Anda di halaman 1dari 16

SEKILAS HUBUNGAN DIPLOMATIK INDONESIA - JERMAN

Hubungan Diplomatik Indonesia – Jerman dibuka secara resmi pada tahun 1952. Namun
Hubungan Jerman dengan Indonesia merupakan hubungan persahabatan Jerman terlama dengan
negara di luar Eropa., jauh sebelum kemerdekaan. Istilah Indonesia, yang menjadi nama negara
kita, juga dipopulerkan oleh orang Jerman. Adolf Bastian dalam laporannya menyebut „Hindia“
yang disambung dengan kata bahasa Yunani „nesus“ yang berarti pulau.
Juga hubungan dagang Jerman – Indonesia bisa ditelusuri sejak abad ke-19. Sebagai contoh
tujuh tahun setelah Siemens didirikan di Jerman pada tahun 1854, Rumah Siemens sudah aktif di
Surabaya. Selain itu Indonesia juga memainkan peranan yang tidak bisa diabaikan dalam sejarah
kesusasteraan dan seni Jerman pada abad ke-19. Pelukis Indonesia Raden Saleh (1807-1880)
mengabadikan perkembangan seni di Dresden, Jerman secara signifikan.
Hubungan Republik Indonesia dan Republik Federal Jerman, sejak tahun 2012, kembali
mencapai milestone baru dengan disepakatinya dokumen the German-Indonesian Joint
Declaration for a Comprehensive Partnership: Shaping Globalization and Sharing Responsibility
oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Kanselir Angela Merkel di Jakarta tanggal 10
Juli 2012. Dalam dokumen tersebut, kedua pemimpin telah menyepakati 5+3 area kerja sama
yang perlu dikembangkan yaitu: Economic Cooperation (Trade and Investment), Education,
Research and Technology, Health, Defense Industry, Food Security, Food Energy,
Transportation. Sejak tahun 2012, kedua negara telah menjadi mitra strategis komprehensif yang
bertekad untuk terus mengembangkan hubungan bilateral secara positif, konstruktif, dan saling
menghormati kedaulatan masing-masing.
Dalam perkembangannya, hubungan bilateral RI-RFJ tersebut semakin meningkat dan erat
dengan adanya momentum Kunjungan Resmi Presiden Joko Widodo ke Berlin pada 17-18 April
2016. Presiden Joko Widodo dan Kanselir Angela Merkel telah menyepakati kembali penguatan
hubungan kemitraan strategis (stepping up strategic partnership) kedua negara melalui 3 (tiga)
fokus bidang kerja sama yaitu (1) pendidikan vokasi (technical vocational education training),
(2) energi terbarukan (renewable energy), (3) maritime (maritime cooperation) demi kebutuhan
negara dan kepentingan nasional RI-RFJ di masa mendatang.
Kerjasama Ekonomi
Kerja sama ekonomi merupakan prioritas utama hubungan bilateral Indonesia dan Jerman. Hal
ini dikarenakan dimensi dan cakupan kerjasama ekonomi Indonesia dan Jerman yang bersifat
multi-dimensi sehingga tidak hanya terbatas pada perdagangan dan investasi. Sektor strategis
lainnya yang turut memperkuat kerja sama ekonomi bilateral kedua negara, di antaranya: i)
kerjasama pembangunan; ii) kesehatan; iii) lingkungan hidup; iv) perubahan iklim; v) sosial dan
tenaga kerja; vi) energi; vii) infrastruktur; dan viii) transportasi.
Di sektor perdagangan, Jerman merupakan salah satu mitra dagang utama bagi Indonesia.
Produk-produk ekspor unggulan Indonesia ke Jerman, antara lain minyak kelapa sawit, alas kaki,
peralatan elektronik, pakaian dan asesoris pakaian, karet dan produk dari karet, mesin-mesin
mekanik, kopi-teh & rempah-rempah, alat fotografi, kayu dan mebel. Sementara, produk ekspor
Jerman ke Indonesia umumnya barang manufaktur seperti kendaraan bermotor, kendaraan
pengangkut, mesin untuk industri yang memproduksi produk plastik, packaging, peralatan,
perkapalan, peralatan komunikasi, barang kimia, peralatan laboratorium, dan produk metal.
Saat ini, terdapat sekitar 250 perusahaan multinasional Jerman yang melakukan bisnis di
Indonesia. Proyek investasi Jerman di Indonesia masih didominasi sektor-sektor metal dan
machinery industry, industri kimia dan farmasi, transportasi, storage, dan industry komunikasi.
Beberapa perusahaan Jerman yang melakukan investasi di Indonesia antara lain Deutsche Post,
Robert Bosch, Bayer, VW, Mercedes-Benz, Adidas, Allianz, BASF, dan BMW.

