Anda di halaman 1dari 7

UNIT 2

SEJARAH PERKEMBANGAN FILSAFAT MANUSIA


Nurul Shofiah, M.Pd

A. Kajian Filsafat Manusia pada masa klasik Yunani


Pada masa ini pengetahuan belum dianggap sebagai ilmu pengetahuan hanya sebatas
pengetahuan dan pengetahuan dari zaman ini pun didapat dari mitos-mitos atau legenda. Lalu
mereka mencari prinsip kehidupan. Dari sinilah banyak filosof yang mengambil pendapat tentang
asal usul manusia. Pada masa ini filosof-filosof menjelaskan esensi manusia adalah air, udara dan
api. Tokoh-tokoh filsafat pada masa ini yakni sebagai berikut.
1. Thales (624-545 SM)
Thales yang menggebrak cara berpikir mitologis masyarakat Yunani dalam menjelaskan segala
sesuatu. Thales merupakan filsuf pertama sebelum masa Socrates. Thales menganggap bahwa
asal usul manusia adalah air, karena air adalah sumber hidup manusia, khususnya dalam
tubuh manusia. Air menjadi pangkal, pokok, dan dasar dari segala-galanya yang ada di alam
semesta.[
2. Anaximender (538–480SM)
Anaximandrer terkenal dengan pemikirannya di bidang kosmologi yang menyatakan bahwa
alam semesta berasal dari apeiron. Apeiron adalah suatu zat yang tak terbatas. Meskipun
Anaximander merupakan murid dari Thales, ia menentang pemikiran dr thales. Ia
mengungkapkan bahwa asalusul manusia itu adalah apeiron (tak terhingga), karna ia merasa
bahwa sesuatu yang tidak terhingga itu adalah kekuatan
3. Anaximenes (±538–480SM)
Anaximenes menganggap asal usul manusia adalah udara, Jiwa manusia dipandang sebagai
kumpulan udara dikarnakan manusia sngat membutuhkan udara untuk mempertahankan
hidupnya. Jiwa adalah yang mengontrol tubuh dan menjaga segala sesuatu pada tubuh
manusia bergerak sesuai dengan yang seharusnya. Karena itu, untuk menjaga kelangsungan
jiwa dan tubuh. Di sini, Anaximenes mengemukakan persamaan antara tubuh manusiawi
dengan jagat raya berdasarkan kesatuan prinsip dasar yang sama, yakni udara
4. Demotritos
Ia beranggapan bahwa asal usul manusia itu adalah atom, ia berpendapat bahwa manusia juga
tercipta dari atom-atom yang saling berkait, tetapi yang menjadi perbedaannya adalah bahwa
manusia tercipta dari kumpulan atom-atom yang sifatnya lebih halus (atom-atom api). Dalam
jiwa manusia, bertemunya atom-atom benda dengan atom-atom jiwa tidak hanya
memberikan berbagai sensasi bagi indera kita, tetapi juga memunculkan perasaan-perasaan
tertentu tergantung dari kondisi atom-atom tersebut. Sehingga ada orang yang mengalami
peristiwa yang sama tetapi mengalami perasaan yang berbeda. konsep atom sebagai substansi
pertama yang menjadi asal segala sesuatu. Berangkat dari konsep inilah Demokritos
menjelaskan mengenai alam semesta
5. Phytagoras (±580–500 SM)
Bagi “Pythagoras” manusia itu adalah ukuran bagi segalanya, baik yang ada karena adanya.
Bagi yang tidak ada karena tidaknya. Maksudnya bahwa semuanya itu harus ditinjau dari
pendirian manusia sendiri-sendirinya. Kebenaran umum tidak ada. Pendapat ku adalah hasil
pandanganku sendiri. Apa yang ku anggap benar, bagus akan tetapi bagi orang lain bisa jad
tidak benar dan tidak bagus.
6. Socrates
Socrates dikenal sebagai bapak dan sumber etika atau filsafat moral, dan juga filsafat
secara umum. Socrates menjelaskan bahwa manuisa adalah jiwa dan batinnya. Jiwa dan
batiniyah yang membedakan dengan makhluk lainnya. Jiwa berkaitan dengan kesadaran
berpikir berkarya, bersinggungan dengan nalar, tempat aktivitas berpikir dan bertindak
secara moral.
Bagi socrates pengetahuan adalah nilai tertinggi bagi manusia, membuat jiwa menjadi
sebagaimana seharusnya dan merealisasikan menusia yang memiliki hakikat dalam jiwanya.
Dasar setiap perbuatan adalah keinginan atas kebaikan dan kebahagiaan, bukan kejahatan
dan kesedihan. Pengetahuan yang benar akan membimbing pada tindakan yang benar;
tindakan jahat adalah akibat dan wawasan yang kurang baik'. Socrates berpadnagan bahwa
seseorang yang mengetahui dasar kebaikan dan kebenaran akan berbuat baik. Karena tidak
ada manusia yang berbuat dosa secara sengaja, pengetahuan diperlukan untuk membuatnya
benar-benar bijak.
Socrates dijatuhi hukuman mati karena dianggap melakukan kejahatan yang sulit
dipercaya: menolak mengakui dewa-dewa yang diakui oleh negara, memperkenalkan
dewa-dewa baru, dan merusak moral kaum muda.
7. Plato (427–347 SM)
Plato adalah salah seorang murid dan sekaligus teman Sokrates. Dasar manusia
menurut Plato adalah jiwa dan raga, Manusia menurut Plato adalah makhluk Tuhan yang
paling sempurna dibanding makhluk-makhluk lainnya. Kesempurnaan manusia adalah
karena Tuhan memberikan fasilitas berupa jiwa (akal) dan raga. Dngan jiwa (akalnya)
manusia dapat berfikir, mengerti, dan memahami kehidupan ini. Itulah yang menjadikan
manusia menjadi makhluk Tuhan yang paling mulia dibanding makhluk Tuhan yang lainnya.
Kesempurnaan adalah cita-cita manusia, hanya dengan jiwalah seseorang akan
mencapainya, badan dianggap sebagai alat untuk menjembatani kesempurnaan itu.
Manusia itu terdiri dari dua hal, yang material dan nonmaterial. Yang disebut jiwa inilah
yang memanusiakan manusia. Jiwa yang asalnya dari dunia idea. Menurut pemikiran plato
jiwa manusia terdiri dari tiga bagian,
yaitu nous (akal), thumos (semangat), ephitumia (nafsu), karena pengaruh nafsu, jiwa
manusia terpenjara dalam tubuh. Hanya kematian yang akan melepaskan jiwa dari belenggu
tersebut.
Ajaran Plato tentang Manusia tak lekang dari dualisme yang memerangkap
idealismenya. Plato adalah pelopor Idealisme. Tentu saja pendapatnya tantang manusia ada
hubungannya dengan pandangannya mengenai alam dan dunia. Ternyata kepada Plato,
bahwa manusia itu mempunyai pengetahuan yang sifatnya harus dibedakan, yaitu
pengetahuan yang berlaku khusus dan yang berlaku umum. Manusia mengenal yang khusus
(satu per satu dan tidak tetap) pada dunia ini. Yang khusus itu dikenal manusia melalui
pengamatan. Oleh karena manusia itu mempunyai pengetahuan mengenai yang umum,
maka haruslah ada dunia tersendiri bagi yang umum itu. Yang umum itu tidak ada di dunia
pengamatan ini. Yang umum itu disebut oleh Plato eidos yang kemudian terkenal sebagai
idea (roh/jiwa)
8. Aristoteles
Ada tiga pembahasan besar menurut Aristoteles dalam manusia dan kebahagiaan.
Pertama, Teori Jiwa. Jiwa menurut Aristoteles memiliki arti yang lebih luas. Semua makhluk
hidup mempunyai jiwa, Ketika belajar bersama Plato, ia berpendapat bahwa jiwa akan hidup
terus sesudah kematian manusia. Awalnya ia berpendapat dualistik antara jiwa dan badan.
Tetapi dalam bukunya De Anima ia mengemukakan pandangan yang sama sekali berbeda.
Jiwa dan badan dianggap sebagai dua aspek yang menyangkut satu substansi saja. Dua aspek
ini mempunyai hubungan satu sama lain sebagai “materi” dan “bentuk”. Sebagaimana
semua makhluk fisik terdiri dari materi dan bentuk, demikian pun makhluk fisik yang
mempunyai psyche terdiri dari materi dan bentuk. Badan adalah materi dan jiwa adalah
bentuknya.
Kedua, Zoon Politicon. Manusia menurut Aristoteles adalah makhluk sosial. Tetapi,
rumusan ini dikaitkan dengan politik. artinya bahwa manusia itu sebagai makhluk, pada
dasarnya selalu ingin bergaul dalam masyarakat. Karena sifatnya ingin bergaul satu sama
lain, maka manusia disebut sebagai makhluk sosial. 1 Manusia sebagai makhluk sosial adalah
manusia yang senantiasa hidup dengan manusia lain (masyarakatnya). Ia tidak dapat
merealisasikan potensi hanya dengan dirinya sendiri. Manusia akan membutuhkan manusia
lain untuk hal tersebut, termasuk dalam mencukupi kebutuhannya.
Ketiga, Pengenalan Rasional. Aristoteles menyatakan bahwa manusia adalah hewan
berakal sehat, yang mengeluarkan pendapatnya, yang berbicara berdasarkan akal pikirannya
(the animal that reasons). Aristoteles membicarakan nus (rasio atau pemikiran). Biarpun
jiwa, yang merupakan pokok pembicaraan karya ini, terdapat dalam semua makhluk hidup,
namun sudah nyata bahwa rasio itu khusus untuk manusia saja. Berbeda dengan panca
indera, yang bisa dimiliki binatang. Sedangkan rasio adalah kekhususan untuk manusia saja.
Rasio menurut Aristoteles dapat menjadi segala sesuatu. Maksudnya, rasio dapat
menangkap segala sesuatu yang ada. Bentuk yang diterima rasio bukan bentuk inderawi,
tetapi bentuk intelektual. Bentuk intelektual adalah hakikat atau esensi suatu benda.
Kebahagiaan sejati menurut Aristoteles adalah bila manusia mampu mewujudkan
kemungkinan terbaik sebagai manusia. Artinya bahwa kebahagiaan dapat tercapai ketika
manusia mewujudkan kebijaksanaan yang tertinggi berdasarkan rasio atau akal budi

B. Kajian Filsafat Manusia Pada Masa Abad Tengah (Keemasan Islam)

1 Perspektif Barat

Dari perspektif barat, pada masa ini filsafat dipengaruhi oleh teologi kristen. Pikiran dan hasil
pemikiran para filsuf dibatasi oleh dogma atau agama. Sesuai dengan sistem sosial politik
yang berlaku pada waktu itu semua pemikiran dan hasil karya para filsuf, bahkan juga
seniman dan ilmuwan dibatasi dan dibelenggu oleh kebenaran agama. Artinya bahwa semua
karya filsuf, seniman, dan ilmuwan boleh dipublikasikan asal sesuai dan tidak bertentangan
dengan ajaran agama.

Kedua filsuf besar pada masa ini yakni St. Augustine (354–430) dan Thomas Aquinas (1225–
1274). pemikiran Agustinus diarahkan menuju Tuhan. Baginya, Kristen adalah sumber
kebenaran.
Pertama, St. Augustine (354–430). Berseberangan dengan pandangan Platonis, Bagi
Augustinus, jiwa manusia berasal dari Tuhan. Tuhan menciptakan jiwa dari ketiadaan
Agustinus meyakini bahwa manusia tidak bisa memiliki pengetahuan d ari dirinya sendiri
kalau tidak disinari dan dicahayai oleh Tuhan. Filsafat yang dikembangkan Agustinus secara
essensial adalah filsafat pengalaman keagamaan dan merupakan sumber bagi mistisisme dan
etika barat. Agustinus menolak dualisme ekstrim Plato tentang manusia yang mengatakan
bahwa manusia merupakan jiwa yang terpenjara dalam tubuh. Menurut Agustinus, manusia
adalah substansi yang menggunakan tubuh untuk tujuan-tujuan tertentu. Karena tubuh
manusia tergolong kedalam dunia indrawi (alam jasmani) dan jiwanya tergolong ke dalam
alam rohani. Kedua, Tomas aquinas. Thomas juga berpendapat bahwa jiwa manusia
diciptakan di dalam tubuh. Thomas meyakini, bahwa manusia memiliki jiwa sejak ia
dikandung. Tomas meyakini bahwa Kehendak manusia selalu mengarah pada tujuan; dan
yang menjadi tujuan adalah kebaikan. Karena kehendak adalah keinginan yang disadari, maka
keinginan akan yang baik itu diperoleh dari akal
2. Perpesktif Islam
Pada awal abad pertengahan disebut sebagau puncak peradaban Islam (golden age atau
zaman keemasan islam). Era ini dimulai dengan mengadaptasi pemikiran Aristoteles (lazim
disebut pemikiran Aristotelian) yang berdasarkan logika dan ilmiah. Adapun beberapa filsuf
Islam yakni
a. Al kindi (801865 M)
Al-Kindi tidak spesifik menjelaskan tentang manusia melainkan Antropologi mengenai jiwa
dan sifatnya Konsep Al-Kindi mengenai manusia ialah tentang Jiwa, Akal dan Etika,
dansifat-sifatnya. Menurutnya, jiwa tidak tersusun, substansinya adalah ruh yang berasal
dari substansi Tuhan. Dalam hal jiwa, al-Kindi lebih dekat dengan pandangan Plato yang
mengatakan bahwa hubungan antara jiwa dan badan bercorak accidental (al-„aradh). Al-
Kindi membagi roh atau jiwa ke dalam tiga daya, yakni daya nafsu(appetitive /al-quwwah
asy-syahwāniyyah), daya pemarah(irascible / al-quwwah al-ghadhabiyyah), dan daya
berpikir (cognitive ataurational / al-quwwah al-„āqilah). Menurutnya, daya yang paling
penting adalah daya berpikir, karena bisa mengangkat eksistensi manusia ke derajat yang
lebih tinggi. Sumber filosofi Al-Kindi berasal dari sumber-sumber Yunani klasik, terutama
Neoplatonik. Risalahnya, Risalah fi Al-Hudud Al-Asyya, secara keseluruhan dapat dipandang
sebagai basis atau pandangan-pandangannya sendiri
b. Al Farabi (870-950 M)
Konsep pendidikan jiwa al-Farabi banyak terilhami oleh filsafat Plato, Aristoteles dan
Plotinus. Ia menjelaskan bahwa Jiwa manusia disebut dengan al-nafs al-nathiqah, berasal
dari alam Ilahi, sedangkan jasad berasal dari alam khlaq, berbentuk, berupa, berkadar, dan
bergerak.24 Jiwa diciptakan tatkala jasad siap menerimanya. Dengan demikian, al-Farabi
membagi jiwa kedalam beberapa bagian yaitu ; 1) jiwa penggerak (al-nafs al-muharrikah),
2) Jiwa menangkap (al-nafs al-mudrikah) dan 3) jiwa berfikir (al-nafs al-natiqah). Jiwa-jiwa
tersebut merupakan potensi di dalam diri manusia yang akan melahirkan daya berpikir
yang dapat mengubah prilaku dan sikap manusia dalam kehidupannya
c. Ibnu Sina (980 – 1037 M)
Menurut Ibnu Sina manusia terdiri atas dua unsur, yaitu tubuh dan jiwa. Jiwa rasional
manusia. Jiwa manusia (al-nafs a; nathuqoh memiliki dua daya akal praktis (al-‘amilat) dan
teoritis (al-‘alimat). Daya akal praktis cenderung untuk mendorong manusia untuk
memutuskan perbuatan yang pantas dilakukan atau ditinggalkan, di mana kita bisa
menyebutnya perilaku moral. Daya akal teoritis, yaitu: akal potensial (akal hayulani), akal
bakat (habitual), akal aktual dan akal perolehan.

d. Al Gazali’ (1058 – 1111 M)


Konsep pemikiran Al=Gazali tentang manusia bhawa manusia tidak hanya dipandag dari
jasmaninya tetapi juga aspek rohaninta. Hakikat manusia menueut al-Ghazali adalag
jiwanya (an=nafs, yakni subtansi yang tersendiri, mempunyai daya mengetahui, bergerak
dengan kemauannya dan penyempurna bagi bagian-bagian lainnya. Ia membagi rohani
manusia ke dalam 4 bagian, yaitu; al-„aql , al-qalb, al-nafs, dan al-ruh. Selain itu manusia
juga mempunyai watak yang bersifat alami (bawaan) seperti, sifat baik, sifat jahat, sifat
syaithan, dan sifat kebinatangan. Namun semua sifat-sifat tersebut sangat bergantung
pada manajemen hati (jiwa) yang berkuasa atas semua itu. Oleh sebab itu pendidikan
dalam perspektif al-Ghazali lebih menekankan pada upaya pembersihan hati (jiwa). Melaui
pencarian terhadap ilmu-ilmu yang bermanfaat, pembiasaan akhlak mulia, ibadah-ibadah
sunah, membiasakan pola hidup sederhana, zuhud dan sikap ikhlas

2 Kajian Filsafat Manusia Pada Masa Modern


Filsafat Modern adalah pemikiran filsafati terkait manusia dilihat dari sudut pandang
Akal manusia. Akal manusia, adalah esensi dari manusia. Manusia menggunakan akal untuk
mencapai hakikat terdalam dari manusia, manusia mampu mengembangkan pengetahuan dan
kemampuannnya untuk menciptakan ilmu pengetahuan dan mencari solusi terkait dengan
masalah kemanusiaan
Dalam filsafat Moderen manusia bukan diunnggulkan bukan karena faktor teologi
melainkan rasionalitas dan eksistensinya. Zaman renaisans terkenal dengan era kelahiran
kembali kebebasan manusia dalam berpikir seperti pada masa yunani kuno. Manusia dikenal
sebagai animal rasional. Karena pada masa ini pemikiran manusia mulai bebas dan berkembang.
zaman modern menegaskan bahwa pengetahuan berasal dari diri manusia sendiri.
Pada zaman ini filsafat dari berbagai aliran muncul. Secara garis besar ada tiga paham
yang muncul yaitu rasionalisme, idealisme, dan empirisme. Tapi yang paling mendominasi pada
zaman ini adalah paham rasionalisme.
Tokoh di zaman filsafat modern, tokoh pertama rasionalisme adalah rene Descartes
(1959-1650), Baruch Spinoza (1632-1677), Gottfroed Wilhem Leibniz (1646-1916). Descartes
dianggap sebagai Bapak filsafat Modern.
Paham Rasionalisme
Aliran rasionalisme dipelopori oleh Rene Descartes (1596-1650 M). Dalam buku Discourse de la
Methode tahun 1637 ia menegaskan perlunya ada metode yang jitu sebagai dasar kokoh bagi
semua pengetahuan, yaitu dengan menyangsikan segalanya, secara metodis. Descartes
menerapkan pembagian tegas antara realitas pikiran dan realitas yang meluas.Descartes
menerima 3 realitas atau substansi bawaan, yang sudah ada sejak kita lahir, yaitu : pemikiran,
jiwa, dan Tuhan
Paham Empirisme
Pelopor aliran ini yaitu Francis Bacon. Empirisme adalah ajaran filsafat yang menekankan
peranan pengalaman dalam memperoleh pengetahuan. Dan pengetahuan itu senduru, dan
mengecilkan peran akal. Tokoh pertama pada abad 17 yang mengikuti aliran empirisme di Inggris
adala Thomas Hbbes (19588-`679)
Pada paham empirisme dinyatakan bahwa tidak ada sesuatu dalam pikiran kita selain
didahului oleh pengalaman. Pengalaman itu dapat yang bersifat lahirilah (yang menyangkut
dunia), maupun yang batiniah (yang menyangkut pribadi manusia). Menurut paham ini,
pengenalan inderawi merupakan bentuk pengenalan yang paling jelas dan sempurna, alasannya
karena ada batasan-batasan yang tegas tentang bagaimana kesimpulan dapat diambil melalui
persepsi indera kita. Pelopor aliran ini yaitu Francis Bacon dan dikembangkan oleh David Hume,
Thomas Hubbes, John Lock, dan David Hume.
Paham Idealisme
Paham ini mengajarkan bahwa hakikat fisik adalah jiwa. Aliran ini pertama kali digunakan oleh
liebniz. Aliran idelaisme/ Spiritualisme menagjarkan idea atau spirit manusia (roh) menentukan
hidup dan pengertian manuisa. Aliran ini menekankan idea (roh) sebagai objek pengertian dan
pengetahuan. Tokoh aliran ini adalah Fichte, Schelling, Hagel
Paham fenomenalisme
Paham ini dipelopori oleh Imanuel kant yang mengkritisi paham rasionalisme dan empirisme,
sekaligus mendamaikan keduanya. Paham rasionalie mengutamakan akal sehat dan paham
empirisme yang mengutamakan panca indra (pengalaman). Bagi kant, antara akal dan panca
indra memiliki peran setara dan justru berkolaborasi dalam menginstruksi sebuah ilmu
pengetahuan. Paham ini memancang manusia hanya mengtahui segala suatu berdasarkan yang
tampak (fenomena) apa yang seorang ketahui bergantung kepada-atau “dibatasi oleh kegiatan
sadar yang dipengaruhi realitas lahiriah dari suatu objek, pengamatan, pengalaman, kesadaran
mental dan persepsi/pemahaman seseorang. Pengetahuan manusia yang diberikan merupakan
realitas subjektif. Sedangkan realitas objektif yakni hakikat segala sesuatu itu sendiri yang tidak
dapat diketahui

C. Kajian Filsafat Manusia Pada Masa Kontemporer


Filsafat Kontemporer adalah filsafat yang memberikan kritik terkait masalah kemanusiaan,
filsuf kontemporer mencoba menjelaskan bahwa hakikat manusia tidak hanya akal atau rasio
saja tetapi spiritualitas penting untuk dipahami eksistensinya sebagai bagian dari diri manusia,
akal dan spiritualitas membutuhkan tubuh sebagai tempat untuk rasio dan spiritualitas eksis
dan berkembang.
a. Friedrich Nietzsche (1844-1900)
Nietzsche memberikan gagasan tentang konesp manusia sebagai Ubermensch atau manusia
super (superman), atau sering juga dibahasakan sebagai manusia unggul. Ubermensch
adalah cara manusia memberikan nilai pada dirinya sendiri tanpa berpaling dari dunia dan
menengok ke seberang dunia. Manusia yang telah mencapai Ubermensch ini adalah manusia
yang selalu mengatakan “ya” pada segala hal dan siap menghadapi tantangan. Manusia
ubermanch itu maksudnya dia percaya bahwa pada dasarnya manusia mencapai masa
parnipurnanya itu justru ketika mereka berhasil melawati tantangan dan ancaman. Jd
manusia itu harus realistis. Melewati krisis demi krisis untuk melawati hidup. Ada Insting
surive. Dengan berpikir hal yang terburuk Kalau kita relate berpikir nitzche dlm konteks
skarang itu seperti bahwa bagaimana kalau Kita menghadapi wabah ini. Kita berfikir positif
aja. Itu yang nitzche justru anggap tidak survive. Kl dr perspektif nietzche kamu harus berfikir
negatif, berpikir hal yang terburuk untuk bisa surive, harapan itu harapan kosong.
Realitiasnya tidak ada. Meskipun ada kontra apakah kita hidup sepesimis itu
Sedangkan menurut Muhammad iqbal, fiosof islam bahwa manusia ubersmen itu dalam
islam ia menyebutnya dengan insan kamil. insan kamil adalah manusia sempurna dari sisi
wujudnya dan pengetahuan. Wujud yang sempurna yang dimiliki oleh manusia adalah
bentuk manifestasi dari Tuhan yang berasal dari cerminan sifat-sifat Tuhan. Sisi
pengetahuannya adalah manusia yang mencapai tingkat menyadari esensi dengan Tuhan
dengan kata lain yaitu makrifat.  Insan al - Kamil menurut Iqbal, harus melalui empat tahap.
Yang pertama Cinta, Keberanian, Toleransi, dan Faqir (tidak memasakkan diri) tidak
menuntut lebih banyak dari apa yang dipunyai dan merasa puas dengan apa yang sudah
dimiliki sehingga tidak meminta sesuatu yang lain. Dalam usaha mencapai derajat Insan
Kamil ,Iqbal menekankan akan pentingnya arti dari toleransi, Lebih jauh, Iqbal berpendapat
bahwa menghormati dan menghargai orang lain berarti memperkuat eksistensi diri sendiri.
Aku semakin eksis sebab aku mengakui aku orang lain.
b. Jean Paul Sarte.
Sarte merumuskan pemikirannya tentang eksistensi manusia, Kesadaran eksistensial inilah
yang membuat ciri khas manusia, dibanding dengan bendabenda yang lain. Misalnya saja
Ayam memang secara naluriah akan mencari tempat berteduh bila kehujanan. Bila
kepanasan ayam akan berlindung di bawah pepohonan. Itu insting alatu naluri mereka.
Namun ayam tidak sampai memiliki kesadaran, Ayam tidak mampu untuk merencanakan hal
kedepan berdasar situasinya sekarang ini. Ayam melakukan adanya secara instingtif,
naluriah. Maka ayam tidak bertanggungjawab terhadap apa yang ia lakukan. Sedang untuk
masalah manusia adalah sangat berbeda. Manusia karena sadar akan eksistensinya, menjadi
penentu akan apa yang akan dilakukannya, maka ia juga bertanggungjawab atasnya
Pemikiran tentang KEBEBASAN DAN ada. Sarte merumuskan suluruh filsafat dg kalimat yg
pendek “mendamaikan subjek dan objek. Hal ini merujuk pada pengalamannya tentang
kebebasan diri sebagai subjek, benda sebagai objek. Kedua pengalamn tersebut merupakan
bahwa simbol bahwa manusia itu makhluk yang bebas tetapi selalu dihadapkan pada
ancaman dari benda. Yang paling menarik pemikiran sarte tentang Freedom, manusia pada
dasarnya terkutuk untuk menjadi bebas. Kalau kita dibebaskan untuk emlakukan sesuatu.
Kita akan mengalami kekosongan. Kebebasan dibebankan kepada kita oleh situasi yang tidak
kita pilih, dan tanpa alternatif lain kita harus menerimanya begitu saja. Selain itu, kebebasan
sangat rapuh dan dan selamanya berada dalam posisi yang rentan dan terancam sehingga
tidak dapat diandalkan sebagai sandaran yang kokoh untuk hidup kita.

Anda mungkin juga menyukai