Anda di halaman 1dari 21

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Bentuk Kerjasama

1. Definisi Kerja sama

Kerjasama menurut KBBI (kamus besar bahasa Indonesia),

adalah kegiatan atau usaha yang dilakukan oleh beberapa orang

(lembaga, pemerintah, dan sebagainya) untuk mencapai tujuan

bersama. Dalam bahasa Inggris kerja sama disebut cooperate.1

Kerja sama merupakan bentuk interaksi sosial. Kerja sama

merupakan bentuk proses sosial, dimana didalamnya terdapat aktivitas

tertentu yang ditunjukkan untuk mencapai tujuan bersama dengan

saling membantu dan saling memahami aktivitas masing-masing.2

Kerja sama juga diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan secara

bersama-sama dari berbagai pihak untuk mencapai tujuan bersama.3

Menurut Slamet PH, kerjasama merupakan suatu usaha atau

kegiatan bersama yang dilakukan oleh kedua belah pihak dalam

rangka untuk mencapai tujuan bersama. Lebih lanjut Epstein dan

Sheldon menyatakan bahwa kerjasama sekolah, keluarga, dan

masyarakat merupakan konsep yang multidimensional di mana

keluarga, guru, pengelola, dan anggota masyarakat bersama-sama

1
https://kbbi.web.id.
2
Abdul Syani, Sosiologi Skematika, Teori, dan Terapan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994),
Hal. 12.
3
W.J.S. Purwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka), Hal.
12.

15
16

menanggung tanggung jawab untuk meningkatkan dan

mengembangkan akademik siswa sehingga akan berakibat pada

pendidikan dan perkembangan anak. Multidimensional berarti

kerjasama dilakukan dalam berbagai hal atau dimensi. Kerjasama

lebih dari sekedar pertemuan orangtua-guru dalam pembagian laporan

tahunan, namun mengikutsertakan orangtua dalam berbagai peran

sepanjang waktu.4

2. Pelaksanaan Kerja sama

Pelaksanaan kerja sama dan sistem informasi pendidikan dapat

dilakukan dengan menempuh tahapan, yaitu: tahap penjajakan, tahan

penanda tanganan bersama, tahap penyusunan program, tahap

pelaksanaan, tahap evaluasi, tahap laporan.

Ada beberapa cara yang dapat menjadikan kerja sama dapat

berjalan dengan baik dan mencapai tujuan yang telah disepakati oleh

dua orang atau lebih, yaitu:

a. Saling terbuka, dalam sebuah tatanan kerja sama yang baik harus

ada komasi yang komunikatif antara dua orang yang bekerja sama

atau lebih.

b. Saling mengerti, kerja sama berarti dua orang atau lebih bekerja

sama untuk mencapai suatu tujuan, dalam proses tersebut, tentu

4
Nurul Alfiyanti, ‘’Kerja sama Antara Sekolah dan Orang Tua Siswa di TK Se-
Kelurahan Triharjo Sleman’’ (Skripsi, Universitas Negri Yogyakarta, 2015), Hal.18-19.
17

ada salah satu yang melakukan kesalahan dalam menyelesaikan

permasalahan yang sedang di hadapkan.5

Menurut Dibyo Sumantri, agar kerja sama bisa terjalin dengan

baik perlu adanya beberapa tahapan kesamaan sebagai berikut:

1. kesamaan Tempat

Kesamaan tempat ini bisa menjadi dasar bagi terwujudnya

kerja sama. Karena denganberada di tempat yang sama, akan

memudahkan untuk saling berkomunikasi, berdiskusi dan

berargumentasi, sehingga memudahkan terwujudnya kerja sama.

2. kesamaan Pikiran

Karena berada di tempat yang sama, memudahkan untuk

menyamakan pikiran atau konsep pikiran, jika sudah mempunyai

kesamaan dan sudut pandang atau konsep pemikiran, maka akan

mudah untuk mencari solusi atau pemecahan setiap masalah yang

terjadi.

3. Kesamaan Jiwa

Kesaman jiwa ini merupakan tahap yang tertinggi dalam

membangun kerjasama, dimana masing-masing individu

memahami seutuhnya tentang tugas dan kewajibannya. Selain itu

telah ada kepercayaan atau saling percaya, sehingga akan terbentuk

suatu kultur organisasi yang baik dan utuh. Pada tahapan ini tidak

5
Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : prenada Media Group, 2012), Hal .
279.
18

akan banyak terjadi perbedaan pendapat, dan jika masih ada

perbedaan pendapat tidak akan menimbulkan prasangka buruk.

