MAKALAH KONSEPTUAL
Oleh:
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2021
LATAR BELAKANG
Sebagai negara kepulauan yang bersemboyan Bhinneka Tunggal Ika, Indonesia memiliki
unsur-unsur kekuatan sekaligus kelemahan. Kekuatan terletak pada posisi dan keadaan geografi
yang strategis dan kaya akan sumber daya alam. Sementara kelemahannya terletak pada wujud
kepulauan dan keanekaragaman masyarakat yang harus disatukan dalam satu bangsa, satu
Dalam kehidupannya, Indonesia tidak terlepas dari pengaruh interaksi dan interelasi
dengan lingkungan sekitarnya, baik regional maupun internasional. Dalam hal ini bangsa
dalam memperjuangkan kepentingan nasional untuk mencapai cita-cita serta tujuan nasionalnya.
Salah satu pedoman bangsa indonesia adalah wawasan nasional yang berpijak pada wilayah
nusantara yang disebut dengan “Wawasan Nusantara”. Hanya dengan upaya inilah Indonesia
dapat tetap eksis dalam melakukan perjuangan menuju terciptanya masyarakat yang adil,
Secara etimologi, Wawasan Nusantara berakar dari dua kata, yaitu Wawasan, dan
Nusantara. Wawasan berarti cara pandang, atau perspektif pendapat. Kata Nusantara sendiri
berasal dari gabungan kata “Nusa”—Bahasa Sansekerta yang berarti kepulauan, dan “Antara”
yang mengandung makna relasi. Jika digabungkan, Nusantara berarti kesatuan kepulauan yang
terletak di antara dua samudra dan dua benua (Indonesia) (Pasha, 2008, dalam Kemristekdikti,
2016). Maka, konsep Wawasan Nusantara dapat dipahami sebag pengetahuan tentang wilayah
pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya, dengan mengutamakan
persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah dalam penyelenggaraan kehidupan
Nusantara mencakup cara pandang kesatuan wilayah kepulauan geografis, masyarakat, dan
kesatuan politik di Indonesia (Ishak, 2016). Hakikat Wawasan Nusantara adalah keutuhan dan
kesatuan wilayah tanah air Indonesia yang tidak dapat terpisahkan demi mewujudkan
berdaulat, adil dan makmur. Wawasan Nusantara terbentuk dari penggabungan pemikiran
kesatuan kewilayahan darat dan udara, serta proses dinamika kehidupan masyarakat Indonesia
yang bersatu berdasarkan filosofi Pancasila dan UUD 1945. Atas dasar ini, Wawasan Nusantara
menjadi bahan bakar pendorong serta menjadi pedoman kebijakan geopolitik Indonesia untuk
mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia seperti yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945
(Nugraha, 2013).
Wawasan Nusantara memiliki peran yang vital bagi negara Indonesia sebagai pengarah,
motivasi, dan pegangan dalam penentuan kebijakan, tindakan, putusan bagi pemerintah pusat dan
daerah, serta bagi seluruh warga negara Indonesia Tujuan utama dari Wawasan Nusantara adalah
untuk membangun kehidupan sosial yang damai dan sejahtera dengan mengawal kesatuan
wilayah dan kawasan di Indonesia untuk menjaga rasa persatuan rakyat Indonesia demi mencapai
sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya, dengan mengutamakan persatuan dan
berbangsa dan bernegara” (Kemristekdikti, 2016). Tentu saja, Wawasan Nusantara menjadi
pedoman yang kuat untuk sebagai fondasi pemikiran rasa nasionalisme, sehingga wawasan
nusantara dapat disebut sebagai wawasan nasional atau landasan ketahanan nasional. Wawasan
Nusantara dikembangkan secara universal, sehingga dibentuk dan dijiwai oleh paham kekuasaan
dan geopolitik yang dipakai negara Indonesia dan dasar wawasan nusantara.
Bangsa Indonesia yang berfalsafah dan berideologi Pancasila menganut paham tentang
perang dan damai berdasarkan : “Bangsa Indonesia cinta damai, akan tetapi lebih cinta
dan adu kekuatan karena hal tersebut mengandung persengketaan dan perpecahan .
2. Geopolitik Indonesia
Indonesia menganut paham negara kepulauan berdasar archipelago concept yaitu laut
sebagai penghubung daratan sehingga wilayah negara menjadi satu kesatuan yang utuh sebagai
nyata. Indonesia dibentuk dan dijiwai oleh pemahaman kekuasaan dari bangsa Indonesia yang
sebagai satu kesatuan pada seluruh wilayah dan segenap kekuatan negara.
4. Wawasan Nusantara sebagai kewilayahan adalah untuk menjadi pembatas negara agar
yang dimiliki, tidak hafal butiran Pancasila, kurang aktif berpartisipasi dalam pelaksanaan
pemerintahan dan negara. Melihat kondisi ini, peran Wawasan Nusantara menjadi amat penting
dalam mempertahankan jati diri masyarakat Indonesia, yaitu dengan menumbuhkan rasa cinta
tanah air (nasionalisme) dan rasa cinta terhadap kebudayaan yang dimiliki di daerahnya. Dengan
Wawasan Nusantara tertanam dalam hati, maka rasa cinta tanah air akan tumbuh dalam diri
masyarakat Indonesia. Wawasan Nusantara juga berguna untuk mewujudkan persepsi yang sama
pada seluruh warga di negara tersebut demi mewujudkan tujuan dan cita-cita dari bangsa itu.
Wawasan Nusantara adalah paradigma bangsa Indonesia untuk meyakini sebuah tujuan
nasional dalam kesatuan wilayah kepulauan Indonesia. Dalam hal ini Ada sumber historis
(sejarah), sosiologis, dan politis terkait dengan munculnya konsep Wawasan Nusantara. Sumber-
bentuk penjajahan, mulai dari Portugis, Belanda, Inggris, dan Jepang. Perjuangan bangsa
Indonesia waktu itu yang masih bersifat lokal ternyata tidak membawa hasil, karena belum ada
rasa persatuan dan kesatuan, sedangkan di sisi lain kaum kolonial terus menggunakan politik adu
domba atau “devide et impera”. Kendati demikian, catatan sejarah perlawanan para pahlawan itu
telah membuktikan kepada kita tentang semangat perjuangan bangsa Indonesia yang tidak pernah
padam dalam usaha mengusir penjajah dari Nusantara. Dalam perkembangan berikutnya, muncul
kesadaran bahwa perjuangan yang bersifat nasional, yakni perjuangan yang berlandaskan
persatuan dan kesatuan dari seluruh bangsa Indonesia akan mempunyai kekuatan yang nyata.
Lahirnya konsepsi Wawasan Nusantara bermula dari Perdana Menteri Ir. H. Djuanda
Kartawidjaja yang pada tanggal 13 Desember 1957 mengeluarkan deklarasi yang selanjutnya
dikenal sebagai Deklarasi Djuanda. Isi pokok deklarasi ini adalah penetapan luas laut teritorial
Indonesia 12 mil yang dihitung dari garis yang menghubungkan pulau terluar Indonesia. Dengan
garis teritorial yang baru ini wilayah Indonesia menjadi satu kesatuan wilayah. Laut di antara
pulau bukan lagi sebagai pemisah, karena tidak lagi laut bebas, tetapi sebagai penghubung pulau.
(Kemristekdikti, 2016)
mendapat pengakuan dari bangsa-bangsa dan negara-negara lain atau masyarakat internasional.
Melalui perjuangan panjang, akhirnya Konferensi PBB tanggal 30 April 1982 menerima
dokumen yang bernama The United Nation Convention on the Law Of The Sea (UNCLOS).
Konvensi Hukum Laut 1982 tersebut diakui asas negara kepulauan (archipelago state). Indonesia
diakui dan diterima sebagai kelompok negara kepulauan. UNCLOS 1982 kemudian diratifikasi
melalui Undang-Undang No. 17 Tahun 1985. Berdasar konvensi hukum laut tersebut, wilayah
laut yang dimiliki Indonesia menjadi sangat luas, yakni mencapai 59 juta km2 terdiri atas 32 juta
km perairan teritorial dan 2,7 juta km perairan zona ekonomi eksklusif (ZEE). Luas perairan ini
Bangsa Indonesia memandang bentangan wilayah negara yang luas sebagai satu kesatuan.
Seiring perkembangan, konsep Wawasan Nusantara mencakup pandangan akan kesatuan politik,
ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan, termasuk persatuan sebagai satu bangsa.
Berdasarkan kondisi sosial budaya masyarakat Indonesia, Wawasan Nusantara yang pada
awalnya berpandangan “persatuan bangsa”. Bangsa Indonesia tidak ingin terpecah-belah. Untuk
mewujudkan persatuan bangsa itu, dibutuhkan penguatan semangat kebangsaan secara terus
Nasional 20 Mei 1908, ditegaskan dalam Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, dan berhasil
diwujudkan dengan Proklamasi Kemerdekaan negara Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.
Oleh karena itu, jauh sebelum Deklarasi Djuanda 1957, konsep semangat dan kesatuan
Dari sudut pandang politik, terdapat kesadaran akan kepentingan nasional yang berandai-
andai, bagaimana wilayah yang luas dengan bangsa yang bersatu seperti Indonesia ini dapat
dikembangkan, dilestarikan, dan dipertahankan secara terus menerus. Kepentingan nasional itu
merupakan turunan lanjut dari cita-cita nasional, tujuan nasional, maupun visi nasional. Cita-cita
nasional bangsa Indonesia sebagaimana tertuang dalam pembukaan UUD 1945 alinea II adalah
untuk mewujudkan Negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur
sedangkan tujuan nasional Indonesia sebagaimana tertuang dalam pembukaan UUD 1945 alinea
IV salah satunya adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Wawasan Nusantara yang bermula dari Deklarasi Djuanda 1957 selanjutnya dijadikan
konsepsi politik kenegaraan. Rumusan Wawasan Nusantara dimasukkan ke dalam naskah Garis
Besar Haluan Negara (GBHN) sebagai hasil ketetapan MPR sejak tahun 1973 hingga 1998.
Setelah itu, GBHN tidak berlaku disebabkan MPR tidak lagi diberi kewenangan menetapkan
GBHN. Konsep Wawasan Nusantara dimasukkan pada rumusan Pasal 25 A UUD NRI 1945
Dengan konsepsi Wawasan Nusantara, Indonesia telah berkembang pesat dari dimensi
flora, fauna, dan penduduk di wilayah tersebut. Wilayah Indonesia yang luas tentu saja
merupakan tantangan bagi rakyat Indonesia, karena luasnya area tersebut merupakan ancaman
potensial. Sebaliknya, hamparan wilayah kepulauan Indonesia juga memiliki potensi yang sangat
baik untuk diambil kemudahannya. Setidaknya ada 3 macam tantangan dalam Wawasan
Nusantara, yaitu:
1. Pemberdayaan masyarakat
John Naisbitt menyatakan dalam bukunya “Global Paradox” bahwa negara harus dapat
memberikan warganya peran yang paling besar. Kondisi nasional (pembangunan) yang tidak
sosial di masyarakat. Ini adalah ancaman untuk tetap tegak dan utuh NKRI. untuk memperkuat
masyarakat, perlu memberikan prioritas pada pengembangan daerah tertinggal agar masyarakat
dapat berperan dan berpartisipasi aktif dalam pembangunan di semua aspek kehidupan.
Perkembangan IPTEK, saat ini sangat maju dan pesat, begitu pula pengaruh globalisasi
yang menyebar cepat. Didukung oleh kemajuan IPTEK, terutama dibidang teknologi informasi,
komunikasi dan transformasi, seolah-olah dunia telah bergabung menjadi satu komunitas global.
Dunia menjadi transparan tanpa mengetahui perbatasan nasional, seolah dunia tidak ada
batasnya.
Kenichi Ohmae dalam bukunya “Borderless World” dan “The End of Nation State”
berpendapat bahwa dalam perkembangan masyarakat global, geografi nasional dan batas-batas
politik masih relatif konstan, tetapi tinggal di satu negara tidak dapat membatasi kekuatan global
dalam bentuk informasi, investasi, dan konsumen menjadi semakin individual.untuk mengatasi
kekuatan global satu negara, peran pemerintahan pusat harus dikurangi dan peran pemerintahan
Sloan and Zureker, dalam bukunya “Dictionary of economics” sebuah sistem ekonomi
yang didasarkan pada hak kepemilikan pribadi atas berbagai barang dan kebebasan individu
untuk membuat perjanjian dengan pihak lain dan untuk melakukan kegiatan ekonomi sendiri
bahwa bertahan hidup di era baru kapitalisme membutuhkan strategi baru yang mencari
keseimbangan antara pemahaman individu dan pemahaman sosialis. Bersamaan dengan era baru
kapitalisme, yang tidak dapat dilihat secara terpisah dan globalisasi, negara kapitalis, yaitu
negara industri, untuk mempertahankan mata pencaharian mereka secara ekonomi, menekankan
negara-negara yang berkembang dengan masalah global. (Ismail & Hartati, 2020)
Wawasan Nusantara telah menjadi landasan visional bagi bangsa Indonesia untuk
memperkokoh kesatuan wilayah dan persatuan bangsa. Upaya memperkokoh kesatuan wilayah
dan persatuan bangsa akan terus menerus dilakukan. Hal ini dikarenakan visi tersebut dihadapkan
pada dinamika kehidupan yang selalu berkembang dan tantangan yang berbeda sesuai dengan
perubahan zaman. Salah satu dinamika masyarakat yang berkembang di Indonesia itu, misalnya,
jika pada masa lalu penguasaan wilayah, dilakukan dengan penduduk militer maka sekarang ini
lebih ditekankan pada upaya perlindungan dan pelestarian alam di wilayah tersebut. Tantangan
yang berubah adalah adanya dari kejahatan konvensional menjadi kejahatan didunia maya.
(Kemristekdikti, 2016)
Esensi atau hakikat dari wawasan nusantara adalah "kesatuan wilayah dan persatuan
bangsa" Indonesia. Sejarah wawasan nusantara adalah persyaratan persatuan atau keutuhan
wilayah Indonesia, yang membentang dari Sabang ke Merauke. Wilayah itu harus menjadi unit
yang tidak lagi dipisahkan oleh keberadaan laut bebas. Sejauh ini kita tahu bahwa wilayah
Indonesia terfragmentasi sebagai akibat dari hukum kolonial Belanda, Ordonansi 1939
Sebagai konsekuensi dari keragaman suku dan budaya Indonesia, Konsep Wawasan
Nusantara menciptakan kesan bahwa Indonesia sebagai unit regional adalah unit kebijakan
politik, sosial budaya, ekonomi dan pertahanan dan keamanan. Atau, dengan kata lain,
perwujudan wawasan nusantara sebagai unit politik, sosial budaya, ekonomi, pertahanan, dan
keamanan. Perspektif seperti itu penting sebagai dasar visual bagi masyarakat Indonesia,
1) Bahwa kebulatan wilayah nasional dengan segala isi dan kekayaannya merupakan
satu kesatuan wilayah, wadah, ruang hidup, dan kesatuan matra seluruh bangsa serta
2) Bahwa bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai suku dan berbicara dalam berbagai
bahasa daerah serta memeluk dan meyakini berbagai agama dan kepercayaan
3) terhadap Tuhan Yang Maha Esa harus merupakan satu kesatuan bangsa yang bulat
sepenanggungan, sebangsa, dan setanah air, serta mempunyai tekad dalam mencapai
cita-cita bangsa.
b) Bahwa Pancasila adalah satu-satunya falsafah serta ideologi bangsa dan negara yang
2) Bahwa seluruh Kepulauan Nusantara merupakan satu kesatuan sistem hukum dalam
arti bahwa hanya ada satu hukum nasional yang mengabdi kepada kepentingan
nasional.
3) Bahwa bangsa Indonesia yang hidup berdampingan dengan bangsa lain ikut
keadilan sosial melalui politik luar negeri bebas aktif serta diabdikan pada
kepentingan nasional.
1) Bahwa kekayaan wilayah Nusantara baik potensial maupun efektif adalah modal dan
milik bersama bangsa, dan bahwa keperluan hidup sehari-hari harus tersedia merata di
2) Tingkat perkembangan ekonomi harus serasi dan seimbang di seluruh daerah, tanpa
meninggalkan ciri khas yang dimiliki oleh daerah dalam pengembangan kehidupan
ekonominya.
ekonomi yang diselenggarakan sebagai usaha bersama atas asas kekeluargaan dan
kehidupan bangsa yang serasi dengan terdapatnya tingkat kemajuan masyarakat yang
sama, merata dan seimbang, serta adanya keselarasan kehidupan yang sesuai dengan
2) Bahwa budaya Indonesia pada hakikatnya adalah satu, sedangkan corak ragam
budaya yang ada menggambarkan kekayaan budaya bangsa yang menjadi modal dan
budaya lain yang tidak bertentangan dengan nilai budaya bangsa, yang hasil-hasilnya
sosial-budaya akan menciptakan sikap batiniah dan lahiriah yang mengakui semua
bermakna:
1) Bahwa ancaman terhadap satu pulau atau satu daerah pada hakikatnya merupakan
2) Bahwa tiap-tiap warga negara mempunyai hak dan kewajiban yang sama dalam
kehidupan pertahanan dan keamanan akan meningkatkan kesadaran akan cinta tanah
air dan bangsa, yang selanjutnya membentuk sikap membela negara terhadap setiap
warga negara Indonesia. Kesadaran dan sikap cinta tanah air dan bangsa, serta
pembelaan negara ini, akan menjadi modal utama yang akan memobilisasi partisipasi
KESIMPULAN
Wawasan Nusantara adalah “cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan
lingkungannya, dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah
2016). Wawasan Nusantara menjadi syarat terealisasikannya keadaan Indonesia yang merdeka,
berdaulat, adil dan makmur dengan menjadi bahan bakar pendorong serta menjadi pedoman
kebijakan geopolitik Indonesia untuk mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia seperti yang
pembangunan, sebagai pertahanan dan keamanan negara, dan sebagai batas kewilayahan. Peran
dari Wawasan Nusantara dalam mempertahankan budaya sebagai warga negara Indonesia yaitu
dengan menumbuhkan rasa cinta tanah air (nasionalisme) dan rasa sayang terhadap kebudayaan
Lahirnya konsepsi Wawasan Nusantara bermula dari Perdana Menteri Ir. H. Djuanda
Kartawidjaja yang pada tanggal 13 Desember 1957 mengeluarkan deklarasi yang selanjutnya
dikenal sebagai Deklarasi Djuanda. Semangat kebangsaan Indonesia sesungguhnya telah dirintis
melalui Kebangkitan Nasional 20 Mei 1908, ditegaskan dalam Sumpah Pemuda 28 Oktober
1928, dan berhasil diwujudkan dengan Proklamasi Kemerdekaan Bangsa pada tanggal 17
Agustus 194.
Indonesia diakui dan diterima sebagai kelompok negara kepulauan. UNCLOS 1982
kemudian diratifikasi melalui Undang-Undang No. 17 Tahun 1985. Berdasar konvensi hukum
laut tersebut, wilayah laut Indonesia sangat luas, yakni mencapai 59 juta km2 terdiri atas 32 juta
km perairan teritorial dan 2,7 juta km perairan zona ekonomi eksklusif (ZEE). Luas perairan ini
belum termasuk landas kontinen (continental shelf). secara politis, ada kepentingan nasional
bagaimana agar wilayah yang utuh dan bangsa yang bersatu ini dapat dikembangkan,
2. Dunia tanpa batas, perkembangan iptek yang sangat maju dan perkembangan masyarakat
global tidak dapat membatasi kekuatan global dalam bentuk informasi, investasi, dan
3. Era baru kapitalisme, sistem ekonomi yang didasarkan pada hak kepemilikan atas barang
dan kebebasan individu serta bertahan hidup di era baru kapitalisme membutuhkan
strategi baru yang mencari keseimbangan antara pemahaman individu dan pemahaman
sosialis.
Esensi atau hakikat dari wawasan nusantara adalah "kesatuan wilayah dan persatuan
bangsa" Indonesia. Wilayah itu harus menjadi unit yang tidak lagi dipisahkan oleh keberadaan
Basyir, K., Fauzun M., Umam, H., Medan, A. A., Hakim, F., Muhdi, Taufiq, A., Yasin, A.,
Saoki, L. F., Bachtiar, M. A., Wijaya, A., Muchlis, Wigati, S., Mustofa, A., Hamdani, A.
S., Bachtiyar, M., Asiah, N., & Tamwifi, I. (2013). Pancasila Dan Kewarganegaraan:
Buku Perkuliahan Program S-1 IAIN Sunan Ampel Surabaya Rumpun Mata Kuliah
Ishak, O. S. (2016). Pancasila, Hak Asasi Manusia, dan Ketahanan Nasional. Komnas HAM.
Kementerian Riset, Teknologi, dan Perguruan Tinggi Republik Indonesia (2016). Pendidikan
Kemahasiswaan.
011600000000258/swf/5831/mobile/index.html#p=1
http://www.thejakartapost.com/news/2013/01/29/wawasan-nusantara-vs-unclos.html