Anda di halaman 1dari 30

JUKNIS BOS MADRASAH 2021

BAB VII – Perpajakan


1. PPh 21
Potong
2. PPh 23

3. PPh 22
Pungut
4. PPN

5. Bea Materai
PEMOTONGAN DAN PEMUNGUTAN PAJAK

Pemotongan Pemungutan
• Kegiatan memotong sebesar pajak yang • Kegiatan memungut sejumlah pajak yang
terutang dari keseluruhan pembayaran yang terutang atas suatu transaksi.
dilakukan. • Pemungutan pajak akan menambah
• Pemotongan ini dilakukan oleh pihak-pihak besarnya jumlah pembayaran atas
yang melakukan pembayaran atau gaji perolehan barang.
terhadap penerima gaji atau pegawainya. • Ada juga beberapa kasus dimana
• Pihak pembayar penghasilan atau gaji pemungutan diakukan oleh pihak
memiliki tanggung jawab penuh atas pembayar dengan mekanisme yang sama
pemotongan, penyetoran, hingga pelaporan dengan pemotongan pajak.
pajak yang dilakukan pada pegawainya. • Lebih sederhana, pemungutan ini akan
• Jadi sederhananya, pemotongan akan menambah besarnya jumlah nominal yang
mengurangi jumlah gaji atau pembayaran harus dibayarkan atas suatu transaksi.
yang diterima oleh pihak pegawai.
PPh PASAL 21

Adalah pajak yang terkait dengan pembayaran gaji dan honor.

Gaji adalah pembayaran yang sifatnya tetap dan teratur,


Honor adalah pembayaran yang sifatnya insidentil.

Pemotongan PPh 21 adalah pemotongan atas penghasilan sehubungan


pekerjaan, jasa atau kegiatan dengan nama dan dalam bentuk apa pun
yang dibayarkan kepada wajib pajak orang pribadi dalam negeri.
SKEMA PPh 21

WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DALAM NEGERI

PEGAWAI BUKAN PEGAWAI

BERKESINAMBUNGAN
PEGAWAI TETAP
TIDAK BERKESINAMBUNGAN

PEGAWAI TIDAK TETAP PESERTA KEGIATAN

PENGHASILAN – PTKP = PENGHASILAN KENA PAJAK


Definisi

 Pegawai Tetap adalah pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan dalam jumlah tertentu
secara teratur.
 Pegawai Tidak Tetap/Tenaga Kerja Lepas adalah pegawai yang hanya menerima penghasilan apabila
pegawai yang bersangkutan bekerja (Buruh Harian, Buruh Mingguan, Tukang Batu, Kuli Bongkar Muat
Barang.
 Imbalan kepada Bukan Pegawai adalah penghasilan dengan nama dan dalam bentuk apapun yang
terutang atau diberikan kepada Bukan Pegawai sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan yang
dilakukan, antara lain berupa honorarium, komisi, fee, dan penghasilan sejenis lainnya.
 Bukan Pegawai Berkesinambungan adalah orang pribadi selain Pegawai Tetap dan Pegawai
Tidak Tetap/Tenaga Kerja Lepas yang memperoleh penghasilan dengan nama dan dalam bentuk apapun
yang dibayar atau terutang lebih dari satu kali dalam satu tahun kalender sehubungan dengan pekerjaan,
jasa, atau kegiatan.
 Bukan Pegawai Tidak Berkesinambungan adalah orang pribadi selain Pegawai Tetap dan Pegawai Tidak
Tetap/Tenaga Kerja Lepas yang memperoleh penghasilan dengan nama dan dalam bentuk apapun yang
dibayar atau terutang hanya satu kali dalam satu tahun kalender sehubungan dengan pekerjaan, jasa,
atau kegiatan.
 Peserta kegiatan adalah orang pribadi yang terlibat dalam suatu kegiatan tertentu, termasuk mengikuti
rapat, sidang, seminar, lokakarya (workshop), pendidikan, pertunjukan, olahraga, atau kegiatan lainnya
dan menerima atau memperoleh imbalan sehubungan dengan keikutsertaannya dalam kegiatan tersebut
BUKAN PEGAWAI
1. Imbalan kepada Distributor Multi Level Marketing (MLM).
2. Imbalan kepada Petugas Dinas Luar Asuransi.
3. Dan imbalan kepada para Penjaja Barang Dagangan.
4. Imbalan kepada Tenaga Ahli.
5. Imbalan kepada Bukan Pegawai yang menerima Penghasilan dan bersifat
berkesinambungan.
6. Serta imbalan kepada Bukan Pegawai yang menerima penghasilan dan
tidak bersifat berkesinambungan.
Contoh Bukan Pegawai
1. Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, seperti Pengacara, Akuntan, Arsitek, Dokter,
Konsultan, Notaris, Penilai, serta Aktuaris.
2. Pemain Musik, Pembawa Acara, Penyanyi, Pelawak, Artis, Sutradara, Kru Film, Foto Model,
Peragawan/Peragawati, Pemain Drama, Penari, Pemahat, Pelukis, dan seniman lainnya.
3. Olahragawan.
4. Penasihat, Pengajar, Pelatih, Penceramah, Penyuluh, serta Moderator.
5. Pengarang, Peneliti, serta Penerjemah.
6. Para pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik, komputer dan sistem aplikasinya,
telekomunikasi, elektronika, fotografi, ekonomi, dan sosial.
7. Agen periklanan.
8. Pengawas serta Pengelola Proyek.
9. Pembawa pesanan atau yang menemukan langganan atau yang menjadi perantaranya.
10. Para petugas penjaja barang dagangan.
11. Para petugas dinas luar asuransi.
12. Distributor perusahaan multi level marketing (MLM) atau kegiatan sejenis lainnya
Status Kepegawaian dan PPh 21
Kepegawaian PPh 21
Tetap Penghasilan Net - PTKP
Tidak Tetap • Tidak ada PPh 21 yang dipotong jika upah harian atau rata-rata upah harian kurang
dari Rp 450.000 dan jumlah kumulatif dalam satu bulan belum melebihi Rp
4.500.000.
• PPh 21 harus dipotong sebesar upah harian atau rata-rata upah harian dikurangi Rp
450.000, lalu dikalikan 5% jika, Upah harian atau rata-rata upah harian sudah lebih
dari Rp.450.000 tetapi jumlah kumulatif dalam satu bulan kalender belum melebihi
Rp 4.500.000.
• PPh 21 harus dipotong sebesar upah harian atau rata-rata upah dikurangi PTKP
sehari lalu dikalikan 5%, jika, jumlah kumulatif dalam satu bulan kalender sudah lebih
dari Rp.4.500.000, tetapi kurang dari Rp.10.200.000.
• Berlaku Tarif pada Undang-Undang Pajak Penghasilan Pasal 17 ayat (1) huruf (a), jika,
jumlah kumulatif dalam satu bulan kalender sudah lebih dari Rp 10.200.000.
Bukan Pegawai