Pendidikan
Jerman menjadi satu dari tujuan pendidikan utama bagi mahasiswa dan para ilmuwan Indonesia
sejak generasi pertama pasca kemerdekaan Indonesia. Sejak Indonesia merdeka, diperkirakan
sebanyak 27.000 pelajar Indonesia telah melanjutkan studi di Jerman. Berdasarkan data lapor diri
(LaDi) KBRI Berlin bulan Oktober 2017, saat ini terdapat 6.371 orang mahasiswa Indonesia di
Jerman dalam berbagai jenjang mulai dari sekolah bahasa hingga program doktoral.
Kerjasama pendidikan antara Indonesia dan Jerman secara formal didasarkan pada perjanjian
tahun 1979. Perjanjian ini mencakup bidang pendidikan, riset dan ilmu pengetahuan serta
pengembangan teknologi. Salah satu tindaklanjut perjanjian tersebut adalah kerja sama
Bundesministerium für Bildung und Forschung (BMBF) dengan Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi (BPPT) tahun 1988 tentang Initiative Biotechnology Indonesia-Germany.
Dubes RI Serahkan Surat Kepercayaan kepada Presiden Afghanistan
Kamis, 30 Maret 2017 | dilihat 2030 kali

KBRI Kabul – Pada 26 Maret 2017, Duta Besar RI untuk Afghanistan, Dr. Arief Rachman MD.,
telah menyerahkan surat-surat kepercayaan (credentials) kepada Presiden Republik Islam
Afghanistan, Dr. Mohammad Ashraf Ghani, yang didampingi juga oleh Acting Menteri Luar
Negeri Afghanistan, Y.M. Nasir Ahmad Andisa dan Kepala Protokol Negara/KPN, Y.M. Walid
Nazari. Pada kesempatan prosesi penyerahan credentials, didahului dengan inspeksi pasukan
kehormatan, penyerahan credentials dan courtesy call dengan Presiden Afghanistan.
Pada kesempatan ini, Dubes RI Kabul menyampaikan bahwa hubungan bilateral antara Indonesia
dengan Afghanistan telah terjalin dengan baik sejak pembukaan hubungan diplomatik pada tahun
1955 dan telah berjalan lebih dari 60 tahun. Dubes RI Kabul juga menyampaikan permintaan
dukungan dan bantuan Kementerian Luar Negeri Afghanistan dalam rangka menjalankan tugas
sebagai Duta Besar RI di Afghanistan.
Pada kesempatan tersebut, Presiden Afghanistan menyampaikan bahwa beliau mempunyai
perasaan khusus terhadap Indonesia atas kemajuan Indonesia di bidang demokrasi, stabilitas
keamanan dan politik serta nilai-nilai Islam yang harmonis dengan agama lainnya di Indonesia.
Hubungan Indonesia dengan Singapura
Hubungan Indonesia–Singapura

Indonesia Singapura
Hubungan Indonesia dengan Singapura adalah hubungan bilateral antara Republik Indonesia
dengan Republik Singapura. Dari tahun ke tahun, Indonesia dan Singapura membina hubungan
kunjungan kenegaraan tingkat tinggi. Hubungan ini ditandai dengan kerja sama ekonomi yang
kuat. Dalam beberapa tahun terakhit, Singapura secara konsisten menjadi investor asing terbesar
di Indonesia. Kerja sama antara Indonesia dan Singapura juga meliputi beberapa bidang,
termasuk kesehatan, pertahanan, dan lingkungan hidup.
Hubungan antara Indonesia dan Singapura kebanyakan didorong karena kedekatan geografis.
Singapura merupakan salah satu negara tetangga terdekat Indonesia. Wilayah negara kota ini
dikepung wilayah Indonesia di bagian barat, selatan, dan timur, terjepit di antara Malaysia dan
Indonesia. Kedua negara adalah pendiri ASEAN, dan negara anggota Gerakan Non-Blok dan
APEC.
Sejarah
Hubungan antara Indonesia dan Singapura purba dimulai sejak masa kerajaan kuno, abad ke-7
wilayah selat di sekitar Singapura adalah bagian dari wilayah kekuasaan Kerajaan Sriwijaya.
KitabNagarakretagama, sebuah puisi epik Jawa Majapahit yang ditulis pada tahun 1365
menyebutkan sebuah pemukiman di pulau yang disebut Temasek ('Kota Laut' dalam bahasa Jawa
Kuno, dieja Tumasik).
Pada sekitar tahun 1390-an, seorang pengeran dari Palembang bernama Parameswara, melarikan
diri ke Temasek setelah kerajaannya diserang oleh Majapahit. Selama abad ke-14, Singapura
tejepit dalam persaingan antara Siam (sekarang Thailand) dan Kerajaan Majapahit berbasis di
Jawa, untuk mengendalikan wilayah Semenanjung Melayu. Menurut Kitab Sejarah Melayu,
Singapura dikalahkan dalam satu serangan Majapahit. Parameswara sempat memerintah pulau
selama beberapa tahun, sebelum dipaksa untuk mengungsi berpindah ke Melaka di mana ia
mendirikan Kesultanan Malaka.[1]
Pada awal abad ke-19, Singapura menjadi wilayah bawahan Inggris sebagai Negeri-Negeri Selat
dan kemudian sebagai koloni, sementara pada periode yang sama kepulauan Indonesia secara
bertahap jatuh ke bawah kendali VOC dan kemudian Hindia Belanda.
