Anda di halaman 1dari 15

Metode

Cara
Berdakwah
Metode dakwah kultural
Apa itu dakwah kultural?
Dakwah kultural adalah Aktivitas dakwah yg berupaya
menanamkan nilai-nilai islam & seluruh dimensinya degan
memperhatikan potensi kecenderungan manusia sebagai makhluk
budaya, atau dakwah yang dilakukan degan cara mengikuti
budaya-budaya kultur masyarakat setempat dgn tujuan agar
dakwahnya dpt diterima dilikungan setempat
akan tetapi, jika budaya itu tidak bertentangan degan syariat islam
(saddudz dzari’ah) inilah metode ijtihad yg dikeluarkan oleh al
imam abu abdillah malik bin anas bin malik bin amr bin abi amir
bin amr bin bin al-Harits bin Ghaiman, bin Khutsail, bin Amr bin al-
Harits dzu asbah yg sangat bermanfaat karna ini bisa terhindar
dari kesalahan dalam aktivitas kebiasaan kita dalam masyarakat
insya alloh
Antara dakwah kultural dan struktural
Dakwah kultural adalah yang menjadikan kekuasaan birokrasi
kekuatan politik sebagai alat untuk memperjuangkan islam agar
masyarakat/orang tidak jumud (macet) dalam permasalahan
agama yang dimana hanya itu-itu saja yang dibahas dan tidak
mendalam

Dalam perkembangan selanjutnya, secara simple dapat dikatakan


bahwa dakwah kultural adalah dakwah yang kemasyarakatan dan
bersifat informal yang tidak menjadikan kekuasaan & politik
sebagai sarana, berdakwah juga perlu degan pendalilan yg kuat
bukan degan perasaan, kata fulan ini & itu,dll karena ini akan
menyangkut degan agama alloh azza wajalla sendiri jika berdusta
atas nama islam baik alloh,nabi,sahabat,tabiin,tabiut tabiin,dan
seterusnya maka akan dipertanggung jawabakan kelak di akhirat
pendalilannya
Alloh Ta’ala berfirman:

َ ‫ال ِإَن ّـَِّني ِم َن ال ُْم ْسلِ ِم‬


‫ين‬ ً ‫ع ِم َل َصا ِل‬
َ ‫حا َو َق‬ َ ‫َو َم ْن أ َ ْح َس ُن َق ْول ًا ِم ّـََّم ْن َد‬
َ ‫عا ِإل َى الَل ّـَّ ِه َو‬
“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh,
dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?” (QS. Fushshilat: 33)

‫يل َر ِِّبّـ َك ِبال ِْحك َْم ِة َوال َْم ْو ِع َظ ِة ال َْح َسن َ ِة َو َجا ِدل ُْه ْم ِباَل ّـَِّتي ِه َي أ َ ْح َس ُن‬
ِ ‫ْاد ُع ِإل َى َس ِب‬
“Serulah (manusia) kepada jalan Rabbmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara
yang baik.” (QS. An-Nahl: 125)

‫ور‬
ِ ‫األم‬ َ ‫عل َى َما أ َ َصابَ َك ِإ ّـََّن َذلِ َك ِم ْن‬
ُ ‫ع ْز ِم‬ َ ‫اص ِب ْر‬
ْ ‫ع ِن ال ُْمنْك َِر َو‬ ِ ‫َوأ ْ ُم ْر ِبال َْم ْع ُر‬
َ ‫وف َوان ْ َه‬
Dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan“
bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan
(oleh Allah).” (QS. Luqman: 17)

َ ‫ين ِم ْن َقبْلِك ُْم ل ََعلَّك ُْم تَتّ َ ُق‬


‫ون‬ َ ‫خل َ َقك ُْم َوال َّ ِذ‬
َ ‫اعبُ ُدوا َربَّك ُُم ال َّ ِذي‬
ْ ‫َاس‬ َ
ُ ّ ‫يَا أيُّ َها الن‬
“Hai manusia, sembahlah Rabbmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu
bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 21). Ini adalah perintah pertama dalam Al-Qur’an, perintahnya adalah untuk
mentauhidkan dan beribadah pada Allah semata.
pendalilannya
Alloh azza wajalla berkata:

‫ُوت‬ َّ ‫اجتَ ِنبُوا‬


َ ‫الطاغ‬ ْ ‫َولَقَ ْد َب َعثْنَا ِفي ك ّ ُِل أ ُ َّم ٍة َر ُسول ًا أ َ ِن‬
ْ ‫اعبُ ُدوا الل َّ َه َو‬
“Sungguh Kami telah mengutus kepada setiap umat seorang rasul yang mengajak; sembahlah Allah dan jauhilah thaghut.”
(QS. An-Nahl: 36). Ayat yang mulia ini menunjukkan bahwa dakwah seluruh rasul adalah dakwah tauhid.

Dalil dari hadits, dari sahabat nabi abdulloh bin Abbas bin Abdul Mutthalib bin Hasyim bin Abdu Manaf bin Qushay bin Kilab
bin Murrah bin Ka'ab bin Lu'ay bin Ghalib bin Fih bin Malik bin An-Nadhr bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas
bin Mudhar bin Nizar bin Ma'ad bin Adnan bin Ismail bin Ibrahim rodhiallohuanhu ia berkata,

Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus Mu’adz ke Yaman, ia pun berkata padanya, “Sesungguhnya engkau akan
mendatangi kaum dari ahli kitab. Maka jadikanlah dakwah engkau pertama kali pada mereka adalah supaya mereka
mentauhidkan Allah Ta’ala. Jika mereka telah memahami hal tersebut, maka kabari mereka bahwa Allah telah mewajibkan
pada mereka shalat lima waktu sehari semalam. Jika mereka telah shalat, maka kabari mereka, bahwa Allah juga telah
mewajibkan bagi mereka zakat dari harta mereka, yaitu diambil dari orang-orang kaya di antara mereka dan disalurkan untuk
orang-orang fakir di tengah-tengah mereka. Jika mereka menyetujui hal itu, maka ambillah dari harta mereka, namun hati-
hati dari harta berharga yang mereka miliki.” (HR.al imam abu abdillah Muhammad bin ismail bin ibrohim bin al mughiroh bin
barbizbah al ju’fi al Bukhari no. 7372 dan al imam abul husain Muslim bin hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi no. 19).
pendalilannya
Dari dari sahabat nabi abu salim abdulloh bin Umar bin al khattob al farruq radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Aku diperintah untuk memerang manusia hingga mereka bersaksi bahwa tiada ilah (sesembahan) yang berhak disembah selain
Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, serta mendirikan shalat, dan menunaikan zakat. Jika mereka telah melakukan yang
demikian, terpeliharalah dariku darah serta harta mereka, melainkan dengan hak Islam. Sedangkan perhitungan mereka
diserahkan pada Allah Ta’ala.” (HR.al imam Abu abdillah Muhammad bin ismail bin ibrohim bin al mughiroh bin barbizbah al ju’fi al
Bukhari no. 25 dan al imam imam abul husain Muslim bin hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi no. 21)

Sahabat nabi abu hasan Ali bin Abi Thalib bin Abdul Mutthalib bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin
Ka’b bin Lua’iy bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin An-Nadhir bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Iyaas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’ad
bin ‘Adnan radliyallaahu ‘anhu berkata,

“Sampaikanlah kepada manusia menurut apa yang mereka ketahui. Apakah engkau menginginkan Allah dan Rasul-Nya
didustakan?”  (HR. imam abu abdillah Muhammad bin ismail bin ibrohim bin al mughiroh bin barbizbah al ju’fi al Bukhari, no. 127)

Dari Abu Wa’il yang berkata bahwa Abdullah memberi pelajaran kepada orang – orang setiap hari Kamis, kemudian seseorang
berkata, “Wahai Abu Abdurrahman (abdulloh bin Mas’ud), aku ingin engkau memberi pelajaran kepada kami setiap hari.” Dia
menjawab, “Sungguh, aku tidak mau melakukan nya karena takut membuat kalian bosan. Aku ingin memperhatikan kalian saat
memberi pelajaran sebagaimana Nabi shallallahu’alaihi wa sallam memperhatikan kami karena khawatir kami jenuh dan bosan.”
(HR.al imam abu abdillah Muhammad bin ismail bin ibrohim bin al mughiroh bin barbizbah al ju’fi al Bukhari, no. 70)
komentar para ulama tentang dakwah
Al imam Umar bin ‘Abdul ‘Aziz bin Marwan bin Al-Hakam bin Abu Al-Ash bin Umayyah bin Abd Syams bin Manaf
rahimahullah mengatakan,
“Barangsiapa yang beribadah pada Allah tanpa ilmu, maka ia akan membuat banyak kerusakan dibanding mendatangkan
banyak kebaikan.” (Majmu’ah Al-Fatawa, 28:136)
Begitu pula sahabat nabi Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu pernah mengatakan,
“Ilmu adalah pemimpin amalan. Sedangkan amalan itu berada di belakang ilmu.” (Majmu’ah Al-Fatawa, 28:137)

Al imam Syaikhul Islam taqiyyudin abul abbas ahmad bin abdul halim bin abdus salam bin abdulloh bin al khodr bin
Muhammad bin al khodr bin ali bin abdulloh bin Taimiyah al haroni ad dimasqyah al hambaly rahimahullah mengatakan, “Jika
seseorang membekali dirinya dengan ilmu, maka itu akan membuat lebih cepat mengantarkan kepada tujuan.” (Majmu’ah Al-
Fatawa, 28:137)

“Setiap orang yang ingin melakukan amar ma’ruf nahi mungkar pastilah mendapat rintangan. Oleh karena itu, jika seseorang
tidak bersabar, maka hanya akan membawa dampak kerusakan daripada mendatangkan kebaikan.” (Majmu’ah Al-
Fatawa,28:136)

“Suatu penjelasan dan dakwah pada suatu masalah bisa saja diakhirkan hingga waktu yang memungkinkan sebagaimana
Allah subhanahu wa ta’alamengakhirkan turunnya ayat dan penjelasan hukum hingga waktu yang memungkinkan saat Rasul
bisa menerima dan bisa menjelaskannya” (Majmu’ah Al-Fatawa, 20:59).

“Allah telah mengutus seluruh rasul dan menurunkan berbagai kitab untuk memerintah supaya bertauhid yaitu beribadah
pada Allah semata, tidak menyekutukan-Nya dengan selain-Nya.” (Majmu’ah Al-Fatawa, 11: 51-52)
persiapan sebelum dakwah :

Ketahuilah—semoga Allah memberikan rahmat untukmu—bahwasanya wajib bagi


setiap muslim mempelajari empat hal:

1.Berilmu, yaitu mengenal Allah, mengenal nabi-Nya, dan mengenal Islam dengan
dalil.
2.Beramal dengan ilmu tadi.
3.Berdakwah dengan ilmu.
4.Bersabar terhadap gangguan di dalamnya
.
Dalilnya adalah firman Allah Ta’ala,
“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati
supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran.”
(QS. Al-‘Ashr: 1-3)
 
Karakteristik dakwah kutural :

1.Persuasif

2.Gradual

3.Adaptif

4.Kreatif

5.Toleran

6.Jangka panjang
 
Target/bekal dalam berdakwah:
1.Dakwah yang pertama adalah dakwah tauhid dan pembinaan akidah.
2.Prioritaskan materi dakwah yang lebih penting: dakwah pada tauhid, baru dakwah pada amalan
yang lebih 3.penting, dan tidak mesti langsung pada perkara parsial (juz’iyyat).
4.Dakwah mesti dengan cara yang tepat dengan memperhatikan kondisi masyarakat.
5.Dakwah pada dalil dari Al-Qur’an dan As-Sunnah, jangan sampai dakwah tanpa dalil, tanpa
mengikuti tuntunan.
6.Dakwah itu mengajak orang melakukan perintah dan menjauhi larangan (amar makruf nahi
mungkar).
7.Berdakwah sesuai kemampuan.
8.Kemungkaran yang nampak wajib diingkari.
9.Mengingkari dalam hati lalu lisan didahulukan daripada mengingkari dengan tangan.
10.Mengingkari kemungkaran hanya boleh dengan hujjah (dalil) yang jelas.
11.Tidak boleh mengingkari kemungkaran dengan hal yang lebih mungkar.
12.Siapa yang menghadiri suatu acara kemungkaran dengan pilihan hatinya, maka ia dihukumi
seperti melakukan kemungkaran tersebut.
13.Melarang sesuatu kemungkaran hendaklah mengarahkan juga pada hal yang manfaat lainnya,
bukan sekedar melarang.
14.Hendaklah yang berdakwah menyelamatkan bahaya dirinya sebelum bahaya pada orang lain.
Tujuan dalam berdakwah:

1.Agar mendapatkan kelancaran dalam akhirat


Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dari hadits sahabat nabi Anas bin Malik bin an-Nadhr bin Dhamdham bin Zaid bin
Haram bin Jundub bin Amir bin Ghunm bin Adi bin Najjar rodhiallohuanhu:

ْ َ‫ان ِفي الب‬


‫ح ِر‬ ِ ‫ َحَتّـَّى‬، ‫ُُل َش ْي ٍء‬ ُّ‫ ك ّـ‬ ‫ يَ ْستَ ْغ ِف ُر ل َُه‬ ‫العل ْ ِم‬
ِ َ‫الحيْت‬ ِ ‫ب‬  َ ِ‫ َو ِإ ّـََّن َطال‬، ‫ُِل ُم ْسلِ ٍم‬ ِّ ‫ ك ّـ‬ ‫عل َى‬ ِ ‫َب‬
َ  ‫ َف ِريْ َض ٌة‬ ‫العل ْ ِم‬  ُ ‫َطل‬
“Menuntut ilmu adalah wajib bagi setiap muslim. Sesungguhnya penuntut ilmu akan dimintakan ampunan oleh segala
sesuatu sampai pada ikan di lautan.” (HR.al imam Muhammad bin Majah, al qodhi al imam Abu Ya’la Muhammad bin
husain bin al farro’ al hambaly dalam musnadnya, abul qosim sulaiman bin ahmad al lakhmiy Ath-Thabrani dalam Al-
Ausath. Syaikh Muhammad nashiruddin bin haji nuh bin adam Al-Albani menyebutkan dalam Shahih Al-Jami’, no. 3914
bahwa hadits ini sahih).

‫الله ل َُه َط ِريقًا ِإل َى ال َْجن َّ ِة‬ ِ ‫َم ْن َسل ََك َط ِريقًا يَلْتَ ِم ُس ِف‬
ُ ‫يه ِعل ًْما َس َّه َل‬
Barang siapa yang meniti suatu jalan untuk mencari ilmu, maka Allāh memudahkan untuknya jalan menuju Surga.
shahih Jami` imam abu isa Muhammad bin isa bin sauroh at-Tirmidzi 2646 (lihat juga Sunan imam Abi Dawud
sulaiman bin ash ash nomor 3641, 3643
Tujuan dalam berdakwah:

2.Agar mengamali ilmu


Sebagaimana kata al imam abu ali al Fudhail bin ‘Iyadh bin Mas’uud bin Bisyr At-Tamimi Al-Yarbuu’iy
rahimahullah, “Seseorang yang berilmu tetap disebut bodoh sampai ia mengamalkan ilmu. Jika ia
mengamalkan ilmu, barulah disebut sebagai ‘alim.”

3.agar berhati hati dalam berbicara dan menyampaikan ilmu


Kalau kita lihat praktik para salaf, mereka selalu berusaha mengamalkan ilmunya. Sahabat nabi abdulloh bin
Mas’ud bin Ghafil bin Habib al-Hudzali radhiyallahu ‘anhu berkata,

“Dahulu orang-orang di antara kami (yaitu para sahabat Nabi) mempelajari sepuluh ayat Qur’an, lalu mereka
tidak melampauinya hingga mengetahui makna-maknanya, serta mengamalkannya.” (Muqaddimah Tafsir Al-
Qur’an Al-‘Azhim karya imam abul faro’ ismail bin umar bin Katsir)

4.Agar terhindar dari kesombongan


Sahabat nabi abdulloh bin mas’ud bin Ghafil bin Habib al-Hudzali rodhiallohuanhu berkata:

“Siapa yang belajar ilmu (agama) lantas ia tidak mengamalkannya, maka hanya kesombongan pada dirinya
yang terus bertambah.” (Disebutkan oleh al Imam al hafidz muhammad bin ahmad bin utsman bin abdillah
Adz-Dzahabi asy syafi’i dalam Al-Kabair, hlm. 75)
Tujuan dalam berdakwah:

5.Agar memotivasi dan mengajak kepada kebenaran dan menjauhi semua larangan
Al Imam al hafidz abu abdillah Muhammad bin ahmad bin utsman bin abdillah adz dzohabi asy syafi’i berkata:

“Adapun hari ini, hanya sedikit ilmu yang tersisa yang ditemui pada orang-orang yang jumlahnya sedikit. Yang
mengamalkannya pun sedikit. Hasbunallah wa ni’mal wakil, hanya Allah yang memberikan kecukupan dan
pertolongan” (Tadzkirah Al-Hafizh, 3:1031)

6.Agar terhidar dari kebodohan agama


Imam abu abdillah Ahmad bin Muhammad bin hambal bin Hilal bin Asad bin bin Idris bin Abdullah bin Hayyan
bin Abdullah bin Anas bin ‘Auf bin Qasith bin Mazin bin Syaiban bin Dzuhl bin Tsa‘labah adz-Dzuhli asy-
Syaibaniy Al Marwazi Al Baghdadi rahimahullah berkata, “Wajib bagi kita menuntut ilmu supaya bisa
menjalankan agama dengan baik.” Beliau lantas ditanya, “Semisal ilmu apa yang wajib dipelajari?” Jawab
beliau, “Ilmu yang wajib dipelajari adalah ilmu yang tidak boleh kita bodoh di dalamnya, yaitu ilmu tentang
shalat, puasa, dan semacamnya.” (Al-Furu’ karya imam abu adbillah Muhammad bin Muflih bin Muhammad bin
al mufarroj al hambaly, 1:525).
Kesimpulannya:
Agar kita terus menerus
beramal dan mempelajari
ilmu nya yang shahih
disertai pengamalannya
dan disampaikan kepada
masyarakat/orang-orang
yang disekitar agar
memotivasi dan mengajak
kepada agamanya agar
tidak bodoh dalam
beragama
Alloh wa rosullu a’lam
Hanya ini saja yang bisa
disampaikan kurang lebih nya
mohon maaf, terima kasih

Anda mungkin juga menyukai