Hubungan kerja sama yang baik dapat menciptakan

lingkungan kerja yang harmonis, sehingga dalam melaksanakan

tugas dan peran masing-masing akan merasakan ada dalam satu

keluarga (satu korps).

3. Prinsip-Prinsip Kerja Sama

Prinsip-prinsip kerja sama antara lain dapat di kemukakan sebagai

berikut:

a. Berorientasi pada tercapainya tujuan yang baik.

b. Memperhatikan kepentingan bersama.

c. Prinsip saling menguntungkan.6

4. Indikator Kerja sama

Adapun beberapa indikator-indikator kerja sama antara lain:

1. Tanggung jawab secara bersama-sama menyelesaikan pekerjaan

dengan pemberian tanggung jawab dapat tercipta kerjasama yang

baik.

2. Saling berkontribusi, yaitu dengan saling berkontribusi baik tenaga

maupun pikiran akan terciptanya kerjasama.

3. Pengerahan kemampuan secara maksimal, yaitu dengan

mengerahkan kemampusan masing-masing guru.

4. Maksimal, kerja sama akan lebih kuat dan berkualitas.7

6
Dibyo Sumantri, Jurnal STIE Semarang Vol 4, No 3, Edisi Oktober 2012, ‘’Membangun
Kerja sama Kelompok (Team Bulding)’’. Hal. 60.
19

5. Tujuan dan Manfaat Kerja Sama

Terdapat sejumlah manfaat dan tujuan dari kerja sama dan sistem

informasi pendidikan sebagaimana diatas, yaitu:

a. Dapat menjaring peserta didik yang lebih luas untuk memasuki

lembaga pendidikan dan program-program yang ditawarkan.

b. Dapat melakukan penghemat waktu, tenaga dan biaya dalam

pemberian informasi dan penyelenggara pendidikan.

c. Dapat digunakan untuk membantu citra positif lembaga, sehingga

lebih dikenal dan dipercaya oleh masyarakat.

B. Definisi Guru Reguler dan Shadow Teacher

a. Pengertian Guru

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,

mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan

mengevaluasi peseta didik pada pendidikan anak usia dini jalur

pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah

Di dalam Undang-Undang RI Nomor 14 tahun 2005 tentang

Guru dan Dosen pasal 1 dijelaskan bahwa, guru adalah pendidik

profesional dengan tugas utama mendidik , mengarahkan, melatih,

menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia

dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan

menengah.8
7
Dibyo Sumantri, Jurnal STIE Semarang Vol 4, No 3, Edisi Oktober 2012, ‘’Membangun
Kerja sama Kelompok (Team Bulding)’’. Hal..., 61.
8
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005.
20

Menurut Zaakiyah Darajat, guru adalah pendidik profesional

karena secara implisit ia telah merelakan dirinya menerima dan

memikul sebagian tanggung jawab pendidikan yang terpikul di

pundak para orang tua.

Menurut Poerdarminta, guru adalah orang yang kerjanya

mengajar. Menurut supriyadi, guru adalah orang yang berilmu,

berakhlak, jujur dan baik hati, disegani, serta menjadi teladan bagi

masyarakat.9

b. Peran dan Fungsi Guru

Peran dan fungsi guru berpengaruh terhadap pelaksanaan

pendidikan di sekolah. Di antara peran dan fungsi guru yang

dirumuskan oleh P2TK Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Departemen Pendidikan Nasional:

1 ) Tugas guru (mendidik, mengajar, membimbing dan melatih)

Fungsi ‘’sebagai pendidik’’:

(a) Mengembangkan potensi/kemampuan dasar peserta didik.

(b) Mengembangkan kepribadian peserta didik.

(c) Menciptakan suasana pendidikan yang kondusif.

Fungsi ‘’sebagai pengajar’’:

(a) Merencanakan, melaksanakan pembelajaran yang mendidik.

(b) Menilai proses dan hasil pembelajaran.


9
Mulyana A.Z, Rahasia Menjadi Guru Hebat, ( Surabaya : Grasindo, 2010), Hal.32-33.
21

‘’Sebagai pembimbing’’:

(a) Mendorong berkembang perilaku positif dalam pembelajaran.

(b) Membimbing pesert didik memecahkan masalah dalam

pembelajaran.

‘’Sebagai pelatih’’: Melatih ketrampilan’’ yang diperlukan dalam

pembelajaran.

2) Membantu pengelolaan, pengembangan program sekolah dan

Membantu Keprofesionalan .

Tugas guru sebagai pengembang program, yaitu membantu

mengembangkan program pendidikan sekolah dan hubungan

kerjasama antar sekolah dan masyarakat. Tugas guru sebagai

pengelola yaitu membantu secara aktif dalam menjalin hubungan

dan kerjasama antar sekolah dan masyarakat. Tugas guru sebagai

tenaga profesional yaitu dengan melakukan upaya-upaya untuk

meningkatkan kemampuan profesional.10

Penelitian ini peneliti membahas tentang bentuk kerjasama

shadow teacher dan guru reguler pada kelas inklusi, sebelum

menginjak pembahasan selanjutnya, peneliti terlebih dahulu

menjelaskan siapa itu guru reguler dan siapa itu shadow teacher

atau yang biasa disebut dengan guru pendamping khusus beseta

peran dari masing-masing guru, penjelasannya sebagai berikut:

a) Guru Reguler

10
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif (Jakarta : PT
Rineka Cipta, 2005), Hal. 31.
22

Guru reguler merupakan pendidik yang mengajar di dalam kelas

reguler di sekolah. Menurut Dadang Garnida, guru kelas merupakan

guru dengan latar belakang pendidikan umum. Tugas guru kelas

antara lain untuk menciptakan iklim belajar yang kondusif sehingga

anak-anak merasa nyaman untuk belajar di dalam kelas. Dalam

praktek pendidikan inklusif, guru reguler memiliki peran penting

dalam menciptakan interaksi yang baik antara siswa berkebutuhan

khusus dengan siswa normal lainnya, serta dapat memberikan

pemahaman dalam pembelajaran kepada semua siswa.11

Selain itu meskipun guru pendidikan khusus melanjutkan peran

utama sebagai pendidik untuk siswa berkebutuhan khusus terutama

dalam kelas pendidikan umum, guru pendidikan umum membagi

tanggung jawab untuk menyediakan pelajaran bagi siswa

berkebutuhan khusus di kelas. Unsur penting untuk guru pendidikan

umum untuk sukses dalam perannya adalah berpandangan terbuka dan

keinginan untuk kolaborasi. Karena tanpa keterbukaan pandangan dan

keinginan untuk berkolaborasi, guru reguler akan mengalami kesulitan

bagaimana menangani masalah yang dihadapi terkait pembelajaran

anak berkebutuhan khusus di kelasnya, yang akan menyebabkan

pembelajaran yang kurang optimal.

Berdasarkan pendapat di atas dapat dikaji bahwa, guru kelas

merupakan guru dengan latar belakang pendidikan umum yang

11
Dadang Garnida, Pengantar Pendidikan Inklusif, ( Bandung: PT. Refika Aditama,
2015), Hal. 87.
23

memiliki tugas antara lain untuk menciptakan iklim belajar yang

kondusif sehingga anak-anak merasa nyaman untuk belajar di dalam

kelas. Ketika guru membangun semangat dalam suatu kelas, maka

siswa akan dapat menikmati kegiatan pembelajaran yang disampaikan.

Selain itu sikap guru baik positif maupun negatif akan memberi

dampak terhadap suasana belajar anak di dalam kelas. Kaitannya

terhadap pendidikan inklusif, dalam kelas inklusi guru perlu

membangun interaksi dengan siswa berkebutuhan khusus, serta antara

siswa reguler dengan siswa berkebutuhan khusus.

Hal terpenting dalam perannya sebagai pendidik yaitu dapat

memberikan pemahaman seluruh siswa tidak terkecuali siswa

berkebutuhan khusus dalam kegiatan belajar mengajar sehingga tujuan

dari pendidikan dapat tercapai. Sesuai dengan tujuan pendidikan

inklusif sendiri yaitu supaya anak berkebutuhan khusus dapat

bersosialisasi dengan baik, serta mengurangi prasangka masyarakat

yang memandang sebelah mata terhadap anak berkebutuhan khusus.12

b) Shadow Teacher

Shadow Teacher atau guru pendamping merupakan guru memiliki

keahlian dalam menangani siswa berkebutuhan khusus secara

langsung dengan cara satu siswa ditangani oleh satu guru untuk

12
Dadang Garnida, Pengantar Pendidikan Inklusif..., Hal. 89.
24

memahami berbagai masalah yang dimiliki siswa dan menangani

masalah siswa dengan tepat. Selain itu Shadow Teacher memberikan

kesempatan kepada seluruh siswa untuk mengikuti kegiatan

pembelajaran yang diikuti oleh siswa regular dengan memberikan

perhatian khusus dan memberikan pelayanan yang sesuai dengan apa

yang dibutuhkan siswa.

Shadow Teacher adalah seorang pendamping di bidang pendidikan

sekolah dasar yang turun langsung ke lapangan dengan siswa

berkebutuhan khusus selama masa tahun sekolah dasar . Sebagaimana

menurut Rudiyat, mengartikan bahwa Shadow Teacher adalah guru

dalam sistem pendidikan terpadu/inklusi yang memberikan layanan

pendidikan bagi anak berkelainan atau children with special

educational needs yang sedang menempuh pendidikan di sekolah/

lembaga pendidikan umum. 13

Dari pengertian beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa Shadow

Teacher adalah guru yang memiliki keahlian khusus dalam menangani

siswa berkebutuhan khusus dalam menempuh pendidikan di sekolah

dasar dimana disitu Shadow Teacher berkolaborasi dengan guru kelas

dalam mengurus segala kebutuhan siswa di sekolah inklusif.

C. Peran Guru Reguler dan Shadow Teacher

1. Peran Guru Reguler

13
Sari Rudiyati, Keberadaan Guru Pendidikan Khusus di sekolah inklusif. (Prosiding
Seminar Nasional Pendidikan Khusus : Implementasi Pendidikan Inklusif yang Berkarakter
Menyongsong Kurikulum Nasional 2013) FIP Universitas Padang. Hal. 192.
25

Menurut Dadang Garnida, bahwa guru reguler menyusun Program

Pembelajaran Individual (PPI) bersama-sama dengan guru pendidikan

khusus. Program Pembelajaran Individual (PPI) penting diberikan

kepada anak berkebutuhan khusus di sekolah inklusif, karena anak

berkebutuhan khusus yang belajar di kelas inklusi tetap memiliki

kemampuan yang berbeda-beda. Guru reguler ikut mengambil peran

dalam penyusunan PPI karena guru reguler merupakan guru kelas yang

memegang kelas dan mengenali kondisi semua siswa dalam

pembelajaran.

Friend dan Bursuck, dalam kaitannya mengenai sekolah inklusi

menyatakan bahwa, guru pendidikan umum merupakan tenaga

profesional yang mengetahui paling banyak tentang keseharian,

keunggulan, serta kebutuhan anak yang diduga menyandang disabilitas

atau memiliki riwayat disabilitas.14

Guru pendidikan umum adalah orang yang pertama kali

mengarahkan perhatian tenaga profesional lainnya kepada seorang

siswa yang diduga menyandang kondisi disabilitas, Mc Clanahan,

2009. Seperti halnya pendapat Lewis dan Doorlag, bahwa keterlibatan

guru reguler cukup penting karena guru reguler memiliki pengalaman

pertama dalam menghadapi anak berkebutuhan khusus.

Friend dan Bursuck, juga berpendapat bahwa sewaktu guru

mencurigai adanya kelainan pada seorang siswa, maka guru akan

14
Friend Marilyn & Bursuck William D, Menuju Pendidikan Inklusi:Panduan Praktis
untuk mengajar, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015), Hal. 66.
26

mencatat ciri-ciri khusus dan perilaku yang dianggap

mengkhawatirkan, yaitu dengan cara mengumpulkan sampel pekerjaan

siswa, menyusun gambaran perilakunya, dan mencatat hal-hal yang

telah guru upayakan untuk menangani masalah tersebut. Dari hasil

pengamatan yang dilakukan tersebut guru akan dapat menemukan

permasalahan serta keunggulan yang dimiiki anak yang akan

memudahkan guru reguler untuk menyesuaikan materi yang akan

disampaikan.15

2. Peran Shadow Teacher

Shadow teacher adalah guru pendamping yang bekerja secara

langsung dengan anak berkebutuhan khusus selama masa prasekolah

dan sekolah dasar. Peran shadow teacher yaitu memahami berbagai

kesulitan belajar serta cara menangani anak berkebutuhan khusus

dengan baik dan memungkinkannya menerima perhatian khusus yang

dibutuhkan. Shadow teacher dilatih untuk membantu anak agar dapat

memahami pelajaran dengan baik dan mampu berinteraksi dengan

orang lain.

Komunikasi dan kerja sama antara shadow teacher, guru kelas dan

orang tua sangat penting agar tercipta hubungan yang bermakna guna

memenuhi kebutuhan anak. Shadow teacher bekerja sama dengan guru

kelas untuk pembelajaran menanamkan tanggung jawab, mendorong

kemandirian, dan ketekunan anak dalam belajar. Di Amerika, para

15
Friend Marilyn & Bursuck William D, Menuju Pendidikan Inklusi:Panduan Praktis
untuk mengajar..., Hal. 79.
27

shadow teacher diperkerjakan oleh orang tua yang memiliki Anak

Berkebutuhan Khusus agar dapat mendampingi anak mereka di dalam

kelas selama pembelajaran berlangsung.16

Menurut Skjorten dkk. Dalam pengantar pendidikan inklusif, tugas

guru pendamping khusus adalah sebagai berikut:

1. Mendampingi guru kelas dalam menyiapkan kegiatan yang

berkaitan dengan materi belajar.

2. Mendampingi ABK (children with special needs) dalam

menyelesaikan tugasnya dengan pemberian instruksi yang singkat

dan jelas.

3. Memilih dan melibatkan teman seumuran untuk kegiatan sosialnya.

4. Menyusun kegiatan yang dapat dilakukan di dalam maupun diluar

kelas.

5. Mempersiapkan Anak Berkebutuhan Khusus (children with special

needs) pada kondisi rutinitas yang berubah positif.

6. Menekankan keberhasilan Anak Berkebutuhan Khusus (children

with special needs) dan pemberian reward yang sesuai serta

pemberian konsekuansi terhadap perilaku yang tidak sesuai.

7. Meminimalisasi kegagalan Anak Berkebutuhan Khusus (children

with special needs)

8. Memberikan pengajaran yang menyenangkan kepada Anak

Berkebutuhan Khusus (children with special needs) untuk

16
Yulinarti Setianingrum, S.Pd, Shadow Teacher (Kisah Penuh Makna Seorang Guru
Bersama ABK), (Medan Sumatra Utara : UD. Bookies Indonesia, 2019). Hal. 3.
28

menjalankan individual program pembelajaran yang

terindividualkan (PPI). 17

Jadi, dapat disimpulkan bahwa peran dari Shadow Teacher di

sekolah inklusif sangatlah berat, karena selama disekolah, selain

menjadi seorang guru untuknya, mereka juga merangkap menjadi

orang tua, terapis dan body guard. Selain mendampingi ABK di kelas

agar bisa mengikuti pelajaran sebagaimana anak norrmal lainnya,

shadow teacher juga mendampingi ketika waktu istirahat, saat hendak

ke toilet agar mereka tetap tertib (tidak jarang mereka belum bisa tertib

dengan aturan memakai toilet), dan mengurusi segala kebutuhan ABK

lainnya selama di sekolah. Mereka juga harus siap menerima

amukannya ketika ‘’anak mereka’’ sedang tantrum atau siap menjadi

pembela di garda terdepan ketika ABK di-bully teman-temannya.18

3. Prinsip Pembelajaran dalam Kelas Inklusi

Setting kelas yang inklusi menuntut guru untuk perlu

mempertimbangkan prinsip-prinsip pembelajaran yang disesuaikan

dengan karakteristik belajar masing-masing perserta didik. Komponen

yang harus diperhatikan dalam proses pembelajaran yaitu dalam

penyajian materi, metode, dan media yang dapat diterima oleh semua

peserta didik, tidak terkecuali bagi anak berkebutuhan khusus,

17
Yulinarti Setianingrum, S.Pd, Shadow Teacher (Kisah Penuh Makna Seorang Guru
Bersama ABK)...,Hal.4.
18
Yulinarti Setianingrum, S.Pd, Shadow Teacher (Kisah Penuh Makna Seorang Guru
Bersama ABK)..., Hal. 5-6.
29

sehingga guru harus selalu aktif dan inovatif dalam kegiatan

pembelajaran supaya terbentuk kelas yang ramah dan inklusif bagi

semua anak didik.

Menurut Tarmansyah, guru yang mengajar dalam setting inklusi,

harus dapat menerapkan prinsip-prinsip umum pembelajaran dan

prinsip khusus sesuai gangguan yang dialami oleh masing-masing

peserta didik penjelasannya sebagai berikut:

1. Prinsip Umum

a) Motivasi.

Dalam proses pembelajaran, guru hendaknya memberikan

motivasi terhadap peserta didik untuk membangun semangat

dalam belajar. Motivasi sangat penting untuk dibangun, sebab

akan mempengaruhi anak dalam kegiatan pembelajaran. Bila

anak didik tidak memiliki motivasi dalam belajar maka

kegiatan pembelajaran tidak akan berlangsung secara efektif.

b) Konteks

Dalam kegiatan pembelajaran, guru hendaknya dapat

memanfaatkan sumber yang ada di lingkungan sekitar. Jadi

guru dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif terhadap sumber

daya yang ada di sekitar sebagai inovasi dari sumber be;ajar

sehingga tidak monoton.

c) Keterarahan
30

Guru harus memiliki tujuan yang jelas dalam kegiatan

pembelajaran yang disampaikan. Guru harus menyusun terlebih

dahulu tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, materi seperti

apa yang akan disampaikan, media dan metode pembelajaran

seperti apa yang akan disampaikan, media dan metode

pembelajaran seperti apa yang akan diterapkan, dan bagaimana

proses evaluasi yang akan digunakan.

d) Hubungan Sosial

Guru harus dapat mengembangkan strategi pembelajaran

yang dapat menoptimalkan kemampuan peserta didik dalam

melakukan interaksi sosial di lingkungan sekitarnya.19

e) Belajar sambil bekerja

Guru harus dapat mengembangkan strategi belajar yang

dapat memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk

melakukan praktek seperti penelitian atau percobaan.20

f) Individual

Guru harus dapat mengenali kemampuan dan karakteristik

masing-masing peserta didik untuk dapat memberikan layanan

pendidikan yang sesuai.

g) Menemukan

19
Tarmansyah, Pendidikan Untuk Semua, ( Jakarta : Depdiknas, 2007). Hal. 192

20
Tarmansyah, Pendidikan Untuk Semua..., Hal. 193.
31

Guru harus dapat mengupayakan agar anak dapat terlibat

secara aktif untuk menemukan pemecahan masalah yang

dihadapi

h) Pemecahan masalah

Guru harus dapat melatih peserta didik untuk dapat

merumuskan, mencari data, menganalisis, dan memecahkannya

sesuai dengan kemampuannya.

2. Prinsip khusus

Prinsip khusus yaitu meliputi prinsip-prinsip pembelajaran

yang disesuaikan dengan karakteristik masing-masing peserta didik

dengan kebutuhan khusus sehingga dapat memberikan layanan

pembelajaran yang sesuai. Prinsip pembelajaran yang disesuaikan

dengan karakteristik masing-masing peserta didikmenurut dedy

kustawan antara lain:

a. Hambatan penglihatan

Bagi anak dengan hambatan penglihatan, guru harus

menyesuaikan dengan menggunakan media atau alat bantu

pembelajaran yang konkrit serta mengoptimalkan kemampuan

indera pendengaran dan perabaan. Guru juga perlu

mengupayakan agar siswa dengan gangguan penglihatan juga

memperoleh pengalaman dari apa yang dijelaskan oleh guru.

b. Gangguan pendengaran
32

Dalam melakukan komunikasi terhadap siswa dengan

gangguan pendengaran, perlu dilakukan keterarahan wajah,

membaca bibir atau melihat gerak bibir, serta penggunaan

bahasa tubuh. Selain itu bagi anak dengan gangguan

pendengaran perlu dikenalkan dengan bunyi untuk

membiasakan pendengaran ke arah sumber bunyi, serta

mengoptimalkan kemampuan visual anak dengan gangguan

pendengaran melalui sarana atau media visual yang konkrit.21

c. Keberbakatan

Anak yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata atau

berbakat, harus mendapatkan materi belajar yang lebih

ditingkatkan sesuai dengan bakatnya. Selain itu materi yang

diberikan harus lebih cepat dengan memberikan program

percepatan dan juga pengayaan. Selain itu juga perlu andanya

penggunaan media atau alat bantu pembelajaran yang

bervariasi dan berbasis IT, serta memanfaatkan menjadi tutor

sebaya karena penguasaan materi yang lebih baik

dibandingkan dengan teman sebaya yang lainnya.22

d. Mental sosial/hambatan kecerdasan

Prinsip utama dari pemberian layanan pembelajaran bagi

siswa dengan hambatan mental sosial yaitu dengan kasih

21
Tarmansyah, Pendidikan Untuk Semua..., Hal. 194.

22
Dedy Kustawan, Pendidikan Inklusif dan Upaya Implementasinya, ( Jakarta Timur :
Luxima Metro Media, 2012). Hal. 135.
33

sayang. Dalam penyampaian pembelajaran, perlu

menggunakan obyek-obyek nyata dalam menjelaskan suatu

konsep, penyajian materi dibuat sederhana, penekanan

pembelajaran pada kompetensi-kompetensi fungsional yang

dibutuhkan untuk kemandirian aktivitas kehidupan, serta

pemberian materi dan tugas-tugas yang kadarnya lebih mudah.

e. Gangguan fisik motorik

Layanan pembelajaran yang perlu diberikan bagi siswa

yang mengalami gangguan fisik-motorik antara lain pelayanan

medis, pendidikan, sosial secara terpadu dan

berkesinambungan dalam institusi habilitasi atau rehabilitasi.

Perlu adanya penyesuaian bermacam-macam sarana prasarana

yang memungkinkan mereka untuk mudah terlibat dalam

kegiatan pembelajaran, serta penggunaan alat bantu yang

memudahkan siswa dengan gangguan fisik-motorik dalam

mengikuti kegiatan pembelajaran.23

4. Bentuk Kerja sama Shadow Teacher dengan Guru Reguler di

Kelas Inklusi

Keberhasilan anak berkebutuhan khusus yang berada di sekolah

inklusi, tentu tidak lepas dari peran guru reguler sebagai pendidik di

sekolah reguler dan guru pendamping khusus sebagai guru pendidikan

khusus. Dari masing-masing peran yang dimiliki baik guru reguler

maupun guru pendamping khusus, dengan melakukan kerja sama yang


23
Dedy Kustawan, Pendidikan Inklusif dan Upaya Implementasinya..., Hal.136.
34

baik dapat memberikan akomodasi layanan pembelajaran bagi anak

berkebutuhan khusus di dalam kelas. Seperti yang diungkapkan oleh

Sari Rudiyati, bahwa salah satu usaha dalam mengatasi masalah

kompetensi guru sekolah inklusif adalah melalui pembelajaran

kolaboratif dan kerja sama sehingga masing-masing peran antara guru

reguler dengan guru pendamping khusus dapat saling berbagi

pengetahuan yang dimiliki dan saling melengkapi dalam pembelajaran

anak berkebutuhan khusus di sekolah inklusif.24

Salah satu kerja sama yang dilakukan oleh guru pendamping

khusus dengan guru reguler yaitu dengan melakukan konsultasi.

Seperti yang diungkapkan oleh McLeskey, Rosenberg, dan Westling

(2013: 166), bahwa ketika kolaborasi dan kerja sama melibatkan dua

profesional, partisipan akan secara khusus memiliki perbedaan area

keahlian dan peran yang berbeda. Seperti contohnya seorang guru


25

pendidikan khusus akan berkonsultasi dengan guru reguler mengenai

metode untuk membuat akomodasi dalam kegiatan finger painting dan

pembuatan kolase dari biji-bijian (memperbolehkan waktu yang

lebih, menyiapkan biji-an dan peraltan lain untuk kolase,

menyediakakan peralatan seperti cait air krayon dll) untuk

menemukan kebutuhan dari siswa dengan disabilitas. Di lain pihak,

guru reguler yang belum memiliki pengetahuan yang lebih terhadap


24
Sari Rudiyati. “Keberadaan Guru Pendidikan Khusus/Guru Pembimbing Khusus di
Sekolah Inklusif”.Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Khusus: Implementasi Pendidikan
Inklusif yang Berkarakter Menyongsong Kurikulum Nasional 2013. FIP Universitas Padang. Hal.
298.
25
McLeskey, Rosenberg, dan Westling. Inclusion: Effective Practices for All Students
Second Edition. (United States: Pearson, 2013 ), Hal. 166.
35

anak berkebutuhan khusus dalam layanan pembelajaran di kelas, maka

guru reguler perlu berkonsultasi dalam memberikan akomodasi

pembelajaran yang dibutuhkan anak berkebutuhan khusus.

Anda mungkin juga menyukai