Setelah kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945 dan pemisahan Singapura dari Malaysia pada
tahun 1965, kedua negara membuka hubungan diplomatik bilateral resmi pada tahun 1966. Pada
tahun 1967, kedua negara bersama-sama dengan Thailand, Filipina dan Malaysia mendirikan
ASEAN untuk menjamin perdamaian dan stabilitas di kawasan Asia Tenggara.
Perdagangan dan ekonomi
Terletak di jalur perdagangan bahari tersibuk di Selat Malaka, menjabat sebagai salah satu pusat
utama perdagangan dunia, perdagangan dengan dan melalui Singapura menjadi penting bagi
Indonesia untuk menyediakan jalur perdagangan ke seluruh dunia. Begitu juga sebaliknya,
pengusaha Indonesia juga penting bagi Singapura. Perdagangan adalah motivasi umum utama
kedua negara hubungan luar negeri, masing-masing mitra adalah mitra dagang utama satu sama
lain.
Volume perdagangan Indonesia-Singapura mencapai $36 miliar AS ($29,32 miliar AS).
Singapura merupakan investor luar negeri teratas bagi Indonesia, dengan total kumulatif dari US
$ 1,14 miliar pada 142 proyek. Perdagangan antara kedua negara juga mencapai sekitar $68
miliar AS pada tahun 2010. Pada saat yang sama, ekspor non-migas Indonesia ke Singapura
adalah yang tertinggi di kawasan.[2]
Pariwisata
Singapura adalah sumber wisatawan asing terbesar bagi Indonesia, dengan sejumlah 1.373.126
wisatawan Singapura mengunjungi Indonesia pada tahun2010.[3] Sebaliknya, Indonesia juga menjadi sumber wisatawan
terbesar bagi Singapura, menjapai jumlah 2.592.222 wisatawan Indonesia yang mengunjungi Singapura pada 2011.[4]

Selain tujuan bisnis, wisatawan Indonesia tertarik ke Singapura sebagian besar untuk wisata
belanja, wisata kota, dan pulau resor dengan taman tema, kebun binatang, museum dan kebun.
Sementara Singapura tertarik ke Indonesia sebagian besar untuk alam dan budaya, Bali dan pulau
tetangga Batam sangat populer di kalangan wisatawan Singapura.
Keamanan dan antiterorisme
Pada tanggal 3 Oktober 2005 Perdana Menteri Lee Hsien Loong bertemu Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono di Bali, hanya dua hari setelah Bom Bali. Mereka sepakat untuk
memperkuat kerjasama melawan terorisme dan juga kerjasama yang dibahas dalam bidang
ekonomi, perdagangan dan investasi.[5]
Masalah wilayah dan lingkungan hidup
Hubungan Singapura dengan Indonesia umumnya baik, meskipun isu yang beredar saat ini
termasuk larangan ekspor pasir, dan granit;[6] yang sangat dibutuhkan oleh sektor konstruksi Singapura.
Masalah kelangkaan lahan dan ruang di Singapura telah mendorong mereka memperluas pulau
mereka melalui upaya reklamasi lahan. Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk reklamasi seperti
pasir dan granit, sebagian besar diimpor dari Indonesia. Tambang pasir dari wilayah Indonesia
telah menimbulan keprihatinan atas isu-isu lingkungan.[7]
Pada bulan Agustus 2005, Singapura dan Indonesia menandatangani Memorandum of
Understanding untuk memperluas hak penerbangan antara kedua negara.[8]
Pada Juni 2013, Singapura menderita akibat kabut yang berasal dari praktik tebang-dan-bakar
untuk membuka lahan perkebunan kelapa sawit di negara tetangga, Indonesia, provinsi Riau,
Sumatra. Pada Juni 2013 kabut mencapai rekor terburuk, mencapai tingkat kabut polutan
tertinggi sejak 1997. Kabut telah mendorong peringatan kesehatan dari pemerintah Singapura,
warga Singapura yang marah juga menyebabkan beberapa ketegangan diplomatik, pemerintah
Singapura memprotes keterlambatan di Indonesia dalam menangani masalah ini dan mendesak
pemerintah Indonesia untuk mencari langkah-langkah efektif untuk mencegah terjadinya dan
mengurangi polusi kabut asap lintas batas.[9]
RESEPSI DIPLOMATIK KBRI LONDON: 70 TAHUN HUBUNGAN DIPLOMATIK
INDONESIA-INGGRIS SEMAKIN KOKOH
Posted on 4 October 2018

SIARAN PERS KBRI LONDON


049/PR.PEN/X/LONDON/2018
RESEPSI DIPLOMATIK KBRI LONDON: 70 TAHUN HUBUNGAN DIPLOMATIK
INDONESIA-INGGRIS SEMAKIN KOKOH
LONDON, 4 Oktober 2018 —- Kedutaan Besar Republik Indonesia di London
menyelenggarakan Resepsi Diplomatik dalam rangka Hari Ulang Tahun ke-73 Kemerdekaan
Republik Indonesia dan Ulang Tahun TNI. Acara yang bertempat di KBRI London tersebut
dihadiri Lord Ahmad of Wimbledon, Menteri Negara untuk urusan Persemakmuran, PBB dan
Kementerian Luar Negeri sebagai Tamu Kehormatan.
