Disusun oleh :
Nim : 857993598
Abstrak
Wawasan Nusantara is the perspective of the Indonesian people towards the environment in which they
live as well as views outward from the Indonesian nation state. Wawasan Nusantara includes regional,
political, economic and socio-cultural unity. Regional unity means viewing Indonesia's territory which
consists of islands as an archipelagic country in one territorial unit. Political unity means viewing the
Indonesian nation, which consists of various tribes, religions and races, as having a sense of unity in one
state organization. Economic unity means that the wealth of the archipelago, both potential and
effective, is capital and the collective property of the nation. Meanwhile, socio-cultural unity means that
various Indonesian cultures are one in the national culture by not rejecting other cultural values that do
not conflict with the nation's cultural values.
Abstrak
Wawasan Nusantara adalah cara pandang bangsa Indonesia terhadap diri lingkungan tempat hidup
beserta pandangan ke luar dari negara bangsa Indonesia Wawasan Nusantara mencakup kesatuan
wilayah, politik, ekonomi, sosial budaya. Kesatuan wilayah berarti memandang wilayah Indonesia yang
terdiri dari pulau-pulau sebagai negara kepulauan dalam satu kesatuan wilayah. Kesatuan politik berarti
memandang bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai suku, agama, dan ras mempunyai rasa
persatuan dalam satu organisasi negara. Kesatuan ekonomi bermakna kekayaan wilayah Nusantara baik
potensial maupun efektif adalah modal dan milik bersama bangsa. Sedangkan kesatuan sosial-budaya
artinya beragam budaya Indonesia adalah satu dalam kebudayaan nasional dengan tidak menolak nilai-
nilai budaya lain yang tidak bertentangan dengan nilai budaya bangsa.
A. LATAR BELAKANG
Nusantara secara historis bermula dari bunyi Sumpah Palapa dari Patih Gadjah Mada yang diucapkan
dalam upacara pengangkatannya sebagai Mahapatih di Kerajaan Majapahit tahun 1336 M, tertulis di
dalam Kitab Pararaton. Penamaan nusantara ini berdasarkan sudut pandang Majapahit (Jawa),
mengingat pada waktu itu belum ada sebutan yang cocok untuk menyebut seluruh kepulauan yang
sekarang bernama Indonesia dan juga Malaysia. Nusantara pada waktu itu diartikan pulau-pulau di luar
Majapahit (Jawa). Dalam Kitab Negarakertagama karangan Empu Tantular, arti nisantara adalah pulau-
pulau di luar Jawa dengan Majapahit sebagai ibu kotanya. Selanjutnya, kata musantara digunakan oleh
Ki Hajar Dewantara untuk menggantikan sebutan Hindia Belanda (Nederlandsch-Indie). Pada acara
Kongres Pemuda Indonesia II tahun 1928 (peristiwa Sumpah Pemuda) digunakan istilah Indonesia
sebagai pengganti Nusantara. Nama Indonesia berasal dari dua kata bahasa Yunani, yaitu indo/indu yang
berarti Hindu/Hindia dan nesia/nesos yang berarti pulau. Dengan demikian, kata musantara bisa dipakai
sebagai sinonim kata Indonesia yang menunjuk pada wilayah (sebaran pulau-pulau) yang berada di
antara dua samudra, yakni Samudra Hindia dan Samudra Pasifik dan dua benua, yakni Benua Asia dan
Australia. Sebagai konsepsi kewilayahan, Wawasan Nusantara pada intinya memandang wilayah
Indonesia yang terdiri dari pulau-pulau sebagai negara kepulauan dalam satu kesatuan wilayah. Seiring
dengan perkembangan zaman, konsep Wawasan Nusantara berkembang dan mencakup tak hanya
kesatuan wilayah geografis, tetapi juga pandangan akan kesatuan politik, ekonomi, sosial budaya, dan
pertahanan keamanan, termasuk persatuan sebagai satu bangsa.
Jika dilihat dari sejarahnya, konsep Wawasan Nusantara lahir sejak Deklarasi Djuanda pada 13 Desember
tahun 1957 oleh Perdana Menteri Ir. H. Djuanda Kartawidjaja. Isi pokok deklarasi ini adalah bahwa lebar
laut teritorial Indonesia 12 mil yang dihitung dari garis yang menghubungkan pulau terluar Indonesia.