1. Bukan Pegawai Berkesinambungan dikurangi PTKP,


dihitung secara kumulatif dengan rumus ((50% x Penghasilan
bruto) - PTKP sebulan) x Tarif Pajak
2. Bukan Pegawai Berkesinambungan tidak dikurangi PTKP,
dihitung secara kumulatif dengan rumus (50% x Penghasilan
bruto) x Tarif Pajak
3. Bukan Pegawai Tidak Berkesinambungan, dihitung tidak
kumulatif dengan rumus (50% x Penghasilan bruto) x Tarif
Pajak
Bukan Pegawai

Bukan Pegawai yang tidak memiliki NPWP


maka dikenakan tarif 120% lebih tinggi
Skema Pemajakan
PPh 21 Non Final
Skema Pajak Non Final

Tarif PPh 21
Penghasilan Kena Pajak
(Pasal 17) PPh
Skema Pemajakan
Skema Pajak Final
PPh 21 Final Honor PNS
PNS

Golongan Tarif PPh Final (PP -80/2010)


I dan II 0%
III 5%
IV dan Pejabat Negara 15%
5% 15%

Sesuai PP-80 Tahun 2010


PPh PASAL 22

adalah pajak penghasilan sehubungan dengan adanya pembayaran


atas pembelian/penyerahan barang.
Tari
f PPh 22
Tarif

Ada 1,5 %

NPWP
Rekanan

Tidak Ada 3%
Dikecualikan Dikecualikan
Penyerahan Barang yang Jumlahnya Paling Banyak
Rp. 2.000.000,-

Pembayaran untuk Pembelian Bahan Bakar Minyak

Pembayaran untuk Pembelian Listrik dan Gas

Pembayaran untuk Pembelian Air Minum/PDAM

Pembayaran untuk Pembelian Benda POS

Pembelian Barang Sehubungan dengan Penggunaan Dana BOS


PPh PASAL 23
Bagi Rekanan Yang Tidak Memiliki NPWP,
Tarif 100% Lebih Tinggi
Tarif = 2%
Disetor Dengan Menggunakan SSP
Dengan Identitas/NPWP Bendahara SKPD
PPh PASAL 4(2)

Pajak yang dipotong atas penghasian dari jasa


tertentu dan sumber tertentu, misalnya jasa
konstruksi dan sewa tanah/bangunan
Tari
f
Sewa

Sewa Tanah
dan/atau Bangunan
10%
Tari Jasa Konstruksi
f
JASA
KONSTRUKSI

Perencanaan/
Pelaksanaan
Pengawasan

Menengah Tidak Tidak


Kecil /Besar Ada
Memiliki Memiliki

2% 3% 4% 4% 6%
Pengertian
Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

pungutan yang dibebankan atas transaksi jual-beli barang dan jasa


(BKP/JKP) yang dilakukan oleh wajib pajak pribadi atau wajib pajak
badan yang telah menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP).

