutuhan duniawi
jangka panjang atau terjaganya generasi mendatang terhadap
kerugian akibat tidak membeli suatu barang/jasa
Keberkahan akan hadir jika kita dalam mengkonsumsi melakukan sbb
(P3UI, UII, 2008)
1.Barang/jasa yang dikonsumsi bukan barang haram
2.Tidak melakukan konsumsi yang berlebih-lebihan diluar kemampuan dan
kebutuhan dirinya
3.Aktivitas konsumsi yang dilakukan diniatkan untuk mendapat ridha Allah
SWT.
Maslahah dalam konsumsi tidak seluruhnya secara langsung dapat
dirasakan terutama maslahah akhirat atau berkah berbeda dengan
masalahah dunia yang langsung dirasakan setelah mengkonsumsi.
Keberkahan dengan meningkatnya frekensi kegiatan tidak akan pernah
berkurang karena pahala ibadah tidak pernah menurun. Padahal
masalahah dunia akan meningkat dengan meningkatnya frekensi kegiatan
tetapi pada level tertentu akan mengalami penurunan. Hal ini disebabkan
tingkat kebutuhan manusia di dunia terbatas sehingga ketika terjadi
konsumsi yang berlebihan akan terjadi penurunan maslahah dunia.

Anda mungkin juga menyukai