Dengan garis teritorial yang baru ini wilayah Indonesia menjadi satu kesatuan wilayah. Laut di antara
pulau bukan lagi sebagai pemisah karena tidak lagi laut bebas, tetapi sebagai penghubung pulau. Di
kemudian hari konsep Wawasan Nusantara dikuatkan melalui keputusan politik negara dengan
memasukkannya ke dalam Pasal 25 A UUD NRI 1945 yang menyatakan Negara Kesatuan Republik
Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang berciri Nusantara dengan wilayah yang batas-batas dan
hak-haknya ditetapkan dengan undang-undang. Pasal tersebut menyatakan negara Indonesia dicirikan
berdasar wilayahnya. Kedaulatan atas wilayah negara tersebut turut diperkuat melalui Undang-Undang
No. 4 Prp Tahun 1960 tentang Perairan Indonesia.
Selain melalui peraturan perundangan nasional, Indonesia juga memperjuangkan konsepsi Wawasan
Nusantara berdasar Deklarasi Djuanda ini ke forum internasional agar mendapat pengakuan bangsa lain
atau masyarakat internasional. Pada akhirnya Konferensi PBB tanggal 30 April 1982 menerima dokumen
yang bernama "The United Nation Convention on The Law of The Sea" (UNCLOS). Konvensi Hukum Laut
1982 tersebut kemudian mengakui asas Negara Kepulauan (Archipelago State). Indonesia diakui dan
diterima sebagai kelompok negara kepulauan, Indonesia. UNCLOS 1982 tersebut kemudian diratifikasi
melalui Undang-Undang No. 17 Tahun 1985. Berdasar konvensi hukum laut tersebut, wilayah laut yang
dimiliki Indonesia menjadi sangat luas, yakni mencapai 5,9 juta km², terdiri atas 3,2 juta km² perairan
teritorial, dan 2,7 juta km² perairan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE). Luas perairan ini belum termasuk
Landas Kontinen (continent shelf).
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
D. PEMBAHASAN
Wawasan Nusantara adalah pandangan nasional bangsa Indonesia terhadap diri dan lingkungan
tempat hidup negara bangsa Indonesia. Cara pandang bangsa Indonesia ini memengaruhi
keberlangsungan dan keberhasilan bangsa Indonesia menuju tujuannya. Selain sebagai cara pandang,
Wawasan Nusantara menjadi landasan visional bangsa Indonesia.
2. Cara perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai kesatuan politik, ekonomi, sosial budaya, dan
pertahana keamanan, termasuk persatuan sebagai satu bangsa
Wawasan Nusantara pada intinya memandang wilayah Indonesia yang terdiri dari pulau-pulau sebagai
negara kepulauan dalam satu kesatuan wilayah. Seiring dengan perkembangan zaman, konsep Wawasan
Nusantara berkembang dan mencakup tak hanya kesatuan wilayah geografis, tetapi juga pandangan
akan kesatuan politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan, termasuk persatuan sebagai
satu bangsa.
E. KESIMPULAN
Dari pembahasaan diatas dapat kita simpulkan bahwa Wawasan Nusantara adalah pandangan bangsa
Indonesia tentang wilayah bangsa yang ada didalamnya sebagai satu kesatuan. Ensensi Wawasan
Nusantara adalah persatuan bangsa dan kesatuan wilayah. Sebagai konsepsi kewilayahan, Wawasan
Nusantara pada intinya memandang wilayah Indonesia yang terdiri dari pulau-pulau sebagai negara
kepulauan dalam satu wilayah. Konsep berkembang dan mencakup tak hanya secara geografis, tetapi
juga pandangan akan kesatuan politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan, termasuk
persatuan sebagai satu bangsa.
F. DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. Lasiyo, M.A., M.M., Dr. Retno Wikamdaru, S.FIL., M.PHIL., Dr. Hastangka, S.FIL., M.PHIL..(2021).
Pendidikan Kewarganegaraan (BMP);1-9/MKDU41111/3SKS.
Kaelan dan Zubaidi, Achmad. (2010). Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan tinggi. Yogyakarta :
Paradigna.
https://jantra.kemdikbud.go.id/index.php/jantra/article/download/131/85/227
https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-wawasan-nusantara/
https://staffnew.uny.ac.id/upload/131655977/pendidikan/WAWASAN+NUSANTARA+
+Jurnal+Penting.pdf