Anda di halaman 1dari 88

Pengembangan Professional Learning

Community di Satuan Pendidikan

A. Konsep PLC dan Tujuan PLC


1. Pengertian

Menurut Australian Institute for Teaching and Leadership, “A


professional learning community (PLC) in schools involves
collaboration, sharing and ongoing critical interrogation of teaching
practices in line with professional standards. PLCs should be learning-
oriented and promote the growth of teachers and students”. Johar
Permana dan Asep Suryana (2016) mengemukakan bahwa Professional
Learning Community (PLC) merupakan proses akuisisi pengetahuan
yang dilaksanakan melalui proses inquiry secara kolaboratif dalam
memecahkan masalah yang bersumber dari pekerjaannya yang
indikasinya dapat ditelusuri dari kebutuhan belajar guru yang bersumber
pada kepentingan proses belajar mengajar dan pengalaman belajar guru
dilaksanakan secara kolaboratif. Karakteristik kunci dan unsur
komunitas belajar profesional mencakup lima domain:
a. professional culture
b. leadership
c. focus on students
d. focus on professional learning; and
e. performance and development.

Terkait dengan iklim sebagai konsteks PLC, Andy Hargreaves et.al.


(2010) menganalisis bahwa aspek budaya professional terdiri dari
friendly culture, supported strucuture, respecful, dan trusthing
relationships yang merupakan sistem budaya yang mendukung
keberlanjutan PLC, disamping dukungan organisasional seperti waku,
tempat dan sumber daya (Hord, Shirley, 2009, hlm. 30).

Dalam Organizational Climate Description Questionnaire (OCDQ)


terdapat dua kategori iklim yang mendukung PLC, yaitu (1) Collegial
Teacher Behavior, menjelaskan keadaan guru antusias, menerima, dan
menghargai kompetensi profesional rekan kerja; dan (2) Intimate
Teacher Behavior, yaitu interaksi yang menunjukkan hubungan kuat
seperti dalam sebuah keluarga (Hoy, Wayne K. and Miskel Ceccil G.
2008, hlm. 211).

Menurut Johar Permana PLC merupakan proses akuisisi pengetahuan


yang dilakukan melalui proses inquiry secara kolaboratif dalam
memecahkan masalah yang bersumber dari pekerjaannya yang
indikasinya dapat ditelusiri dari kebutuhan guru yang bersumber
kepentingan proses belajar mengajar, pengalaman belajar guru,
dilaksanakan secara kolaboratif dan hasilnya tampak dalam kapasitas
guru dalam pekerjaannya

Dengan terwujudnya PLC di sekolah, maka diharapkan terbangun suatu budaya


bermutu dan menumbuhkan budaya malu yang diinisiasi dan
diimplementasikan oleh internal sekolah.

2. Tujuan
Tujuan PLC di Satuan Pendidikan adalah:
a. Memastikan seluruh guru memperbaiki strategi dan dan gaya pembelajaran
guru secara berkesinambungan
b. PLC akan menumbuhkan kepercayaan diri guru dan keyakinan guru akan
kemampuannya untuk sukses dalam melakukan proses pembelajaran
c. Membantu siswa dalam mencapai level kompetensi yang lebih tinggi
d. PLC mendorong dan membangun kepemimpinan dan manajemen yang
efektif.
e. Guru meciptakan pengalaman belajar yang konsisten bagi para siswa.
f. Pengembangan kemampuan guru dalam pembelajaran dan penilaian
berbasis pengalaman

B. Penting PLC Bagi Pengembangan Profesionalisme Guru


Pelaksanaan PLC (Professional Learning Communities) melibatkan Guru,
Kepala Sekolah, Pengawas Sekolah, Tim Penjaminan Mutu Pendidikan
Sekolah, Tim Penjaminan Mutu Pemerintah Daerah. Para Pihak tersebut
didorong untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang bersifat reflektif dalam
upaya mencari permasalahan, mencari penyebab permasalahan, menemukan
sendiri solusi atas permasalahan yang ada, membuat sendiri program /
perbaikan yang bisa dilakukan dan melakukan monitoring serta evaluasi
terhadap implementasi program / perbaikan. Aktifitas tersebut dilakukan
dalam bentuk suatu siklus dan menuju ke siklus berikutnya, dilakukan secara
berkesinambungan.

Mengapa komunitas belajar penting penting dikembangkan? Darling-


Hammond (1993) menyatakan bahwa para guru harus difasilitasi agar terlibat
secara sadar dalam proses saling belajar dan berkolaborasi dalam
memecahkan persoalan nyata yang mereka alami di sekolah melalui
komunitas belajar profesional (professional learning community). Mereka
harus intens merasakan atmosfer belajar di antara sesama rekan guru.

Mereka bisa saling mengobservasi pembelajaran satu sama lain, berdiskusi,


dan merefleksikan pengalaman mengajar mereka masing-masing. Jejaring
komunitas belajar yang terbentuk bisa membangun kolegialitas yang baik
diantara sesama guru. Yang paling penting, sikap kemandirian belajar guru
semakin terlatih.
PLC disini dilakukan untuk membangun kesadaran bermutu di internal
sekolah dan membangun budaya mutu malu. Untuk menuju kearah itu maka
PLC harus dilakukan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Perlu dibangun hubungan fungsional dan bukan struktural
2. Perlu dibangun dan dibiasakan hubungan yang sifatnya kolaboratif
inquiry
3. Perlu dibiasakan berbagi pengalaman, ilmu/pengetahuan dan kritik yang
membangun diantara guru di sekolah
4. Membangun budaya bersahabat, saling menghormati, hubungan saling
percaya dan dukungan struktural (dari Kepala Sekolah dan Pengawas
Sekolah)
5. Orientasinya untuk belajar
6. Bertujuan untuk pemberdayaan guru dengan orientasi pada peningkatan
mutu layanan pembelajaran.

Beberapa hal yang harus dilakukan apabila ingin komunitas belajar


profesional tertanam menjadi sebuah budaya di sekolah:
1. Memastikan bahwa pola kegiatan belajar siswa (dari fokus mengajar
siswa menjadi fokus pada siswa terlibat dalam proses belajar). Beberapa
pertanyaan yang harus dijawab adalah:
a. Apa yang menjadi karakteristik sekolah dan praktek-praktek yang
terbaik dan telah berhasil membantu siswa mencapai
prestasi/kemampuan tertingginya?
b. Bagaimana kita mengadopsi karakteristik sekolah dan praktek-
praktek tersebut di sekolah kita?
c. Apa komitmen yang harus dibangun diantara warga sekolah
sehingga dapat mewujudkan sekolah seperti itu?
d. Indikator-indikator apa saja yang harus dimonitor untuk mengukur
kemajuan?
2. Membangun budaya berkolaborasi. Guru yang ingin membangun
komunitas belajar profesional mengetahui bahwa mereka harus bekerja
bersama untuk mencapai tujuan bersama dari proses belajar untuk
semuanya. Makadari itu, para guru harus menciptakan pola dan strategi
untuk mempromosikan budaya berkolaborasi.
a. Berkolaborasi untuk mewujudkan perbaikan sekolah. Guru
membentuk tim untuk mengukur capaian / kompetensi siswa. Para
guru yang tergabung dalam tim melakukan analisis terhadap hasil
penilaian, fokus analisis adalah kekuatan dan kelemahan para siswa
sampai para guru mengetahui apa saja yang berjalan / berfungsi /
efektif dan apa saja yang tidak berjalan/berfungsi/efektif, kemudian
anggota tim berdiskusi untuk menciptakan strategi yang bisa
diterapkan di kelasnya masing-masing untuk meningkatkan
capaian/prestasi belajar siswanya.
b. Mengubah hambatan menjadi kesuksesan. Sekolah harus
menghentikan alasan-alasan yang menyebabkan gagalnya para guru
berkolaborasi, sebaliknya mereka harusnya memberikan alasan
kenapa kolaborasi antar guru sangat mungkin dilakukan. Alasan-
alasan klasik yang biasanya menghambat adalah: kita tidak cukup
waktu, terlalu sibuk, tidak semua orang mendukung ide tersebut, kita
membutuhkan pelatihan untuk memahami dan bisa melakukan
kolaborasi. Bagi sekolah-sekolah yang berhasil menciptakan dan
melaksanakan budaya kolaborasi antar guru, sekolah-sekolah
tersebut dapat membuktikan bahwa hambatan tidaklah tidak dapat
diatasi, hambatan pasti dapat di atasi ketika niat berubah sudah
muncul diantara warga sekolah. Apakah para guru sudah menyadari
bahwa mereka menjadi bagian dari masalah? Pertanyaan ini penting
untuk diajukan kepada para guru, dengan maksud hal ini untuk
menyadarkan bahwa masalah kompetensi siswa, masalah prestasi
belajar siswa bukan semata-mata disebabkan oleh para siswa yang
tida mau belajar, sangat mungkin proses yang dihadirkan di kelas
memang tida mengantarkan para siswa belajar, guru hanya sibuk
menyamppaikan materi tanpa membimbing siswa untuk belajar.
3. Fokus pada hasil. Guru menilai efektifitas mengajar berdasarkan hasil
para siswanya. Bekerja bersama dan berkolabolari diantara para guru
mutlak dilakukan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Bekerja
berkelompok tentu lebih ringan daripada bekerja sendiri. Dalam kondisi
kelompok, guru bisa melihat praktek yang baik, saling bertanya kesulitan
yang dihadapi di kelas, menerima pengetahuan dan metoda baru dalam
pembelajaran, dalam kelompok guru dapat saling menguatkan satu
dengan yang lainnya. Guru harus berhenti bekerja sendirian dan diisolasi.
Guru harus mulai bekerja dalam kelompok untuk menemukan apa yang
dibutuhkan oleh para siswanya.

Implementasi PLC di sekolah diharapkan mampu membantu para guru


menemukan solusi atas permasalahan, hambatan yang dialami ketika
melakukan KBM. Disisi lain penerapan PLC akan mendorong peningkatan
mutu pendidikan di sekolah. Dalam artikel yang dikeluarkan oleh Victoria
State Goverment, kita dapat mengelompokkan PLC menjadi beberapa
tahapan sebagai berikut:
Emerging Evolving Embedding Excelling
Whilst PLCs are not PLCs formally meet PLCs are at the heart PLCs are highly
formally established, and use a range of data of improvement effective.
staff meet regularly to jointly diagnose across all levels; They are disciplined,
to discuss student strengths and vertical, horizontal, mature and agile and
progress and are weaknesses in teaching leadership. There is a have an unremitting
beginning to use and students’ learning. commitment to, and focus on
structured meetings (e.g. They agree priority trust in, the value of a collaboration to
faculty and staff areas of focus for wide range of secure outstanding
meetings) to reflect on investigation; however, collaborative teaching and learning
student progress and there is variation activities. Resources within and beyond
achievement. between classrooms and time are their school. Students
allocated for
and this impacts on continual ‘deep’ are at the heart of all
students’ progress and learning for decisions.
achievement. improvement.

Mengacu pada matriks kematangan PLC, maka idealnya sekolah mencapai


tahapan Excelling. Untuk mewujudkan itu perlu mulai ada pembiasaan PLC
di sekolah dengan pola-pola tertentu yang dirancang, sehingga dapat
mendorong para guru, Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah mampu
menerapkan PLC dengan baik.

C. Bentuk-bentuk PLC
1. KKG / MGMP Sekolah
Semua sekolah seharusnya memiliki POS Pembelajaran dan POS
Penilaian. Para guru harus membiasakan diri dan mengikuti tahapan
pembelajaran dan penilaian yang sudah diatur di dalam POS tersebut.
Pada saat melakukan proses pembelajaran, guru membiasakan diri
mencatat hal-hal yang sifatnya positif (sebagai ciri keberhasilan) dan hal-
hal yang masih kurang baik (sebagai ciri hambatan) selama proses
pembelajaran dilakukan. Hal ini semata-mata untuk mengumpulkan
data-data dan untuk memetakan masalah ketika KBM dilaksanakan.
Begitu juga pada saat penilaian dilakukan, maka para guru harus
mengumpulkan data-data capaian siswa, kelemahan siswa, keunggulan
siswa, ketuntasan siswa. Data-data tersebut kemudian diolah, dianalisis,
diinterpretasikan, dan ditindaklanjuti. Untuk mendukung keberhasilan
guru dalam melaksanakan proses pembelajaran (KBM) dan penilaian,
maka perlu dilakukan FGD dalam bentuk PLC. PLC dapat dilakukan
melalui wadah MGMP Sekolah dan KKG Sekolah.

Para guru dapat memanfaatkan wadah MGMP sekolah (untuk SMP,


SMA dan SMK) dan KKG (untuk SD). Di dalam forum guru tersebut
para guru dapat berdiskusi mengenai keberhasilan dan kegagalan dalam
proses pembelajaran dan penlaian. Berikut tahapan yang harus
dilakukan:
a. Membentuk MGMP Sekolah atau KKG Sekolah
b. MGMP Sekolah / KKG Sekolah membuat program kerja
Melakukan pertemuan rutin, misalnya per 2 mingggu sekali. Semangat
yang harus ditumbuhkan disini adalah semangat berkolaborasi dan guru
melakukan aktifitas refrelksi pembelajaran yang telah dilakukan. Dalam
pertemuan 2 (dua) mingguan tersebut dibahas: refleksi guru terhadap
proses pembelajaran dan penilaian yang telaah dilakukan, hambatan apa
saja yang ditemukan (gaya belajar, learning culture, harapan para siswa,
kapasitas siswa), keberhasilan apa saja yang telah dicapai, apa penyebab
hambatan dalam proses pembelajaran, para guru menentukan sendiri
solusi atas permasalahan yang ada, para guru membuat program
perbaikan (strategi dan metoda) yang akan dicobakan di proses
pembelajaran berikutnya, para guru melakukan monitoring dan evaluasi
terhadap tindakan perbaikan yang dilakukan. Kegiatan-kegiatan tersebut
di atas dilakukan berupa siklus.

Identifika Identifikas
Refleksi para Solusi, Implementasi
si i faktor
guru terhadap program perbaikan
hambata penyebab
proses perbaikan proses
n yang hambatan
pembelajaran pembelajaran
dialami
yang telah
dilakukan

Monitoring
dan Evaluasi
Identifikasi
Best oleh Guru
Keberhasilan
-keberhasilan Practise

Gambar 1
Gambar Alur Pelaksanan PLC di MGMP Sekolah dan KKS Sekolah

Beberapa pertanyaan esensial yang perlu dibahas pada saat


melakukan PLC adalah:
a. What school characteristics and practices have been most
successful in helping all students achieve at high levels?
b. How could we adopt those characteristics and practices in our
own school?
c. What commitments would we have to make to one another to
create such a school?
d. What do we want each student to learn?
e. How will we know when each student has learned it?
f. How will we respond when a student experiences difficulty in
learning?
g. “Are students learning what they need to learn?”
h. “Who needs additional time and support to learn?”
i. “Which students learned what was intended and which
students did not?”
j. “How will we know when each student has learned?”
k. What indicators could we monitor to assess our progress?
l. “Have we made progress on the goals that are most important
to us?”

2. PLC Level Satuan Pendidikan

Sekolah memiliki kewajiban untuk melaksanakan Sistem Penjaminan


Mutu Internal (SPMI). SPMI mewajibkan sekolah melakukanupaya-
upaya yang dapat memastikan terlaksananya layanan pendidikan yang
bermutu di sekolah. Kepala Sekolah harus membentuk Tim Penjaminan
Mutu Sekolah (TPMPS). TPMPS membantu upaya-upaya sekolah untuk
mencapai dan melampaui Standar Nasional Pendidikan (8 SNP).

Disisi lain Kepala Sekolah memiliki tugas melakukan supervisi


akademik. Dalam upaya membangun PLC di sekolah, maka Kepala
Sekolah harus menyusun program supervisi akademik, melaksanakan
supervisi akademik, melakukan refleksi hasil supervisi, menindaklanjuti
hasil supervisi tersebut.

Kepala sekolah harus memfasilitasi kegiatan pada poin 1 di atas. Disisi


lain sekolah juga harus melakukan PLC di level sekolah. Hal ini dapat
dilakukan dalam forum rapat pembinaan hal ini dilakukan untuk
memberikan keyakinan learning action diantara para guru. Kepala
sekolah membentuk kultur memahami permasalahan KBM untuk
masalah-masalah dan hal-hal yang generik (umum ditemui pada
kebanyakan guru). Pertemuan pada level sekolah ini dapat dilakukan 1
(satu) bulan 1 (satu) kali.

Hasil supervisi kepala sekolah disampaikan kepada para guru untuk


ditindak lanjuti. Hasil supervisi kepala sekolah ini dicocokkan dengan
hasil refleksi para guru pada poin 1 (hasil PLC guru di MGMP
Sekolah/KKG). Hasil supervisi Kepala Sekolah dan hasil refleksi guru
ditindaklanjuti berupa perbaikan proses pembelajaran yang dilakukan
oleh guru dan dimonev oleh TPMPS (Tim Penjaminan Mutu Pendidikan
Sekolah).
Hasil Identifikasi
Identifika Solusi, Implementasi
Refleksi hambatan
si faktor program perbaikan
para guru yang
dialami
penyebab perbaika proses
terhadap hambatan pembelajaran
proses
pembelajar
an yang Monitoring
telah Identifikasi Best dan Evaluasi
Keberhasilan oleh TPMPS
Hasil - Practise
Supervisi
Kepala
Sekolah

Gambar 2
Gambar Alur Pelaksanan PLC di Sekolah

Kepala sekolah juga memiliki kewajiban melakukan supervisi kepada


TPMPS untuk memastikan Tim bekerja dengan baik dan mengarah pada
tujuan utnuk memenuhi dan meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.
Supervisi Kepala Sekolah tentu saja berkaitan dengan siklus SPMI.
Kepala Sekolah harus melakukan supervisi pada kegiatan pemetaan mutu,
penyusunan rencana pemenuhan mutu, pelaksanaan pemenuhan mutu dan
monitoring evaluasi kegiatan pemenuhan mutu. Hasil supervisi ini yang
dijadikan dasar untuk memperbaiki SPMI di sekolah.

3. Lesson Study
Menurut Dindin Abdul Muiz Lidinillah, lesson study adalah suatu model
pembinaan profesi pendidikan melalui pengkajian pembelajaran secara
kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan pronsip-pronsip kolegalitas
dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar. (Hendayana
dkk., 2006 : 10). Lesson Study dilaksanakan dalam 3 tahapan yaitu
merencanakan (plan), melaksanakan (do), dan merefleksi (see) yang
berupa kegiatan yang berkelanjutan.
Menurut Dannis Sparks (1999), lesson study adalah suatu proses
kolaboratif dimana sekelompok guru mengidentifikasi masalah masalah
pembelajaran, merencakan suatu perbaikan pembelajaran, melaksanakan
pembelajaran (salah satu guru dalam kelompok guru mengajarkannya,
sementara guru lain sebagai pengamat), mengevaluasi dan merevisi
pembelajarannya, mengajarkan pembelajaran yang telah direvisi,
mengevaluasi lagi, dan berbagi (menyebarluaskan) hasilnya kepada
guru-guru lain.

Sukirman (2006) memandang lesson study sebagai model pembinaan


profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan
berkelanjutan berdasarkan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual
learning untuk membangun learning community

Hendayana dkk. (2006 : 10) menegaskan bahwa dalam lesson study


setiap guru berkesempatan untuk melakukan hal-hal berikut ini.
a. Identifiaksi masalah pembelajaran.
b. Mengkaji pengalaman pembelajaran yang biasa dilakukan.
c. Memilih alternatif model pembelajaran yang digunakan.
d. Merancang rencana pembelajaran.
e. Mengkaji kelebihan dan kekurangan alternatif model pembelajaran
yang dipilih.
f. Melaksanakan pembelajaran.
g. Mengobservasi proses pembelajaran.
h. Mengidentifikasi hal-hal penting yang terjadi dalam aktivitas belajar
siswa di kelas.
i. Melakukan refleksi secara bersama-sama atas hasil observasi kelas.
j. Mengambil pelajaran berharga dari setiap proses yang dilakukan
untuk kepentingan peningkatan kualitas proses dan hasil
pembelajaran lainnya.

Skema kegiatan Lesson study adalah:


Secara umum terdapat tiga langkah kegiatan lesson study, yaitu (1) tahap
perencanaan, (2) tahap pelaksanaan (Plan), dan (3) tahap refleksi (See).
a. Tahap Perencanaan
Langkah pertama untuk memulai lesson study adalah pembentukan
kelompok atau tim lesson study. Anggotanya terdiri dari guru dan
Kepala Sekolah. Pembentukan kelompok lesson study dimaksudkan
sebagai upaya untuk memperbaiki pembelajaran.

Seorang guru yang mempunyai metode, strategi, atau media


pembelajaran baru yang dimungkinkan dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran dapat juga memprakarsai terbentuknya kelompok
lesson study. Pembentukan kelompok dimaksudkan untuk
mendukung implementasi ide guru tersebut, menyempurnakannya,
selain dimaksudkan untuk menyebarluaskan.

Setelah kelompok terbentuk, selanjutnya perlu dipersiapkan perangkat


pembelajaran yang akan digunakan. Perangkat pembelajaran dimaksud
di antaranya adalah silabus, rencana pembelajaran, lembar kegiatan
siswa (LKS), buku siswa, dan buku guru. Perlu juga disiapkan
instrumen penelitian yang digunakan untuk mengambil data untuk
kepentingan penelitian atau sebagai dasar untuk melakukan refleksi.
Instrumen penelitian tersebut di antaranya adalah lembar observasi
kegiatan pembelajaran, angket tanggapan siswa, dan tes hasil belajar
jika dianggap perlu. Perangkat pembelajaran dan instrument penelitian
tersebut disusun bersama-sama oleh anggota kelompok. Pembagian
tugas perlu dilakukan demi efisiensi.

Setelah semua perangkat pembelajaran, instrumen penelitian, dan


perangkat pendukung lainnya disiapkan, selanjutnya memilih salah
satu guru yang akan dijadikan guru model, yang akan
mengimplementasikan rencana pembelajaran yang telah disusun.
Selain itu, perlu juga dipilih kelas yang akan dijadikan tempat
mengimplementasikan.

b. Tahap Pelaksanaan
Berdasarkan rencana pembelajaran yang telah disusun, guru model
melaksanakan pembelajaran di kelas yang telah ditentukan,
sementara anggota lain bertindak sebagai observer, yang mengamati
proses pembelajaran dengan menggunakan instrumen yang telah
dikembangkan. bersamaan dengan dilaksanakannya proses
pembelajaran, dilakukan pengambilan datayang diperlukan unutk
kepentingan refleksi.

Fokus perhatian ketika melakukan observasi, menurut Djamilah


(2006), di antaranya adalah ketepatan prediksi waktu, pengelolaan
kelas, keterlaksanaan silabus, aktivitas siswa, dan ketercapaian tujuan
untuk setiap tahap kegiatan pembelajaran.
c. Tahap Refleksi
Setelah selesai pembelajaran, dilakukan kegiatan refleksi. Refleksi
diikuti oleh semua anggota kelompok yang mengkaji hasil
pengamatan setiap guru dan hasil rekaman proses pembelajaran.
Menurut Djamilah (2006) sebagaimana dikutip oleh Ali Mahmudi,
M.Pd, semangat dalam tahap refleksi ini adalah secara bersama-
sama menemukan solusi untuk masalah yang muncul agar
pembelajaran berikutnya dapat dipersiapkan dan dilaksanakan
dengan lebih baik.

Pada saat proses pembelajaran dilaksanakan, maka guru yang


melakukan tugas observervasi/pengamatan diharuskan
mendengarkan, mengamati, dan mencatat setiap respon siswa
dengan rinci dan teliti. Data dan catatan ini kemudian dijadikan
bahan untuk diskusi melakukan refleksi. Hal ini ditujukan untuk
mengetahui kelemahan dan kelebihan pada saat melakukan proses
pembelajaran.

Lesson study yang dilakukan oleh para guru seharusnya berfokus


pada bagaimana kita mendidik siswa kita agar mereka dapat
mempersiapkan diri untuk sukses hidup di abad 21 yang penuh
tantangan? Menurut Partnership for 21st Century Skills terdapat
beberapa unsur pembelajaran abad 21 yang perlu diperhatikan guru
yaitu:
1) menekankan pada pembelajaran mata pelajaran utama,
2) mengembangkan keterampilan belajar,
3) memanfaatkan alat belajar abad 21 untuk mengembangkan
keterampilan belajar,
4) membelajarkan materi belajar abad 21 dalam konteks
pembelajaran abad 21, dan
5) menggunakan asesmen abad 21 untuk mengukur keterampilan
belajar abad 21.
Membiasakan guru bekerja dalam tim sangat penting, hal ini untuk
membangun budaya kolaboratif, kritis, korektif, kolegial dan
empowering.

D. Mekanisme PLC (Pemerolehan Data dan Fakta)


1. Evaluasi Diri Guru terhadap Proses Pembelajaran
a. Pentingnya Evaluasi Diri oleh Guru
Pembelajaran yang baik harusnya terdiri dari aktifitas perencanaan
pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran serta evaluasi
proses pembelajaran. Hal yang jarang dilakukan oleh guru adalah
evaluasi proses pembelajaran. Guru seringkali berhenti pada
penilaian hasil pembelajaran kepada para peserta didik. Seharusnya
para guru membiasakan diri untuk melakukan evaluasi terhadap
proses pembelajaran yang sudah dilakukan. Evaluasi ini dilakukan
untuk melihat efektivitas media, sumber belajar, strategi
pembelajaran, bahan ajar, metode yang digunakan. Mengacu pada
hasil penilaian, guru juga seharusnya dapat melakukan evaluasi
proses pembelajaran, berdasarkan data-data hasil penilaian tentunya
para guru dapat mengevaluasi proses pembelajaran yang sudah
dilakukan.

Ruang lingkup evaluasi pendidikan mencakup evaluasi program


pembelajaran, evaluasi proses pembelajaran dan evaluasi hasil
pembelajaran. Evaluasi proses pembelajaran dilakukan saat proses
pembelajaran dengan menggunakan alat: lembar pengamatan,
angket sebaya, rekaman, catatan anekdot, dan refleksi. Evaluasi
proses pembelajaran mempunyai tujuan untuk memperbaiki dan
mengoptimalkan kegiatan pembelajaran dalam rangka
meningkatkan hasil belajar siswa. Evaluasi hasil pembelajaran
dilakukan saat proses pembelajaran dan di akhir satuan pelajaran
dengan menggunakan metode dan alat: tes lisan/perbuatan, dan tes
tulis.

Evaluasi program pembelajaran, evaluasi proses pembelajaran dan


evaluasi hasil pembelajaran dilakukan untuk membiasakan para guru
melakukan introspeksi, refleksi terhadap apa yang sudah dilakukan,
untuk memperbaiki mutu layanan pembelajaran kepada para peserta
didik.

b. Tujuan Materi 1
1) Guru dapat memahami evaluasi proses pembelajaran
2) Guru mampu melakukan evaluasi proses pembelajaran
3) Guru mampu menghadirkan solusi atas permasalahan dalam
pembelajaran dan penilaian

c. Sumber dan Bahan


1) Bahan tayang Materi 1
2) Bahan Bacaan Materi 1
3) RPP, bahan ajar, hasil penilaian peserta didik (minimal ada 2
orang guru yang membawa dokumen tersebut)
4) Lembar Kerja Materi 1
5) ATK

d. Waktu Penyampaian Materi 1


Waktu yang disediakan untuk kegiatan ini adalah 180 menit. Rincian
alokasi waktu dapat dilihat pada setiap tahapan pelaksanaan sesi ini.
e. Hasil Pelatihan Materi 1
1) LK daftar kesulitan, hambatan, masalah dalam proses
pembelajaran
2) LK Best Practise proses pembelajaran
3) LK Solusi terhadap kesulitan, hambatan, masalah dalam proses
pembelajaran

f. Garis Besar Kegiatan

Connection Aplication Reflection Extention


Introduction
15 menit 130 Menit 10 Menit 15 Menit
10 menit
Tanya-jawab Kegiatan 1 (100 Menit) (Perorangan) Fasilitator
Fasilitator dengan (diskusi kelompok Peserta memberi
menyampaikan peserta, sekolah). Mendiskusikan menuliskan penguatan
latar belakang, identifikasi Pengalaman di sekolah hal-hal yang terkait
tujuan, dan hasil empirik dalam melakukan evaluasi dipetik dari pentingnya
garis besar evaluasi proses pembelajaran. pelajaran sesi evaluasi
langkah pendidikan unit ini. proses
Identifikasi masalah,
kegiatan. (perencanaan, pembelajaran
hambatan, kesulitan dan
pelaksanaan best practise yang ditemui untuk
dan hasil pada saat proses meningkatkan
proses pembelajaran dan mutu layanan
pembelajaran penilaian dilaksanakan. proses
dan penilaian) pembelajaran
di sekolah Kegiatan 2 (30 Menit) dan penilaian.
Presentasi hasil evaluasi
proses pembelajaran dan
penilaian di Sekolah.
g. Perincian Langkah-langkah kegiatan

1) Introduction (10 Menit)

Catatan untuk Fasilitator


1. Pastikan peserta duduk dalam KELOMPOK SEKOLAH
dan tiap meja ada label
SEKOLAH 1, SEKOLAH 2, dst.
2. Pastikan di dinding sudah disiapkan ‘lokasi’ tempat
pajangan kelompok sekolah berupa kertas plano yang
ditempel dan di atasnya diberi nomor 1 (untuk kelompok
sekolah 1, 2, 3, dst.

Fasilitator mengajak peserta berdoa sebelum kegiatan dimulai,


memperkenalkan diri dan menyampaikan latar belakang,
tujuan, dan garis besar langkah kegiatan

2) Connection (15 menit)


a) Fasilitator melakukan tanya-jawab dengan peserta
mengenai konnsep evaluasi proses pembelajaran. Ajukan
pertanyaan apa, siapa, kapan dan mengapa?
b) Fasilitator mengajukan pertanyaan:
i. Apakah peserta sudah melakukan evaluasi proses
pembelajaran (evaluasi program pembelajaran, proses
pembelajaran dan hasil proses pembelajaran) secara
rutin?
ii. Apakah dalam melaksanakan evaluasi proses
pembelajaran ditemukan hambatan, kesulitan?
iii. Apakah dalam pelaksanaan penilaian hasil belajaran
kesulitan, hambatan dan masalah?

(Peserta diminta menjawab secara LISAN dan fasilitator


mencatat dan menayangkannya di layar – Kolom kiri: jenis
evaluasi yang sudah dilakukan. Kolom kanan: jenis evaluasi
yang belum dilakukan. Jawaban peserta tidak perlu dibahas,
hanya untuk memfokuskan perhatian, konsentrasi peserta dan
mengawali kegiatan pada application).
3) Aplication (130 Menit)
a) Kegiatan 1 (100 Menit)
(diskusi kelompok sekolah). Mendiskusikan pengalaman di
sekolah dalam melakukan evaluasi proses pembelajaran.
Identifikasi masalah, hambatan, kesulitan dan best practise
yang ditemui pada saat proses pembelajaran dilaksanakan.
(1) Fasilitator membagikan LKP 1.1.
(2) Peserta berdiskusi untuk melakukan identifikasi
masalah, hambatan, kesulitan dan best practise yang
ditemui pada saat melakukan evaluasi program
pembelajaran, proses pembelajaran dan hasil
pembelajaraan, berpandu pada pertanyaan:
(a) Apakah semua guru sudah menyusun program
pembelajaran (RPP)?
(b) Hambatan, kesulitan dan masalah apa saja yang
ditemui pada saat menyusun program
pembelajaran (RPP)?
(c) Apakah semua guru sudah mampu menyusun
program pembelajaran yang sesuai dengan
standar proses?
(d) Apakah guru menemukan
kesulitan/hambatan/masalah ketika melakukan
analisis Kompetensi Dasar (KD), membuat
Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK),
menentukan tujuan pembelajaran, menyusun
bahan ajar, media pembelajaran, menentukan
metode pembelajaran, model pembelajaran,
membuat lembar kerja siswa?
(e) Apakah semua guru sudah melaksanakan proses
pembelajaran sesuai dengan program
pembelajaran yang sudah disusun? (pelaksanan
proses pembelajaran sesuai dengan RPP)
(f) Apakah guru menemukan kesulitan pada saat
mengimplementasikan program pembelajaran?
(melakukan proses pembelajaran sesuai dengan
RPP)
(g) Apakah para guru menemukan kesulitan
melaksanakan pembelajaran siswa aktif
(pembelajaran abad 21 yang mengutamakan
4C)?
(h) Apakah para guru mengalami kesulitan ketika
menyusun instrumen penilaian?
(i) Apakah para guru mengalami kesulitan ketika
melakukan analisisi hasil penilaian?
(j) Apakah para guru mengalami kesulitan ketika
menyusun program tindak lanjut hasil penilaian?
(k) Berdasarkan analisis hasil penilaian peserta
didik, apakah peserta didik mengalami kesulitan
belajar? Jika ya, apa saja penyebabnya (baik dari
sisi guru, maupun dari sisi peserta didik)? Guru
diminta terbuka untuk melakukan evaluasi
diri/refleksi
(l) Berdasarkan temuan-temuan di atas, apakah ada
solusi yang bisa dilakukan untuk mengatasi
hambatan, kesulitan, dan masalah tersebut? (guru
dan kepala sekolah diminta menentukan sendiri
solusi atas permasalahan dan hambatan yang
ada)
(m) Apakah guru dan kepala sekolah menemukan
best practise proses pembelajaran disekolahnya?
Faktor apa saja yang mendukungnya?

(Jawaban ditulis pada Lembar Kegiatan Peserta 1.1 atau kertas plano)

Catatan untuk Fasilitator


1. Tiap kelompok harus mengkaji semua aspek
penerapan hasil pelatihan.
2. Pada saat mengisi LKP 1.1 peserta harus mengacu
pada data dan fakta yang ada di sekolah.

(3) Mintalah masing-masing sekolah untuk mencatat hasil


diskusi pada LKP 1.1. dalam bentuk soft file.

b) Kegiatan 2 (30 Menit)


Presentasi hasil evaluasi proses pembelajaran di Sekolah.
(1) Fasilitator meminta 2 (dua) kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusinya. Masing-masing
kelompok diberi waktu 10 menit untuk presentasi.
(2) Fasilitator meminta peserta lainnya untuk
membandingkan hasil kelompoknya dengan yang
dipresentasikan oleh 2 kelompok tersebut
(3) Setelah kelompok presentasi, fasilitator
mempersilahkan peserta lainnya untuk menanggapi
atau mengajukan pertanyaan. Waktu sesi ini adalah
10 menit.
4) Reflection (10 menit)
a) Fasilitator meminta peserta secara pleno untuk memeriksa
ketercapaian tujuan pembelajaran sesi ini.
b) Fasilitator meminta peserta untuk menyampaikan hal yang
masih perlu diperjelas.

5) Extention/Penguatan (15 menit)


Fasilitator menyampaikan bahwa:
a) Pelatihan yang hasilnya tidak diterapkan adalah pelatihan
yang sia-sia.
b) Upaya sungguh-sungguh dari semua pihak diperlukan
supaya hasil pelatihan bisa membawa perubahan di sekolah
ke arah yang lebih baik.
c) Kendala dan hambatan bukanlah halangan, melainkan
sebuah tantangan untuk dihadapi bagi kemajuan sekolah.
d) Belajarlah dari sekolah lain tentang keberhasilan dan cara
mengatasi masalah untuk selanjutnya diadaptasi bagi
kemajuan sekolahnya.
Lembar Kerja Peserta 1.1
Kekurangberhasilan
Aspek Evaluasi Keberhasilan Faktor Pendukung Faktor Penyebab
(hambatan, masalah)
A. Program Pembelajaran (RPP)
1. Kemampuan Guru dalam
melakukan analisis KD
2. Kemampuan Guru menyusun
IPK dan Tujuan Pembelajaran
3. Kemampuan Guru dalam
menyusun bahan ajar, media
pembeajaran, model
pembelajaran, LKS
4. Kemampuan guru dalam
menyusun instrumen penilaian
hasil belajar

B. Pelaksanaan Proses
Pembelajaran
1. Kemampuan guru dalam
mengoperasionalkan RPP
2. Kemampuan guru dalam
mempraktekkan pembelajaran
abad 21 yang mengutamakan 4C
3. Kemampuan guru dalam
mengenali perbedaan individu
Kekurangberhasilan
Aspek Evaluasi Keberhasilan Faktor Pendukung Faktor Penyebab
(hambatan, masalah)
(bakat, minat, kapasitas belajar,
gaya belajar)
4. Kemampuan guru dalam
pengelolaan kelas
5. Pelaksanaan refleksi pasca
proses pembelajaran

C. Hasil Proses Pembelajaran


1. Berdasarkan analisis hasil
penilaian peserta didik, apakah
peserta didik mengalami
kesulitan belajar?
2. Berdasarkan hasil penilaian
peserta didik, apakah bahan ajar,
media pembelajaran, metode,
model pembelajaran, LKS, sudah
sempurna?

D. Kemampuan guru dalam


melaksanakan penilaian
1. Kemampuan guru dalam
menyusun tujuan penilaian
Kekurangberhasilan
Aspek Evaluasi Keberhasilan Faktor Pendukung Faktor Penyebab
(hambatan, masalah)
2. Kemampuan guru dalam
menyusun kisi-kisi penilaian
3. Kemampuan guru dalam
menyusun instrumen penilaian
4. Kemampuan guru dalam menilai
/ mereview kualitas instrumen
penilaian
5. Pelaksanaan penilaian hasil
belajar oleh guru
6. Kemampuan guru dalam
melakukan analisis hasil
penilaian
7. Kemampuan guru dalam
menyusun program tindaklanjut
hasil penilaian
8. Kemampuan guru dalam
melaksanakan program
tindaklanjut hasil penilaian
2. Supervisi
a. Pentingnya Supervisi
Pembelajaran yang baik harusnya terdiri dari aktifitas perencanaan
pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran serta evaluasi
proses pembelajaran. Hal yang jarang dilakukan oleh guru adalah
evaluasi proses pembelajaran. Guru seringkali berhenti pada
penilaian hasil pembelajaran kepada para peserta didik. Seharusnya
para guru membiasakan diri untuk melakukan evaluasi terhadap
proses pembelajaran yang sudah dilakukan. Evaluasi ini dilakukan
untuk melihat efektivitas media, sumber belajar, strategi
pembelajaran, bahan ajar, metode yang digunakan. Mengacu pada
hasil penilaian, guru juga seharusnya dapat melakukan evaluasi
proses pembelajaran, berdasarkan data-data hasil penilaian tentunya
para guru dapat mengevaluasi proses pembelajaran yang sudah
dilakukan. Aktifitas-aktifitas tersebut di atas dilakukan oleh guru
dalam proses pembelajaran dan penilaian.

Disisi lain Kepala Sekolah memiliki tugas melakukan supervisi


pendidikan. Supervisi merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
Kepala Sekolah secara profesional dalam rangka membimbing,
membina, memfasilitasi dan membantu Guru dan tenaga
kependidikan untuk meningkatkan efektivitas dan mutu
penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran pada satuan
pendidikan. Fokus supervisi pada satuan pendidikan ada dua aspek
yaitu supervisi manajerial dan supervisi akademik. Supervisi
manajerial mencakup pembinaan dan fasilitasi berbagai aspek
pengelolaan sekolah dalam menerapkan 8 (delapan) standar nasional
pendidikan yang berfungsi sebagai pendukung terlaksananya
pembelajaran yang bermutu tinggi. Sedangkan supervisi akademik
mencakup pembinaan dan fasilitasi peningkatan kinerja pendidik
(guru) dalam pelaksanaan pembelajaran yang bermutu tinggi.

Pada dasarnya, ada tujuh komponen yang harus diperhatikan


Pengawas Sekolah dalam proses supervisi manajerial dan supervisi
akademik dalam mewujudkan sekolah bermutu, sekaligus sebagai
upaya penjaminan mutu pendidikan, yaitu sebagai berikut:
1) Supervisi tidak boleh bersifat otoriter, yaitu kepala sekolah
bersikap sebagai atasan sedangkan guru sebagai bawahan atau
subordinat;
2) Supervisi harus dapat menciptakan hubungan kemanusiaan
yang harmonis yang bersifat kesetia kawanan, kolegialitas,
terbuka dan informal;
3) Supervisi dilakukan dengan cara terus menerus bukan
merupakan tugas sambilan yang dilaksanakan jika ada waktu
atau ada kesempatan;
4) Supervisi harus bersifat demokratis, sehingga supervisor
bersikap demokratis dan dilarang mendominasi tetapi harus
kolaboratif dan kooperatif;
5) Pelaksanaan supervisi harus bersifat integral, karena
penyelenggaraan pendidikan merupakan satu sistem dengan
tujuan yang sama yaitu pencapaian tujuan pendidikan;
6) Supervisi harus bersifat komprehensif, yaitu harus mencakup
keseluruhan aspek-aspek yang satu terkait dengan aspek yang
lain;
7) Supervisi bersifat konstruktif artinya supervisi bukan untuk mencari
cari kesalahan guru. Supervisor harus obyektif dalam menyusun,
melaksanakan, dan mengevaluasi program. Penyusunan program
supervisi harus berdasarkan kebutuhan dan permasalahan yang
dihadapi masing-masing guru.

Pengawas Sekolah maupun Kepala Sekolah sebagai supervisor


pendidikan dalam melaksanakan tugasnya harus memperhatikan
prinsip-prinsip supervisi agar dalam pelaksanaan supervisi dapat
berjalan dengan baik dan mencapai tujuan supervisi yaitu
peningkatan mutu pembelajaran dan mutu pendidikan secara
komprehensif. Secara garis besar, prinsip-prinsip pelaksanaan
supervisi pendidikan adalah sebagai berikut:
1) Prinsip Ilmiah.
Prinsip ilmiah mengandung ciri-ciri:
a) Kegiatan supervisi dilaksanakan berdasarkan data obyektif
yang diperoleh dalam kenyataan praktek pelaksanaan
proses belajar mengajar;
b) Untuk memperoleh data perlu digunakan alat perekam data
seperti angket, pedoman observasi, percakapan pribadi, dan
yang lainnya;
c) Setiap kegiatan supervisi dilaksanakan secara sistematis
terencana.
2) Prinsip Demokratis
Layanan dan bantuan yang diberikan kepada guru harus
berdasarkan hubungan kemanusian yang akrab dan kehangatan,
sehingga guru-guru merasa aman untuk mengembangkan
tugasnya. Demokratis mengandung makna menjunjung tinggi
harga diri dan martabat guru sebagai mitra kerja peningkatan
mutu sekolah, bukan berdasarkan hubungan atasan dan
bawahan.
3) Prinsip Kerjasama
Mengembangkan usaha bersama dalam proses supervisi, atau
menurut istilah supervisi “sharing of ideas, sharing of
experiences” dalam proses supervisi untuk memberi support,
mendorong, dan menstimulasi guru, sehingga guru merasa
untuk tumbuh bersama.
4) Prinsip Konstruktif dan Kreatif
Setiap guru akan merasa termotivasi dalam mengembangkan
potensi kreativitas kalau proses supervisi mampu menciptakan
suasana kerja yang menyenangkan, bukan melalui cara-cara
menakutkan

Sejalan dengan konsep dasar supervisi pendidikan yang telah dijelaskan


terdahulu, yang menjadi fokus kegiatan supervisi pada sekolah-sekolah
selalu mengacu pada kegiatan memperbaiki atau meningkatkan
proses pembelajaran. Tenaga kependidikan profesional yang berfungsi
untuk melaksanakan supervisi manajerial dan supervisi akademik pada
sekolah-sekolah adalah pengawas sekolah dan Kepala Sekolah. Supervisi
manajerial yang ditujukan untuk meningkatkan mutu sekolah dalam
bidang pengelolaan dan penerapan 8 (delapan) standar nasional
pendidikan sesuai dengan target dan tujuan yang hendak dicapai oleh
sekolah.

Fungsi komplementer kegiatan supervisi yang tidak kalah pentingnya


dengan supervisi manajerial adalah supervisi akademik dengan sasaran
utama adalah guru dan pembelajaran. Dengan pengelolaan sekolah yang
baik akan tercipta iklim yang memberi kemungkinan guru bekerja
dengan baik. Supervisi manajerial menekankan pengamatan pada aspek
pengelolaan sekolah yang fungsinya sebagai pendukung terlaksananya
kegiatan pembelajaran yang efektif di sekolah. Secara umum, proses
pelaksanaan supervisi manajerial maupun akademik dilaksanakan
melalui tahap-tahap berikut ini:
1) Perencanaan
Kegiatan perencanaan mengacu pada kegiatan identifikasi
permasalahan. Langkah-langkah yang dilaksanakan dalam
perencanaan supervisi adalah :
a) mengumpulkan data melalui kunjungan kelas, pertemuan
pribadi atau rapat staf,
b) mengolah data dengan melakukan koreksi kebenaran terhadap
data yang dikumpulkan,
c) mengklasifikasi data sesuai dengan bidang permasalahan,
d) menarik kesimpulan tentang permasalahan sasaran sesuai
dengan keadaan yang sebenarnya,
e) menetapkan teknik yang tepat digunakan untuk memperbaiki
atau meningkatkan mutu sekolah dan mutu pembelajaran.
2) Pelaksanaan
Kegiatan pelaksanaan merupakan kegiatan nyata yang dilakukan
untuk memperbaiki atau meningkatkan kemampuan kepala sekolah
dan para pendidik. Kegiatan pelaksanaan merupakan kegiatan
pemberian bantuan dari supervisor kepada kepala sekolah dan para
pendidik. Agar dapat terlaksana dengan efektif, maka pelaksanaan
supervisi tersebut harus sesuai dengan perencanaan yang telah
ditetapkan dan adanya tindak lanjut follow up untuk melihat
keberhasilan proses dan hasil pelaksanaan supervisi.
3) Refleksi
Refleksi dilakukan untuk mengetahui ketercapaian tujuan, hal-hal
yang sudah dilakukan, dan hal yang belum dilaksanakan. Refleksi
dalam proses supervisi dilakukan untuk semua aspek, meliputi
evaluasi hasil, proses, dan pelaksanaan. Teknik evaluasi yang
dilakukan: wawancara, angket, observasi penampilan dan tingkah
laku kepala sekolah ataupun guru-guru, kunjungan kelas, dan
memperhatikan reaksi dan pendapat pihak ketiga seperti sesama
guru, pegawai, dan orang tua.
4) Tindak Lanjut
Tindak lanjut adalah bagian terakhir dari kegiatan supervisi proses
pembelajaran maupun pengelolaan sekolah. Tindak lanjut
merupakan jastifikasi, rekomendasi, dan eksekusi yang disampaikan
oleh pengawas sekolah dan kepala sekolah tentang pendidik yang
menjadi sasaran kepengawasannya. Ada tiga alternatif tindak lanjut
yang diberikan terhadap pendidik. Ketiga tindak lanjut itu adalah:
(1) Penguatan dan apresiasi diberikan kepada guru yang telah
memenuhi standar; (2) Teguran yang bersifat mendidik diberikan
kepada guru yang belum memenuhi standar; dan (3) Peningkatan
kemampuan professional Guru dengan cara diberi kesempatan
untuk mengikuti pelatihan/penataran lebih lanjut.

Tindak lanjut dalam supervisi adalah proses pengumpulan informasi


yang diperlukan untuk selanjutnya digunakan bagi upaya perbaikan
lebih lanjut. Bahan-bahan yang diperoleh tersebut selanjutnya
dimanfaatkan untuk menyusun kegiatan tindak lanjut yang sekaligus
menjadi masukan penyusunan program pembinaan selanjutnya.

Berikut ini merupakan skema prosedur supervisi pengembangan sekolah:


Penyusunan Instrumen:
Penelahaan dan Pengkajian
1. Intsrumen Penilaian
Perencanaan 2. Instrumen Kondisi Sekolah
Pemantauan
Pemenuhan 8 Standar Nasional Penetapan Kondisi Sekolah
Pendidikan:
1. Standar Isi
2. Standar Proses
3. Standar Kompetensi
Lulusan
4. Standar Pendidik dan Pelaksanaan Supervisi
Tenaga Kependidikan
5. Standar Sarana dan (Penerapan Prinsip dan
Prsarana Pendidikan Teknik Supervisi)
6. Standar Pengelolaan
Pendidikan
7. Standar Pembiayaan
Pendidikan
Pelaksanaan 8. Standar Penilaian
Pendidikan
Pemenuhan Standar Pelayanan
Minimal

Penilaian & Pengamatan


• Wawancara
• Observasi
• Dokumentasi

Laporan & Tindak Lanjut

Instrumen
pengembangan Pengembangan dan Pembinaan
sekolah model Sekolah Model
digunakan
Refleksi
Sekolah Model

b. Tujuan Materi 2
1) Kepala Sekolah dapat memahami Supervisi Pendidikan dalam
konteks membangun PLC di sekolah
2) Kepala Sekolah mampu melakukan Supervisi Pendidikan

c. Sumber dan Bahan


1) Bahan tayang Materi 2
2) Bahan Bacaan Materi 2
3) Hasil Supervisi Proses Pembelaajaran dan Penilaian yang sudah
dilakukan oleh Kepala Sekolah kepada para Guru
4) Lembar Kerja Materi 2
5) ATK
d. Waktu Penyampaian Materi 2
Waktu yang disediakan untuk kegiatan ini adalah 240 menit. Rincian
alokasi waktu dapat dilihat pada setiap tahapan pelaksanaan sesi ini.

e. Hasil Pelatihan Materi 2


1) LK daftar kesulitan, hambatan, masalah dalam proses
pembelajaran
2) LK Best Practise proses pembelajaran dan Penilaian
3) LK Solusi terhadap kesulitan, hambatan, masalah dalam proses
pembelajaran
4) LK Rencana Tindak Lanjut dalam PLC

f. Garis Besar Kegiatan

Introduction Connection Aplication Reflection Extention


10 menit 20 menit 170 Menit 15 Menit 20 Menit

Fasilitator Tanya-jawab Kegiatan 1 (120 Menit) (Perorangan) Fasilitator


menyampaikan dengan Peserta memberi
(diskusi kelompok).
latar belakang, peserta, menuliskan penguatan
Mendiskusikan
tujuan, dan identifikasi hal-hal yang terkait
Pengalaman di sekolah
garis besar hasil empirik dipetik dari pentingnya
dalam melakukan supervisi
langkah supervisi pelajaran sesi supervisi
akademik. Identifikasi
kegiatan. pendidikan unit ini. akademik
masalah, hambatan,
(perencanaan, kesulitan, solusi dan best untuk
pelaksanaan practise yang ditemui pada meningkatkan
dan hasil saat proses pembelajaran mutu layanan
proses dan penilaian proses
pembelajaran dilaksanakan. pembelajaran
dan penilaian) dan penilaian.
di sekolah Kegiatan 2 (50 Menit)
Presentasi hasil supervisi
akademik di Sekolah.
g. Perincian Langkah-langkah kegiatan

1) Introduction (10 Menit)

Catatan untuk Fasilitator


1. Pastikan peserta duduk dalam KELOMPOK
SEKOLAH dan tiap meja ada label
SEKOLAH 1, SEKOLAH 2, dst.
2. Pastikan di dinding sudah disiapkan ‘lokasi’ tempat
pajangan kelompok sekolah berupa kertas plano yang
ditempel dan di atasnya diberi nomor 1 (untuk
kelompok sekolah 1, 2, 3, dst.

Fasilitator mengajak peserta berdoa sebelum kegiatan dimulai,


memperkenalkan diri dan menyampaikan latar belakang, tujuan,
dan garis besar langkah kegiatan

2) Connection (20 menit)

a) Fasilitator melakukan tanya-jawab dengan peserta


mengenai supervisi pendidikan yang dilakukan oleh kepala
sekolah. Ajukan pertanyaan apa, siapa, kapan dan
mengapa?
b) Fasilitator mengajukan pertanyaan:
i. Apakah peserta sudah melakukan supervisi pendidikan
secara rutin dan berkesinambungan?
ii. Apakah dalam melaksanakan supervisi pendidikan
ditemukan hambatan, kesulitan?
iii. Apakah terdapat best practise proses pebelajaran dan
penilaian?

(Peserta diminta menjawab secara LISAN dan fasilitator


mencatat dan menayangkannya di layar – Kolom kiri: sekolah
yang sudah rutin melaksanakan supervisi pendidikan. Kolom
kanan: sekolah yang belum rutin melaksanakan supervisi
pendidikan. Jawaban peserta tidak perlu dibahas, hanya untuk
memfokuskan perhatian, konsentrasi peserta dan mengawali
kegiatan pada application).
3) Aplication (170 Menit)
a) Kegiatan 1 (120 Menit)
(diskusi kelompok sekolah). Mendiskusikan pengalaman di
sekolah dalam melakukan supervisi pendidikan. Identifikasi
masalah, hambatan, kesulitan dan best practise yang ditemui
pada saat supervisi dilaksanakan.
(1) Fasilitator membagikan LKP 2.1.
(2) Peserta berdiskusi untuk melakukan identifikasi
masalah, hambatan, kesulitan dan best practise yang
ditemui pada saat melakukan supervisi, berpandu pada
pertanyaan:
(a) Apakah Kepaala Sekolah telah memiliki program
supervisi pendidikan?
(b) Apakah guru menemukan
kesulitan/hambatan/masalah ketika melakukan
analisis Kompetensi Dasar (KD), membuat
Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK),
menentukan tujuan pembelajaran, menyusun
bahan ajar, media pembelajaran, menentukan
metode pembelajaran, model pembelajaran,
membuat lembar kerja siswa?
(c) Hambatan, kesulitan dan masalah apa saja yang
ditemui oleh guru pada saat pelaksanan proses
pembelajaran?
(d) Apakah semua guru sudah melaksanakan proses
pembelajaran sesuai dengan program
pembelajaran yang sudah disusun? (pelaksanan
proses pembelajaran sesuai dengan RPP)
(e) Apakah guru menemukan kesulitan pada saat
mengimplementasikan program pembelajaran?
(melakukan proses pembelajaran sesuai dengan
RPP)
(f) Apakah para guru menemukan kesulitan
melaksanakan pembelajaran siswa aktif
(pembelajaran abad 21 yang mengutamakan 4C)?
(g) Apakah para guru mengalami kesulitan ketika
menyusun instrumen penilaian?
(h) Apakah para guru mengalami kesulitan ketika
melakukan analisisi hasil penilaian?
(i) Apakah para guru mengalami kesulitan ketika
menyusun program tindak lanjut hasil penilaian?
(j) Berdasarkan analisis hasil penilaian peserta didik,
apakah peserta didik mengalami kesulitan belajar?
Jika ya, apa saja penyebabnya (baik dari sisi guru,
maupun dari sisi peserta didik)?
(k) Berdasarkan temuan-temuan di atas, apakah ada
solusi yang bisa dilakukan untuk mengatasi
hambatan, kesulitan, dan masalah tersebut? (guru
dan kepala sekolah diminta menentukan sendiri
solusi atas permasalahan dan hambatan yang ada)
(l) Apakah kepala sekolah telah melaksanakan
supervisi pendidikan?
(m) Apakah kepala sekolah telah melaksanakan
evaluasi pelaksanaan supervisi pendidikan?
(n) Apakah kepala sekolah telah melaksanakan tindak
lanjut hasil supervisi pendidikan?
(o) Apakah guru dan kepala sekolah menemukan best
practise proses pembelajaran disekolahnya?
Faktor apa saja yang mendukungnya?

(Jawaban ditulis pada Lembar Kegiatan Peserta 2.1 atau kertas plano)

Catatan untuk Fasilitator


1. Tiap kelompok harus mengkaji semua aspek
penerapan hasil pelatihan.
2. Pada saat mengisi LKP 1.1 peserta harus mengacu
pada data dan fakta yang ada di sekolah.

(3) Mintalah masing-masing sekolah untuk mencatat hasil


diskusi pada LKP 2.1. dalam bentuk soft file.

b) Kegiatan 2 (50 Menit)


Presentasi hasil evaluasi proses pembelajaran di Sekolah.
(1) Fasilitator meminta 3 (tiga) kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusinya. Masing-masing
kelompok diberi waktu 10 menit untuk presentasi.
(2) Fasilitator meminta peserta lainnya untuk
membandingkan hasil kelompoknya dengan yang
dipresentasikan oleh 2 kelompok tersebut
(3) Setelah kelompok presentasi, fasilitator mempersilahkan
peserta lainnya untuk menanggapi atau mengajukan
pertanyaan. Waktu sesi ini adalah 20 menit.
4) Reflection (15 menit)
a) Fasilitator meminta peserta secara pleno untuk memeriksa
ketercapaian tujuan pembelajaran sesi ini.
b) Fasilitator meminta peserta untuk menyampaikan hal yang
masih perlu diperjelas.

5) Extention/Penguatan (20 menit)


Fasilitator menyampaikan bahwa:
a) Pelatihan yang hasilnya tidak diterapkan adalah pelatihan
yang sia-sia.
b) Upaya sungguh-sungguh dari semua pihak diperlukan
supaya hasil pelatihan bisa membawa perubahan di sekolah
ke arah yang lebih baik.
c) Kendala dan hambatan bukanlah halangan, melainkan
sebuah tantangan untuk dihadapi bagi kemajuan sekolah.
d) Belajarlah dari sekolah lain tentang keberhasilan dan cara
mengatasi masalah untuk selanjutnya diadaptasi bagi
kemajuan sekolahnya.
Lembar Kerja Peserta 2.1

Kekurangberhasilan
Faktor Faktor Solusi Atas
Aspek Evaluasi Keberhasilan (hambatan,
Pendukung Penyebab Permasalahan
masalah)
A. Program Pembelajaran (RPP)
1. Kemampuan Guru dalam
melakukan analisis KD
2. Kemampuan Guru menyusun IPK
dan Tujuan Pembelajaran
3. Kemampuan Guru dalam
menyusun bahan ajar, media
pembeajaran, model
pembelajaran, LKS
4. Kemampuan guru dalam
menyusun instrumen penilaian
hasil belajar

B. Pelaksanaan Proses Pembelajaran


1. Kemampuan guru dalam
mengoperasionalkan RPP
2. Kemampuan guru dalam
mempraktekkan pembelajaran
abad 21 yang mengutamakan 4C
3. Kemampuan guru dalam
mengenali perbedaan individu
Kekurangberhasilan
Faktor Faktor Solusi Atas
Aspek Evaluasi Keberhasilan (hambatan,
Pendukung Penyebab Permasalahan
masalah)
(bakat, minat, kapasitas belajar,
gaya belajar)
4. Kemampuan guru dalam
pengelolaan kelas
5. Pelaksanaan refleksi pasca proses
pembelajaran

C. Hasil Proses Pembelajaran


1. Berdasarkan analisis hasil
penilaian peserta didik, apakah
peserta didik mengalami
kesulitan belajar?
2. Berdasarkan hasil penilaian
peserta didik, apakah bahan ajar,
media pembelajaran, metode,
model pembelajaran, LKS, sudah
sempurna?

D. Kemampuan guru dalam


melaksanakan penilaian
1. Kemampuan guru dalam
menyusun tujuan penilaian
Kekurangberhasilan
Faktor Faktor Solusi Atas
Aspek Evaluasi Keberhasilan (hambatan,
Pendukung Penyebab Permasalahan
masalah)
2. Kemampuan guru dalam
menyusun kisi-kisi penilaian
3. Kemampuan guru dalam
menyusun instrumen penilaian
4. Kemampuan guru dalam menilai
/ mereview kualitas instrumen
penilaian
5. Pelaksanaan penilaian hasil
belajar oleh guru
6. Kemampuan guru dalam
melakukan analisis hasil penilaian
7. Kemampuan guru dalam
menyusun program tindaklanjut
hasil penilaian
8. Kemampuan guru dalam
melaksanakan program
tindaklanjut hasil penilaian
3. Penilaian Kinerja Guru
Pelaksanaan Penilaian Kinerja Guru meliputi penilaian formatif dan
sumatif. Dalam satu tahun pelajaran, sekurang-kurangnya pelaksanaan
penilaian kinerja sebanyak dua kali yakni awal tahun pelajaran dan akhir
tahun pelajaran. Artinya setiap semester guru akan dinilai kinerjanya.

Penilaian terhadap guru dilakukan oleh Kepala Sekolah atau Guru


Pembina yang ditunjuk oleh Kepala Sekolah. Syarat penilai:
a. Menduduki jabatan/pangkat paling rendah sama dengan
jabatan/pangkat guru/ kepala sekolah yang dinilai
b. Memiliki sertifikat pendidik
c. Memiliki latar belakang yang sesuai dan menguasai bidang kajian
guru/kepala sekolah yang akan dinilai
d. Memiliki komitmen yang tinggi untuk berpartisipasi aktif dalam
meningkatkan kualitas pembelajaran
e. Memiliki integritas diri, jujur, adil, dan terbuka
f. Memahami PK Guru dan dinyatakan memiliki keahlian serta mampu
untuk menilai kinerja guru/kepala sekolah

PKG tentu saja menghasilkan data-data kemampuan guru dalam


melaksanakan proses pembelajaran. Dengan PKG maka Guru, Kepala
Sekolah dan Pengaws Sekolah mengetahu kelemahan, kelebihan dan
potensi yang bisa dikembangkan. Hasil PKG dijadikan dasar bagi Guru,
Kepala Sekolah dan Pengawas untuk melakukan PKB.

E. Tahapan Pengembangan PLC


1. PLC di MGMP Sekolah dan KKG Sekolah
a. Konsep PLC Oleh Guru
Seharusnya sekolah model memiliki POS Pembelajaran dan POS
Penilaian. Para guru harus membiasakan diri dan mengikuti tahapan
pembelajaran dan penilaian yang sudah diatur di dalam POS
tersebut. Pada saat melakukan proses pembelajaran, guru
membiasakan diri mencatat hal-hal yang sifatnya positif (sebagai ciri
keberhasilan) dan hal-hal yang masih kurang baik (sebagai ciri
hambatan) selama proses pembelajaran dilakukan. Hal ini semata-
mata untuk mengumpulkan data-data dan untuk memetakan masalah
ketika KBM dilaksanakan. Begitu juga pada saat penilaian
dilakukan, maka para guru harus mengumpulkan data-data capaian
siswa, kelemahan siswa, keunggulan siswa, ketuntasan siswa. Data-
data tersebut kemudian diolah, dianalisis, diinterpretasikan, dan
ditindaklanjuti. Untuk mendukung keberhasilan guru dalam
melaksanakan proses pembelajaran (KBM) dan penilaian, maka
perlu dilakukan FGD dalam bentuk PLC. PLC dapat dilakukan
melalui wadah MGMP Sekolah dan KKG Sekolah.
Mengapa komunitas belajar penting penting dikembangkan?
Darling-Hammond (1993) menyatakan bahwa para guru harus
difasilitasi agar terlibat secara sadar dalam proses saling belajar dan
berkolaborasi dalam memecahkan persoalan nyata yang mereka
alami di sekolah melalui komunitas belajar profesional (professional
learning community). Mereka harus intens merasakan atmosfer
belajar di antara sesama rekan guru.

Mereka bisa saling mengobservasi pembelajaran satu sama lain,


berdiskusi, dan merefleksikan pengalaman mengajar mereka
masing-masing. Jejaring komunitas belajar yang terbentuk bisa
membangun kolegialitas yang baik diantara sesama guru. Yang
paling penting, sikap kemandirian belajar guru semakin terlatih.

PLC dilakukan untuk membangun kesadaran bermutu di internal


sekolah dan membangun budaya mutu malu. Untuk menuju kearah
itu maka PLC harus dilakukan dengan memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
1) Perlu dibangun hubungan fungsional dan bukan struktural
2) Perlu dibangun dan dibiasakan hubungan yang sifatnya
kolaboratif inquiry
3) Perlu dibiasakan berbagi pengalaman, ilmu/pengetahuan dan
kritik yang membangun diantara guru di sekolah
4) Membangun budaya bersahabat, saling menghormati, hubungan
saling percaya dan dukungan struktural (dari Kepala Sekolah
dan Pengawas Sekolah)
5) Orientasinya untuk belajar
6) Bertujuan untuk pemberdayaan guru dengan orientasi pada
peningkatan mutu layanan pembelajaran.

Para guru dapat memanfaatkan wadah MGMP sekolah (untuk SMP,


SMA dan SMK) dan KKG (untuk SD). Di dalam forum guru tersebut
para guru dapat berdiskusi mengenai keberhasilan dan kegagalan
dalam proses pembelajaran dan penlaian. Berikut tahapan yang
harus dilakukan:
1) Membentuk MGMP sekolah atau KKG
2) MGMP Sekolah / KKG membuat program kerja
Melakukan pertemuan rutin, misalnya per 2 mingggu sekali.
Semangat yang harus ditumbuhkan disini adalah semangat
berkolaborasi dan guru melakukan aktifitas refrelksi pembelajaran
yang telah dilakukan. Dalam pertemuan 2 (dua) mingguan tersebut
dibahas: refleksi guru terhadap proses pembelajaran dan penilaian
yang telaah dilakukan, hambatan apa saja yang ditemukan (gaya
belajar, learning culture, harapan para siswa, kapasitas siswa),
keberhasilan apa saja yang telah dicapai, apa penyebab hambatan
dalam proses pembelajaran, para guru menentukan sendiri solusi
atas permasalahan yang ada, para guru membuat program perbaikan
(strategi dan metoda) yang akan dicobakan di proses pembelajaran
berikutnya, para guru melakukan monitoring dan evaluasi terhadap
tindakan perbaikan yang dilakukan. Kegiatan-kegiatan tersebut di
atas dilakukan berupa siklus.

Pelaksanaan PLC oleh para guru di KKG Sekolah / MGMP Sekolah


dapat dlakukan dengan siklus sebagai berikut:

Refleksi para Identifikasi Identifikasi Implementasi


Solusi,
guru terhadap hambatan faktor perbaikan
program
proses yang penyebab proses
perbaikan
pembelajaran dialami hambatan pembelajaran
yang telah
dilakukan

Monitoring
Identifikasi dan Evaluasi
Best oleh Guru
Keberhasilan-
keberhasilan Practise

b. Tujuan
1) Guru dapat memahami konsep PLC
2) Guru mampu melakukan PLC di KKG/MGMP

c. Sumber dan Bahan


1) Bahan tayang Materi 3
2) Bahan Bacaan Materi 3
3) RPP, bahan ajar, hasil penilaian peserta didik (minimal ada 2
orang guru yang membawa dokumen tersebut)
4) Hasil identifikasi hambatan, masalah, dan faktor penyebab
hambatan/masalah
5) Hasil identifikasi best practise proses pembelajaran
6) Lembar Kerja Materi 3
7) ATK

d. Waktu Penyampaian
Waktu yang disediakan untuk kegiatan ini adalah 180 menit. Rincian
alokasi waktu dapat dilihat pada setiap tahapan pelaksanaan sesi ini.

e. Hasil Pelatihan Materi 1


1) LK daftar kesulitan, hambatan, masalah dalam proses
pembelajaran dan penilaian
2) LK Best Practise proses pembelajaran dan penilaian
3) LK Solusi terhadap kesulitan, hambatan, masalah dalam proses
pembelajaran dan penilaian
4) Rencana tindak lanjut / implementasi solusi atas hambatan dan
permasalahan dalam pembelajaran dan penilaian

f. Garis Besar Kegiatan

Introduction Connection Aplication Reflection Extention

10 menit 15 menit 130 Menit 10 Menit 15 Menit

Tanya-jawab Kegiatan 1 (100 Menit) (Perorangan) Fasilitator


Fasilitator
dengan (diskusi kelompok Peserta memberi
menyampaikan
peserta, menuliskan penguatan
latar belakang, sekolah). Mendiskusikan
identifikasi hal-hal yang terkait
tujuan, dan Pengalaman di sekolah
hasil empirik dipetik dari pentingnya
garis besar dalam mengembangkan
evaluasi PLC / Komunitas Belajar pelajaran sesi PLC oleh para
langkah
pendidikan Profesonal. Identifikasi unit ini. guru
kegiatan.
(perencanaan, masalah, hambatan, untuk
pelaksanaan kesulitan dan best practise meningkatkan
dan hasil yang ditemui pada saat PLC mutu layanan
proses dilaksanakan. proses
pembelajaran pembelajaran
serta Kegiatan 2 (30 Menit) dan penilaian.
penilaian )di Presentasi pola/model PLC
sekolah di sekolah.
g. Perincian Langkah-langkah kegiatan

1) Introduction (10 Menit)

Catatan untuk Fasilitator


1. Pastikan peserta duduk dalam KELOMPOK
SEKOLAH dan tiap meja ada label SEKOLAH 1,
SEKOLAH 2, dst.
2. Pastikan di dinding sudah disiapkan ‘lokasi’
tempat pajangan kelompok sekolah berupa kertas
plano yang ditempel dan di atasnya diberi nomor 1
(untuk kelompok sekolah 1, 2, 3, dst.)

Fasilitator mengajak peserta berdoa sebelum kegiatan dimulai,


memperkenalkan diri dan menyampaikan latar belakang, tujuan,
dan garis besar langkah kegiatan

2) Connection (15 menit)


a) Fasilitator melakukan tanya-jawab dengan peserta
mengenai konsep PLC / Komunitas Belajar Profesional.
Ajukan pertanyaan apa, siapa, kapan dan mengapa?
b) Fasilitator mengajukan pertanyaan:
i. Apakah peserta sudah melakukan PLC secara rutin dan
berkesinambungan?
ii. Apakah dalam melaksanakan PLC secara rutin
ditemukan hambatan, kesulitan?
iii. Apakah sudah ada best practise PLC?

(Peserta diminta menjawab secara LISAN dan fasilitator


mencatat dan menayangkannya di layar – Kolom kiri:
sekolah yang sudah melaksanakan PLC. Kolom kanan:
sekolah yang belum melaksanakan PLC. Jawaban peserta
tidak perlu dibahas, hanya untuk memfokuskan perhatian,
konsentrasi peserta dan mengawali kegiatan pada
application).
3) Aplication (130 Menit)
a) Kegiatan 1 (100 Menit)
(diskusi kelompok sekolah). Mendiskusikan Bagaimana
melakukan PLC di KKG Sekolah / MGMP Sekolah.
Identifikasi masalah, hambatan, kesulitan, solusi dan best
practise dalam Proses Pembelajaran dan Penilaian.
(1) Fasilitator membagikan LKP 3.1 dan LKP 3.2
(2) Peserta berdiskusi dengan tahapan sebagai berikut:
(a) Aktifitas individu (40 menit):
i. Masing-masing Guru mengidentifikasi
hambatan, masalah dan best practise proses
pembelajaran dan penilaian
ii. Masing-masing Guru mengidentifikasi solusi
atas permasalahan yang ada dalam proses
pembelajaran dan penilaian
(b) Setelah selesai aktifitas individu, guru diminta
untuk berdiskusi dengan rekannya yang satu
sekolah (60 Menit):
i. Guru mendiskusikan hasil kerja individu
kepada rekan satu sekolah nya
ii. Guru bersama-sama melakukan review dan
diskusi hasil kerja individu, untuk kemudian
menentukan solusi atas
hambatan/permasalahan yang ada
iii. Guru menuangkan solusi atas permasalahan
dalam proses pembelajaran dan penilaian
iv. Guru membuat action plan untuk mencobakan
solusi yang sudah ditentukan / dipilih dalam
proses pembelajaran dan penilaian berikutnya
(3) Fasilitator memandu peserta dengan pertanyaan-
pertanyaan sebagai berikut:
(a) Apakah sekolah sudah membentuk KKG atau
MGMP?
(b) Apakah Guru sudah melaksanakan PLC secara
rutin dan berkesinambungan? (LKP 3.1)
(c) Faktor apa saja yang menyebabkan PLC tidak
dilaksanakan di sekolah? (LKP 3.1)
(d) Faktor apa saja yang mendukung pelaksanaan PLC
di sekolah? (LKP 3.1)
(e) Apakah guru menemukan hambatan, masalah
dalam pelaksanaan proses pembelajaran?
(f) Apakah guru menemukan hambatan, masalah
dalam pelaksanaan proses penilaian?
(g) Solusi apa saja yang bisa dihadirkan untuk
mengatasi hambatan, masalah dalam proses
pembelajaran?
(h) Solusi apa saja yang bisa dihadirkan untuk
mengatasi hambatan, masalah dalam proses
penilaian?
(i) Apakah sudah ada best practise dalam pelaksanaan
proses pembelajaran?
(j) Apakah sudah ada best practise dalam pelaksanaan
proses penilaian?

(Jawaban ditulis pada Lembar Kegiatan Peserta 3.1 dan 3.2 atau kertas plano)

Catatan untuk Fasilitator


1. Tiap kelompok harus mengkaji semua aspek
penerapan hasil pelatihan.
2. Pada saat mengisi LKP 3.1 dan 3.2 peserta harus
mengacu pada data dan fakta yang ada di sekolah.

(4) Mintalah masing-masing sekolah untuk mencatat hasil


diskusi pada LKP 3.1 dan 3.2 dalam bentuk soft file.

b) Kegiatan 2 (30 Menit)


Presentasi hasil PLC di KKG Sekolah / MGMP Sekolah.
(1) Fasilitator meminta 2 (dua) kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusinya. Masing-masing
kelompok diberi waktu 10 menit untuk presentasi.
(2) Fasilitator meminta peserta lainnya untuk
membandingkan hasil kelompoknya dengan yang
dipresentasikan oleh 2 kelompok tersebut
(3) Setelah kelompok presentasi, fasilitator
mempersilahkan peserta lainnya untuk menanggapi
atau mengajukan pertanyaan. Waktu sesi ini adalah 10
menit.

4) Reflection (10 menit)


a) Fasilitator meminta peserta secara pleno untuk memeriksa
ketercapaian tujuan pembelajaran sesi ini.
b) Fasilitator meminta peserta untuk menyampaikan hal yang
masih perlu diperjelas.

5) Extention/Penguatan (15 menit)


Fasilitator menyampaikan bahwa:
a) Pelatihan yang hasilnya tidak diterapkan adalah pelatihan
yang sia-sia.
b) Upaya sungguh-sungguh dari semua pihak diperlukan
supaya hasil pelatihan bisa membawa perubahan di sekolah
ke arah yang lebih baik.
c) Kendala dan hambatan bukanlah halangan, melainkan
sebuah tantangan untuk dihadapi bagi kemajuan sekolah.
d) Belajarlah dari sekolah lain tentang keberhasilan dan cara
mengatasi masalah untuk selanjutnya diadaptasi bagi
kemajuan sekolahnya.
Lembar Kerja Peserta 3.1
Hasil Kerja Individu
Faktor Kekurangberhasilan Faktor
Aspek Evaluasi Keberhasilan Solusi
Pendukung (hambatan, masalah) Penyebab
A. Program Pembelajaran (RPP)
1. Kemampuan Guru dalam
melakukan analisis KD
2. Kemampuan Guru menyusun
IPK dan Tujuan
Pembelajaran
3. Kemampuan Guru dalam
menyusun bahan ajar, media
pembeajaran, model
pembelajaran, LKS
4. Kemampuan guru dalam
menyusun instrumen
penilaian hasil belajar

B. Pelaksanaan Proses
Pembelajaran
1. Kemampuan guru dalam
mengoperasionalkan RPP
2. Kemampuan guru dalam
mempraktekkan
pembelajaran abad 21 yang
mengutamakan 4C
Faktor Kekurangberhasilan Faktor
Aspek Evaluasi Keberhasilan Solusi
Pendukung (hambatan, masalah) Penyebab
3. Kemampuan guru dalam
mengenali perbedaan
individu (bakat, minat,
kapasitas belajar, gaya
belajar)
4. Kemampuan guru dalam
pengelolaan kelas
5. Pelaksanaan refleksi pasca
proses pembelajaran

C. Hasil Proses Pembelajaran


1. Berdasarkan analisis hasil
penilaian peserta didik,
apakah peserta didik
mengalami kesulitan
belajar?
2. Berdasarkan hasil penilaian
peserta didik, apakah bahan
ajar, media pembelajaran,
metode, model
pembelajaran, LKS, sudah
sempurna?
D. Kemampuan guru dalam
melaksanakan penilaian
1. Kemampuan guru dalam
menyusun tujuan penilaian
Faktor Kekurangberhasilan Faktor
Aspek Evaluasi Keberhasilan Solusi
Pendukung (hambatan, masalah) Penyebab
2. Kemampuan guru dalam
menyusun kisi-kisi penilaian
3. Kemampuan guru dalam
menyusun instrumen
penilaian
4. Kemampuan guru dalam
menilai / mereview kualitas
instrumen penilaian
5. Pelaksanaan penilaian hasil
belajar oleh guru
6. Kemampuan guru dalam
melakukan analisis hasil
penilaian
7. Kemampuan guru dalam
menyusun program
tindaklanjut hasil penilaian
8. Kemampuan guru dalam
melaksanakan program
tindaklanjut hasil penilaian
LKP 3.2
Hasil Diskusi Sesama Guru Dalam Satu Sekolah

Kekurangberhasilan
(hambatan, masalah) Proses Faktor Penyebab Solusi Guru 1 Solusi Guru 2 Solusi Hasil Diskusi
Pembelajaran dan Penilaian
LKP 3.3
Hasil Diskusi Sesama Guru Dalam Satu Sekolah

Keberhasilan dalam Proses Rencana Implementasi oleh Guru


Faktor Pendukung Rencana Desiminasi
Pembelajaran dan Penilaian Lain
LKP 3.4
Rencana Tindak Lanjut

Kekurangberhasilan
Solusi untuk mengatasi Rencana Implementasi
(hambatan, masalah) Proses Faktor Penyebab Monev
hambatan dan masalah oleh Guru
Pembelajaran dan Penilaian
Bahan Presentasi Materi 1
2. PLC di Level Satuan Pendidikan
a. Konsep PLC di Satuan Pendidikan
Kepala Sekolah memiliki tugas melakukan supervisi akademik.
Dalam upaya membangun PLC di sekolah, maka Kepala Sekolah
harus menyusun program supervisi akademik, melaksanakan
supervisi akademik, melakukan refleksi hasil supervisi,
menindaklanjuti hasil supervisi tersebut. Melalui supervisi
akademik, Kepala Sekolah melakukan kontrol kinerja guru dalam
pelaksanaan proses pembelajaran dan penilaian.

Kepala sekolah harus memfasilitasi kegiatan PLC di level sekolah.


Hal ini dapat dilakukan dalam forum rapat pembinaan atau
pertemuan-pertemuan yang dirancang khusus untuk PLC. Hal ini
dilakukan untuk memberikan keyakinan learning action diantara
para guru. Kepala sekolah membentuk kultur memahami
permasalahan KBM untuk masalah-masalah dan hal-hal yang
generik (umum ditemui pada kebanyakan guru). Pertemuan pada
level sekolah ini dapat dilakukan 1 (satu) bulan 1 (satu) kali dengan
melibatkan para guru, pengawas sekolah dan kepala sekolah itu
sendiri.

Dalam PLC di sekolah, hasil supervisi kepala sekolah disampaikan


kepada para guru untuk ditindak lanjuti. Hasil supervisi kepala
sekolah ini dicocokkan dengan hasil evaluasi diri/refleksi para guru
sebagaimana dilakukan pada Materi 4 (hasil PLC guru di MGMP
Sekolah/KKG Sekolah). Hasil supervisi Kepala Sekolah dan hasil
refleksi guru ditindaklanjuti berupa perbaikan proses pembelajaran
yang dilakukan oleh guru dan dimonev oleh TPMPS (Tim
Penjaminan Mutu Pendidikan Sekolah). Dalam konteks ini, maka
pengawas sekolah dapat memerankan fungsi supervisi akademik dan
supervisi manajerial. Pengawas sekolah memastikan bahwa
pelaksanaan PLC di sekolah telah produktif dan konstruktif.
Pengawas sekolah harus dapat memastikan bahwa pelaksanaan PC
di sekolah membawa dampak terhadap peningkatan kualitas layanan
sekolah terutama pada proses pembelajaran dan proses penilaian.

Pelaksanaan PLC di Sekolah dapat dilakukan dengan siklus sebagai


berikut:
Hasil Refleksi Identifikasi Identifikasi Solusi, Implementasi
para guru hambatan faktor program perbaikan
terhadap yang penyebab perbaikan proses
proses dialami hambatan pembelajaran
pembelajaran
yang telah Monitoring
dilakukan di dan Evaluasi
MGMP Identifikasi Best oleh TPMPS
Keberhasilan-
Hasil Supervisi keberhasilan Practise
Kepala
Sekolah

b. Tujuan
1) Kepala Sekolah dapat memahami konsep PLC
2) Kepala Sekolah mampu melakukan PLC di KKG/MGMP

c. Sumber dan Bahan


1) Bahan tayang Materi 4
2) Bahan Bacaan Materi 4
3) Program Supervisi Kepala Sekolah
4) Hasil Suoervisi Akademik yang dilakukan oleh Kepala Sekolah
(hasil identifikasi hambatan, masalah, dan faktor penyebab
hambatan/masalah)
5) Hasil identifikasi best practise proses pembelajaran oleh Kepala
Sekolah
6) Lembar Kerja Materi 4
7) ATK

d. Waktu Penyampaian
Waktu yang disediakan untuk kegiatan ini adalah 180 menit. Rincian
alokasi waktu dapat dilihat pada setiap tahapan pelaksanaan sesi ini.

e. Hasil Pelatihan
1) LK daftar kesulitan, hambatan, masalah dalam proses
pembelajaran dan penilaian
2) LK Best Practise proses pembelajaran dan penilaian
3) LK Solusi terhadap kesulitan, hambatan, masalah dalam proses
pembelajaran dan penilaian
4) Rencana tindak lanjut / implementasi solusi atas hambatan dan
permasalahan dalam pembelajaran dan penilaian

f. Garis Besar Kegiatan

Introduction Connection Aplication Reflection Extention


10 menit 15 menit 130 Menit 10 Menit 15 Menit

Fasilitator Tanya-jawab Kegiatan 1 (100 Menit) (Perorangan) Fasilitator


menyampaikan dengan (diskusi kelompok Peserta memberi
latar belakang, peserta, sekolah). Mendiskusikan menuliskan penguatan
tujuan, dan identifikasi Pengalaman di sekolah hal-hal yang terkait
garis besar hasil empirik dalam mengembangkan dipetik dari pentingnya
langkah evaluasi PLC / Komunitas Belajar pelajaran sesi PLC oleh para
kegiatan. pendidikan Profesonal. Identifikasi unit ini. guru
(perencanaan, masalah, hambatan, untuk
pelaksanaan kesulitan dan best practise meningkatkan
dan hasil yang ditemui pada saat PLC mutu layanan
proses dilaksanakan. proses
pembelajaran pembelajaran
serta Kegiatan 2 (30 Menit) dan penilaian.
penilaian )di Presentasi pola/model PLC
sekolah di sekolah.
g. Perincian Langkah-langkah kegiatan

1) Introduction (10 Menit)

Catatan untuk Fasilitator


1. Pastikan peserta duduk dalam KELOMPOK
SEKOLAH dan tiap meja ada label
SEKOLAH 1, SEKOLAH 2, dst.
2. Pastikan di dinding sudah disiapkan ‘lokasi’ tempat
pajangan kelompok sekolah berupa kertas plano yang
ditempel dan di atasnya diberi nomor 1 (untuk
kelompok sekolah 1, 2, 3, dst.)

Fasilitator mengajak peserta berdoa sebelum kegiatan dimulai,


memperkenalkan diri dan menyampaikan latar belakang, tujuan, dan
garis besar langkah kegiatan

2) Connection (15 menit)


a) Fasilitator melakukan tanya-jawab dengan peserta
mengenai konsep PLC / Komunitas Belajar Profesional.
Ajukan pertanyaan apa, siapa, kapan dan mengapa?
b) Fasilitator mengajukan pertanyaan:
i. Apakah peserta sudah melakukan PLC secara rutin dan
berkesinambungan di sekolahnya?
ii. Apakah dalam melaksanakan PLC secara rutin
ditemukan hambatan, kesulitan?
iii. Apakah sudah ada best practise PLC?

(Peserta diminta menjawab secara LISAN dan fasilitator


mencatat dan menayangkannya di layar – Kolom kiri: sekolah
yang sudah melaksanakan PLC. Kolom kanan: sekolah yang
belum melaksanakan PLC. Jawaban peserta tidak perlu dibahas,
hanya untuk memfokuskan perhatian, konsentrasi peserta dan
mengawali kegiatan pada application).
h. Aplication (130 Menit)
1) Kegiatan 1 (100 Menit)
(diskusi kelompok sekolah). Mendiskusikan Bagaimana
melakukan PLC dilakukan di sekolah. Identifikasi masalah,
hambatan, kesulitan, solusi dan best practise Proses
Pembelajaran dan Penilaian.
(1) Fasilitator membagikan LKP 4.1 dan LKP 4.2
(2) Peserta berdiskusi dengan tahapan sebagai berikut:
(a) Aktifitas individu untuk Kepala Sekolah (40 Menit):
i. Masing-masing Kepala Sekolah melihat hasil
supervisi akademik yang telah dilakukan
terhadap guru. Kepala sekolah mengidentifikasi
hambatan, masalah dan best practise proses
pembelajaran dan penilaian
ii. Masing-masing Kepala Sekolah
mengidentifikasi solusi atas permasalahan yang
ada dalam proses pembelajaran dan penilaian
(b) Aktifitas diskusi antar Guru (40 menit):
i. Para Guru mengidentifikasi hambatan, masalah
dan best practise proses pembelajaran dan
penilaian
ii. Para Guru mengidentifikasi solusi atas
permasalahan yang ada dalam proses
pembelajaran dan penilaian
(c) Setelah selesai aktifitas individu, Kepala Sekolah
diminta untuk berdiskusi dengan para guru yang satu
sekolah (60 menit):
i. Kepala Sekolah mempelajarai hasil LK para guru
ii. Para Guru mempelajari hasil LK kepala sekolah
iii. Kepala Sekolah bersama-sama para guru
melakukan review dan diskusi hasil kerja
individu, untuk kemudian menentukan solusi
atas hambatan/permasalahan yang ada
iv. Kepala Sekolah dan para guru menuangkan
solusi atas permasalahan dalam proses
pembelajaran dan penilaian yang ada di
sekolahnya
v. Kepala Sekolah dan para guru membuat action
plan untuk mencobakan solusi yang sudah
ditentukan / dipilih dalam proses pembelajaran
dan penilaian berikutnya
(3) Fasilitator memandu peserta dengan pertanyaan-
pertanyaan sebagai berikut:
(a) Apakah Guru sudah melaksanakan PLC secara rutin
dan berkesinambungan melalui forum KKG
Sekolah dan MGMP Sekolah?
(b) Faktor apa saja yang menyebabkan PLC tidak
dilaksanakan di sekolah?
(c) Faktor apa saja yang mendukung pelaksanaan PLC
di sekolah?
(d) Apakah para guru menemukan hambatan, masalah
dalam pelaksanaan proses pembelajaran? Jika ya,
masalah apa saja yang dihadapi oleh para guru?
(e) Apakah para guru menemukan hambatan, masalah
dalam pelaksanaan proses penilaian? Jika ya,
masalah apa saja yang dihadapi oleh para guru?
(f) Solusi apa saja yang bisa dihadirkan untuk
mengatasi hambatan, masalah dalam proses
pembelajaran?
(g) Solusi apa saja yang bisa dihadirkan untuk
mengatasi hambatan, masalah dalam proses
penilaian?
(h) Apakah sudah ada best practise dalam pelaksanaan
proses pembelajaran?
(i) Apakah sudah ada best practise dalam pelaksanaan
proses penilaian?

(Jawaban ditulis pada Lembar Kegiatan Peserta 4.1 dan 4.2 atau kertas plano)

Catatan untuk Fasilitator


1. Tiap kelompok harus mengkaji semua aspek
penerapan hasil pelatihan.
2. Pada saat mengisi LKP 4.1 dan 4.2 peserta harus
mengacu pada data dan fakta yang ada di sekolah.

(4) Mintalah masing-masing kepala sekolah untuk mencatat


hasil diskusi pada LKP 4.1 dan 4.2 dalam bentuk soft
file.

2) Kegiatan 2 (30 Menit)


Presentasi hasil diskusi PLC di Sekolah.
a) Fasilitator meminta 2 (dua) kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusinya. Masing-masing
kelompok diberi waktu 10 menit untuk presentasi.
b) Fasilitator meminta peserta lainnya untuk
membandingkan hasil kelompoknya dengan yang
dipresentasikan oleh 2 kelompok tersebut
c) Setelah kelompok presentasi, fasilitator mempersilahkan
peserta lainnya untuk menanggapi atau mengajukan
pertanyaan. Waktu sesi ini adalah 10 menit.

i. Reflection (10 menit)


1) Fasilitator meminta peserta secara pleno untuk memeriksa
ketercapaian tujuan pembelajaran sesi ini.
2) Fasilitator meminta peserta untuk menyampaikan hal yang
masih perlu diperjelas.

j. Extention/Penguatan (15 menit)


Fasilitator menyampaikan bahwa:
1) Pelatihan yang hasilnya tidak diterapkan adalah pelatihan yang
sia-sia.
2) Upaya sungguh-sungguh dari semua pihak diperlukan supaya
hasil pelatihan bisa membawa perubahan di sekolah ke arah
yang lebih baik.
3) Kendala dan hambatan bukanlah halangan, melainkan sebuah
tantangan untuk dihadapi bagi kemajuan sekolah.
4) Belajarlah dari sekolah lain tentang keberhasilan dan cara
mengatasi masalah untuk selanjutnya diadaptasi bagi kemajuan
sekolahnya.
Lembar Kerja Peserta 4.1
Hasil Kerja Individu
Faktor Kekurangberhasilan Faktor
Aspek Evaluasi Keberhasilan Solusi
Pendukung (hambatan, masalah) Penyebab
A. Program Pembelajaran (RPP)
1. Kemampuan Guru dalam
melakukan analisis KD
2. Kemampuan Guru menyusun
IPK dan Tujuan
Pembelajaran
3. Kemampuan Guru dalam
menyusun bahan ajar, media
pembeajaran, model
pembelajaran, LKS
4. Kemampuan guru dalam
menyusun instrumen
penilaian hasil belajar

B. Pelaksanaan Proses
Pembelajaran
1. Kemampuan guru dalam
mengoperasionalkan RPP
2. Kemampuan guru dalam
mempraktekkan
pembelajaran abad 21 yang
mengutamakan 4C
Faktor Kekurangberhasilan Faktor
Aspek Evaluasi Keberhasilan Solusi
Pendukung (hambatan, masalah) Penyebab
3. Kemampuan guru dalam
mengenali perbedaan
individu (bakat, minat,
kapasitas belajar, gaya
belajar)
4. Kemampuan guru dalam
pengelolaan kelas
5. Pelaksanaan refleksi pasca
proses pembelajaran

C. Hasil Proses Pembelajaran


1. Berdasarkan analisis hasil
penilaian peserta didik,
apakah peserta didik
mengalami kesulitan
belajar?
2. Berdasarkan hasil penilaian
peserta didik, apakah bahan
ajar, media pembelajaran,
metode, model
pembelajaran, LKS, sudah
sempurna?
D. Kemampuan guru dalam
melaksanakan penilaian
1. Kemampuan guru dalam
menyusun tujuan penilaian
Faktor Kekurangberhasilan Faktor
Aspek Evaluasi Keberhasilan Solusi
Pendukung (hambatan, masalah) Penyebab
2. Kemampuan guru dalam
menyusun kisi-kisi penilaian
3. Kemampuan guru dalam
menyusun instrumen
penilaian
4. Kemampuan guru dalam
menilai / mereview kualitas
instrumen penilaian
5. Pelaksanaan penilaian hasil
belajar oleh guru
6. Kemampuan guru dalam
melakukan analisis hasil
penilaian
7. Kemampuan guru dalam
menyusun program
tindaklanjut hasil penilaian
8. Kemampuan guru dalam
melaksanakan program
tindaklanjut hasil penilaian
LKP 4.2
Hasil Diskusi Kepala Sekolah dan Para Guru

Kekurangberhasilan
(hambatan, masalah) Proses Faktor Penyebab Solusi KS Solusi Para Guru Solusi Hasil Diskusi
Pembelajaran dan Penilaian
LKP 4.3
Hasil Diskusi Kepala Sekolah dan Para guru

Rencana Implementasi Solusi oleh


Keberhasilan dalam Proses
Faktor Pendukung Rencana Desiminasi Guru (mencobakan solusi untuk
Pembelajaran dan Penilaian
mengatasi hambatan / masalah)
LKP 4.4
Rencana Tindak Lanjut

Kekurangberhasilan
Solusi untuk mengatasi Rencana Implementasi
(hambatan, masalah) Proses Faktor Penyebab Monev
hambatan dan masalah oleh Guru
Pembelajaran dan Penilaian
3. PLC di Level Sekolah Binaan
a. Konsep PLC di Sekolah Binaan
Pengawas Sekolah memiliki tugas melakukan supervisi akademik
dan manajerial. Dalam upaya membangun PLC di sekolah, maka
Pengawas Sekolah harus menyusun program supervisi,
melaksanakan, melakukan refleksi, dan menindaklanjuti hasil
supervisi tersebut. Melalui supervisi akademik, Pengawas Sekolah
melakukan kontrol kinerja guru dalam pelaksanaan proses
pembelajaran dan penilaian.

Pengawas sekolah harus memfasilitasi kegiatan PLC di level sekolah


binaan. Hal ini dapat dilakukan dalam forum rapat pembinaan atau
pertemuan-pertemuan yang dirancang khusus untuk PLC. Hal ini
dilakukan untuk memberikan keyakinan learning action diantara
para guru. Pengawas sekolah membentuk kultur memahami
permasalahan KBM untuk masalah-masalah dan hal-hal yang
generik (umum ditemui pada kebanyakan guru). Pertemuan pada
level sekolah binaan ini dapat dilakukan 2 (satu) bulan 1 (satu) kali
dengan melibatkan para guru, pengawas sekolah dan kepala sekolah.

Dalam PLC di sekolah binaan, hasil supervisi pengawas sekolah


disampaikan kepada para guru untuk ditindak lanjuti. Hasil supervisi
pengawas sekolah ini dicocokkan dengan hasil evaluasi diri/refleksi
para guru sebagaimana dilakukan pada Materi sebelumnya (hasil
PLC guru di MGMP Sekolah/KKG Sekolah). Hasil supervisi Kepala
Sekolah dan hasil refleksi guru ditindaklanjuti berupa perbaikan
proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan dimonev oleh
TPMPS (Tim Penjaminan Mutu Pendidikan Sekolah). Dalam
konteks ini, maka pengawas sekolah dapat memerankan fungsi
supervisi akademik dan supervisi manajerial. Pengawas sekolah
memastikan bahwa pelaksanaan PLC di sekolah telah produktif dan
konstruktif. Pengawas sekolah harus dapat memastikan bahwa
pelaksanaan PC di sekolah membawa dampak terhadap peningkatan
kualitas layanan sekolah terutama pada proses pembelajaran dan
proses penilaian.

Pelaksanaan PLC di Sekolah dapat dilakukan dengan siklus sebagai


berikut:
Hasil Refleksi
Identifikasi Identifika Implementasi
para guru Solusi,
hambatan si faktor perbaikan
terhadap program
yang penyebab proses
proses perbaika
dialami hambatan pembelajaran
n
pembelajaran
yang telah
dilakukan di

Hasil Supervisi Identifikasi Monitoring


Keberhasilan Best
Kepala dan Evaluasi
- Practise
Sekolah oleh TPMPS
keberhasilan
Hasil Supervisi
Pengawas
Sekolah
Catatan
Keluhan
Peserta Didik

Rekomendasi dan laporan

b. Tujuan
1) Pengawas Sekolah dapat memahami konsep PLC
2) Pengawas Sekolah mampu melakukan PLC di KKG/MGMP

c. Sumber dan Bahan


1) Bahan tayang Materi 4
2) Bahan Bacaan Materi 4
3) Program Supervisi Kepala Sekolah
4) Hasil Suoervisi Akademik yang dilakukan oleh Kepala Sekolah
(hasil identifikasi hambatan, masalah, dan faktor penyebab
hambatan/masalah)
5) Hasil identifikasi best practise proses pembelajaran oleh Kepala
Sekolah
6) Lembar Kerja Materi 4
7) ATK

d. Waktu Penyampaian
Waktu yang disediakan untuk kegiatan ini adalah 240 menit. Rincian
alokasi waktu dapat dilihat pada setiap tahapan pelaksanaan sesi ini.
e. Hasil Pelatihan
1) LK daftar kesulitan, hambatan, masalah dalam proses
pembelajaran dan penilaian
2) LK Best Practise proses pembelajaran dan penilaian
3) LK Solusi terhadap kesulitan, hambatan, masalah dalam proses
pembelajaran dan penilaian
4) Rencana tindak lanjut / implementasi solusi atas hambatan dan
permasalahan dalam pembelajaran dan penilaian

f. Garis Besar Kegiatan


g. Perincian Langkah-langkah kegiatan
1) Introduction (10 Menit)

Catatan untuk Fasilitator


1. Pastikan peserta duduk dalam KELOMPOK
SEKOLAH dan tiap meja ada label
SEKOLAH 1, SEKOLAH 2, dst.
2. Pastikan di dinding sudah disiapkan ‘lokasi’ tempat
pajangan kelompok sekolah berupa kertas plano yang
ditempel dan di atasnya diberi nomor 1 (untuk
kelompok sekolah 1, 2, 3, dst.)

Fasilitator mengajak peserta berdoa sebelum kegiatan dimulai,


memperkenalkan diri dan menyampaikan latar belakang, tujuan, dan
garis besar langkah kegiatan

2) Connection (15 menit)


a) Fasilitator melakukan tanya-jawab dengan peserta
mengenai konsep PLC / Komunitas Belajar Profesional.
Ajukan pertanyaan apa, siapa, kapan dan mengapa?
b) Fasilitator mengajukan pertanyaan:
i. Apakah peserta sudah melakukan PLC secara rutin dan
berkesinambungan di sekolahnya?
ii. Apakah dalam melaksanakan PLC secara rutin
ditemukan hambatan, kesulitan?
iii. Apakah sudah ada best practise PLC?

(Peserta diminta menjawab secara LISAN dan fasilitator


mencatat dan menayangkannya di layar – Kolom kiri: sekolah
yang sudah melaksanakan PLC. Kolom kanan: sekolah yang
belum melaksanakan PLC. Jawaban peserta tidak perlu dibahas,
hanya untuk memfokuskan perhatian, konsentrasi peserta dan
mengawali kegiatan pada application).

h. Aplication (130 Menit)


1) Kegiatan 1 (100 Menit)
(diskusi kelompok sekolah). Mendiskusikan Bagaimana
melakukan PLC dilakukan di sekolah. Identifikasi masalah,
hambatan, kesulitan, solusi dan best practise Proses
Pembelajaran dan Penilaian.
(1) Fasilitator membagikan LKP 4.1 dan LKP 4.2
(2) Peserta berdiskusi dengan tahapan sebagai berikut:
(a) Aktifitas individu untuk Kepala Sekolah/Pengawas
Sekolah (40 Menit):
i. Masing-masing Kepala Sekolah melihat hasil
supervisi akademik yang telah dilakukan
terhadap guru. Kepala sekolah mengidentifikasi
hambatan, masalah dan best practise proses
pembelajaran dan penilaian
ii. Masing-masing Kepala Sekolah
mengidentifikasi solusi atas permasalahan yang
ada dalam proses pembelajaran dan penilaian
(b) Aktifitas diskusi antar Guru (40 menit):
i. Para Guru mengidentifikasi hambatan, masalah
dan best practise proses pembelajaran dan
penilaian
ii. Para Guru mengidentifikasi solusi atas
permasalahan yang ada dalam proses
pembelajaran dan penilaian
(c) Setelah selesai aktifitas individu, Pengawas Sekolah
diminta untuk berdiskusi dengan para guru dan kepala
sekolah yang satu sekolah (120 menit):
i. Pengawas Sekolah mempelajarai hasil LK para
guru
ii. Para Guru mempelajari hasil LK pengawas
sekolah
iii. Pengawas Sekolah bersama-sama para guru dan
kepala sekolah melakukan review dan diskusi
hasil kerja individu, untuk kemudian
menentukan solusi atas hambatan/permasalahan
yang ada
iv. Pengawas Sekolah, Kepala Sekolah dan para
guru menuangkan solusi atas permasalahan
dalam proses pembelajaran dan penilaian yang
ada di sekolahnya
v. Pengawas Sekolah, Kepala Sekolah dan para
guru membuat action plan untuk mencobakan
solusi yang sudah ditentukan / dipilih dalam
proses pembelajaran dan penilaian berikutnya
(3) Fasilitator memandu peserta dengan pertanyaan-
pertanyaan sebagai berikut:
(a) Apakah Guru, Kepala Sekolah dan Pengawas
Sekolah sudah melaksanakan PLC secara rutin dan
berkesinambungan di Sekolah Binaan?
(b) Faktor apa saja yang menyebabkan PLC tidak
dilaksanakan di sekolah binaan?
(c) Faktor apa saja yang mendukung pelaksanaan PLC
di sekolah binaan?
(d) Apakah para guru menemukan hambatan, masalah
dalam pelaksanaan proses pembelajaran? Jika ya,
masalah apa saja yang dihadapi oleh para guru?
(e) Apakah para guru menemukan hambatan, masalah
dalam pelaksanaan proses penilaian? Jika ya,
masalah apa saja yang dihadapi oleh para guru?
(f) Solusi apa saja yang bisa dihadirkan untuk
mengatasi hambatan, masalah dalam proses
pembelajaran?
(g) Solusi apa saja yang bisa dihadirkan untuk
mengatasi hambatan, masalah dalam proses
penilaian?
(h) Apakah sudah ada best practise dalam pelaksanaan
proses pembelajaran?
(i) Apakah sudah ada best practise dalam pelaksanaan
proses penilaian?

(Jawaban ditulis pada Lembar Kegiatan Peserta 4.1 dan 4.2 atau kertas plano)

Catatan untuk Fasilitator


1. Tiap kelompok harus mengkaji semua aspek
penerapan hasil pelatihan.
2. Pada saat mengisi LKP 4.1 dan 4.2 peserta harus
mengacu pada data dan fakta yang ada di sekolah.

(4) Mintalah masing-masing pengawas sekolah untuk


mencatat hasil diskusi pada LKP 4.1 dan 4.2 dalam bentuk
soft file.

2) Kegiatan 2 (30 Menit)


Presentasi hasil diskusi PLC di Sekolah Binaan.
a) Fasilitator meminta 2 (dua) kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusinya. Masing-masing
kelompok diberi waktu 10 menit untuk presentasi.
b) Fasilitator meminta peserta lainnya untuk
membandingkan hasil kelompoknya dengan yang
dipresentasikan oleh 2 kelompok tersebut
c) Setelah kelompok presentasi, fasilitator mempersilahkan
peserta lainnya untuk menanggapi atau mengajukan
pertanyaan. Waktu sesi ini adalah 10 menit.

i. Reflection (10 menit)


1) Fasilitator meminta peserta secara pleno untuk memeriksa
ketercapaian tujuan pembelajaran sesi ini.
2) Fasilitator meminta peserta untuk menyampaikan hal yang
masih perlu diperjelas.

j. Extention/Penguatan (15 menit)


Fasilitator menyampaikan bahwa:
1) Pelatihan yang hasilnya tidak diterapkan adalah pelatihan yang
sia-sia.
2) Upaya sungguh-sungguh dari semua pihak diperlukan supaya
hasil pelatihan bisa membawa perubahan di sekolah ke arah
yang lebih baik.
3) Kendala dan hambatan bukanlah halangan, melainkan sebuah
tantangan untuk dihadapi bagi kemajuan sekolah.
4) Belajarlah dari sekolah lain tentang keberhasilan dan cara
mengatasi masalah untuk selanjutnya diadaptasi bagi kemajuan
sekolahnya.
Lembar Kerja Peserta 4.1
Hasil Kerja Individu
Faktor Kekurangberhasilan Faktor
Aspek Evaluasi Keberhasilan Solusi
Pendukung (hambatan, masalah) Penyebab
E. Program Pembelajaran (RPP)
5. Kemampuan Guru dalam
melakukan analisis KD
6. Kemampuan Guru menyusun
IPK dan Tujuan
Pembelajaran
7. Kemampuan Guru dalam
menyusun bahan ajar, media
pembeajaran, model
pembelajaran, LKS
8. Kemampuan guru dalam
menyusun instrumen
penilaian hasil belajar

F. Pelaksanaan Proses
Pembelajaran
6. Kemampuan guru dalam
mengoperasionalkan RPP
7. Kemampuan guru dalam
mempraktekkan
pembelajaran abad 21 yang
mengutamakan 4C
Faktor Kekurangberhasilan Faktor
Aspek Evaluasi Keberhasilan Solusi
Pendukung (hambatan, masalah) Penyebab
8. Kemampuan guru dalam
mengenali perbedaan
individu (bakat, minat,
kapasitas belajar, gaya
belajar)
9. Kemampuan guru dalam
pengelolaan kelas
10. Pelaksanaan refleksi pasca
proses pembelajaran

G. Hasil Proses Pembelajaran


3. Berdasarkan analisis hasil
penilaian peserta didik,
apakah peserta didik
mengalami kesulitan
belajar?
4. Berdasarkan hasil penilaian
peserta didik, apakah bahan
ajar, media pembelajaran,
metode, model
pembelajaran, LKS, sudah
sempurna?
H. Kemampuan guru dalam
melaksanakan penilaian
9. Kemampuan guru dalam
menyusun tujuan penilaian
Faktor Kekurangberhasilan Faktor
Aspek Evaluasi Keberhasilan Solusi
Pendukung (hambatan, masalah) Penyebab
10. Kemampuan guru dalam
menyusun kisi-kisi penilaian
11. Kemampuan guru dalam
menyusun instrumen
penilaian
12. Kemampuan guru dalam
menilai / mereview kualitas
instrumen penilaian
13. Pelaksanaan penilaian hasil
belajar oleh guru
14. Kemampuan guru dalam
melakukan analisis hasil
penilaian
15. Kemampuan guru dalam
menyusun program
tindaklanjut hasil penilaian
16. Kemampuan guru dalam
melaksanakan program
tindaklanjut hasil penilaian
LKP 4.2
Hasil Diskusi Kepala Sekolah dan Para Guru

Kekurangberhasilan
(hambatan, masalah) Proses Faktor Penyebab Solusi KS Solusi Para Guru Solusi Hasil Diskusi
Pembelajaran dan Penilaian
LKP 4.3
Hasil Diskusi Kepala Sekolah dan Para guru

Rencana Implementasi Solusi oleh


Keberhasilan dalam Proses
Faktor Pendukung Rencana Desiminasi Guru (mencobakan solusi untuk
Pembelajaran dan Penilaian
mengatasi hambatan / masalah)
LKP 4.4
Rencana Tindak Lanjut

Kekurangberhasilan
Solusi untuk mengatasi Rencana Implementasi
(hambatan, masalah) Proses Faktor Penyebab Monev
hambatan dan masalah oleh Guru
Pembelajaran dan Penilaian
4. Monitoring dan Evaluasi
a. Rasional Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dan evaluasi dilakukan untuk memastikan bahwa
pelaksanaan peningkatan mutu berjalan sesuai rencana yang telah
disusun. Monitoring dan evaluasi ini dilakukan untuk memastikan
bahwa solusi atas hambatan dan permasalahan yang dialami oleh
guru pada proses sebelumnya dapat efektif mencapai tujuan
pembelajaran. Monitoring merupakan kegiatan untuk mengetahui
apakah program yang dibuat itu berjalan dengan baik sebagaimana
mestinya sesuai dengan yang direncanakan, mengetahui hambatan
yang terjadi dan mengatasi hambatan tersebut. Monitoring
bertujuan mendapatkan umpan balik bagi kebutuhan program yang
sedang berjalan, dengan mengetahui kebutuhan ini pelaksanaan
program akan segera mempersiapkan kebutuhan tersebut.
Evaluasi merupakan tahapan yang berkaitan erat dengan kegiatan
monitoring, karena kegiatan evaluasi dapat menggunakan data
yang disediakan melalui kegiatan monitoring. Evaluasi diarahkan
untuk mengendalikan dan mengontrol ketercapaian tujuan.
Evaluasi dilakukan terhadap keseluruhan program setelah program
selesai. Evaluasi melihat keberhasilan program dan menilai apakah
program tersebut merupakan cara terbaik untuk mencapai tujuan.
Tujuan evaluasi adalah untuk menilai keefektifan program, melihat
dampak, memperkuat atau meningkatkan akuntabilitas, serta untuk
mendapatkan masukan terhadap pengambilan keputusan.

Monitoring dan evaluasi program sekolah dilakukan melalui tahapan


persiapan, pelaksanaan, dan pelaporan. Penyusunan program
monitoring dan evaluasi dikembangkan berdasarkan aspek-aspek
yang sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan (SNP). Salah satu
kegiatan yang penting dalam tahap persiapan adalah
mengembangkan instrument/alat yang dibutuhkan untuk
mengumpulkan data monitoring dan evaluasi. Instrumen yang dapat
digunakan dalam mengumpulkan data monev adalah angket,
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Pelaksanaan kegiatan
monitoring dilakukan oleh tim penjaminan mutu sekolah.
Pelaksanaan melibatkan warga sekolah yang telah ditetapkan
sebagai responden, antara lain kepala sekolah, guru, dan siswa.
Luaran dari kegiatan ini adalah laporan pelaksanaan pemenuhan
standar nasional pendidikan. Selain itu juga rekomendasi tindakan
perbaikan jika ditemukan adanya penyimpangan dari rencana dalam
pelaksanaan perbaikan proses pembelajaran dan penilaian. Dengan
demikian ada jaminan kepastian terjadinya peningkatan mutu
berkelanjutan.
Monitoring dan evaluasi disini difokuskan pada upaya implementasi
solusi atas masalah yang ditemui pada proses pembelajaran dan
penilaian sebelumnya. Monev dilakukan oleh Tim Penjaminan Mutu
Pendidikan Sekolah (TPMPS). Monitoring dilakukan pada saat
pelaksanaan kegiatan, sedangkan evaluasi dilakukan pasca kegiatan.

Pelaksanaan monitoring dan evaluasi implementasi perbaikan proses


pembelajaran dan penilaian di Sekolah dapat dilakukan dengan
siklus sebagai berikut:

Monitoring dan
Solusi
Evaluasi oleh
Program Implementasi TPMPS
Perbaikan Perbaikan
Proses
Pembelajaran

Best Practise Rekomendasi


Perbaikan

b. Tujuan
1) TPMPS dapat memahami konsep Monitoring dan Evaluasi
2) TPMPS mampu melakukan Monev Implementasi Perbaikan
Proses Pembelajaran dan Penilaian

c. Sumber dan Bahan


1) Bahan tayang Materi 5
2) Bahan Bacaan Materi 5
3) Hasil PLC berupa identifikasi hambatan, masalah, dan faktor
penyebab hambatan/masalah
4) Hasil PLC berupa identifikasi best practise proses pembelajaran
dan Penilaian
5) Lembar Kerja Materi 5
6) ATK
d. Waktu Penyampaian Materi 5
Waktu yang disediakan untuk kegiatan ini adalah 240 menit. Rincian
alokasi waktu dapat dilihat pada setiap tahapan pelaksanaan sesi ini.

e. Hasil Pelatihan Materi 5


1) LK daftar kesulitan, hambatan, masalah dalam proses
pembelajaran dan penilaian
2) LK Best Practise proses pembelajaran dan penilaian
3) LK Solusi terhadap kesulitan, hambatan, masalah dalam proses
pembelajaran dan penilaian
4) Rencana tindak lanjut / implementasi solusi atas hambatan dan
permasalahan dalam pembelajaran dan penilaian
5) Instrumen Monitoring dan Evaluasi

f. Garis Besar Kegiatan

Introduction Connection Aplication Reflection Extention

10 menit 15 menit 190 Menit 10 Menit 15 Menit


Tanya-jawab Kegiatan 1 (150 Menit) (Perorangan) Fasilitator
Fasilitator
dengan (diskusi kelompok Peserta memberi
menyampaikan
peserta, sekolah). Mendiskusikan menuliskan penguatan
latar belakang,
identifikasi Pengalaman di sekolah hal-hal yang terkait
tujuan, dan
hasil pelatihan dalam mengembangkan dipetik dari pentingnya
garis besar
Materi 1, 2,3 melakukan monev. pelajaran sesi Monev
langkah
kegiatan. dan 4 dan Identifikasi solusi unit ini. kegiatan
implementasi perbaikan proses untuk
monev di pembelajaran dan meningkatkan
sekolah penilaian serta identifikasi mutu layanan
best practise yang akan proses
dicobakan oleh guru dalam pembelajaran
proses pembelajaran dan dan penilaian.
penilaian

Kegiatan 2 (40 Menit)


Presentasi rencana monev
di sekolah.
g. Perincian Langkah-langkah kegiatan

1) Introduction (10 Menit)

Catatan untuk Fasilitator


1. Pastikan peserta duduk dalam KELOMPOK
SEKOLAH dan tiap meja ada label SEKOLAH 1,
SEKOLAH 2, dst.
2. Pastikan di dinding sudah disiapkan ‘lokasi’
tempat pajangan kelompok sekolah berupa
kertas plano yang ditempel dan di atasnya diberi
nomor 1 (untuk kelompok sekolah 1, 2, 3, dst.)

Fasilitator mengajak peserta berdoa sebelum kegiatan dimulai,


memperkenalkan diri dan menyampaikan latar belakang, tujuan,
dan garis besar langkah kegiatan

2) Connection (15 menit)

a) Fasilitator melakukan tanya-jawab dengan peserta


mengenai konsep monitoring dan evaluasi. Ajukan
pertanyaan apa, siapa, kapan dan mengapa?
b) Fasilitator mengajukan pertanyaan:
i. Apakah peserta sudah melakukan monitoring dan
evaluasi secara rutin dan berkesinambungan terhadap
kegiatan-kegiatan di sekolahnya?
ii. Apakah dalam melaksanakan monitoring dan evaluasi
secara rutin ditemukan hambatan, kesulitan?

(Peserta diminta menjawab secara LISAN dan fasilitator


mencatat dan menayangkannya di layar – Kolom kiri: sekolah
yang sudah melaksanakan monitoring dan evaluasi. Kolom
kanan: sekolah yang belum melaksanakan monitoring dan
evaluasi. Jawaban peserta tidak perlu dibahas, hanya untuk
memfokuskan perhatian, konsentrasi peserta dan mengawali
kegiatan pada application).
3) Aplication (130 Menit)
a) Kegiatan 1 (150 Menit)
(diskusi kelompok sekolah). Mendiskusikan Bagaimana
melakukan monitoring dan evaluasi di sekolah.
(1) Fasilitator membagikan LKP 5.1 dan LKP 5.2
(2) Peserta berdiskusi dengan tahapan sebagai berikut:
(a) TPMPS mempelajarai hasil PLC
(b) TPMPS merumuskan fokus Monev (hambatan
dan masalaha yang diuoayakan solusinya)
(c) TPMPS menyusun kisi-kisi monev
(d) TPMPS menyusun instrumen monev
(e) TPMPS menyusun jadual monev
(3) Fasilitator memandu peserta dengan pertanyaan-
pertanyaan sebagai berikut:
(a) Apakah sudah teridentifikasi best practise
pembelajjaran dan penlaian?
(b) Apakah sudah ada rencana implementasi best
practise oleh guru lainnya?
(c) Apakah sudah ada solusi atas hambatan/masalah
yang dialami oleh para guru dalam pembelajaran
dan penilaian?
(d) Apakah sudah ada rencana implementasi solusi
dalam memperbaiki pembelajaran dan penilaian?
(e) Apakah sudah ditentukan fkus monev
pembelajaran dan penilaian?
(f) Apakah sudah disusun kisi-kisis monev?
(g) Apakah sudah disusun instrumren monev?
(h) Apakah TPMPS sudah memiliki jadual monev?

(Jawaban ditulis pada Lembar Kegiatan Peserta 5.1 dan 5.2 atau kertas plano)

Catatan untuk Fasilitator


1. Tiap kelompok harus mengkaji semua aspek
penerapan hasil pelatihan.
2. Pada saat mengisi LKP 4.1 dan 4.2 peserta harus
mengacu pada data dan fakta yang ada di sekolah.

(4) Mintalah masing-masing kepala sekolah untuk


mencatat hasil diskusi pada LKP 5.1 dan 5.2 dalam
bentuk soft file.
b) Kegiatan 2 (40 Menit)
Presentasi hasil diskusi Monev implementasi perbaikan
proses pembelajaran dan penilaian di Sekolah.
(1) Fasilitator meminta 2 (dua) kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusinya. Masing-masing
kelompok diberi waktu 10 menit untuk presentasi.
(2) Fasilitator meminta peserta lainnya untuk
membandingkan hasil kelompoknya dengan yang
dipresentasikan oleh 2 kelompok tersebut
(3) Setelah kelompok presentasi, fasilitator
mempersilahkan peserta lainnya untuk menanggapi
atau mengajukan pertanyaan. Waktu sesi ini adalah 10
menit.

4) Reflection (10 menit)


a) Fasilitator meminta peserta secara pleno untuk memeriksa
ketercapaian tujuan pembelajaran sesi ini.
b) Fasilitator meminta peserta untuk menyampaikan hal yang
masih perlu diperjelas.

5) Extention/Penguatan (15 menit)


Fasilitator menyampaikan bahwa:
a) Pelatihan yang hasilnya tidak diterapkan adalah pelatihan
yang sia-sia.
b) Upaya sungguh-sungguh dari semua pihak diperlukan
supaya hasil pelatihan bisa membawa perubahan di sekolah
ke arah yang lebih baik.
c) Kendala dan hambatan bukanlah halangan, melainkan
sebuah tantangan untuk dihadapi bagi kemajuan sekolah.
d) Belajarlah dari sekolah lain tentang keberhasilan dan cara
mengatasi masalah untuk selanjutnya diadaptasi bagi
kemajuan sekolahnya.
Lembar Kerja Peserta 5.1
Hasil Kerja Individu
Kekurangberhasilan
Rencana Implementasi Untuk
(hambatan, masalah)
Faktor Penyebab Solusi Memperbaiki Proses Pembelajaran
Dalam Pembelajaran
dan Penilaian
dan Penilaian
LKP 5.2
Penentuan Fokus dan Kisi-kisi Instrumen Monev

Rencana Implementasi Untuk Indikator Keberhasilan Nomor Butir


Cara Mengukur Indikator Bentuk Instrumen
Memperbaiki Proses Perabaikan Proses Instrumen
Keberhasilan Monev
Pembelajaran dan Penilaian Pembelajaran dan Penilaian Monev
LKP 5.3
Penyusunan Instrumen Monev

Indikator Keberhasilan Perabaikan Proses


Butir Instrumen Monev
Pembelajaran dan Penilaian
LKP 5.4
Rencana Tindak Lanjut

Hambatan dan Masalah Best practise hasil


Ketercapaian Tujuan
pada saat implementasi implementasi perbaikan
Perbaikan Proses Rekomendasi perbaikan
perbaikan proses proses pembelajaran dan
Pembelajaran
pembelajaran dan penilaian penilaian
Bahan Presentasi Materi 5

Anda mungkin juga menyukai