Kokom Komariah, Maulina Idami Alim, Annisaa Mutiara Sani
Interaksi Kegiatan Pembelajaran Kegiatan Belajar adalah segala aktivitas yang dilakukan dengan sengaja oleh peserta didik untuk mencapai tujuan belajar. Tujuan belajar berkaitan dengan peubahan tingkah laku peserta didik yang meliputi aspek – aspek pengetahuan, ketrampilan, sikap, nilai – nilai dan aspirasi Interaksi terjadi antara peserta didik, pendidik, dan lingkungan sosial. Hal tersebut dapat juga disebut kegiatan saling belajar. Interaksi antara pendidik dan peserta didik adalah faktor penting dalam kegiatan pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran yang aktif , kedua pihak menampilkan peran masing – masing. Upaya pendidik dapat berupa bantuan(to facilitate), dorongan (to motivated), dan atau bimbingan belajar. 1. Belajar sebagai Hasil
Pengertian belajar menurut Gagne (1970) dalam
bukunya The Conditions of Learning, mengemukakan bahwa belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan seseorang yang dicapai melalui upaya orang itu, dan perubahan itu bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan dirinya secara alamiah. Pengertian lain : Belajar merupakan upaya yang disengaja oleh seseorang yang bertujuan untuk mencapai tujuan belajar. John Travers (1972) dalam bukunya Learning Analysis And Aplication. Ia mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses yang menghasilkan penyesuaian tingkah laku.
Travers membedaka belajar menjadi dua
macam, yakni belajar sebagai proses dan belajar sebagai hasil.
Keduanya memiliki hubungan, yakni proses
belajar menyebabkan hasil belajar. Benjamin Bloom dan kawan – kawan (1965) menyusun klasifikasi tujuan belajar.
Bloom membuat penggolongan tingkah laku peserta didik ke
dalam beberapa kategori. Kategori tersebut terdiri atas tiga kategori ranah (domains) kategori ranah, yakni cognitive, affective, dan psychomotor. Ranah cognitive mencakup enam tingkatan yaitu; pengetahuan, pengertian, penerapan, analisis, sintetis, dan evaluasi. Ranah afektif , merupakan perubahan yang berhubungan dengan minat, sikap, nilai – nilai, penghargaan dan penyesuaian diri. Susunan perilaku dalam ranah afektif ini terbagi berdasarkan tingkat keterlibata peserta didik:
Menerima atau memperhatikan (receving ar attending)
Berhubungan dengan keinginan , kesadaran, dan hasrat untuk menerima dan pengendalian, serta perhatian stimulus. Menanggapi (responding)
Berhubungan dangan menaggapi, keinginan memberikan tanggapan,
dan kepuasan dalam menanggapi terhadap stimulus. Menilai (valuing)
Berhubungan dengan penerimaan dan pemilihan nilai, kesenangan
untuk memilih nilai, dan penerapan nilai – nilai dalam perilakuyang dilakuakan peserta didik. Mengorganisasi Peserta didik dituntut utuk mengorganisasi nilai – nilai dalam satu kesatuan nilai, menentukan hubungan antar nilai, menetabkan salah satu nilai yang paling dominan dan paling berpengaruh untuk menjadi pegangan dalam kehidupannya. Penggunaan nilai,
Kesiapan untuk menggunakan isstem nilai secara
utuh sehingga dengan demikian emosi dan afeksi peserta didik menjadi stabil.
Kelima tingkatan ranah afeksi ini berhubungan dan
berkembang secara bertingkat, dimulai dari penerimaan suatu nilai hingga penggunaan nilai tersebut oleh peserta didik. Ranah psikomotorik, ketrampilan, atau skill dapat dibedakan menjadi ketrampilan dan tahap belajar ketrampilan.
Ketrampilan terdiri dari 6
kelompok, yakni ketrampilan produktif, ketrampilan teknik, ketrampilan fisik, ketrampilan social, ketrampilan pengelolaan, dan ketrampilan intelektual. Tingkat ketrampilan mencakup tingkat dasar, ahli, dan mahir Pembelajaran ketrampilan yang sederhana adalah melalui tahap kegiatan menunjukkan (to show), menjelaskan (to tell), melakukan/mengerjakan (to do), dan mencocokkan (to check). Belajar sebagai hasil adalah kebiasaan belajar yang ditumbuhkan melalui kegiatan belajar. Belajar menjadi nilai budaya yang melekat pada diri peserta didik Belajar sebagai Proses Belajar sebagai proses merupakan kegiatan seseorang yang dilakukan secara sengaja melalui penyesuaikan tingkah laku dalam upaya untuk meningkatkan kualitas kehidupan. Belajar sebagai proses memiliki unsur mencakup tujuan belajar yang ingin dicapai, motivasi, hambatan, stimulus dari lingkungan, presepsi, dan respon peserta didik. Unsur 1 Tujuan Belajar
Setiap peserta didik dapat menyusun tujuan
belajar sesuai dengan kebutuhan belajarnya. Dapat dikemukakan bahwa tujuan belajar kegiatan belajar berorientasi pada tujuan dan dapat menimbulkan keterlibatan peserta didik dalam mencapai tujuan itu, sedangkan peserta didik merasa puas apabila ia atau mereka melakukan kegiatan belajar untuk mencapai tujuan serta merasa puas pula apabila tujuan telah dicapai dengan baik. Unsur 2 Peserta didik yang termotivasi
Kegiatan tujuan belajar untuk mencapai
tujuan belajar tidak akan tercapai apabila peserta didik tidak termotivasi untuk belajar.
Kebutuhan belajar harus datang dari dalam
diri peserta didik, bukan “dipaksakan” oleh pihak luar. Walaupun motivasi dari luar diperlukan pada saat-saat tertentu, pengaruh dari luar itu kadang-kadang membuat tujuan dan kegiatan belajar menjadi milik peserta didik. Unsur 3 Tingkat kesulitan belajar
Kesulitan belajar merupakan hambatan
bagi upaya peserta didik dalam mencapai tujuan belajar. Belajar akan terjadi dengan baik apabila di dalam kegiatan belajar itu terdapat kesulitan yang dihadapi dan harus diatasi oleh peserta didik. Kegiatan belajar akan terwujud apabila peserta didik mengalami hambatan untuk mencapai tujuan belajar. Unsur 4 Stimulus dari lingkungan
Karena peserta didik mengalami hambatan, maka ia dapat
mencari stimulus yang terdapat dalam lingkungan dan yang dapat dianggap membantu untuk digunakan dalam mencapai tujuan belajar. Sebelum menggunakan stimulus, peserta didik harus memahami ada berbagai stimulus, hubungan antara berbagai stimulus, dan mengetahui hubungan antara stimulus yang dipilih dengan tujuan belajar yang ingin di capai. Oleh sebab itu, pendidik harus merancang stimulus yang diperlukan peserta didik dan yang jelas kaitannya dengan situasi belajar sehingga peserta didik dapat memilih dan menggunakannya secara tepat sesuai dengan tujuan belajar yang ingin dicapai. Unsur 5 Peserta didik yang memahami situasi
Pemahaman atau persepsi terhadap situasi belajar akan
tergantung pada latar belakang kehidupan, pengalaman belajar, dan kesungguhan peserta didik terhadap kegiatan belajar yang sedang berlangsung. Peserta didik yang termotivasi oleh tujuan belajar dan stimulus dari lingkungannya, akan melakukan kegiatan belajar dengan dorongan kuat. Keadaan demikian disebut situasi belajar. Unsur 6 Pola respons peserta didik
Setelah memahami unsur sebelumnya,
peserta didik akan melakukan respons. Peserta didik melakukan respons secara menyeluruh. Ia merespon dengan menggunakan pengalaman belajar sesuai dengan kesiapan yang ia miliki. Respons itu bertujuan, artinya peserta didik tidak melakukan respons tanpa arah. Kegiatan peserta didik dalam melakukan respons stimulus dilakukan untuk mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan. Hubungan Fungsional antara Unsur-unsur Kegiatan Belajar
Pada bagian akhir dari pembahasan tentang unsur-unsur kegiatan belajar
sebagai proses, akan dikemukakan hubungan kefungsian antara unsur-unsur kegiatan belajar tersebut.