Anda di halaman 1dari 11

BAHAN AJAR

PEMBUATAN VIDEO PEMBELAJARAN


DIKLAT TEKNIS SUBSTANTIF MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS TIK
KEMENTERIAN AGAMA PROV. BALI, NTB DAN NTT

Ahmad Hisan, S.Ag., M.Pd

KEMENTERIAN AGAMA
BALAI DIKLAT KEAGAMAAN DENPASAR
2020
PEMBUATAN VIDEO PEMBELAJARAN

A. Latar Belakang

Pesatnya perkembangan teknologi digital ikut berperan dalam membuat semakin


populernya video. Banyak sekali konten video yang dimanfaatkan oleh semua orang
dalam berbagai format dan jalur distribusi. Bisa dikatakan bahwa saat ini video adalah
bagian tak terpisahkan dari kehidupan dan budaya setiap lapisan masyarakat.

Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, saat ini


penggunaan media pendidikan, khususnya media video pembelajaran sudah merupakan
suatu tuntutan yang mendesak. Hal ini disebabkan sifat pembelajaran yang semakin
kompleks. Terdapat berbagai tujuan belajar yang sulit dicapai hanya dengan
mengandalkan penjelasan guru. Oleh karena itu, agar pembelajaran dapat mencapai hasil
yang maksimal diperlukan adanya pemanfaatan media video pembelejaran.

Lahirnya platform penyebaran video berbasis internet seperti YouTube membuat


video semakin mudah diakses oleh siapapun dan dari manapun. Jutaan bahkan milyaran
penduduk dunia mengakses video tiap harinya. Mereka mengakses video ini dengan
berbagai macam tujuan, mulai dari sekadar untuk hiburan sampai keperluan
pembelajaran.

Seorang guru, di dalam melaksanakan kompetesi pedagogik dituntut untuk


memiliki kemampuan secara metodologis dalam hal perancangan dan pelaksanaan
pembelajaran. Termasuk di dalamnya penguasaan, pemanfaatan dan penciptaan media
pembelajaran yang sesuai. Penggunaan media pembelajaran disadari akan sangat
membantu aktivitas pembelajaran, baik di dalam maupun di luar kelas. Namun, tidak bisa
dipungkiri, bahwa di dalam implementasinya, tidak banyak guru yang mampu
merancang, mencipta atau mempergunakan media pembelajaran secara optimal.

B. Media Pembelajaran

Kata “media” berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata
“medium”, yang secara harfiah berarti “perantara atau pengantar”. Menurut Djamaran dan
Aswan (2010:120), media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur
pesan. Bila media adalah sumber belajar, maka secara luas media dapat diartikan dengan

HISAN 1
manusia, benda, ataupun peristiwa yang memungkingkan anak didik memperoleh
pengetahuan dan keterampilan.

Pendapat lain oleh (Munadi, 2012:8) yang mengemukakan media merupakan


segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara
terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif dan dapat melakukan proses
belajar secara efisien dan efektif. Pembelajaran adalah serangkaian aktivitas yang sengaja
diciptakan dengan maksud untuk memudahkan terjadinya proses belajar pada siswa. Hal
ini sejalan dengan dengan pernyataan Gagne, Briggs & Wager (Winataputra, 2008: 19)
menyatakan bahwa pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk
memfasilitasi proses belajar pada siswa. Definisi lain dikemukakan oleh Trianto (2009:
17) bahwa pembelajaran merupakan usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan
siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka
mencapai tujuan yang diharapkan. Media pembelajaran mempunyai kedudukan penting
untuk mencapai keberhasilan proses pembelajaran. Media pembelajaran dapat
memfasilitasi pencapaian tujuan pembelajaran yang spesifik Sejalan dengan Kemp &
Dayton (Rusman, 2009: 154) menyatakan bahwa, kontribusi media terhadap proses
pembela jaran adalah: (1) penyampaian pesan dapat lebih terstandar; (2) pembelajaran
dapat lebih menarik; (3) pembelajaran menjadi lebih interaktif; (4) waktu pelaksanaan
pembelajaran dapat diperpendek; (5) kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan; (6)
proses pembelajaran dapat berlangsung kapan pun dan di mana pun diperlukan; (7) sikap
positif peserta didik terhadap materi pembelajaran serta proses pembelajaran dapat
ditingkatkan; dan (8) peran guru berubah ke arah yang positif.

Media pembelajaran merupakan salah satu faktor penting dalam peningkatan


kualitas pembelajaran. Hal tersebut di sebabkan karena adanya perkembangan teknologi
dalam bidang pendidikan yang menuntun efesiensi dan efektivitas dalam pembelajaran.
Untuk mencapai tingkat efesiensi dan efektivitas yang optimal, salah satu upaya yang
perlu dilakukan adalah mengurangi bahkan jika perlu menghilangkan dominasi sistem
penyampaian pelajaran yang bersifat verbalistik dengan cara menggunakann media
pembelajaran.
Fungsi mendasar suatu media pembela jaran adalah sebagai penyampai materi
pembelajaran dari sumber belajar ke pembelajar. Rusman (2012:162) menyebutkan
rincian fungsi media pembelajaran, yaitu: (1) sebagai alat bantu yang mampu
memperjelas, mempermudah, dan mempercepat penyampaian materi pembelajaran; (2)
sebagai komponen dari sub sistem pembelajaran; (3) sebagai pengarah pembelajaran; (4)
sebagai pembangkit motivasi dan perhatian; (5) meningkatkan hasil pembelajaran; (6)

HISAN 2
mengurangi terjadinya verbalisme; dan (7) mengatasi keterbatasan ruang, waktu,
tenaga, dan daya indra.

Peranan media tidak akan terlihat bila penggunaannya tidak sejalan dengan isi
dari tujuan pengajaran yang telah dirumuskan. Karena itu, tujuan pengajaran harus
dijadikan sebagai pangkal acuan untuk menggunakan media. Manakala diabaikan, maka
media bukan lagi sebagai alat bantu pengajaran, tetapi sebagai penghambat dalam
pencapaian tujuan secara efektif dan efisien. Sehingga dapat dipahami bahwa media
adalah alat baku yang dapat dijadikan sebagai acuan atau juga sebagai penyalur pesan
untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Dari pendapat tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa:


1. Media merupakan wadah dari pesan yang oleh sumber atau penyalurnya ingin
diteruskan kepada sasaran atau penerima pesan tersebut.
2. Materi yang ingin disampaikan adalah pesan pembelajaran, dan bahwa tujuan yang
ingin dicapai adalah terjadinya proses belajar mengajar.
3. Kecermatan dan ketetapan dalam pemilihan media akan menunjang efektivitas
kegiatan pembelajaran yang dilakukannya.

C. Video Pembelajaran

Video sebenarnya berasal dari bahasa Latin, video-vidi-visum yang artinya


melihat (mempunyai daya penglihatan); dapat melihat (K. Prent dkk., Kamus Latin-
Indonesia, 1969: 926). Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995: 1119) mengartikan video
dengan: 1) bagian yang memancarkan gambar pada pesawat televisi; 2) rekaman gambar
hidup untuk ditayangkan pada pesawat televisi. Senada dengan itu, Peter Salim dalam The
Contemporary English-Indonesian Dictionary (1996:2230) memaknainya dengan sesuatu
yang berkenaan dengan penerimaan dan pemancaran gambar. Tidak jauh berbeda dengan
dua definisi tersebut, Smaldino (2008: 374) mengartikannya dengan “the storage of
visuals and their display on television-type screen” (penyimpanan/perekaman gambar dan
penanyangannya pada layar televisi).

Penggunaan video pembelajaran akan memberikan pengalaman baru. Menurut


Munir (2012: 289), “Video adalah teknologi penangkapan, perekaman, pengolahan, dan
penyimpanan, pemindahan, dan perekonstruksian urutan gambar diam dengan
menyajikan adegan-adegan dalam gerak secara elektronik”. Video menyediakan
sumberdaya yang kaya dan hidup bagi aplikasi multimedia.Video merupakan gambar

HISAN 3
yang bergerak. Jika objek pada animasi adalah buatan, maka objek pada video adalah
nyata.
Sementara itu menurut Arsyad dalam Rusman dkk (2011:218) Video merupakan
serangkaian gambar gerak yang disertai suara yang membentuk suatu kesatuan yang
dirangkai menjadi alur, dengan pesan-pesan di dalamnya untuk ketercapaian tujuan
pembelajaran yang disimpan dengan proses penyimpanan pada media pita atau disk.
Sedangkan menurut Sadiman (2008:74), video merupakan media audio visual yang
menampilkan gerak.

Dari pengertian yang telah dijabarkan di atas, dapat disimpulkan Video


pembelajaran adalah suatu media yang dirancang secara sistematis dengan berpedoman
kepada kurikulum yang berlaku dan dalam pengembangannya mengaplikasikan prinsip-
prinsip pembelajaran sehingga program tersebut memungkinkan peserta didik mencemarti
materi pelajaran secara lebih mudah dan menarik.

D. UNSUR-UNSUR VIDEO PEMBELAJARAN

Unsur-unsur video yang diperlukan dalam pembuatan media pembelajaran antara


lain:

a. Teks

Teks terdiri dari unit-unit bahasa dalam penggunaannya. Unit-unit bahasa tersebut
adalah merupakan unit gramatikal seperti klausa atau kalimat namun tidak pula
didefenisikan berdasarkan ukuran panjang kalimatnya. Teks terkadang pula
digambarkan sebagai sejenis kalimat yang super yaitu sebuah unit gramatikal yang
lebih panjang dari pada sebuah kalimat yang saling berhubungan satu sama lain.

b. Gambar (Image)
Gambar dapat meringkas dan menyajikan data kompleks dengan cara yang baru dan
lebih berguna. Sering dikatakan bahwa sebuah gambar mampu menyampaikan seribu
kata tapi, itu hanya berlaku ketika kita bisa menampilkan gambar yang diinginkan saat
kita memerlukannya. Gambar juga bisa berfungsi sebagai ikon, yang bila dipadu
dengan teks, menunjukkan berbagai opsi yang bisa dipilih (select) atau gambar bisa
muncul full-screen menggantikan teks, tapi tetap memiliki bagian-bagian tertentu
yang berfungsi sebagai pemicu yang bila diklik akan menampilkan objek atau event
multimedia lain (Suyanto,2003:261).

HISAN 4
c. Suara (Audio)
Pengertian suara (audio) menurut Suyanto, 2003:273 adalah sesuatu yang disebabkan
perubahan tekanan udara yang menjangkau gendang telinga manusia. Audio terdiri
dari beberapa jenis yaitu Waveform Audio, Format DAT, Format MIDI, Audio CD,
MP3
d. Animasi
Pemakaian animasi dalam komputer telah dimulai dengan ditemukannya software
komputer yang dapat digunakan dalam berbagai keperluan seperti melakukan ilustrasi
di komputer, serta membuat perubahan antara gaambar satu ke gambar berikutnya
sehingga dapat terbentuk satu gabungan yang utuh.

E. Kelebihan Video Pembelajaran

Ada banyak kelebihan video ketika digunakan sebagai media pembelajaran di


antaranya menurut Nugent (2005) dalam Smaldino dkk. (2008: 310), video merupakan
media yang cocok untuk pelbagai milliu pembelajaran, seperti kelas, kelompok kecil,
bahkan satu siswa seorang diri sekalipun. Hal itu, tidak dapat dilepaskan dari kondisi
para siswa saat ini yang tumbuh berkembang dalam dekapan budaya televisi, di mana
paling tidak setiap 30 menit menayangkan program yang berbeda. Dari itu, video dengan
durasi yang hanya beberapa menit mampu memberikan keluwesan lebih bagi guru dan
dapat mengarahkan pembelajaran secara langsung pada kebutuhan siswa.

Video juga bisa dimanfaatkan untuk hampir semua topik, tipe pebelajar, dan
setiap ranah: kognitif, afektif, psikomotorik, dan interpersonal. Pada ranah kognitif,
pebelajar bisa mengobservasi rekreasi dramatis dari kejadian sejarah masa lalu dan
rekaman aktual dari peristiwa terkini, karena unsur warna, suara dan gerak di sini mampu
membuat karakter berasa lebih hidup. Selain itu menonton video, setelah atau sebelum
membaca, dapat memperkuat pemahaman siswa terhadap materi ajar.

Pada ranah afektif, video dapat memperkuat siswa dalam merasakan unsur emosi
dan penyikapan dari pembelajaran yang efektif. Hal ini tidak dapat dilepaskan dari
potensi emosional impact yang dimiliki oleh video, di mana ia mampu secara langsung
membetot sisi penyikapan personal dan sosial siswa. Membuat mereka tertawa terbahak-
bahak (atau hanya tersenyum) karena gembira, atau sebaliknya menangis berurai air mata
karena sedih. Dan lebih dari itu, menggiring mereka pada penyikapan seperti menolak
ketidakadilan, atau sebaliknya pemihakan kepada yang tertindas.

HISAN 5
Pada ranah psikomotorik, video memiliki keunggulan dalam memperlihatkan
bagaimana sesuatu bekerja. Misalnya dalam mendemonstrasikan bagaimana tata cara
merangkai bunga, membuat origami pada anak-anak TK, atau memasak pada pelajaran
tata boga dan lain sebagainya. Semua itu akan terasa lebih simpel, mendetail, dan bisa
diulang-ulang. Video pembelajaran yang merekam kegiatan motorik siswa juga
memberikan kesempatan pada mereka untuk mengamati dan mengevaluasi kerja
praktikum mereka, baik secara pribadi maupun feedback dari teman-temannya.

Sedangkan pada ranah meningkatkan kompetensi interpersonal, video


memberikan kesempatan pada mereka untuk mendiskusikan apa yang telah mereka
saksikan secara berjama’ah. Misalnya tentang resolusi konflik dan hubungan antar
sesama, mereka bisa saling mengobservasi dan menganalisis sebelum menyaksikan
tayangan video.

Selain dari kelebihan di atas, Binus University (2019) menjelaskan bahwa yang
menjadi kelebihan video bila digunakan saat belajar, antara lain:

1. Efektif dan Efisien


Belajar menggunakan video lebih efektif dalam menjelaskan suatu informasi yang
bersifat abstrak dalam waktu yang singkat. Semakin sedikit durasi dari video tersebut,
maka pembelajaran dapat lebih bermakna, karena peserta justru bisa lebih mudah
memahami dengan video yang singkat namun mencakup seluruh informasi,
dibandingkan dengan video durasi panjang yang cenderung memmbosankan. Saat ini
produksi video bisa dilakukan sendiri dengan biaya yang terjangkau, anda dapat
menggunakan kamera bahkan ponsel anda sendiri serta hasilnya pun dapat digunakan
berkali-kali.

2. Pengalaman Belajar yang Baru


Belajar menggunakan video akan memberikan pengalaman belajar yang baru bagi
peserta. Hal tersebut karena video dapat menghadirkan sentuhan hiburan saat belajar
sehingga proses belajar tidak harus selalu menegangkan dan membosankan.
Pengalaman baru akan lebih dirasakan lagi bila peserta tersebut disajikan video
interaktif. Keterlibatan peserta akan sangat dibutuhkan saat video tersebut dijalankan,
sehingga akan tertanam suatu pengalaman baru bagi peserta tersebut.

3. Mudah Dimengerti

Video untuk belajar dibuat dengan gambar yang bersifat realistis, didukung dengan
desain grafis dan minim teks sehingga memudahkan peserta memahami informasi

HISAN 6
yang disampaikan. Pelajar mengamati gambar yang diperlihatkan, mengasimilasi
nilai pengetahuan dan menyerap keterampilan yang disajikan dengan lebih mudah.
4. Mendukung Pembelajaran Aktif

Video interaktif memberikan kesempatan bagi pelajar untuk berperan aktif saat
belajar. Video interaktif baru bisa berjalan apabila ada respon atau interaksi dari
peserta yang menggunakannya. Tentunya dengan aktif memberikan pengalaman
langsung yang tentunya akan diingat oleh peserta tersebut.

F. Membuat Video Pembelajaran

Jika ingin menggunakan media video untuk pembelajaran, akan lebih baik kalau
anda dapat memproduksinya sendiri, karena sebagai pengajar, Andalah yang mengerti
topik dan ranah kompetensi yang ingin dicapai, sehingga media video sesuai dengan
yang diinginkan. Untuk membuat video yang dimanfaatkan dalam pembelajaran,
tentunya berbeda dalam pembuatan video untuk keperluan pribadi. Banyak hal harus
diperhatikan dalam pembuatan video pembelajaran. Salah satunya adalah aspek-aspek
pengajaran (seperti yang dijelaskan Gagne, 1985) yaitu menarik perhatian, menyebutkan
tujuan pembelajaran, menstimulasi penarikan kembali prasyarat pembelajaran,
menyajikan materi, menyediakan bimbingan pembelajaran, memunculkan kinerja peserta
didik, memberikan umpan balik, menilai kinerja, dan meningkatkan retensi dan transfer.
Aspek yang dinilai penting dalam pembuatan video pembelajaran di antaranya
adalah penyajian materi yang benar, teknik penyampaian yang tepat, dan produksi video
dengan kualitas yang optimal. Selain itu durasi video juga mempengaruhi tingkat
ketertarikan penonton (Kim, Guo, Seaton, Mitros, Gajos, & Miller, 2014), selain tentu
saja aspek konten, bentuk media video, penggunaan warna, musik, ilustrasi, presenter,
penggunaan bahasa, dan penugasan melalui video. Selain itu, jenis produksi video yang
dibuat dapat dalam bentuk perekaman papan tulis, lapangan, slide, dan studio. Menurut
Guo, Kim & Rubin (2014) jenis produksi perekaman lapangan, studio, dan papan tulis
sangat efektif digunakan untuk menarik perhatian penonton karena penonton dapat
melihat langsung pengajar pada video.
Selanjutnya menurut Woolfitt (2015), agar video pembelajaran efektif, perlu
memperhatikan beberapa kreteria, yaitu: pertama, video memiliki fungsi tertentu untuk
meningkatkan pengalaman pembelajaran. Sehingga, perancang video perlu
memperhatikan apa saja fitur yang terdapat dalam video. Kriteria keefektivan yang kedua

HISAN 7
adalah, video dianggap efektif jika dikaitkan dengan tujuan pembelajaran. Kriteria ketiga
adalah terdapat efek pembelajaran yang bergantung pada individu (siswa). Sehingga
diperlukan strategi untuk belajar secara efektif dan mandiri dari video.

Sementara itu menurit Aspriyono (2019) tahapan-tahapan yang perlu dilakukan


untuk memulai pembuatan konten video pembelejaran antara lain:
1. Persiapan dan Perencanaan
Dalam tahap persiapan dan perencanaan ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
yaitu:
a. Topik/Materi: untuk materi yang disampaikan dalam Video pembelajaran
diusahakan dalam bentuk materi yang ringan (basic).
b. Pecah/dibagi materi-materi yang ada menjadi silabus, Contoh konten video
pembelajaran tentang Microsoft Excel, kalian bisa membagi menjadi beberapa
bagian video dengan durasi yang tidak terlalu Panjang
c. Menentukan Delivery Style, yaitu bagaimana cara menyampaikan materi tersebut.
Ada beberapa cara menyampaikan materi menjadi sebuah video pembelajaran:
1) Screen Casting yaitu dengan cara merekam layar laptop atau pc, biasanya ini
digunakan untuk membuat tutorial software, desain pemrograman komputer
dan sebagainya. Cara ini cukup mudah, tinggal siapkan softwarenya, siapkan
materinya, dan mulai merekam dengan mic yang bagus sehingga suara yang
dihasilkan juga cukup baik.
2) Screen Casting dengan Pen Tables. Ini adalah screen casting yang ditambah
dengan menulis di layar menggunakan pen tablet. Biasanya digunakan untuk
menyampaikan materi yang berisi rumus-rumus seperti matematika.
3) Screen Casting ditambah Web Cam untuk menampilkan wajah anda di video
pembelajaran yang anda buat. Cara ini juga cukup bagus karena audiens akan
melihat wajah anda.
4) Free Recording dilakukan dengan merekam kegiatan secara langsung,
biasanya untuk mengatasi konten video yang tidak bisa disampaikan dilayar,
seperti video praktek kesehatan.
5) Top Recording. Cara ini dilakukan dengan cara menulis di kertas dan di
rekam menggunakan kamera. Cara ini juga cukup unik, biasanya digunakan
untuk video pembelajaran menggambar, atau bisa juga digunakan untuk
belajar rumus-rumus matematika.

HISAN 8
e. Membuat Script atau Storyboard yang ditulis tangan atau bisa juga diketik dalam
Microsoft Word atau aplikasi lain. Hal ini penting dilakukan supaya pada saat
proses rekaman bisa lancar dan tidak kebanyakan mikir.

2. Kebutuhan Hardware
Untuk kebutuhan hardware tentu disesuaikan dengan konten yang akan dibuat dan
juga dana yang ada untuk menyediakan hardwarenya. Selain komputer atau laptop,
persiapan mini studio untuk tempat rekaman adalah hal penting, dengan beberapa
peralatan berikut: Microphone Condenser, Stand Mic, Mouse, Wacom Pen Tablet jika
akan menulis di layar dan dibutuhkan kamera jika ingin membuat konten Free
Recording atau Top Recording.

3. Kebutuhan Software
Untuk jenis software ini disesuaikan dengan delivery style atau bagaimana kita akan
menyampaikan materinya. Untuk Screen Casting bisa menggunakan Camtasia,
CamStudio atau OBS. Untuk Camtasia sendiri sudah dilengkapi dengan software
recorder dan Video Editor, sehingga software ini cukup mudah dan banyak digunakan
oleh para pembuat video pembelajaran berbasis Screen Casting. Namun jika
membutuhkan Video Editor yang lebih mumpuni, untuk mengedit video hasil
rekaman kamera (Free Recording atau Top Recording) maha software yang lumayan
ringan dan mudah digunakan ada Wondershare Filmora. Kalau mau yang lebih
profesional lagi kalian bisa menggunakan Adobe Premiere.

4. Mulai Pembuatan (Praktik)


Jika persiapan telah selesai, selanjutnya adalah praktik pembuatan video melalui
beberapa aplikasi antara lain; 1) PowerPoint, 2) merekam layar dengan camtasia
maupun.
5. Publish Konten Video
Untuk publish konten video yang telah dibuat dilakukan di Youtube. Oleh karena itu
anda harus membuat Channel di Youtube untuk dapat mengupload Video
Pembelajaran yang telah dibuat tersebut.

HISAN 9
Daftar Pustaka

.
Aspriyono. 2019. Cara Mudah Membuat Konten Video Pembelajaran. Terdia pada:
https://www.hariaspriyono.com/2019/09/cara-mudah-membuat-konten-video-
pembelajaran-youtube.html. Diakses pada: 20 Juni 2020
Binus. 2019. Mengenal Metode Belajar “Video Based Learning” tersedia pada:
https://binus.ac.id/knowledge/2019/10/mengenal-metode-belajar-video-based-learning/
diakses 9 Juni 2020
Gagné, R. M. (1985). The Conditions of Learning. New York, NY: Holt, Rinehart and
Winston.
Kim, J., Guo, P. J., Seaton, D. T., Mitros, P., Gajos, K. Z., & Miller, R. C. (2014, March).
Understanding in-video dropouts and interaction peaks inonline lecture videos.
In Proceedings of the first ACM conference on Learning@ scale conference (pp. 31-
40). ACM.
Munadi, Yudhi. 2008. Media Pembelajaran, Sebuah Pendekatan Baru, Gaung Persada Press,
Ciputat.
Munadi, Yudhi. 2012. Media Pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada Press Jakarta.
Rusman. (2009). Manajemen Kurikulum (Seri Manajemen Sekolah Bermutu). Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.
Rusman. (2012). Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer: Mengembangkan
Profesionalisme Guru Abad 21. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Salim, Peter. 1996. The Contemporary English-Indonesian Distionary. Modern English
Press. Jakarta.
Setyosari, Punaji & Sihkabuden. 2005. Media Pembelajaran. Penerbit Elang Mas. Malang
Smaldino, Sharon E, dkk. 2008. Instructional Technology and Media for Learning. Pearson
Merrill Prentice Hall. Ohio.
Syaiful Bahri Djamaran dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2010), hlm.120.
Tim Penyusun, 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta
Trianto. (2009). Mendesain model pembelajaran inovativ-progresif. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
Waldopo Drs. M.Pd. “Teknik Menulis Naskah Untuk Program Audio Pembelajaran”, Pusat
Teknologi Informasi dan Komunikasi Komunikasi Pendidikan, Jakarta, 2006.
Winataputra, U. S., et al. (2008). Teori belajar dan pembelajaran. Jakarta: Penerbit
Universitas Terbuka.

HISAN 10

Anda mungkin juga menyukai