Untuk Bendahara sekolah swasta, lembaga pendidikan swasta,


pesantren yang diberikan dana BOS oleh Kementerian Pendidikan
Nasional tidak wajib memungut PPN.
Skema
Pajak Pertambahan Nilai
Transaksi PPN
Beli
Barang/Jasa

BENDAHARA 10% REKANAN

Menyampaikan
Tagihan
+ Faktur Pajak
Pengertia
Faktur
FAKTUR PPN
n

Saat
Pembuatan
Faktur Pajak PPN dibayar dan
oleh PKP Pada saat dibuat tagihan disetor paling lambat
Rekanan Ke Bendahara tanggal 7 bulan
berikutnya
Penomoran
Faktur Pajak

Penomoran Penomoran Faktur Pajak tidak lagi


Faktur dilakukan sendiri PKP
oleh
dikendalikan oleh DJP melalui, pemberian
tetapi
Pajak nomor seri Faktur Pajak, dimana bentuk
dan tata caranya ditentukan oleh DJP.

Tidak diperkenankan memperbaiki dengan cara


menghapus, atau mencoret, atau dengan cara lain

FAKTUR PAJAK
TIDAK LENGKAP
Tidak Dipungut
Tidak Dipungut Bendaharawan Bendaharawan

Untuk transaksi yang tidak melebihi dari jumlah Rp. 2.000.000,00 dipungut dan
disetor oleh Pengusaha kena Pajak Rekanan Pemerintah sesuai dengan ketentuan
yang berlaku umum.

Untuk Pembebasan Tanah.

BBM dan Non-BBM yang Penyerahannya Dilakukan oleh Pertamina.

Atas Penyerahan BKP/JKP yang Mendapat Fasilitas PPN Tidak


Dipungut dan/atau Dibebaskan dari Pengenaan PPN
Untuk Penyerahan JKP yang Dilakukan oleh Instansi Pemerintah Kepada Instansi
Pemerintah Lainnya, sepanjang pembayaran tersebut berasal APBN/APBD dan
dimasukkan sebagai PNBP.
Tidak Dipungut
Bendaharawan
Atas Jasa Angkutan Udara yang Diserahkan oleh Perusahaan
Penerbangan.

Untuk Penyerahan BKP/JKP yang Menurut


Ketentuan Perundang-undangan Yang Berlaku, Tidak Dikenakan PPN.
BATAS AKHIR PEMBAYARAN DAN PELAPORAN SPT MASA
Sarana Batas Akhir Batas Akhir
No. Jenis Pajak Pelaporan Pembayara Pelaporan
n
1. PPh Pasal 21 SPT Masa Tanggal 10 Tanggal 20
PPh Pasal 21 Bulan Berikutnya Bulan Berikutnya

2. PPh Pasal 22 SPT Masa Hari yang sama dengan Tanggal 20


PPh Pasal 22 transaksi Bulan Berikutnya
3. PPh Pasal 23 SPT Masa Tanggal 10 Tanggal 20
PPh Pasal 23 Bulan Berikutnya Bulan Berikutnya
4. PPh Pasal 4(2) SPT Masa Tanggal 10 Tanggal 20
PPh Pasal 4(2) Bulan Berikutnya Bulan Berikutnya
5. PPN SPT Masa Tanggal 7 Akhir Bulan Berikutnya
PPN 1107-PUT Bulan Berikutnya
Kesimpulan

Pajak Negeri Swasta


PPh 21 Wajib Potong Wajib Potong
PPh 23 Wajib Potong Wajib Potong
PPh 22 Untuk dana BOS tidak dipungut
PPN Wajib Pungut Tidak Wajib Pungut
Bea Materai = Rp 10.000
1. Surat perjanjian, surat keterangan, surat pernyataan, atau surat lainnya yang
sejenis, beserta rangkapnya; 
2. Akta notaris beserta grosse, salinan, dan kutipannya; 
3. Akta Pejabat Pembuat Akta Tanah beserta salinan dan kutipannya; 
4. Surat berharga dengan nama dan dalam bentuk apapun; 
5. Dokumen transaksi surat berharga, termasuk Dokumen transaksi kontrak
berjangka, dengan nama dan dalam bentuk apa pun; 
6. Dokumen lelang yang berupa kutipan risalah lelang, minuta risalah lelang, salinan
risalah lelang, dan grosse risalah lelang; 
7. Dokumen yang menyatakan jumlah uang dengan nilai nominal lebih dari
Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah) yang (1) menyebutkan penerimaan uang; atau
(2) berisi pengakuan bahwa utang seluruhnya atau sebagiannya telah dilunasi
atau diperhitungkan; 
8. Dokumen lain yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai