Oleh:
A d i l l a D w i N u r Ya d i k a ( 1 9 1 8 0 1 2 1 2 5 )
Kelainan anatomi
Sistemik
Kelainan pembuluh darah
Cardiovascular Disease
Infeksi lokal
Kelainan Hormonal
Kelainan Kongenital
Etiologi Lokal
Trauma :
• Mengorek hidung
• Benturan
• Bersin atau mengeluarkan sekret terlalu keras
• Akibat trauma yang lebih hebat seperti terkena pukul, jatuh atau kecelakaan lalu lintas
Epistaksis Anterior
melibatkan Pleksus Kisselbach
• A. Etmoidalis Anteriror
• A. Sfenopalatina
• A. Labialis Superior
• A. Palatina Mayor
Epistaksis posterior
melibatkan Pleksus Woodruff
• A. Sfenopalatina
• A. Faringeal Posterior
Memperbaiki keadaan Primary survey, TTV, dan
umum tatalaksana sesuai TTV
Mencegah terjadinya
Cari faktor penyebab
berulang
Penekanan cuping hidung selama 10-15 menit
Prinsip: menutup koana dan mencegah darah dari hidung Pada tampon diikatkan 3 buah tali (2 buah pada satu sisi dan
ke nasofaring 1 buah pada sisi yang lain)
Balon Hidung
• Ada 2 tipe :
1. Foley kateter No.12 – 16
2. Kateter khusus dengan 2 buah balon
Medikamentosa
• Selama pemasangan tampon (2-3 hari) yang akan mengganggu
kenyamanan pasien akan terganggu pemberian sedatif dan analgesik
• Pertimbangan untuk pemberian antibiotic broad spektrum untuk
mencegah komplikasi akibat kuman patogen selama pemasangan
tampon.
Komplikasi Epistaksis
• Tampon anterior
• Rhinosinusitis
• Air mata yang berdarah (bloody tears)
• Septikemia
• Tampon posterior
• Otitis media
• Haemotympanum
• Laserasi palatum mole dan sudut bibir
Trauma Maksilofasial
Definisi
Trauma maxilofasial adalah adalah suatu ruda paksa pada wajah dan jaringan sekitarnya
yang menyebabkan hilangnya kontinuitas tulang-tulang pada wajah
Klasifikasi
Fraktur Os.Orbita
Fraktur Os.Mandibula
I. Fraktur Os Nasal
• Fraktur tulang hidung disertai dengan laserasi kulit atau mukoperiosteum rongga hidung
Fraktur tulang
hidung terbuka
• Jika nasal piramid rusak karena tekanan atau pukulan dengan beban berat akan menimbulkan fraktur pada tulang
Fraktur tulang hidung, lakrimal, etmoid, maksila, dan frontal.
naso-orbito-
etmoid
kompleks
Fraktur Os Nasal Sederhana
Penatalaksanaan
Anastesi lokal dapat dilakukan dengan pemasangan tampon lidocain 1-2% yang dicampur dengan epinefrin 1:
1000%.
Tampon dipasang masing-masing 3 buah pada setiap lubang hidung yang dipertahankan selama 10 menit.
Terkadang diperlukan penyemprotan oxymethaxolin spray efek anestesi dan efek vasokonstriksi yang baik
Fraktur Os Nasal Terbuka
• Jika fraktur tulang hidung disertai dengan laserasi kulit atau mukoperiosteum rongga
hidung
• Kerusakan atau kelainan pada kulit dari hidung diusahakan untuk diperbaiki atau
direkonstruksi pada saat tindakan
• Jika nasal piramid rusak karena tekanan atau pukulan dengan beban berat akan
menimbulkan fraktur pada tulang hidung, lakrimal, etmoid, maksila, dan frontal.
• Bagian dari nasal piramid yang terletak antara dua bola mata akan terdorong
kebelkang sehingga mengakibatkan fraktur naso etmoid,fraktur nasomaksila,dan
fraktur nasoorbita
Fraktur Os Nasoorbitoetmoid Kompleks
Komplikasi neurologik :
• Robeknya duramater
• Keluarnya cairan serebrospinal dengan kemungkinan meningitis
• Pneumoensefal
• Laserasi otak
• Avulsi dari nervus olfaktorius
• Hematoma epidural atau subdural
• Kontusio otak dan nekrosis jaringan otak
Gejala
• Pipi menjadi lebih rata (jika dibandingakan dengan sisi kontralateral atau sebelum trauma
• Diplopia dan terbatasnya gerakan bola mata
• Edem perorbita dan ekimosis
• Perdarahan subkonjungtiva
• Enoftalmos (fraktur dasar orbita atau dinding orbita)
• Ptosis
• Terdapat hipestesia atau anestesia karena kerusakan saraf infra-orbitalis
• Terbatasnya gerakan mandibula
• Emfisema subkutis
• Epitaksis kerena perdarahan yang terjadi pada antrum
Tatalaksana
• Kira kira 6% fraktur tulang zigoma tidak menunjukan kelainan.
• Trauma dari depan yang langsung merusak pipi (tulang zigoma) menyebabkan perubahan
tempat dari tulang zigoma tersebut kearah posterior, kearah medial atau ke arah lateral
• Perubahan posisi dari orbita tersebut menyebabkan gangguan pada bola mata.
• Reduksi dari fraktur zigoma ini difiksasi dengan kawat baja atau mini plate.
Fraktur Os Zigoma
Os Zygomaticum
III. Fraktur Os Maksila
Le Fort I
(Fraktur Guerin)
Le Fort II
Klasifikasi
(Fraktur Piramid)
Le Fort III
(Craniofacial
dysjunction)
Le Fort III
Garis fraktur meliputi sutura nasofrontal
diteruskan sepanjang ethmoid juction
melalui fisura orbitalis superior melintang
kearah dinding lateral ke orbita, sutura
zigomatikum frontal dan sutura
temporozigomaticum.
Le Fort II
Garis fraktur Le Fort II (Fraktur Piramid)
berjalan melalui os nasal dan diteruskan ke
Os lakrimalis, dasar orbita, pinggir
infraorbita dan menyebrang ke bagian atas
dari sinus maksilaris juga kearah lamina
pterygoid sampai ke fossa pterigopalatina
Le Fort I
Fraktur horizontal bagian bawah Os Maxilla dan Os
Palatum/Arcus Alveolar Kompleks
Tatalaksana Fraktur Os Maksila
Tergantung pada lokasi fraktur, luasnya fraktur, dan keluhan yang diderita.
Penggunaan mini atau mikro plate pada fraktur madibula. Penggunaan mini
plate tidak menimbulkan kallus, menggunakan skrup, bersifat lebih stabil,
tidak memberikan reaksi jaringan, dan dapat dipakai untuk waktu yang
lama.
Pemeriksaan Penunjang (RADIOLOGI)
Primary Survey
(Penanganan
Kegawatdaruratan)
Periksa hemodinamik, syok
Circulation resusitasi cairan + persiapan transfusi
Periksa GCS
Disability Penurunan kesadaranreevaluasi
oksigenasi, ventilasi, perfusi
Penanganan Trauma Maksilofasial
Perawatan Definitif
• Dilakukan setelah keadaan umum pasien sudah baik dan telah melewati fase kritis.
• Tujuan: merehabilitasi tulang dan jaringan yang terkena
Daftar Pustaka
• Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan THT-KL FK UI. Dalam: Perdarahan Hidung dan Gangguan
Penghidu. Edisi ketujuh. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2012. h. 131-135
• Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan THT-KL FK UI. Dalam: Trauma Muka dan Leher. Edisi
ketujuh. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2012. h. 181-185
Terima Kasih