Anda di halaman 1dari 18

BAHAN AJAR

(E-learning)
BAB I

PENDAHULUAN

A. DISKRIPSI
Proses belajar mengajar orang dewasa adalah suatu proses berlangsungnya
kegiatan belajar yang dilakukan oleh peserta diklat dan fasilitator atau widyaiswara.
Belajar bagi orang dewasa adalah belajar melalui pengalaman (experiential
learning cycle). Belajar melalui pengalaman berarti belajar berhadapan langsung
dengan masalah praktis, masalah sosial yang nyata, dan berupaya untuk
memecahkannya. Cara belajar berdasarkan pengalaman akan memberikan makna
bagi peserta diklat. Tentu saja peserta diklat harus berperan aktif dalam situasai
pembelajaran yang disampaikan oleh pengelola atau widyaiswara yang bertindak
sebagai fasilitator. Peserta diklat didorong untuk aktif dan berinisiatif, mengajukan
usul, dan menemukan cara yang terbaik untuk mempelajari materi diklat yang akan
dialaminya.

Widyaiswara sebagai fasilitator berupaya untuk menciptakan suasana


pembelajaran yang kondusif agar setiap peserta diklat dapat mengembangkan
kemampuannya sebaik mungkin. Standar Kompesensi dan Kompetensi Dasar dari
setiap mata diklat sebaiknya diketahui dan ditangkap dengan jelas oleh peserta
diklat. sehingga untuk mencapai tujuan pembelajaran perlu juga sumber belajar
diorganisir sebaik-baiknya.

Mata diklat Membangun Komitmen Pembelajaran termasuk Kelompok


Penunjang yang merupakan aplikasi dari rangkaian program diklat. Mata diklat ini
dimaksudkan agar semua peserta diklat mampu menetapkan komitmen dalam
belajar agar tercapainya tujuan diklat secara maksimal. Menurut H. Supriyanto,
bahwa orang dewasa yang sedang belajar memerlukan suasana belajar yang
kondusif agar proses belajarnya dapat berjalan dengan lancar. Berikut ini adalah
suasana belajar yang dianjurkan oleh Lunandi (1982):

1. kumpulan manusia aktif,


2. suasana saling menghormati,
3. suasana saling menghargai,
4. suasana saling percaya,
5. suasana penemuan diri,

HISAN
2
6. suasana tidak mengancam,
7. suasana keterbukaan,
8. suasana mengakui kekhasan pribadi,
9. suasana membolehkan perbedaan,
10. suasana mengakui hak untuk berbuat salah,
11. suasana membolehkan keragu-raguan

Penguasaan konsep tentang belajar dan bekerja berkelompok dengan


komitmen tinggi merupakan langkah awal dan utama dalam pembelajaran
berkualitas. Untuk itu diperlukan upaya-upaya widyaiswara untuk menyediakan
sarana dan media pembelajaran yang menyenangkan, dan bagi peserta diklat
dituntut untuk dapat menetapkan dan melaksanakan komitmen yang mereka
rumuskan dan sepakati bersama.

B. STANDAR KOMPETENSI
Setelah mempejarasi mata diklat ini peserta diharapkan mampu memahami
dan melaksanakan kegiatan membangun komitmen belajar secara online melalui
konten e-learning.

C. KOMPETENSI DASAR
Setelah mengikuti mata diklat ini peserta mampu:

1. Menjelaskan pengertian Building Learning Commitment (BLC)


2. Menjelaskan peraranan BLC dalam proses kediklatan
3. Menerapkan konsep dasar membangun komitmen pembelajaran secara online
4. Menjelaskan daur belajar melalui pengalaman (experential learning cycle)

D. POKOK BAHASAN
Untuk mewujudkan Kompetensi Dasar yang tertera di atas, maka Pokok
Bahasan dan Sub Pokok Bahasan yang akan dipelajari adalah sebagai berikut:

1. Konsep dasar Building Learning Commitment (BLC)


2. Memahami peraranan BLC dalam proses kediklatan.
3. Menerapkan konsep dasar membangun komitmen pembelajaran secara online
4. Daur belajar melalui pengalaman (experential learning cycle)

HISAN
3
BAB II

KONSEP DASAR BUILDING LEARNING COMMITMENT (BLC)

A. PENGERTIAN DAN KONSEP DASAR BUILDING LEARNING COMMITMENT


Setiap orang yang ikut diklat seyogyanya memiliki komitmen tertentu dalam
proses pembelajaran yang telah disediakan dan diputuskan untuk diikutinya.
Mereka harus mempunyai keikatan secara besungguh-sungguh. Kita tahu orang
dewasa sebagai pembelajar adalah sosok pribadi yang utuh yang memiliki
kemampuan cukup baik untuk dapat menyesuaikan diri dengan situasi yang
berbeda dengan situasi kerja sehari-hari.

