Anda di halaman 1dari 13

Laporan pendahuluan

lanjut usia dengan artritis


Oktaviana surnia
14420201060
defenisi
Artritis Rheumatoid (RA) adalah suatu penyakit sistematik yang bersifat progresif,
yang cenderung menjadi kronik dan menyerang sendi serta jaringan lunak. Artritis
Rheumatoid adalah suatu penyakit autoimun dimana secara simetris persendian
(biasanya sendi tangan dan kaki) mengalami peradangan sehingga menyebabkan
terjadinya pembengkakan, nyeri, dan sering kali menyebabkan kerusakan pada
bagian dalam sendi . Karakteristik artritis rheumatoid adalah cairan sendi (sinovitis
inflamatior) yang persisten, biasanya menyerang sendi-sendi perifer dengan
penyebaran yang sistematis .
etiologi

01 Backgrounds 03 Reminder
Genetik Faktor infeksi

02 Avatars 04 Planning
Hormon sex HeatShockProtein
(HSP)
Menifestasi klinik
1. Nyeri pada anggota gerak.
2. Kelemahan otot.
3. Peradangan dan bengkak pada sendi.
4. Kekakuan sendi.
5. Kejang dan kontraksi pada otot.
6. Gangguan fungsi.
7. Sendi berbunyi (Krepitasi)
8. Sendi goyah.
9. Timbulnya perubahan bentuk (Deformitas).
10. Timbulnya benjolan nodul.
Patofiologi
Peradangan AR berlangsung terus-menerus dan menyebar ke struktur-struktur sendi dan
sekitarnya termasuk tulang rawan sendi dan kapsul fibrosa sendi. Ligamentum dan tendon
meradang. Peradangan ditandai oleh penimbunan sel darah putih, pengaktivan komplemen,
fagositosis ekstensif dan pembentukan jaringan parut. Peradangan kronik akan menyebabkan
membran sinovium hipertrofi dan menebal sehingga terjadi hambatan aliran darah yang
menyebabkan nekrosis sel dan respons peradangan berlanjut. Sinovium yang menebal
kemudian dilapisi oleh jaringan granular yang disebut panus. Panus dapat menyebar ke
seluruh sendi sehingga semakin merangsang peradangan dan pembentukan jaringan parut.
Proses ini secara lambat merusak sendi dan menimbulkan nyeri hebat serta deformitas.
Pemeriksaan diagnostik

• Pemeriksaan Laju Endap Darah (LED) akan meningkat.


• Tes faktor reuma biasanya positif pada lebih dari 75% pasien artritis reumatoid terutama bila masih aktif
• Leukosit normal atau meningkat sedikit
• Trombosit meningat
• Kadar albumin serum trurun dan globulin
• Jumlah sel darah merah dsn komplremen C4 menurun
• Protein C-reaktif dan antibodi antiukleus (ANA) biasanya positif
• Laju sedimentasi eritrosit meningkat menunjukan inflamasi
• Tes aglutinasi lateks menunjukan kadar igC atau igM (faktor mayor dari rheumatoid ) tinggi . Makin tinggi iter ,
maka makin berat penyakitnya
• Pemerikasaan sinar-X dilakukan untuk membantu penegakkan diganosa dan memantau perjalanan penyakit. Foto
rontgen menunjukan erosi tulang yang khas terjadi kemudian dalam perjalanan penyakit tersebut (Rosyidi, 2013)
penatalaksanaan

01 Backgrounds 03 Reminder
Pendidikan Latihan Fisik dan
Termoterapi

02 Avatars 04 Planning
Istrirahat Obat-obatan
Komplikasi
Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan ulkus peptik yang
merupakan komplikasi utama penggunaan obat anti imflamasi non steroid (OAINS) atau
obat pengubah jalan penyakit DMARD (disease modifying antirheumatoid drugs) yang
menjadi faktor penyebab mortalitas utama pada artritis rheumatoid. Komplikasi saraf yang
terjadi tidak memberikan gambaran yang jelas, sehingga sukar dibedakan antara akibat lesi
artikular dan lesi neuropatik.
Menu

01
Konsep dasar
keperawatan
For teachers For students
Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut berhubungkan dengan agen pencedera distensi jaringan oleh
akumulasi cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.
2. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan Deformitas
skeletal.Nyeri, ketidaknyamanan, Intoleransi aktivitas, penurunan
kekuatan otot.
3.Defisiensi pengetahuan (kebutuhan belajar), mengenai penyakit,
prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan kurangnya
pemahaman/ mengingat,kesalahan interpretasi informasi
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal;
penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak,depresi
n Diagnosis keperawatan tujuan Intervensi

o
1 Nyeri akut Setelah dilakuakn tindakan Manajemen nyeri
keperawatan selama 2 x 24 jam Observasi
diharapkan tingkat nyeri menurun - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
dengan kriteria hasil : dan intensitas nyeri
 Keluhan nyeri menurun - Identifikasi skala nyeri
 Meringis menurun - Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri
 Gelisah menurun - Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
 Frekuensi nadi membaik Terapeutik
 Tekanan darah membaik - Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
(mis. Terapi pijat, kompres hangat/dingin, hypnosis, relaksasi
napas dalam)
- Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
- Fasilitasi isterahat dan tidur
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
-Jelaskan strategi mengatasi nyeri
-Anjurkan untuk memonitor nyeri secara mandiri
-Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
-Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
n Diagnosis keperawatan tujuan Intervensi

o
1 Ganguan mobilitas fisik Setelah dilakuakn tindakan Dukungan mobilisasi
keperawatan selama 2 x 24 jam Observasi
diharapkan tingkat nyeri menurun - Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik
dengan kriteria hasil : - Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
 Pergerakan ekstremitas - Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum
meningkat memulai mobilisasi
 Kekuatan otot meningkat Terapeutik
 Rentang gerak meningkat - fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu
 Nyeri menurun - Fasilitasi melakukan pergerakan
 Kakuan sendi menurun - Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
-anjurkan melakukan mobilisasi dini
-Anjurkan untuk mobilisasi sederhanan yang harus
dilakukan di tempat ridur ,pindah ditempat tidur ke kursi
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai