KEMENTERIAN AGAMA
BALAI DIKLAT KEAGAMAAN DENPASAR
2020
PEMBUATAN VIDEO PEMBELAJARAN
A. Latar Belakang
B. Media Pembelajaran
Kata “media” berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata
“medium”, yang secara harfiah berarti “perantara atau pengantar”. Menurut Djamaran dan
Aswan (2010:120), media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur
pesan. Bila media adalah sumber belajar, maka secara luas media dapat diartikan dengan
HISAN 1
manusia, benda, ataupun peristiwa yang memungkingkan anak didik memperoleh
pengetahuan dan keterampilan.
HISAN 2
mengurangi terjadinya verbalisme; dan (7) mengatasi keterbatasan ruang, waktu,
tenaga, dan daya indra.
Peranan media tidak akan terlihat bila penggunaannya tidak sejalan dengan isi
dari tujuan pengajaran yang telah dirumuskan. Karena itu, tujuan pengajaran harus
dijadikan sebagai pangkal acuan untuk menggunakan media. Manakala diabaikan, maka
media bukan lagi sebagai alat bantu pengajaran, tetapi sebagai penghambat dalam
pencapaian tujuan secara efektif dan efisien. Sehingga dapat dipahami bahwa media
adalah alat baku yang dapat dijadikan sebagai acuan atau juga sebagai penyalur pesan
untuk mencapai tujuan pembelajaran.
C. Video Pembelajaran
HISAN 3
yang bergerak. Jika objek pada animasi adalah buatan, maka objek pada video adalah
nyata.
Sementara itu menurut Arsyad dalam Rusman dkk (2011:218) Video merupakan
serangkaian gambar gerak yang disertai suara yang membentuk suatu kesatuan yang
dirangkai menjadi alur, dengan pesan-pesan di dalamnya untuk ketercapaian tujuan
pembelajaran yang disimpan dengan proses penyimpanan pada media pita atau disk.
Sedangkan menurut Sadiman (2008:74), video merupakan media audio visual yang
menampilkan gerak.
a. Teks
Teks terdiri dari unit-unit bahasa dalam penggunaannya. Unit-unit bahasa tersebut
adalah merupakan unit gramatikal seperti klausa atau kalimat namun tidak pula
didefenisikan berdasarkan ukuran panjang kalimatnya. Teks terkadang pula
digambarkan sebagai sejenis kalimat yang super yaitu sebuah unit gramatikal yang
lebih panjang dari pada sebuah kalimat yang saling berhubungan satu sama lain.
b. Gambar (Image)
Gambar dapat meringkas dan menyajikan data kompleks dengan cara yang baru dan
lebih berguna. Sering dikatakan bahwa sebuah gambar mampu menyampaikan seribu
kata tapi, itu hanya berlaku ketika kita bisa menampilkan gambar yang diinginkan saat
kita memerlukannya. Gambar juga bisa berfungsi sebagai ikon, yang bila dipadu
dengan teks, menunjukkan berbagai opsi yang bisa dipilih (select) atau gambar bisa
muncul full-screen menggantikan teks, tapi tetap memiliki bagian-bagian tertentu
yang berfungsi sebagai pemicu yang bila diklik akan menampilkan objek atau event
multimedia lain (Suyanto,2003:261).
HISAN 4
c. Suara (Audio)
Pengertian suara (audio) menurut Suyanto, 2003:273 adalah sesuatu yang disebabkan
perubahan tekanan udara yang menjangkau gendang telinga manusia. Audio terdiri
dari beberapa jenis yaitu Waveform Audio, Format DAT, Format MIDI, Audio CD,
MP3
d. Animasi
Pemakaian animasi dalam komputer telah dimulai dengan ditemukannya software
komputer yang dapat digunakan dalam berbagai keperluan seperti melakukan ilustrasi
di komputer, serta membuat perubahan antara gaambar satu ke gambar berikutnya
sehingga dapat terbentuk satu gabungan yang utuh.
Video juga bisa dimanfaatkan untuk hampir semua topik, tipe pebelajar, dan
setiap ranah: kognitif, afektif, psikomotorik, dan interpersonal. Pada ranah kognitif,
pebelajar bisa mengobservasi rekreasi dramatis dari kejadian sejarah masa lalu dan
rekaman aktual dari peristiwa terkini, karena unsur warna, suara dan gerak di sini mampu
membuat karakter berasa lebih hidup. Selain itu menonton video, setelah atau sebelum
membaca, dapat memperkuat pemahaman siswa terhadap materi ajar.
Pada ranah afektif, video dapat memperkuat siswa dalam merasakan unsur emosi
dan penyikapan dari pembelajaran yang efektif. Hal ini tidak dapat dilepaskan dari
potensi emosional impact yang dimiliki oleh video, di mana ia mampu secara langsung
membetot sisi penyikapan personal dan sosial siswa. Membuat mereka tertawa terbahak-
bahak (atau hanya tersenyum) karena gembira, atau sebaliknya menangis berurai air mata
karena sedih. Dan lebih dari itu, menggiring mereka pada penyikapan seperti menolak
ketidakadilan, atau sebaliknya pemihakan kepada yang tertindas.
HISAN 5
Pada ranah psikomotorik, video memiliki keunggulan dalam memperlihatkan
bagaimana sesuatu bekerja. Misalnya dalam mendemonstrasikan bagaimana tata cara
merangkai bunga, membuat origami pada anak-anak TK, atau memasak pada pelajaran
tata boga dan lain sebagainya. Semua itu akan terasa lebih simpel, mendetail, dan bisa
diulang-ulang. Video pembelajaran yang merekam kegiatan motorik siswa juga
memberikan kesempatan pada mereka untuk mengamati dan mengevaluasi kerja
praktikum mereka, baik secara pribadi maupun feedback dari teman-temannya.
Selain dari kelebihan di atas, Binus University (2019) menjelaskan bahwa yang
menjadi kelebihan video bila digunakan saat belajar, antara lain:
3. Mudah Dimengerti
Video untuk belajar dibuat dengan gambar yang bersifat realistis, didukung dengan
desain grafis dan minim teks sehingga memudahkan peserta memahami informasi
HISAN 6
yang disampaikan. Pelajar mengamati gambar yang diperlihatkan, mengasimilasi
nilai pengetahuan dan menyerap keterampilan yang disajikan dengan lebih mudah.
4. Mendukung Pembelajaran Aktif
Video interaktif memberikan kesempatan bagi pelajar untuk berperan aktif saat
belajar. Video interaktif baru bisa berjalan apabila ada respon atau interaksi dari
peserta yang menggunakannya. Tentunya dengan aktif memberikan pengalaman
langsung yang tentunya akan diingat oleh peserta tersebut.
Jika ingin menggunakan media video untuk pembelajaran, akan lebih baik kalau
anda dapat memproduksinya sendiri, karena sebagai pengajar, Andalah yang mengerti
topik dan ranah kompetensi yang ingin dicapai, sehingga media video sesuai dengan
yang diinginkan. Untuk membuat video yang dimanfaatkan dalam pembelajaran,
tentunya berbeda dalam pembuatan video untuk keperluan pribadi. Banyak hal harus
diperhatikan dalam pembuatan video pembelajaran. Salah satunya adalah aspek-aspek
pengajaran (seperti yang dijelaskan Gagne, 1985) yaitu menarik perhatian, menyebutkan
tujuan pembelajaran, menstimulasi penarikan kembali prasyarat pembelajaran,
menyajikan materi, menyediakan bimbingan pembelajaran, memunculkan kinerja peserta
didik, memberikan umpan balik, menilai kinerja, dan meningkatkan retensi dan transfer.
Aspek yang dinilai penting dalam pembuatan video pembelajaran di antaranya
adalah penyajian materi yang benar, teknik penyampaian yang tepat, dan produksi video
dengan kualitas yang optimal. Selain itu durasi video juga mempengaruhi tingkat
ketertarikan penonton (Kim, Guo, Seaton, Mitros, Gajos, & Miller, 2014), selain tentu
saja aspek konten, bentuk media video, penggunaan warna, musik, ilustrasi, presenter,
penggunaan bahasa, dan penugasan melalui video. Selain itu, jenis produksi video yang
dibuat dapat dalam bentuk perekaman papan tulis, lapangan, slide, dan studio. Menurut
Guo, Kim & Rubin (2014) jenis produksi perekaman lapangan, studio, dan papan tulis
sangat efektif digunakan untuk menarik perhatian penonton karena penonton dapat
melihat langsung pengajar pada video.
Selanjutnya menurut Woolfitt (2015), agar video pembelajaran efektif, perlu
memperhatikan beberapa kreteria, yaitu: pertama, video memiliki fungsi tertentu untuk
meningkatkan pengalaman pembelajaran. Sehingga, perancang video perlu
memperhatikan apa saja fitur yang terdapat dalam video. Kriteria keefektivan yang kedua
HISAN 7
adalah, video dianggap efektif jika dikaitkan dengan tujuan pembelajaran. Kriteria ketiga
adalah terdapat efek pembelajaran yang bergantung pada individu (siswa). Sehingga
diperlukan strategi untuk belajar secara efektif dan mandiri dari video.
HISAN 8
e. Membuat Script atau Storyboard yang ditulis tangan atau bisa juga diketik dalam
Microsoft Word atau aplikasi lain. Hal ini penting dilakukan supaya pada saat
proses rekaman bisa lancar dan tidak kebanyakan mikir.
2. Kebutuhan Hardware
Untuk kebutuhan hardware tentu disesuaikan dengan konten yang akan dibuat dan
juga dana yang ada untuk menyediakan hardwarenya. Selain komputer atau laptop,
persiapan mini studio untuk tempat rekaman adalah hal penting, dengan beberapa
peralatan berikut: Microphone Condenser, Stand Mic, Mouse, Wacom Pen Tablet jika
akan menulis di layar dan dibutuhkan kamera jika ingin membuat konten Free
Recording atau Top Recording.
3. Kebutuhan Software
Untuk jenis software ini disesuaikan dengan delivery style atau bagaimana kita akan
menyampaikan materinya. Untuk Screen Casting bisa menggunakan Camtasia,
CamStudio atau OBS. Untuk Camtasia sendiri sudah dilengkapi dengan software
recorder dan Video Editor, sehingga software ini cukup mudah dan banyak digunakan
oleh para pembuat video pembelajaran berbasis Screen Casting. Namun jika
membutuhkan Video Editor yang lebih mumpuni, untuk mengedit video hasil
rekaman kamera (Free Recording atau Top Recording) maha software yang lumayan
ringan dan mudah digunakan ada Wondershare Filmora. Kalau mau yang lebih
profesional lagi kalian bisa menggunakan Adobe Premiere.
HISAN 9
Daftar Pustaka
.
Aspriyono. 2019. Cara Mudah Membuat Konten Video Pembelajaran. Terdia pada:
https://www.hariaspriyono.com/2019/09/cara-mudah-membuat-konten-video-
pembelajaran-youtube.html. Diakses pada: 20 Juni 2020
Binus. 2019. Mengenal Metode Belajar “Video Based Learning” tersedia pada:
https://binus.ac.id/knowledge/2019/10/mengenal-metode-belajar-video-based-learning/
diakses 9 Juni 2020
Gagné, R. M. (1985). The Conditions of Learning. New York, NY: Holt, Rinehart and
Winston.
Kim, J., Guo, P. J., Seaton, D. T., Mitros, P., Gajos, K. Z., & Miller, R. C. (2014, March).
Understanding in-video dropouts and interaction peaks inonline lecture videos.
In Proceedings of the first ACM conference on Learning@ scale conference (pp. 31-
40). ACM.
Munadi, Yudhi. 2008. Media Pembelajaran, Sebuah Pendekatan Baru, Gaung Persada Press,
Ciputat.
Munadi, Yudhi. 2012. Media Pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada Press Jakarta.
Rusman. (2009). Manajemen Kurikulum (Seri Manajemen Sekolah Bermutu). Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.
Rusman. (2012). Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer: Mengembangkan
Profesionalisme Guru Abad 21. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Salim, Peter. 1996. The Contemporary English-Indonesian Distionary. Modern English
Press. Jakarta.
Setyosari, Punaji & Sihkabuden. 2005. Media Pembelajaran. Penerbit Elang Mas. Malang
Smaldino, Sharon E, dkk. 2008. Instructional Technology and Media for Learning. Pearson
Merrill Prentice Hall. Ohio.
Syaiful Bahri Djamaran dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2010), hlm.120.
Tim Penyusun, 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta
Trianto. (2009). Mendesain model pembelajaran inovativ-progresif. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
Waldopo Drs. M.Pd. “Teknik Menulis Naskah Untuk Program Audio Pembelajaran”, Pusat
Teknologi Informasi dan Komunikasi Komunikasi Pendidikan, Jakarta, 2006.
Winataputra, U. S., et al. (2008). Teori belajar dan pembelajaran. Jakarta: Penerbit
Universitas Terbuka.
HISAN 10