Setiap peserta suatu diklat memiliki latar belakang pendidikan berbeda,


pengalaman yang bervariasi, pengetahuan dan ketrampilan yang beraneka regam.
Bila mereka memasuki suatu diklat, mereka akan merupakan narasumber yang
sangat berarti. Namun semuanya ddituntut untuk menyesuaikan diri, dan
menyumbangkan pengalamannya dalam mewujudkan tujuan diklat. Dari mereka
dituntut komitmen yang tinggi.

Apa yang kita artikan dengan komitmen (commitment) ? komitmen atau


keikatan adalah janji atau kesanggupan yang pasti untuk melakukan sesuatu atau
tidak melakuakan sesuatu. Kelas dalam suatu diklat dapat dianggap sebagai
kelompok sosial yang memiliki batasan dan aturan yang perlu diataati oleh semua
anggota yang tergabung di dalamnya, agar tujuan pembelajaran yang merupakan
kepentingan bersama tercapai dengan sebaik-baiknya dan berkualitas. Di
dalamnya ada norma yang mengandung nilai. Sesuatu yang dilarang norma berarti
mengandung nilai buruk bagi kelompok, sesuatu yang diharuskan dan dituntut
untuk ditaati dan dilaksanakan mengadung nilai baik. Norma merupakan norma
main yang pelu ditaati dan semua anggota kelompok harus komit terhadap norma
yang disepakati.

Kelompok sosial yang baik adalah kelompok yang setiap anggotanya memiliki
komitment tinggi, saling menghormati, saling menghargai, dan bekerjasama untuk
mencapai tujuan bersama. Kelompok sosial yang baik diliputi oleh suasana
kebersamaan yang hangat dan keakraban yang wajar antar anggotanya. Semua
anggota kelompok belajar yang memiliki komitmen tinggi bersedia untuk mengubah

HISAN
4
dirinya, mengubah sikapnya, mengubah perilaku dan kebiasaannya demi
tercapainya tujuan pembelajaran dengan kualitas memuaskan.

Pembinaan komitmen belajar Building Learning Commitment (BLC) berperan


untuk mencairkan suasana yang kaku karena antar peserta diklat belum saling
mengenal, menyiapkan mereka agar dapat berkomunikasi dan bertukar
pengalaman secara terbuka, menciptakan suasana belajar yang menggembirakan
dan menyenangkan, menetapkan nilai belajar yang disepakati bersama, membina
kelompok yang berfungsi efektif dan sinergis, dan bertekad pula untuk
menyukseskan proses pembelajaran yang berkualitas. Hal ini akan tercapai antar
peserta diklat telah tumbuh perasaan saling mempercayai, adanya sikap
keterbukaan, bertanggung jawab, dan tumbuh rasa saling ketergantungan antara
yang satu dengan yang lainnya.

Apabila iklim dan kondisi pembelajaran telah menunjang untuk belajar


mandiri, widyaiswara sebagai fasilitator hendaknya berupaya untuk menciptakan
iklim pembelajaran yang kondusif agar setiap orang dapat mengembangkan
kemampuannya sebaik mungkin, dan juga harus dapat menempatkan diri sebagai
anggota kelompok yang dapat memberikan sumbangan pikiran, tanpa harus
memaksakan pendapat dan kehendaknya.

Orang dewasa seyogyanya memiliki komitmen terhadap belajar. Komitmen


belajar diartikan sebagai janji atau kesanggupan untuk melakukan sesuatu dalam
belajar dan tidak melakukan sesuatu. Misalnya belajar penuh disiplin, dan tidak
banyak bolos.