Acara resepsi diplomatik tersebut dihadiri tidak kurang dari 300 orang yang terdiri dari sejumlah
duta besar, atase pertahanan dan kalangan diplomatik, disamping pejabat dari kalangan
Pemerintah Inggris, pengusaha dan mitra kerja KBRI London.
Duta Besar RI untuk Inggris raya, Republik Irlandia dan Organisasi Maritim Internasional, Dr
Rizal Sukma mengawali sambutannya dengan menyampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan setinggi-tingginya atas nama Pemerintah dan Rakyat Indonesia kepada Pemerintah
dan Rakyat Inggris atas ucapan simpati, bantuan dan dukungan yang diberikan dalam membantu
korban gempa bumi dan Tsunami di Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah. Dubes Rizal Sukma
mengajak seluruh hadirin meluangkan waktu sejenak untuk mendoakan korban bencana alam di
Sulawesi Tengah.
Dubes Rizal Sukma menyampaikan terima kasih kepada Lord Ahmad of Wimbledon yang telah
bersedia hadir pada acara Resepsi Diplomatik dalam rangka perayaan HUT ke-73 RI dan TNI.
Menjelang 70 tahun Hubungan Diplomatik RI-Inggris pada tahun 2019, Dubes Rizal Sukma
mencatat dinamika hubungan yang sempat mengalami pasang-surut, namun sejarah menunjukan
bahwa hubungan kedua negara semakin kokoh melalui nilai-nilai persahabatan, saling
menghormati dan kerjasama.
Indonesia dan Inggris memiliki karakteristik yang sama baik dalam nilai-nilai kehidupan
berbangsa dan bernegara maupun dalam hal visi negaranya. Kedua negara sama-sama
memandang penting untuk memelihara dan mengembangkan nilai-nilai demokrasi dan
menghormati serta menjunjung tinggi hak asasi manusia.
Sebagai negara demokrasi yang relatif masih muda, Indonesia yang merupakan negara
demokrasi terbesar no.3 di dunia, akan terus berupaya untuk mempertahankan dan
menyempurnakan sistem demokrasi Indonesia. Dubes Rizal Sukma mengakui bahwa proses
tersebut tidaklah mudah, namun melalui upaya yang terus menerus, ia yakin bahwa demokrasi
Indonesia akan semakin maju dan semakin baik. Hal ini dapat terlaksana melalui kerja keras
untuk meningkatkan perlindungan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia,
mempertahankan keberagaman dan pluralisme serta toleransi sesama manusia.
Dalam konteks bilateral, Dubes Rizal Sukma menegaskan bahwa sebagai sesama negara
kepulauan, Indonesia dan Inggris sama-sama memiliki kepentingan dalam memanfaatkan laut
untuk kepentingan rakyat banyak. Kedua negara telah melakukan berbagai kerjasama dalam
menjaga laut untuk masa depan yang lebih baik, dengan mengatasi masalah polusi di laut,
sampah plastic yang merusak ekosistem laut dan memastikan keamanan navigasi dan aturan
pemanfaatan laut yang diatur dalam Konvensi PBB tentang Hukum Laut (UNCLOS).
Disamping itu, ditengah meningkatnya upaya-upaya proteksionisme perdaganganm Indonesia
dan Inggris sebagai sesama negara G-20 berkepentingan untuk bekerjasama dalam memastikan
perdagangan yang bebas dan adil.
Secara khusus, Dubes Rizal Sukma mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Inggris yang
telah memberikan dukungan atas pencalonan Indonesia sebagai anggota tidak tetap Dewan
Keamanan PBB 2019-2020. Dalam hal ini, Inggris dan Indonesia akan bekerjasama lebih erat
pada tahun mendatang dalam upaya mempertahankan perdamaian dan keamanan internasional.
Sementara dalam konteks regional, Indonesia menyambut baik engagement yang lebih
mendalam dari Inggris baik dalam konteks ASEAN-UK maupun Asia Timur yang menjadi pusat
grafitasi dunia saat ini.
Diakhir sambutan, Dubes Rizal Sukma mengajak semua yang hadir dalam acara resepsi
diplomatik tersebut untuk bersulang untuk Ratu Inggis dan demi semakin kuatnya hubungan
bilateral Indonesia-Inggris.
Pada acara tersebut, Lord Ahmad of Wimbledon, Menteri Negara untuk urusan Persemakmuran,
PBB dan Kementerian Luar Negeri menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada Duta Besar Rizal Sukma dan seluruh jajarannya.
Lord Ahmad of Wimbledon juga mengambil kesempatan untuk menyampaikan duka cita dan
doa dari Pemerintah dan Rakyat Inggris atas peristiwa gempa bumi dan tsunami yang terjadi di
Palu dan Donggala serta bencana alam di Lombok pada bulan Juli-Agustus lalu. Inggris
menyatakan siap untuk memberikan bantuan untuk Indonesia. Sebagai catatan, Pemerintah
Inggris telah menyampaikan bantuan sebesar 2 juta pounsterling serta bantuan alat angkut udara
berupa pesawat Hercules C-130 dan sejumlah bantuan kemanusiaan lainnya.
Lord Ahmad juga mengapresiasi eratnya hubungan Inggris dan Indonesia selama ini khususnya
dalam bidang pendidikan, perdagangan, investasi dan sebagainya. Inggris menyambut baik
hubungan kerjasama yang semakin baik dan meningkat dengan Indoneisa di masa depan.
Senada dengan Dubes Rizal Sukma, Lord Ahmad memandang Inggris dan Indonesia memiliki
visi yang sama dalam pemanfaatan laut untuk kepentingan rakyat banyak, memerangi pemanasan
global serta polusi plastik di laut.
Sebagai utusan khusus PM Inggris dalam bidang Kebebasan Beragama, Lord Ahmad secara
khusus menyatakan bahwa Indonesia telah memberikan contoh yang baik dalam mempraktekan
kehidupan yang toleran antar umat beragama dimana seluruh rakyat Indonesia tanpa memandang
dasar agama dan keyakinannya, menyatakan bersatu pasca peledakan bom di beberapa gereja di
Surabaya pada beberapa waktu lalu. Baik Indonesia maupun Inggris dapat mengambil pelajaran
berharga dari peristiwa tersebut dalam upaya memerangi terorisme dan ekstremisme.
Hubungan bilateral Inggris dan Indonesia semakin diperkuat dalam konteks global yakni sebagai
sesama negara G-20, sesama anggota Dewan Hak Asasi Manusia, ASEAN dan dengan
dipilihnya Indonesia sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB 2019-2020.
Diakhir sambutannya, Lord Ahmad juga mengajak Duta Besar Rizal Sukma dan seluruh hadirin
untuk bersulang bagi meningkatnya hubungan dan kerjasama bilateral Indonesia-Inggris di masa
depan.
Sebagai bentuk rasa syukur atas kemerdekaan dan kemajuan Indonesia yang telah dicapai selama
ini, diadakan pemotongan tumpeng oleh istri Duta Besar RI London, Hana A. Satriyo, yang
dilanjutkan penyerahan kepala tumpeng kepada Tamu Kehormatan, Lord Ahmad dan istrinya
sebagai bentuk kehormatan atas kehadirannya dan harapan agar semakin kokoh hubungan
bilateral kedua negara.
Pada acara tersebut, disajikan kuliner khas Indonesia berupa Sate Ayam, Soto Bogor, Siomay
Bandung, Nasi Gudeg Jogja, dan sejumlah jajanan pasar sambil menyaksikan penampilan
Degung Sunda yang dimainkan oleh kelompok gamelan Sekar Enggal pimpinan Simon Cook
dari City University, London.
Disamping itu, para hadirin juga dihibur dengan penampilan luar biasa London Angklung
Ensemble pimpinan Hana A. Satriyo yang memainkan beberapa lagu diantaranya Manuk Dadali
dan Bengawan Solo.
Tiongkok dan Indonesia Kembangkan Kerja Sama Bidang Pendidikan

Hubungan diplomatik antara Indonesia dan Tiongkok sudah terjalin selama 65 tahun. Dalam
perjalanan tersebut, UI merupakan saksi mata dan pendorong timbal balik hubungan
persahabatan ini. Hal tersebut disampaikan Wakil Perdana Menteri Republik Rakyat Tiongkok,
Y. M. Madam Liu Yandong saat menyampaikan kuliah umum di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik UI, Rabu (27/5/2015).
Mengangkat tema “Mempererat Pertukaran Antara Masyarakat, Bersama Membina Persahabatan
Tiongkok—Indonesia”, Liu Yandong dalam pemaparannya menekankan pentingnya
meningkatkan kerja sama antarkedua negara.
Sejarah mencatat, di era 1990-an UI telah bekerja sama dengan Universitas Peking untuk
menyusun dan menerbitkan kamus Bahasa Indonesia—Mandarin sebagai alat untuk mengenal
kebudayaan dan alat komunikasi satu sama lain. “Dalam kesempatan ini, saya mengucapkan rasa
terima kasih yang setulusnya kepada semua dosen dan mahasiswa UI yang berupaya memajukan
persahabatan Tiongkok dan Indonesia dalam jangka panjang,” kata Liu Yandong.
Salah satu bentuk kerja sama terbaru yang akan digalang antara Indonesia dan Tiongkok adalah
Program Pembangunan Poros Maritim Indonesia yang sejalan dengan gagasan strategis Jalan
Sutra Maritim milik Tiongkok. Selain itu, Presiden Jokowi dan Presiden Tiongkok Xi Jinping
juga telah sepakat untuk mendirikan tiga mekanisme kerja sama di bidang keamanan politik,
kerja sama di bidang ekonomi dan perdagangan, serta kerja sama di bidang humaniora.
Untuk mewujudkan kepentingan bersama antara Indonesia dan Tiongkok, Liu Yandong
memaparkan empat hal yang perlu dilakukan. Pertama, Indonesia dan Tiongkok harus
mempertahan kerja sama yang telah terjalin. Hal ini dikarenakan populasi penduduk Indonesia
dan Tiongkok tergolong besar, sehingga kesejahteraan yang tercapai di kedua negara akan
berkontribusi penting bagi Asia, bahkan dunia.
Langkah kedua yang harus dilakukan adalah memperdalam pertukaran antara masyarakat untuk
mendorong rakyat kedua negara saling mengenal satu sama lain. Selain itu, perlu adanya
peningkatan kerja sama di bidang pendidikan. Salah satu bentuk kerja sama di bidang pendidikan
dapat dicapai dengan penerjemahan karya klasik sastra masing-masing serta meningkatkan kerja
sama di bidang pengajaran bahasa dan budaya.
Lebih lanjut ia berharap, pemerintah Tiongkok mengharapkan adanya jalinan persahabatan
antara generasi muda Indonesia dan Tiongkok. “Pemerintah Tiongkok mendorong kaum muda
Tiongkok belajar ke Indonesia dan kami juga menyambut baik pemuda Indonesia yang belajar ke
Tiongkok,” kata Liu Yandong.
Sebagai perwujudan dari peningkatan kerja sama di bidang pendidikan, Liu Yandong yang
mewakili pemerintah Tiongkok memberikan dana pendidikan senilai 500 ribu Yuan RMB untuk
UI. Penyerahan dana pendidikan secara simbolis diterima oleh Rektor Universitas Indonesia,
Prof. Dr. Ir. Muhammad Anis, M.Met yang turut hadir dalam acara itu.
Tak hanya itu, Tiongkok juga akan menambah seratus kuota beasiswa yang diberikan untuk
Indonesia, serta mengundang seratus orang mahasiswa Indonesia untuk mengikuti camp musim
panas Chinese Bridge pada tahun ini. “Saya yakin, asalkan kita bergandengan tangan,
komunikasi kedua negara pasti akan melangkah ke tingkat yang baru sehingga masa depan
Tiongkok dan Indonesia pasti akan melangkah lebih jauh lagi,” ujar Liu Yandong mengakhiri
sesi kuliah umum hari itu.
Penulis : Dara Adinda
10 Contoh Hubungan Bilateral dan Multilateral Indonesia
Sebagai salah satu negara merdeka di dunia, Indonesia berhak mengadakan hubungan dengan
negara-negara lain di dunia sebagai salah satu bentuk peran serta Indonesia dalam pergaulan
dunia. Hubungan itu dapat kita sebut sebagai hubungan internasional. Terdapat dua jenis
hubungan internasional yang kita kenal selama ini, yaitu hubungan bilateral dan hubungan
multilateral. Yang dimaksud dengan hubungan bilateral yaitu hubungan yang dilakukan di antara
dua negara untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Di sisi lain, hubungan multilateral merupakan salah satu hubungan internasional yang dilakukan
oleh beberapa negara untuk mecapai suatu tujuan bersama. Biasanya, hubungan multilateral
diwujudkan dalam bentuk organisasi atau komunitas internasional tertentu. Dalam kesempatan
ini, penulis hendak menyampaikan beberapa contoh hubungan bilateral dan multilateral
Indonesia. tetap simak pembahasan selanjutnya.
Contoh dari Hubungan Bilateral Indonesia
Indonesia banyak menjalin hubungan bilateral dengan negara-negara di dunia, di berbagai benua.
Setidaknya terdapat 94 negara yang menjalin hubungan bilateral dengan Indonesia. Namun,
dalam kesempatan ini kita akan lebih banyak berfokus pada beberapa hubungan bilateral
indonesia dengan negara lain. Nah, di bawah ini merupakan beberapa contoh hubungan bilateral
indonesia:
1. Hubungan Bilateral Indonesia dan Amerika Serikat
Kerja sama antara Indonesia dan Amerika Serikat sejatinya sudah lama terjadi bahkan sebelum
proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945. Hubungan diplomatik di antara keduanya
ditandai dengan dibukanya kedutaan besar pada masing-masing negara tersebut. Hubungan
bilateral yang terjadi pun terdapat pada berbagai bidang, entah itu bidang politik, pertahanan dan
keamanan, perdagangan, investasi, wisata, pembangunan, energi, lingkungan, ketahanan pangan,
kemaritiman, pasukan perdamaian, pendidikan, ilmu pengetahuan, teknologi, dan dialog antar
agama. Hubungan bilateral yang paling diingat antara Indonesia dan AS mungkin adalah ketika
kedua negara ini meluncurkan Indonesia-US Comprehensive Partnership pada tahun 2010.
2. Hubungan Bilateral Indonesia dan Arab Saudi
Indonesia merupakan negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Hal ini menjadikan
Indonesia harus memiliki hubungan bilateral yang baik dengan negara Arab Saudi. Mengapa
demikian? Hal ini dikarenakan salah satu kewajiban dari umat muslim ialah pergi melaksanakan
ibadah haji yang hanya dapat dilakukan di negara Arab Saudi. Selain itu, umat muslim juga
setiap bulannya ada saja yang melaksanakan ibadah umrah di negara tersebut.
Kerja sama Indonesia dan Arab Saudi utamanya memang berkenaan dengan ibadah haji dan
umrah. Namun, di sisi lain banyak terjadi kerja sama bilateral antara Indonesia dan Arab Saudi,
misalnya yaitu pada bidang pendidikan. Banyak terjadi pertukaran pelajar antara kedua negara
ini. Selain itu, Indonesia dan Arab Saudi juga banyak bekerja sama di bidang pemberantasan
radikalisme dan terorisme. Bahaya radikalisme dan terorisme sangat perlu untuk diberantas agar
perdamaian dunia dapat terwujud.
3. Hubungan Bilateral Indonesia dan Inggris
Inggris merupakan salah satu negara monarki di benua Eropa. Hubungan kerja sama bilateral
antara Indonesia dan Inggris banyak terjadi dalam bidang pendidikan dan ekonomi. Pada bidang
pendidikan yaitu dengan banyaknya pertukaran pelajar di antara kedua negara ini. Pada bidang
ekonomi sendiri, Inggris dan Indonesia banyak memiliki kegiatan ekspor dan impor. Selain itu,
terjadi pula investasi dari negara Inggris untuk Indonesia.

4. Hubungan Bilateral Indonesia dan Jepang


Jepang memang merupakan salah satu negara yang pernah menjajah Indonesia dengan kejamnya
selama tiga tahun. Namun, hal ini tidak menghentikan kerja sama antara Indonesia dan Jepang.
Hubungan bilateral antara kedua negara ini berdasarkan pada perjanjian perdamaian di antara
republik Indonesia dan Jepang pada April tahun 1958. Perjanjian tersebut membawa dampak
baik dan eratnya hubungan antara kedua negara ini. Terjadi kesepakatan mitra strategis pada
2006 dan perjanjian kemitraan ekonomi Indonesia-Jepang pada tahun 2007. Jepang banyak
memberikan investasinya terutama pada pengusaha UMKM di Indonesia dan memberikan
banyak bantuan pada bidang pendidikan.
5. Hubungan Bilateral Indonesia dan China
Hubungan bilateral di antara negara Indonesia dan China sudah terjadi sejak lama. Terdapat pula
sebuah teori dimana nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari China. Hal ini menyebabkan
eratnya hubungan di antara kedua negara ini. Kerja sama antara Indonesia dan China lebih
banyak berada pada sektor ekonomi, terutama pada bidang perdagangan. Kedua negara ini saling
ekspor dan impor komoditi negaranya masing-masing. Selain itu, kedua negara ini juga saling
membebaskan visa kunjungan dari masing-masing penduduknya.
Contoh Hubungan Multilateral Indonesia
Selain memiliki hubungan bilateral, Indonesia juga membutuhkan adanya hubungan multilateral
untuk mendukung tercapainya tujuan pembangunan nasional. nah, di bawah ini merupakan
beberapa contoh hubungan multilateral Indonesia dalam pergaulan internasional:
1. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
Indonesia bergabung menjadi anggota resmi PBB pada tanggal 28 September 1950 sebagai
anggota ke-60. Keterlibatan Indonesia dengan PBB pada masa itu didukung penuh secara bulat
oleh para anggotanya. Indonesia banyak terlibat di dalam kegiatan PBB. Contoh peran Indonesia
dalam organisasi ASEAN dan PBB salah satunya yaitu membentuk Kontingen Garuda untuk
membantu tegaknya perdamaian di berbagai belahan dunia, yaitu dengan bergabung dalam
pasukan penjaga perdamaian PBB. Setidaknya sudah delapan kali Indonesia mengirimkan
kontingen garuda. Yang pertama kali adalah pada tahun 1957 untuk menjaga perdamaian di
negara Mesir.
2. Organisasi Kerja Sama Islam (OKI)
OKI merupakan organisasi internasional yang banyak bergerak di bidang kerja sama negara-
negara dengan penduduk Islam terbesar di dunia. Latar belakang dari berdirinya organisasi ini
yaitu terjadinya pembakaran tempat suci umat muslim, yaitu masjid Al-Aqsa pada 21 Agustus
1969 oleh para fanatik Yahudi dan Kristen di Yerusalem, Palestina. Indonesia sebagai negara
dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia ikut serta dalam pendirian organisasi ini
bersama 56 negara lainnya. Sudah banyak dampak OKI bagi Indonesia yang negara ini rasakan,
maka dari itu Indonesia tetap bergabung dengan OKI hingga saat ini.
3. Asia Pacific Economic Community (APEC)
Salah satu indikator kemajuan suatu negara ialah kemajuan pembangunan pada sektor ekonomi
negara tersebut. Indonesia sebagai salah satu negara merdeka di dunia tentunya juga harus
membangun perekonomian negara ini agar kesejahteraan rakyat Indonesia meningkat. Salah satu
upaya yang dilakukan Indonesia dalam bidang ini ialah mengadakan hubungan multilateral
dengan negara-negara di kawasan Asia Pasifik dalam lingkup APEC.
APEC merupakan salah satu forum kerja sama internasional di dalam bidang ekonomi. Melalui
forum ini, kerja sama ekonomi antara negara di kawasan Asia Pasifik dieratkan sehingga
kemajuan bidang ekonomi dapat merata di seluruh kawasan tersebut. Kerja sama ini pada
akhirnya meluas pada bidang-bidang lainnya yang masih berkaitan erat dengan bidang ekonomi.
Peran Indonesia dalam APEC sendiri cukup vital. Setidaknya Indonesia sudah dua kali menjabat
sebagai ketua umum APEC sekaligus tuan rumah KTT APEC.
4. Gerakan Non-Blok (GNB)
Sejatinya, konferensi Asia Afrika pada 1955 di Bandung merupakan cikal bakal lahirnya GNB.
Konferensi ini dihadiri oleh 29 kepala negara di kawasan benua Asia dan Afrika yang baru
memperoleh kemerdekaannya. Dalam konferensi ini dihasilkan Dasasila Bandung yang semakin
mendekatkan pada proses berdirinya GNB. Lima tokoh utama dari pendirian GNB adalah kepala
negara Indonesia, Mesir, Ghana, India, dan Yugoslavia.

Pada Konferensi Tingkat Tinggi GNB yang pertama, terdapat 25 negara anggota resmi. Pada
KTT ini, ditegaskan bahwa GNB tidak mengarah pada peran pasif atau tidak aktif dalam dunia
perpolitikan internasional, melainkan untuk merumuskan sendiri posisinya secara merdeka yang
mencerminkan kepentingan dari negara-negara anggotanya. Di sisi lain, dunia sedang dipanaskan
dengan adanya perang dingin blok barat (negara liberal) dan blok timur (negara komunis).
5. G-20
Setelah krisis ekonomi pada tahun 1997 berlalu, Indonesia kembali diterpa krisis ekonomi pada
tahun 2007. Hal ini sejatinya disebabkan oleh krisis ekonomi di negara maju yang berimbas
kepada negara berkembang, yang salah satunya ialah Indonesia, sehingga menyebabkan
dibutuhkannya penanganan yang menyeluruh dan kerja sama di antara negara-negara di dunia.
Pada tahun 2008, pemerintah Amerika Serikat memiliki inisiatif untuk mengadakan suatu
Konferensi Tingkat Tinggi bagi 20 negara di dunia yang terdampak dari krisis ekonomi ini.
Ke-20 negara tersebut selain AS ialah Indonesia, Kanada, Perancis, Jerman, Italia, Jepang,
Inggris, Argentina, Meksiko, Rusia, Korea Selatan, Arab Saudi, Cina, Turki, Australia, Brazil,
India, dan Afrika Selatan. Indonesia selaku salah satu negara berkembang di dalam forum ini
memiliki peran yaitu membela kepentingan negara-negara berkembang di dunia.
Itulah penjelasan mengenai materi contoh hubungan bilateral dan multilateral di indonesia yang
dapat penulis sampaikan kepada pembaca dalam kesempatan yang indah kali ini. Semoga dengan
pembaca memahami materi contoh dari hubungan bilateral dan multilateral di indonesia ini,
pengetahuan pembaca mengenai hubungan internasional, khususnya hubungan bilateral dan
multilateral dapat bertambah luas sehingga pembaca dapat berbicara lebih ketika ada diskusi
yang berkaitan dengan hubungan internasional. Selain itu, kita juga dapat mengetahui contoh
peran indonesia dalam hubungan internasional saat ini. Demikian yang dapat penulis sampaikan,
sampai bertemu dalam kesempatan lainnya dan semoga sukses selalu bagi para pembaca
dimanapun berada!

Anda mungkin juga menyukai