Anda di halaman 1dari 9

BAB III

RUANG LINGKUP DAN KEDUDUKAN


FILSAFAT ILMU

A. Pendahuluan
Ruang lingkup filsafat ilmu' dalam bidang filsafat sebagai keseluruhan pada dasarnya
mencakup dua pokok bahasan, yaitu: pertama, membahas "sifat pengetahuan ilmiah",
dan kedua, menelaah “cara-cara mengusahakan pengetahuan ilmiah". 

• Pada pokok bahasan pertama berhubungan erat dengan


filsafat pengetahuan atau epistemologi.
• Pada pokok bahasan kedua, yakni terkait dengan pokok soal
"cara-cara mengusahakan pengetahuan ilmiah", erat
hubungannya dengan logika dan metodoiogi,
Filsafat ilmu dikelompokkan menjadi
dua, yaitu: 
1. Filsafat ilmu umum, yang mencakup kajian tentang persoalan
kesatuan, keseragaman, serta hubungan diantara segenap ilmu.
2. Filsafat ilmu khusus, yaitu kajian filsafat ilmu yang membicarakan
kategori serta metode metode yang digunakan dalam ilmu-iimu
tertentu atau dalam kelompok-kelompok ilmu tertentu, seperti
dalam kelompok ilmu alam, kelompok ilmu masyarakat, kelompok
ilmu tehnik dan sebagainya (Beerling dkk, 1986: 40). 
Filsafat iimu dikelompokkan berdasarkan
model pendekatan

1. filsafat ilmu terapan


 Pengetahuan yang pola pikir hakekat keilmuan
 Pengetahuan yang model praktek ilmiah yang diturunkan dari pola pikir
 Pengetahuan mengenai berbagai sarana ilmiah
 Serangkaian nilai yang bersifat etis yang terkait dengan pola pikir dengan
model praktek yang khusus. Ex profesi
2. filsafat ilmu murni yaitu bentuk kajian filsafat ilmu yang
dilakukan dengan menelaah secara kritis dan eksploratif
terhadap materi kefilsafatan, membuka cakrawala terhadap
kemungkinan berkembangnya pengetahuan normatif yang
baru
B. Hubungan filsafat ilmu dengan
Epistemologi

Secara sistematis merupakan cabang dari rumpun kajian


epistemologi. Epistemologi sendiri mempunyai cabang yaitu
filsafat pengetahuan dan filsafat ilmu.
Objek material filsafat yaitu gejala pengetahuan sedangkan
objek material filsafat ilmu  yaitu mempelajari gejala-gejala
ilmu menurut sebab terpokok.
1. Asumsi beberapa jenis objek ilmu
dalam khasanah filssafat ilmu kita mengenal banyak bentuk ilmu, jenis
ilmu, dan paradigma ilmu. Dari berbagai bentuk, jenis dan paradigma
ilmu tersebut maka kita dapat memperoleh gambaran adanya ragam,
tingkat dan aliran ilmu.
a. Ilmu alam dan Empiris
Yaitu ilmu membatasi diri hanya pada kejadian yang bersifat empiris,
dimana objek-objek yang berada diluar jangkauan pengalaman manusia
tidak termasuk bidang penelaahan ilmu ( Yuyun,1981:6 )
llmu empiris mempunyai beberapa asumsi mengenai objek (empiris), antara lain: 

• (1) Menganggap objek-objek tertentu mempunyai keserupaan satu 


• sama lain, yaitu dalam hal: bentuk struktur, dan sifat, sehingga ilmu tidak bicara
mengenai kasus individual, melainkan suatu kelas tertentu.
• (2)Menganggap bahwa suatu benda tidak mungkin mengalami perubahan dalam
jangka waktu tertentu. Kelestarian relatif dalam jangka waktu tertentu ini
memungkinkan kita untuk melakukan pendekatan keilmuan terhadap objek yang
sedang diselidiki. 
• (3)Menganggap tiap gejala bukan merupakan suatu kejadian yang bersifat
kebetulan, tiap gejala mempunyai pola tertentu yang bersifat tetap dengan. Urut-
urutan kejadian yang sama (Paul Niddich dalam Yuyun S, 1981: 7-9) 
b. Ilmu abstrak

llmu formal seperti halnya matematika, logika, flsafat, dan statistIka


adalah Jenis ilmu yang belfungsi sebagai penopang tegaknya iimuilmu
lainnya. Ilmu yang tergolong formal pada umumnya berasumsi bahwa
objek ilmu adalah bersifat abstrak, tidak kasat mata, dan tidak terikat
oleh ruang dan waktu. Objek dapat berupa konsep dan bilangan,ia berada
dalam pemikiran manusia. 
c. Ilmu –Ilmu sosial dan kemanusiaan
Ilmu kemanusiaan mencakup juga ilmu-ilmu sosial, ia merupakan ilmu empiris
yang mempelajari manusia dalam segala aspek hidupnya, ciri khasnya, tingkah
lakunya baik perseorangan maupun bersama, dalam lingkup kecil maupun besar. 
Lanjutan...
d. Ilmu sejarah
Ciri ilmu sejarah dibandingkan dengan ilmu empiris lainnya yaitu sifat
objek materialnya, yaitu data-data peninggalan masa lampau baik
berupa kesaksian, alat-alat, makan, rumah, tulisan. 
karya seni. Semuanya itu mirip dengan objek material ilmu kealaman,
karena sama-sama sebagai benda mati. Namun objek ilmu sejarah tidak
dapat dikenai eksperimen karena menyangkut masa mlampau dan tidak
dapat dibalikkan lagi. Sering peninggalan sejarah mterteian o'ieh masa,
terlindung dan merupakan saksi bisu, bahkan sering hilang. Karena
sering banyak hal yang mempengaruhi kemurniaan objek manusiawi
berkaitan dengan sikap menilai dari subjek penelitian, maka objektivitas
ilmu sejarah sebagai ilmu kemanusiaan menjadi problem dalam
menentukan patokan objektivitas. 

Anda mungkin juga menyukai