B. PERANAN BUILDING LEARNING COMMITMENT (BLC)


Peranan Building Learning Commitment (BLC) dalam diklat adalah untuk
mencairkan suasana belajar yang beku. Belajar akan mempunyai arti apabila
suasana belajar menyenangkan. Belajar selayaknya menjadi peristiwa yang
menyenangkan, menggembirakan, tanpa ada rasa cemas dan lelah karena
suasana yang mencekam. Kelas sebagai salah satu bentuk kelompok sosial perlu
diciptakan suasana yang aman dan nyaman, pembelajaran penuh percaya diri, dan
antar peserta saling mempercayai. Suasana seperti ini lebih memungkinkan
peserta diklat lebih efektif dan menyerap bahan ajar dengan baik. Diklat dengan
suasana seperti ini akan melahirkan alumni yang ceria, pegawai yang percaya diri,
ooptimis, produktif, dan memperoleh kepuasan batin memadai.

HISAN
5
Suasana seperti yang digambarkan di atas dapat tercipta manakala setiap
peserta diklat mengetahui dengan baik kekuatan yang mereka mililki, keterbatsan
yang diterima sebagai mana adanya, kekuatan dan keterbatsan kawan-kawan
diklat sekelasnya, saling berkomunikasi, saling bertukar pengalaman dan saling
mengisi kekurangan dan memanfaatkan kekuatan untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang tinggi. Dalam saling berkomunikasi, bekerjsama, tukar
pengalaman, dan bekrja kelompok perlu ada norma yang disepakati, dihormati,
dan dipatuhi bersama. Setiap anggota harus komitmen terhadap kesepakatan
tersebut, agar setiap anggota peserta diklat dapat memperoleh manfaat terbesar
dari proses pembelajarannya.

Pembinaan Building Learning Commitment (komitmen belajar) berperan untuk


mencairkan suasana yang kaku karena antar peserta diklat belum saling
mengenal, menyiapkan mereka agar dapat berkomunikasi, dan bertukar
pengalaman secara terbuka, menciptakan suasana belajar yang menggembirakan
dan menyenangkan, menatapkan nilai belajar yang disepakati bersama, membina
kelompok yang berfungsi efektif sinergis, dan bertekad untuk mensukseskan
proses pembelajaran yang berkualitas. Hal ini akan tercapai apabila antar peserta
diklat telah tumbuh perasaan saling mempercayai, adanya sikap keterbukaan,
bertanggung jawab, dan tumbuh rasa saling ketergantungan antara yang satu
dengan yang lainnya.

C. TUJUAN ORANG BELAJAR


Belajar adalah yang dilakukan secara sadar oleh seseorang yang
menghasilkan perubahan tingkah laku pada dirinya sendiri, baik dalam bentuk
pengetahuan dan keterampilan baru, maupun dalam bentuk sikap yang positif.

Pembelajaran diartikan sebagai upaya yang dilakukan berlandaskan pada


berbagai prinsip untuk membuat rancangan agar proses pembelajaran efektif

Hasl belajar berbentuk pengetahuan, sikap, keterampilan bersifat relatif


menetap atau permanen

D. KEMAMPUAN BELAJAR ORANG DEWASA


Kemampuan belajar orang dewasa yang perlu diberdayakan:

1. “Competitive Learning”, adalah kemampuan seorang dewasa untuk menjadi


yang terbaik dalam kegiatan belajar;

HISAN
6
2. “Individualistic Learning”, diartikan sebagai kemampuan belajar mandiri;
3. “Cooperative Learning”, diartikan sebagai upaya untuk memaksimalkan
potensi yang dimiliki oleh setiap individu dalam kelompok belajar untuk
mencapai tujuan bersama. (saling ketergantungan; tanggung jwb individu
dalam kelompok; interaksi tatap muka; keterampilan kolaborasi; proses
kelompok).

E. PRINSIP BELAJAR ORANG DEWASA


Proses belajar bagi anak-anak dan orang dewasa tidak sama. Belajar bagi
anak-anak bersifat untuk mengumpulkan pengetahuan sebanyak-banyaknya.
Sedangkan bagi orang dewasa lebih menekankan untuk apa ia belajar.
Konsep diri pada seorang anak adalah bahwa dirinya tergantung pada orang lain.
Ketika ia beranjak menuju dewasa, ketergantungan kepada orang lain mulai
berkurang dan ia merasa dapat mengambil keputusan sendiri. Selanjutnya
sebagai orang dewasa, ia memandang dirinya sudah mampu sepenuhnya
mengatur diri sendiri.
Dalam proses pembelajaran orang dewasa (andragogi), ia menghendaki
kemandirian dan tidak mau diperlakukan seperti anak-anak, misalnya ia diberi
ceramah oleh orang lain tentang apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak
boleh dilakukan. Apabila orang dewasa dibawa pada situasi belajar yang
memperlakukan dirinya dengan penuh penghargaan, maka ia akan melakukan
proses belajar dengan penuh penghargaan pula. Ia akan melakukan proses
belajar dengan pelibatan dirinya secara mendalam. Situasi tersebut menunjukkan
orang dewasa mempunyai kemauan sendiri untuk belajar. Oleh sebab itu perlu
diketahui cara-cara yang efektif untuk pembelajaran orang dewasa.
Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam membelajarkan orang
dewasa sebagai individu yang telah memiliki kematangan dalam hidupnya adalah
sebagai berikut :
Menurut Gibb yang dikutip oleh Brookefield (1986) bahwa :
1. Pembelajaran harus berorientasi pada masalah (problem oriented)
2. Pembelajaran harus berorientasi pada pengalaman warga belajar(experiences
oriented)
3. Pengalaman belajar harus penuh makna bagi warga belajar
4. Warga belajar bebas belajar sesuai dengan penglaman belajarnya
5. Tujuan belajar harus ditentukan dan disetujui warga belajar melalui kontrak
belajar

HISAN
7
6. Warga belajar harus memperoleh umpan balik tentang pencapaian tujuan.

Orang dewasa belajar sepanjang rentang kehidupannya meskipun jenis yang


dipelajari dan cara belajar selalu berubah sesuai dengan perkembangan
kehidupannya. Mereka belajar untuk kehidupannya, oleh karenanya mereka akan
senang bila aktivitas belajar yang dilakukan dapat diterapkan dan sekaligus dapat
memecahkan permasalahan hidupnya.

HISAN
8
BAB III

MERUMUSKAN KOMITMEN PEMBELAJARAN SECARA ONLINE

A. MERUMUSKAN KOMITMEN BELAJAR

Membangun Komitmen Belajar (Building Learning Commitment) dalam


program diklat merupakan suatu proses membangun komitmen peserta diklat
untuk mengikuti proses belajar secara individual, kelompok maupun bersama
secara menyeluruh dalam upaya mengembangkan wawasan, intektual maupun
emosional.

Dalam upaya pengembangan diri, diperlukan komitmen untuk terus menerus


belajar dalam kondisi apapun, mengingat proses belajar tidak mengenal batas
waktu (Long live learning). Prof. Prahalad menyatakan “If you don’t learn, you don’t
change, you will die”.

Komitmen mengembangkan kualitas diri dengan komitmen belajar dapat


dilakukan melalui :

1. Mengalami langsung (direct experience), artinya pembeajaran tidak harus


dialami dalam kenyataan nyata, namun dapat dilakukan melalui simulasi yang
serupa dengan realita, sehingga simulasi itu dapat diterapkan pada permanen
sistem;
2. Melakukan Observasi (eflective observation), artinya pembelajaran dapat
dilakukan dengan cara melakkan perbandingan belajr observasi yang serpa,
sehingga dapat merefleksikan, memproeksikan hasil studi perbandingan
dengan organisasi permanen.
3. Melakukan Konseptualisasi Abstrak (abstract conceptualization), artinya
pembelajaran dilakukan denan cara melakukan internalisasi, konseptualisasi,
pemenuhan, pemaknaan dan abstaksi pribadi terhadap pengalaman belajar
yang pernah dilalui.
4. Melakkan percobaan secara aktif (active experiment), yaitu pembelajaran
dilakukan dengan cara mempraktekan sendiri secara aktif dalam rangka
menemukan makna belajar secara pribadi.

James M Kauzes & Barry Z Posner (1995:259-265) menyarankan 8 langkah


untuk membangun komitmen adalah sebagai berikut :

HISAN
9
a. Mulailah proses dengan memperlakukan seseorang secara personal,
singgunglah beberapa isu kritis yang bisa saja berkaitan dengan pendidikan,
perawatan kesehatan, inovasi, komunitas dan lainnya. Perubahan khusus yang
ada dimulai secara personal.
b. Buatlah perencanaan yang matang. Arah perencanaan yang disusun sebaiknya
diwarnai oleh visi dan nilai yang diantut. Libatkan sebanyak mungkin pihak
yang akan mengimplementasikan rencana. Susun rencana tersebut dalam
rentang tahapan yang kecil-kecil atau jangka pendek. Gunakanlah proses
penyusunan rencana sebagai sesuatu yang bermakna secara mental bagi
orang yang mengikuti perjalanan ini
c. Ciptakan sebuah model. Gunakan sebuah eksperimen yang dapat digunakan
model apa yang sesungguhnya anda ingin lakukan dalam program atau lokasi
lain

d. Jangan ragu untuk berlatih, karena semakin banyak berlatih kita akan menjadi
semakin terampil dan semakin ahli. Tetap jaga konsentrasi yang ada untuk
fokus terhadap makna dan signifikansi visi yang dianut dan buatlah satu waktu
khusus untuk mengingatnya
e. Pentingnya seseorang yang bersifat sukarela mau menjadi bagian dari rencana
yang dijalankan. Komitmen akan mudah timbul bila seseorang secara sukarela
mau menjadi bagian dari peristiwa yang sedang berlangsung
f. Gunakan sebuah papan buletin yang dapat mempermudah seseorang untuk
melihat apa yang sedang berlangsung, menjaga semangat dan perhatian pada
tugas yang sedang dilakukan
g. Anda akan lebih mudah mendapatkan penerimaan dan komitmen terhadap
inovasi yang anda tawarkan bila anda dapat menunjukkan pada orang lain apa
keuntungan yang akan mereka dapatkan dari inovasi tersebut.
h. Bangkitkan rasa kebesamaan melalui aktivitas bersama dan informal seperti
acara makan pagi bersama atau acara makan malam bersama. Melalui acara-
acara tersebut, proses sosialisasi dapat berjalan lebih natural dan lancar, dan
merupakan semen yang kuat untuk menjaga ikatan sosial yang ada ..

(http://www.m-edukasi.web.id/2013/07/membangun-komitmen-organisasi-
pendidikan.html)

HISAN
10
B. KOMITMEN BELAJAR ONLINE

Penerapan pembelajaran secara daring (dalam jaringan) ini menuntut


kesiapan bagi penyelenggara diklat dan peserta diklat. Bagaimanapun juga,
pembelajaran secara daring dan jarak jauh membutuhkan bantuan teknologi yang
mumpuni dan dapat diakses dengan mudah. Selain itu, para peserta diklat juga
mesti siap beradaptasi dengan inovasi dan perubahan system pembelajaran yang
dilaksanakan oleh balai dikat. Pelaksanaan pembelajaran secara daring melalui
konten e-learning dapat dipandang lebih bebas dan fleksibel untuk diakses dari
mana saja.

Penerpan pembelajaran secara online memerlukan suatu pendekatan yang


berbeda dalam hal perencanaan, perancangan, penyampaian kursus dan
komunikasi. Peserta dklat membutuhkan motivasi diri untuk memulai dan
mengembangkan persistensi dan keahlian-keahlian dalam tugas yang bersifat
mandiri (self-directing work). Widyaiswara akan mengembangkan dan
menggunakan metodologi-metodologi dan gaya-gaya pembelajaran baru, mulai
dari instruksi langsung hingga mengelola strategi-strategi pembelajaran, memberi
dukungan terhadap peserta diklat, memfasilitasi forum diskusi, serta memberikan
informasi-informasi guna menambah wawasan peserta diklat. Adapun komitmen
yang dilakukan dalam pembelajaran secara online ini antara lain:

1. Tetapkan Manajemen Waktu


Atur waktu belajar dengan teratur. Kerjakan dengan fokus tugas yang dibebankan
oleh widyaiswara atau fasilitator. Hal ini lebih mudah dijalani jika pihak
penyelengara diklat memberikan batasan jadwal akses daring kepada peserta
diklat. Peserta diklat haru bisa mengatur sendiri jadwal belajar mereka. Bagi
meraka yang belum terbiasa belajar mandiri, biasanya akan mengerjakan tugas-
tugas yang diberikan oeh widyaiswara di menit-menit terakhir tenggat waktu yang
ditetapkan. Oleh sebab itu, membiasakan diri untuk belajar dan mengerjakan
tugas di awal waktu adalah keterampilan yang mesti ditanamkan dijiwa peserta
diklat yang melakukan remote learning.

2. Persiapkan Teknologi yang Dibutuhkan.


Sarana dan prasarana tidak disiapkan oleh penyelenggara, oleh karena itu pesrta
diklat harus bisa menyiapkan sendiri peralatan teknologi untuk mendukung
kegiatan pembelajran secara online tersebut. Peserta diklat harus mengetahui

HISAN
11
peralatan-peralatan apa saja yang dibutuhkan untuk melakukan pembelajaran
jarak jauh, seperti: laptop/computer, android, akses internat dan sebagainya.

3. Belajarlah dengan Serius.


Kesalahan yang sering dilakukan peserta diklat, adalah tidak fokus ketika
melakukan pembelajaran jarrah jauh/e-learning. Selama melakukan pembelajaran
di internet, terdapat banyak sekali distraksi yang mengganggu proses
pembelajaran. Godaan untuk menonton video, mengakses media sosial, hingga
membaca-baca konten berita secara impulsif seringkali dilakukan tanpa rencana
sebelumnya. Oleh sebab itu, penting bagi peserta diklat untuk berusaha fokus
dan konsisten selama waktu belajar yang ditetapkan. Hindari segala macam
distraksi yang berpotensi mengganggu proses belajar. Jika memungkinkan,
tetapkan ruang khusus untuk belajar dan menjauhkan diri dari gangguan anggota
keluarga yang lain.

4. Jaga Komunikasi dengan Pengajar dan Rekan-rekan Kelas


Bagi yang belum terbiasa melakukan pembelajaran secara online melalui e-
learning, ia harus menyesuaikan diri untuk terus visibel dan berkomunikasi
tanggap dengan pengajar atau rekan kelas lain. Jika dibutuhkan, perlu juga
diadakan grup khusus untuk membahas tugas yang dibebankan pengajar.
Kendati tidak harus dilakukan dengan tatap muka, komunikasi mesti terjalin
dengan baik untuk menghindari kesalahpahaman. Gunakan momen-momen
semacam ini untuk mengasah keterampilan komunikasi daring Anda. Jika
memang belum yakin dengan hasil tugas yang dikerjakan, segera hubungi
pengajar Anda. Lakukan sesegera mungkin untuk menunjukkan komitmen bahwa
Anda serius untuk belajar.

HISAN
12
BAB IV

DAUR BELAJAR MELALUI PENGALAMAN

(EXPERENTIAL LEARNING CYCLE)

A. BELAJAR DENGAN CARA MENGERJAKANNYA


Pentingnya keterlibatan langsung dalam belajar dikemukakan oleh John
Dewey dengan “learning By doing”-nya. Belajar sebaiknya dialami melalui
perbuatan langsung. Belajar harus dilakukan oleh setiap pembelajar secara aktif,
baik individual maupun kelompok, dengan cara memecahkan masalah (problem
solving). Kong Hu chu pernah mengatakan yang intinya bahwa efektifitas belajar
tinggi apabila subyek langsung mengerjakan dan langsung mengalaminya
(experiential learning). “saya kerjakan, dan saya mengerti”. Disini peran
Widyaiswara sebagai pembimbing atau fasilitator dituntut untuk memiliki
kemampuan untukmenghubungkan pengetahuan baru yang sedang dipelajari
dengan pengetahuan yang mereka telah kuasai, pegalaman yang telah miliki,
sikap yang sudah tertanam, dan kerangka berpikir yang dimiliki dalam bekerja.

Dimyati (2002:238) menjelaskan bahwa dalam proses belajar ditemukan tiga


tahap penting, yaitu:

1. Sebelum belajar, Hal yang berpengaruh pada belajar , menurut Dimyati


mengutip pendapat Biggs & Telfer dan Winkel, adalah cirri khas pribadi, minat,
kecakapan, pengalaman, dan keinginan belajar. Hal-hal sebelum terjadi belajar
tersebut merupakan keadaan awal; keadaan awal tersebut diharapkan
mendorong terjadinya belajar.
2. Proses belajar, yaitu suatu kegiatan yang dialami dan dihayati pembelajar
sendiri. Kegiatan atau proses belajar ini terpengaruh oleh sikap, motivasi,
konsentrasi, mengolah, menyimpan, menggali, dan unjuk berprestasi.
3. Sesudah belajar, merupakan tahap untuk prestasi hasil belajar. Secara wajar
diharapkan agar hasil belajar menjadi lebih baik, bila dibandingkan dengan
keadaan sebelum belajar.

Keterlibatan peserta diklat di dalam proses pembelajaran jangan diartikan


keterlibatan fisik semata, namun lebih dari itu, terutama adalah keterlibatan
mental emosional, keterlibatan dengan kegiatan kognitif dalam pencapaian dan
perolehan pengetahuan, dalam penghayatan dan internalisasi nilai-nilai dalam

HISAN
13
pembentukan sikap dan nilai, dan juga pada saat mengadakan latihan-latihan
dalam pembentukan keterampilan.

Orang dewasa sebagai subyek didik telah memiliki sejumlah pengetahuan,


sikap dan keterampilan tertentu. Pada diri orang dewasa sering kali timbul
keinginan untuk menambah pengetahuan untuk meningkatkan kinerja dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Supriyanto (2007:30)
berpendapat bahwa langkah yang harus ada dalam setiap pemecahan masalah
antara lain:

1. Identifikasi maslah,
2. Pengumpulan fakta,
3. Pembuatan pemecahan alternative,
4. Analisis fakta terhadap pemecahan altenatif, dan
5. Pemilihan alternative yang terbaik.
Orang dewasa akan termotivasi untuk belajar apabila mereka menyadari
akan adanya kebutuhan yang dirasakan (felt needs), untuk memecahkan
masalah yang dihadapi dalam hidupnya.

B. BELAJAR MELALUI PENGALAMAN


Experience is the best teacher, kalimat itu sering kita dengar bahwa
pengalaman adalah guru yang terbaik. Seperti yang dikatakan Kong Hu chu
pernah mengatakan yang intinya bahwa efektifitas belajar tinggi apabila subyek
langsung mengerjakan dan langsung mengalaminya (experiential learning). “saya
kerjakan, dan saya mengerti”.

Untuk itu pengalaman yang direncanakan dalam proses pembelajaran orang


dewasa adalah pengalaman yang dipolakan (structured experience).

Karakteristik orang dewasa yang paling esensial terletak pada asumsi


bahwa yang menjadi sentral dalam kegiatan belajar adalah “subjek didik” dan.
bukan “penagjar atau widyaiswara”. Oleh karena itu tekanan kegiatan terletak
pada prakarsa dan partisipasi peserta pembelajaran. Widyaiswara sebagai
fasilitator bertugas mempolakan kegiatan, membimbing, menuntun dan turut
menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif. Dalam kondisi yang demikian,
setiap peserta diklat diharapkan memperoleh manfaat yang optimal dari proses
kegiatan pembelajaran.

HISAN
14
Hal yang paling esensial dari belajar melalui pengalaman adalah dengan
cara menciptakan pengalaman tertentu yang sudah dirancang dan terpola,
pembelajaran dilakukan dalam situasi buatan, peserta dapat belajar dan
menemukan sendiri atau bersama-sama dengan kelompoknya prinsip tertentu
dalam kepemimpinan, komunikasi, peran dan fungsi, pemecahan masalah dan
pengambilan keputusan. Pengalaman yang diciptakan berbentuk simulasi,
permainan (games), bermain peran (role Playing), tes situasi dan sebagainya.
Semua pengalaman dan situasi diciptakan dalam situasi pembelajaran.

Daur belajar melalui pengalaman, kata orang “experience is the best


teacher” yaitu pengalaman merupakan guru tebaik dalam kehidupan kita, belajar
melalui pengalaman akan efektif apabila dilakuan melalui lima tahapan yang
merupakan sebuah daur (cycle) dan disebut daur belajar melalui pengalaman.
Urutan daur belajar melalui pengalaman dimulai dari:

1. Mengalami (experiencing)
Peserta dilibatkan dalam satu simulasi (siatuasi buatan yang biasa dialami dan
diamati) bersama kelompoknya. Situasi buatan ini dapat diambil dari kehidupan
nyata, situasi unit kerja, situasi imajinatif atau situasi belajar lainnya yang
sengaja diciptakan. Amatilah perilaku peserta pada saat kegiatan berlangsung.
Setelah mereka melakukan dan mengalami adakan refleksi.

2. Mengungkapkan (publishing)
Tahap ini peserta diklat diberi kesempatan untuk mengungkapkan pikiran dan
perasaannya, bertukar pikiran dan perasaan dengan anggota kelompok
lainnya. Misalnya latar belakang pengalaman, kemampuan, dan bidang tugas
masing-masing peserta sehingga peserta dapat memperkaya pengalaman dan
wawasannya.

3. Mengolah/menganalisis (analyzing)
Semua data yang telah diungkapkan, dikumpulkan, dicatat, diolah, dianalisis,
didiskusikan, dan dievaluasi. Misalnya mengapa satu perilaku muncul,
mengapa perbedaan reaksi, mengapa ada kelompok yang gagal sedang
kelompok yang lain berhasil.

4. Mengeneralisasi (generalizing)
Dari hasil analisis terhadap pengalaman peserta, mereka diminta untuk
mencoba menyimpulkan pengalamannya, membuat generalisasi. Maksud

HISAN
15
membuat generalisasi adalah pengalaman yang diungkapkan dan dianalisis
menjadi ‘pelajaran’ bagi peserta untuk lebih siap dan dapat mengubah
perilakunya agar lebih baik.

5. Menerapkan prinsip pada situasi baru (application)


Sebagai urutan akhir dari daur belajar melalui pengalaman adalah analisis
kemungkinan menerapkan prinsip-prinsip (generalisasi) yang ditemukan pada
situasi baru atau pada kondisi kerja di unit kerjanya masing-masing. Bagian ini
sangat penting, karena tanpa penerapan prinsip yang ditemukan, belajar
melalui pengalaman akan tidak mempunyai artri dan semakin tidak terjadi
perubahan pada perilaku peserta yang bersangkutan. Untuk membantu peserta
widyaiswara dapat mengajukan pertanyaan seperti bagaimana saudara dapat
mengaplikasikan prinsip-prinsip tersebut dalam pekerjaan sehari-hari ?. coba
pikirkan dan berilah contohnya.

Perhatikan dan amati gambar daur belajar melalui pengalaman di bawah ini:

HISAN
16
BAB V

PENUTUP

Setiap orang yang ikut diklat seyogyanya memiliki komitmen tertentu dalam
proses pembelajaran yang telah disediakan dan diputuskan untuk diikutinya. Mereka
harus mempunyai keikatan secara besungguh-sungguh. Kita tahu orang dewasa
sebagai pembelajar adalah sosok pribadi yang utuh yang memiliki kemampuan
cukup baik untuk dapat menyesuaikan diri dengan situasi yang berbeda dengan
situasi kerja sehari-hari.

Membangun Komitmen Belajar (Building Learning Commitment) dalam program


diklat merupakan suatu proses membangun komitmen peserta diklat untuk mengikuti
proses belajar secara individual, kelompok maupun bersama secara menyeluruh
dalam upaya mengembangkan wawasan, intektual maupun emosional.

Keterlibatan peserta diklat di dalam proses pembelajaran jangan diartikan


keterlibatan fisik semata, namun lebih dari itu, terutama adalah keterlibatan mental
emosional, keterlibatan dengan kegiatan kognitif dalam pencapaian dan perolehan
pengetahuan, dalam penghayatan dan internalisasi nilai-nilai dalam pembentukan
sikap dan nilai, dan juga pada saat mengadakan latihan-latihan dalam pembentukan
keterampilan.

HISAN
17
DAFTAR PUSTAKA

Dimyati & Mudjiono.2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.

H. Ramli Haris, Dinamika Kelompok, LAN bekerjasama dengan Depag, Jakarta, 1998.

H. Suprijanto. 2007. Pendidikan Orang Dewasa Dari Teori Hingga Aplikasi. Jakarta:
Bumi Aksara.

Lembaga Administrasi Negara – Republik Indonesia, Building Learning Commitment


(BLC), Jakarta: LAN-RI, 2003

Lembaga Administrasi Negara, Dinamika Kelompok, LAN Jakarta, 2003.

M. Entang, Prof, Dr. MA, Panduan Pembelajaran bagi Widyaiswara, Diklat Propinsi
DKI, Jakarta, 1986.

Robert B. Maddux, Team Building (Kiat Membangun Tim Handal), Jakarta: PT Gelora
Aksara Pratama, 2009

Selamet Santoso, Dinamika Kelompok, Bumi Aksara, Jakarta, 1992

tirto.id/tips-belajar-online-jarak-jauh-selama-penyebaran-corona-covid-19-eFJL

http://www.m-edukasi.web.id/2013/07/membangun-komitmen-organisasi-
pendidikan.html

HISAN
18

Anda mungkin juga menyukai