Anda di halaman 1dari 5

Hubungan Filipina dengan Indonesia

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Hubungan IndonesiaFilipina

Filipina Indonesia

Hubungan Filipina dengan Indonesia adalah hubungan diplomatik bilateral antara negara Indonesia dan Filipina. Sejak hubungan diplomatik secara resmi dimulai pada 1949, Indonesia dan Filipina menikmati hubungan bilateral yang hangat dalam semangat kekeluargaan. Kedua negara telah mendirikan kedutaan besar di masing-masing ibu kota, Indonesia memiliki kedutaan mereka di Jakarta dan konsulat di Davao City, sementara Filipina memiliki kedutaan mereka di Jakarta dan konsulat di Manado dan Surabaya. Kunjungan diplomatik tingkat tinggi telah dilakukan selama bertahun-tahun. Kedua negara adalah pendiri ASEAN dan anggota Gerakan Non-Blok dan APEC. Kedua negara adalah anggota dari Segitiga Pertumbuhan East ASEAN bersama dengan Brunei Darussalam dan Malaysia dalam BIMP-EAGA.
Daftar isi
[sembunyikan]

1 Sejarah 2 Perdagangan 3 Pariwisata dan konektivitas 4 Terorisme lintas batas dan separatisme 5 Sengketa wilayah 6 Penanggulangan bencana 7 Lihat juga 8 External links 9 Notes

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Indonesia dan Filipina adalah dua negara kepulauan dan memiliki komposisi penduduk etnis yang berkerabat dalam kesatuan keturunan Austronesia. Hubungan sejarah antara Indonesia dan Filipina kuno telah dimulai sejak sekitar abad ke-9, Prasasti Keping Tembaga Laguna dari tahun 900 M menyebutkan Kerajaan Medang di Jawa dan kerajaan Sriwijaya. Sistem penulisan yang digunakan adalah aksara Jawa Kuno, sedangkan bahasa yang digunakan adalah campuran bahasa Melayu Kuno, dan berisi banyak kata-kata pinjaman dari bahasa Sansekerta dan unsur kosakata non-Melayu, beberapa dari Tagalog kuno dan Bahasa Jawa Kuno.[1] Pada abad ke-14 kitab Nagarakretagama yang ditulis selama puncak kerajaan Majapahit, disebutkan beberapa negara yang sekarang berada di wilayah Filipina yaitu, Kalka , Saludung (Manila), dan Solot (Sulu), menunjukkan bahwa pengaruh kerajaan Majapahit telah mencapai kepulauan Filipina. Pada abad ke-16 kedua wilayah kepulauan ini dibagi di bawah kekuasaan kolonial Eropa , kepulauan Filipina dikuasai Kekaisaran Spanyol sementara di selatan, pulau rempah-rempah Maluku(sekarang bagian Timur dari Indonesia ) berada di bawah kekuasaan Portugis, kemudian direbut Belanda. Pihak kolonial Eropa mengidentifikasi wilayah kepulauan sebagai Hindia, yaitu Hindia Spanyol dan Hindia Belanda. Sejak proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 dan kemerdekaan Filipina pada tanggal 4 Juli 1946, hubungan baik antara Indonesia dan Filipina dibangun kembali. Pada awal tahun 1949 kedua negara telah menjalin hubungan diplomatik secara resmi. Sejak tahun 1949, Pemerintah Indonesia telah membuka kantor perwakilannya (Kantor Konsulat) di Manila, kemudian tidak sampai awal 1950-an kantor diplomatik (Kedutaan) didirikan dan dipimpin oleh Duta Besar. Untuk melembagakan hubungan antara kedua negara, perjanjian persahabatan ditandatangani pada tanggal 21 Juni 1951. Perjanjian ini merupakan hubungan dasar antara kedua negara, yang meliputi beberapa aspek seperti pemeliharaan perdamaian dan persahabatan, penyelesaian sengketa melaui cara damai diplomatik, pengaturan lalu lintas untuk warga kedua negara, dan kegiatan untuk meningkatkan kerjasama di bidang perdagangan, budaya, pengiriman , dan lain-lain, yang meliputi politik, masalah sosial-ekonomi dan keamanan kedua negara. Pada tahun 1967, kedua negara bersama-sama dengan Thailand, Singapura, dan Malaysia didirikan ASEAN untuk menjamin perdamaian dan stabilitas di kawasan.

Perdagangan[sunting | sunting sumber]


Perdagangan bilateral cenderung terus positif dalam beberapa tahun terakhir. Menurut Departemen Perdagangan Indonesia, angka itu telah meningkat dari $1,12 miliar pada tahun 2003 menjadi $2,9 miliar pada tahun 2009 dan $3,89 pada tahun 2010.[2]

Pariwisata dan konektivitas[sunting | sunting sumber]


Selama Forum Pariwisata ASEAN 2012 di Manado, Sulawesi Utara, Pemerintah Indonesia dan Filipina memulai kerjasama pariwisata bilateral pertama mereka. Prakarsa ini akan meningkatkan konektivitas antara kedua negara dengan mengoperasikan kapal pesiar dan pembukaan jalur penerbangan langsung antara Davao di Filipina ke Manado. Kedua negara juga aktif mendukung Master Plan ASEAN Connectivity, yang akan meningkatkan mobilitas yang lebih besar di kawasan ini. Filipina khususnya bersemangat untuk mengembangkan Jaringan Roll-On/Roll-Of (RORO) ASEAN dan jalur pelayaran pendek.

Terorisme lintas batas dan separatisme[sunting | sunting sumber]

Indonesia dan Filipina bekerja sama untuk mengeksplorasi cara-cara memerangi terorisme dan bentuk-bentuk kejahatan transnasional lain yang mengancam perbatasan mereka dan secara lebih luas di Asia Tenggara.[2] Presiden Indonesia telah menyatakan kesiapan negaranya untuk membantu pemerintah Filipina dalam pembicaraan damai dengan kelompok separatis Islam yang aktif di perbatasan. Sementara Filipina telah membantu Indonesia dalam negosiasi dengan pemberontak, dan berperan sebagai monitor selama Proses Perdamaian Aceh pada tahun 2005.

Sengketa wilayah[sunting | sunting sumber]


Indonesia dan Filipina berbagi perbatasan maritim terutama pada Laut Sulawesi. Di masa lalu kedua negara terlibat dalam sengketa teritorial atas pulau Miangas (Kasus Pulau Palmas). Itu terjadi antara Belanda dan Amerika Serikat dan dimenangkan oleh Hindia Belanda pada tahun 1932. Kini tidak ada perselisihan teritorial antara Indonesia dan Filipina. Pada bulan Maret 2011, para pemimpin dari kedua negara sepakat untuk menandatangani nota kesepahaman untuk meningkatkan kerjasama di bidang keamanan, pertahanan, perbatasan, perlindungan pekerja migran, pendidikan dan olahraga. Indonesia memberi dukungan kepada proposal Filipina untuk menggariskan dan memisahkan bagian-bagian yang dipersengketakan di Laut Cina Selatan dari klaim daerah yang tak terbantahkan dalam penyusunan Kode Tata Berperilaku yang akan mengikat negaranegara yang mempersengketakan kepulauan Spratly.

Penanggulangan bencana[sunting | sunting sumber]


Baik kepulauan Indonesia dan Filipina adalah kawasan yang rentan terhadap bencana alam, seperti gempa bumi, letusan gunung berapi, tsunami, dan topan. Dalam semangat solidaritas dan kemanusiaan, kedua negara sering saling membantu dalam waktu kesulitan. Pemerintah Indonesia pada hari Senin 10 Desember 2012 datang membantu ribuan korban Topan "Pablo" (Bopha) di Visayas dan Mindanao, menyumbangkan $ 1 juta dan empat ton barang-barang bantuan melalui Angkatan Bersenjata Filipina. Selain bantuan keuangan, pemerintah Indonesia juga memberikan 1.000 selimut militer, 3.000 bungkus siap makan saji dan 50 kotak mie instan.[3] Pada November 2013, Pemerintah Indonesia mengirimkan bantuan kemanusiaan berupa barang dan logistik senilai $ 1 million untuk membantu korban Topan Haiyan di Filipina Tengah sebagai bagian dari solidaritas ASEAN. Palang Merah Indonesia juga mengirimkan bantuan darurat sebanyak 688.862 ton. Tiga Pesawat Hercules TNI Angkatan Udara dikerahkan membawa pasokan ke daerah yang terkena dampak bencana. Bantuan logistik termasuk pesawat, makanan, generator dan obat-obatan. Palang Merah Indonesia junga mengerahkan kapal kargo KM Emir sarat dengan muatan persediaan darurat dan juga 30 relawan Palang Merah Indonesia.[2][4][5][6]

North Atlantic Treaty Organization diposting oleh fellinkinanti-fisip10 - 13 January 2013 kategori : Masyarakat Budaya Politik Eropa - 0 komentar North Atlantic Treaty Organization atau yang umumnya dikenal melalui singkatannya NATO merupakan sebuah organisasi keamanan yang dibentuk oleh negara-negara yang terletak di wilayah Eropa sebelah utara samudera Atlantik dan sekutunya seperti Amerika Serikat. NATO pertamakali dibentuk pada masa perang dingin dimana aliansi keamanan mulai dirasa penting keberadaannya oleh negara-negara yang terlibat perang pada masa pasca perang dunia II. Perjanjian Brussel yang ditandatangani oleh Inggris, Prancis, Belgia, Luxembourg dan Belanda pada tahun 1948. NATO merupakan organisasi intergovermental security organizattion karena anggotanya merupakan institusi resmi negara (nato.org, 2012) Pada tahun 1949 lima negara penandatangan perjanjian Brussel menandatangani North Atlantic Treaty di Washington DC bersama dengan beberapa negara besar yang ingin membendung kekuasaan USSR pada masa itu yakni Amerika Serikat, Portugal, Italia, Norwegia, Kanada, Dermark dan Islandia. Perjanjian itu menetapkan kebersamaan mereka dalam bidang security, bahwa apabila ada satu negara anggota perjanjian itu diserang maka negara lainnya memiliki hak untuk membantu negara tersebut dalam menjaga pertahanan dan keamanan negaranya dalam bidang militer. Collective security dan collective defense merupakan salah satu prinsip utama NATO dalam menjalankan setiap aksinya (nato.org, 2012). Dalam setiap aksinya NATO mengutamakan keamanan bersama anggotanya sehingga dalam menjalankan aksinya peacekeeping merupakan agenda utama NATO (rockwood, 1995). Selain untuk penjagaan keamanan bersama, pembentukan NATO merupakan hal yang penting pada masa perang dingin sebagai tandingan dari Pakta Warsawa yang merupakan pakta pertahanan USSR dan aliansinya pada masa itu. NATO dikenal juga dengan organisasi pertahanan militer keamanan wilayah Eropa Barat yang merupakan tempat mayoritas pihak sekutu Amerika Serikat. Pada saat ini dalam website resmi NATO, NATO memiliki 28 negara anggota yang mayoritas berada di kawasan Eropa Barat. Selain negara-negara yang menandatangani North Atlantic Treaty negara lain yang kini menjadi anggota NATO antara lain Albania, Bulgaria, Kroasia, Ceko, Denmark, Estonia, Germany, Yunani, Hungaria, Islandia , Latvia, Lithuania, Poland, Romania, Slovakia, Slovenia, Spanyol, dan Turki (nato.org, 2012) Dalam menjalankan misinya, NATO memiliki dewan khusus yang bertemu sebelum memutuskan aksi-aksinya. Dewan ini disebut juga North Atlantic Treaty yang dianggotai oleh masing-masing perwakilan dari negara yang menjadi duta yang mewakili suara negara anggota dalam memutuskan, memberikan kritisi, bertanya atau melakukan berbagai kegiatan yang merepresentasikan negaranya dalam setiap sikap organisasi. Keanggotaan ini bersifat permanen bagi setiap negara. Markas besar NATO sendiri berada di kota Brussels di Belgia yang umumnya dijadikan tempat pertemuan rutin anggota, dewan dan parlemen NATO tersebut. Keputusan yang dihasilkan oleh dewan merupakan keputusan yang bersifat konsensus. Sekretaris Jendral NATO saat ini adalah Anders Fogh Rasmussen yang berasal dari Denmark. Rasmussen pula yang memimpin intervensi NATO di Libya pada tahun 2011 lalu. NATO memiliki hubungan yang dekat dengan EU yang merupakan organisasi regional negara-negara Eropa. Keanggotaan NATO merupakan salah alasan kuat dibalik bergabungnya Inggris ke dalam EU. Inggris sendiri yang menjadi anggota EU tanpa mengikuti perjanjian mata uang bersama EURO dan perjanjian teritorialSchengen namun mengikuti NATO karena alasan keamanan kawasan. Inggris memiliki keinginan dan

kepentingan dalam bidang keamanan Eropa Barat begitu pula dengan Perancis dan Jerman yang merupakan pihak-pihak yang terlibat dalam perang dunia. Aliansi perdamaian dan keamanan merupakan keinginan dan kepentingan mereka di EU saat ini, dimana hal tersebut diwujudkan dalam NATO. Hal ini membuat hubungan EU dan NATO menjadi berkaitan dan NATO menjadi sebuah instrumen perjanjian penting yang mengikat anggota EU khususnya dalam military defense dan collective security. NATO mulai tahun 2002 menjalin kerjasama dengan Russia demi kepentingan bersama dalam bidang kedamaian dan keamanan karena letak Eropa dan Russia yang berdekatan. Kerjasama ini diharapkan dapat membangun rasa kepercayaan diantara kedua belah pihak dalam menjaga perdamaian kawasan. Keduanya bahkan membina kerjasama dalam bidan militer seperti rudal, dan dalam menjaga keamanan internasional seperti terorisme, war on drugs dll. Hubungan ini bahkan menghasilkan pembangunan markas khusus bagi kerjasama keduanya di Moskow. Kerjasama ini merupakan transformasi dalam hubungan NATO dengan USSR pada masa perang dingin dahulu. Penulis berpendapat bahwa pembentukan NATO merupakan hal yang pentinag dalam pertahanan Eropa, NATO juga merupakan sebuah instrumen yang signifikan dalam EU dimana beberapa negara EU bergabung juga untuk tujuan keamanan. PBB juga membutuhkan asistensi NATO dalam berbagai kegiatanpeacekeeping, peacemaking dan peacebuilding di berbagai wilayah dunia. NATO yang awalnya merupakan organisasi keamanan eksklusif negara Eropa Barat dan sekutu pada masa perang dingin, kini bertransformasi dalam hubungannya dengan Rusia yang merupakan pecahan USSR. Kedua pihak bahkan bekerjasama dalam membangun perdamaian dan keamanan di wilayah Eropa, Russia dan Internasional. Penulis berpendapat bahwa NATO yang merupakan organisasi keamanan Eropa Barat kini memiliki peran yang besar dalam menjaga keamanan dunia internasional pada masa pasca perang dingin karena kontribusinya yang semakin besar.

Anda mungkin juga menyukai