Anda di halaman 1dari 33

Etiologi dan Tatalaksana

Epistaksis dan Trauma Maksilofasial


Preceptor:
d r. F i v i e n F e d r i a n i , S p . T H T- K L

Oleh:
A d i l l a D w i N u r Ya d i k a ( 1 9 1 8 0 1 2 1 2 5 )

BAGIAN ILMU KESEHATAN THT-KL RSUD DR. H. ABDOEL MOELOEK


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2021
Epistaksis

Epistaksis atau mimisan adalah salah satu gejala yaitu


terjadinya perdarahan pada hidung yang dapat dijumpai pada
anak maupun dewasa.
Etiologi
Loka
l
Trauma

Kelainan anatomi
Sistemik
Kelainan pembuluh darah
Cardiovascular Disease
Infeksi lokal

Benda asing Kelainan darah

Tumor Infeksi Sistemik


Pengaruh Udara Lingkungan Perubahan Tekanan Atmosfer

Kelainan Hormonal

Kelainan Kongenital
Etiologi Lokal

Trauma :
• Mengorek hidung
• Benturan
• Bersin atau mengeluarkan sekret terlalu keras
• Akibat trauma yang lebih hebat seperti terkena pukul, jatuh atau kecelakaan lalu lintas

Kelainan pembuluh darah :


• Kongenital
• Pembuluh darah lebih tipis, lebar dan jaringan ikat dan sel selnya sedikit

Infeksi lokal: Tumor :


• Rhinitis • Hemangioma
• Sinusitis • Karsinoma
• Infeksi spesifik: Rinitis Jamur • Paling sering: Angiofibroma -> Epistaksis berat
Etiologi Sistemik

CVD: Kelainan Darah :


• Hipertensi • Leukimia
• Kelainan pembuluh darah: • Trombositopenia
Aterosklerosis, Nefritis Kronik, Sirosis • Anemia
Hepatis, DM • Hemofilia

Kelainan Kongenital: Infeksi Sistemik :


• Teleangiektasis Hemoragik Herediter • DHF
• Von Willenbrand Disease
Klasifikasi

Epistaksis Anterior
melibatkan Pleksus Kisselbach
• A. Etmoidalis Anteriror
• A. Sfenopalatina
• A. Labialis Superior
• A. Palatina Mayor

Epistaksis posterior
melibatkan Pleksus Woodruff
• A. Sfenopalatina
• A. Faringeal Posterior
Memperbaiki keadaan Primary survey, TTV, dan
umum tatalaksana sesuai TTV

Pasien posisi duduk bila lemah 


berbaring/setengah duduk)

Cari sumber perdarahan


Pasang tampon sementara dengan
adrenalin 1/5000-1/10.000 + lidocain Anterior atau Posterior (?)
Prinsip 2% (10-15 menit)  vasokonstriksi

Hentikan Perdarahan Anterior dan Posterior

Mencegah terjadinya
Cari faktor penyebab
berulang
Penekanan cuping hidung selama 10-15 menit

Bila sumber perdarahan dapat terlihat, tempat asal


perdarahan dikaustik dengan larutan Nitras Argenti
(AgNO3) 25-30%. Sesudahnya area tersebut diberi krim
antibiotik. (Tidak berhasil (?))
Tatalaksana
Epistaksis
Anterior

Perdarahan masih berlangsung  pasang tampon


anterior (kapas atau kasa + pelumas vaselin atau salep
antibiotic)  dipertahankan selama 2x24 jam  ganti
baru bila belum berhenti (mencegah infeksi)
Cari faktor
penyebab
Tatalaksana Epistaksis Posterior
Pemasangan tampon Bellocq  keluarkan 2-3 hari Cara Pemasangan Tampon Bellocq

Prinsip: menutup koana dan mencegah darah dari hidung Pada tampon diikatkan 3 buah tali (2 buah pada satu sisi dan
ke nasofaring 1 buah pada sisi yang lain)

Masukkan kateter karet melalui nares anterior orofaring mulut

Ikatkan 2 buah tali pada tampon ke kateter, tarik kateter


kembali melalui nares anterior

Dengan bantuan 2 jari tangan, tampon diletakkan pada


nasofaring menutupi koana

Pasang tampon anterior

Letakkan kain kasa didepan lubang hidung dan diikat dengan


2 buah tali yang terikat pada tampon fiksasi. Tali yg keluar
melalui mulut rekatkan pada pipi
Tatalaksana Epistaksis Posterior

Balon Hidung

• Balon hidung disebut juga Balon Epistaksis

• Dirancang untuk menekan daerah arteri


sfenopalatina di posterior, regio septum
anterior atau daerah etmoid

• Ada 2 tipe :
1. Foley kateter No.12 – 16
2. Kateter khusus dengan 2 buah balon
Medikamentosa
• Selama pemasangan tampon (2-3 hari) yang akan mengganggu
kenyamanan pasien akan terganggu  pemberian sedatif dan analgesik
• Pertimbangan untuk pemberian antibiotic broad spektrum untuk
mencegah komplikasi akibat kuman patogen selama pemasangan
tampon.
Komplikasi Epistaksis

• Aspirasi darah ke saluran pernafasan bawah


• Syok
• Anemia
• Gagal ginjal
• Penurunan TD : hipotensi, hipoksia.

Komplikasi Akibat Pemasangan Tampon

• Tampon anterior
• Rhinosinusitis
• Air mata yang berdarah (bloody tears)
• Septikemia
• Tampon posterior
• Otitis media
• Haemotympanum
• Laserasi palatum mole dan sudut bibir
Trauma Maksilofasial
Definisi
Trauma maxilofasial adalah adalah suatu ruda paksa pada wajah dan jaringan sekitarnya
yang menyebabkan hilangnya kontinuitas tulang-tulang pada wajah

Klasifikasi

Fraktur Os. Nasal

Fraktur Os. Zigoma dan Arkus Zigoma

Fraktur Os. Maksila (Mid Facial)

Fraktur Os.Orbita

Fraktur Os.Mandibula
I. Fraktur Os Nasal

• Jika hanya fraktur tulang hidung saja


Fraktur tulang
hidung
sederhana

• Fraktur tulang hidung disertai dengan laserasi kulit atau mukoperiosteum rongga hidung
Fraktur tulang
hidung terbuka

• Jika nasal piramid rusak karena tekanan atau pukulan dengan beban berat akan menimbulkan fraktur pada tulang
Fraktur tulang hidung, lakrimal, etmoid, maksila, dan frontal.
naso-orbito-
etmoid
kompleks
Fraktur Os Nasal Sederhana
Penatalaksanaan

Pasien kooperatif : reposisi dengan menggunakan anestesi lokal.

Pasien tidak kooperatif : reposisi dengan menggunakan anestesi umum

Anastesi lokal dapat dilakukan dengan pemasangan tampon lidocain 1-2% yang dicampur dengan epinefrin 1:
1000%.

Tampon dipasang masing-masing 3 buah pada setiap lubang hidung yang dipertahankan selama 10 menit.

• Tampon pertama diletakkan pada meatus superior


• Tampon kedua diletakkan antara konka media dan septum dan bagian distal dari tampon tersebut terletak dekat foramen sfenopalatina
• Tampon ketiga ditempatkan antara konka inferior dan septum nasi

Terkadang diperlukan penyemprotan oxymethaxolin spray  efek anestesi dan efek vasokonstriksi yang baik
Fraktur Os Nasal Terbuka

• Jika fraktur tulang hidung disertai dengan laserasi kulit atau mukoperiosteum rongga
hidung
• Kerusakan atau kelainan pada kulit dari hidung diusahakan untuk diperbaiki atau
direkonstruksi pada saat tindakan

Fraktur Tulang Nasoorbitoetmoid Kompleks

• Jika nasal piramid rusak karena tekanan atau pukulan dengan beban berat akan
menimbulkan fraktur pada tulang hidung, lakrimal, etmoid, maksila, dan frontal.
• Bagian dari nasal piramid yang terletak antara dua bola mata akan terdorong
kebelkang sehingga mengakibatkan fraktur naso etmoid,fraktur nasomaksila,dan
fraktur nasoorbita
Fraktur Os Nasoorbitoetmoid Kompleks
Komplikasi neurologik :
• Robeknya duramater
• Keluarnya cairan serebrospinal dengan kemungkinan meningitis
• Pneumoensefal
• Laserasi otak
• Avulsi dari nervus olfaktorius
• Hematoma epidural atau subdural
• Kontusio otak dan nekrosis jaringan otak

Komplikasi pada mata :


• Telekantus traumatik
• Hematoma pada mata
• Kerusakan nervus optikus yang mungkin menyebabkan kebutaan
• Epifora
• Ptosis
• Keruskan bola mata

Komplikasi pada hidung :


• Perubahan bentuk hidung
• Obstruksi rongga hidung yang disebabkan oleh fraktur, dislokasi atau hematoma pada septum
• Gangguan penciuman ( hiposmia atau anosmia)
• Epistaksis posterior yang hebat karena robeknya arteri etmoidalis
• Kerusakan duktus nasofrontalis atau mukokel
II. Fraktur Os Zigoma
• Os zigoma dibentuk oleh bagian bagian yang berasal dari tulang temporal, tulang frontal, tulang sfenoid, dan tulang maksila
• Bagian bagian dari tulang zigoma ini memberikan sebuah penonjolan pada pipi di bawah mata sedikit ke arah lateral
• Fraktur tulang zigoma ini agak berbeda dengan fraktur tripod atau trimalar

Gejala

• Pipi menjadi lebih rata (jika dibandingakan dengan sisi kontralateral atau sebelum trauma
• Diplopia dan terbatasnya gerakan bola mata
• Edem perorbita dan ekimosis
• Perdarahan subkonjungtiva
• Enoftalmos (fraktur dasar orbita atau dinding orbita)
• Ptosis
• Terdapat hipestesia atau anestesia karena kerusakan saraf infra-orbitalis
• Terbatasnya gerakan mandibula
• Emfisema subkutis
• Epitaksis kerena perdarahan yang terjadi pada antrum
Tatalaksana
• Kira kira 6% fraktur tulang zigoma tidak menunjukan kelainan.
• Trauma dari depan yang langsung merusak pipi (tulang zigoma) menyebabkan perubahan
tempat dari tulang zigoma tersebut kearah posterior, kearah medial atau ke arah lateral
• Perubahan posisi dari orbita tersebut menyebabkan gangguan pada bola mata.
• Reduksi dari fraktur zigoma ini difiksasi dengan kawat baja atau mini plate.
Fraktur Os Zigoma

Os Zygomaticum
III. Fraktur Os Maksila

Le Fort I
(Fraktur Guerin)

Le Fort II
Klasifikasi
(Fraktur Piramid)

Le Fort III
(Craniofacial
dysjunction)
Le Fort III
Garis fraktur meliputi sutura nasofrontal
diteruskan sepanjang ethmoid juction
melalui fisura orbitalis superior melintang
kearah dinding lateral ke orbita, sutura
zigomatikum frontal dan sutura
temporozigomaticum.

Le Fort II
Garis fraktur Le Fort II (Fraktur Piramid)
berjalan melalui os nasal dan diteruskan ke
Os lakrimalis, dasar orbita, pinggir
infraorbita dan menyebrang ke bagian atas
dari sinus maksilaris juga kearah lamina
pterygoid sampai ke fossa pterigopalatina

Le Fort I
Fraktur horizontal bagian bawah Os Maxilla dan Os
Palatum/Arcus Alveolar Kompleks
Tatalaksana Fraktur Os Maksila

• Penanggulangan fraktur maksila (mid facial


fracture) sangat ditekankan agar rahang atas dan
bawah dapat menutup.
• Dilakukan fiksasi intermaksilar sehingga oklusi
gigi menjadi sempurna
IV. Fraktur Os Orbita
• Fratur maxilla sangat berhubungan erat dengan fraktur tulang orbita terutama pada pengendara motor.

• Gejala fraktur tulang orbita :


 Enoftalmus
 Exoftalmos
 Diplopia
 Asimetri pada Muka
Pada fraktur pinggir orbita inferior atau fraktur yang menyebabkan dislokasi zigoma
 Gangguan saraf sensoris nervus infra orbitalis
Fraktur Os Orbita
V. Fraktur Os Mandibula
• Paling sering terjadi
• Hal ini disebabkan oleh kondisi mandibula terpisah dengan kranium
Penanggulangan Fraktur Mandibula

Tergantung pada lokasi fraktur, luasnya fraktur, dan keluhan yang diderita.

Lokasi fraktur : radiografi (foto polos pada posisi posteroanterior, lateral,


towne, lateral oblik, kiri, dan kanan). Bila kurang jelas : tomografi
komputer.

Penggunaan mini atau mikro plate pada fraktur madibula. Penggunaan mini
plate tidak menimbulkan kallus, menggunakan skrup, bersifat lebih stabil,
tidak memberikan reaksi jaringan, dan dapat dipakai untuk waktu yang
lama.
Pemeriksaan Penunjang (RADIOLOGI)

Fraktur Maksila: Fraktur Mandibula:

• Proyeksi Waters • Proyeksi Towne


• Proyeksi wajah lateral • Panoramic
• Proyeksi wajah • Proyeksi oblique lateral kiri
posteroanterior dan kanan
• Proyeksi submento verteks • Proyeksi posteroanterior
Penanganan Trauma Maksilofasial
Bebaskan jalan nafas,
Airway headtilt/chinlift/jaw trust, GCS 
intubasi

Breathing Periksa Ventilasi (I-P-P-A Thoraks)

Primary Survey
(Penanganan
Kegawatdaruratan)
Periksa hemodinamik, syok 
Circulation resusitasi cairan + persiapan transfusi

Periksa GCS
Disability Penurunan kesadaranreevaluasi
oksigenasi, ventilasi, perfusi
Penanganan Trauma Maksilofasial

Perawatan Definitif
• Dilakukan setelah keadaan umum pasien sudah baik dan telah melewati fase kritis.
• Tujuan: merehabilitasi tulang dan jaringan yang terkena
Daftar Pustaka
• Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan THT-KL FK UI. Dalam: Perdarahan Hidung dan Gangguan
Penghidu. Edisi ketujuh. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2012. h. 131-135
• Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan THT-KL FK UI. Dalam: Trauma Muka dan Leher. Edisi
ketujuh. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2012. h. 181-185
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai