Maufidatul Hasanah
Prodi Psikologi A
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, Jalan Gajayana No.50,
Dinoyo, Kec. Lawokwaru, Kota Malang, Jawa Timur.
Email : maufidatulhasanah@gmail.com, 085330736021
Abstract: Research is done to know the form of user interaction Syar'i hijab
against the opposite of the campus at UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.
This topic was chosen because the researcher wanted to know the extent of
the interacsiwearer hijab syar'i against the opposite of the campus at UIN
Maulana Malik Ibrahim Malang. The method used in this study is a
qualitative method that uses two techniques: interview techniques and
observation techniques. In collecting the data of researchers using several
samples from the sorority of the hijab Syar'i users to know the form of the
Interacsiwearer hijab syar'i against the opposite of the campus UIN Maulana
Malik Ibrahim Malang. The results of this study showed that the interaction
of Syar'i hijab users against the opposite gender based on Islamic sharia. The
main point of this study is to discuss Sya'i hijab, interaction and other forms
of the interaction of the hijab syar'i wearer.
Pada dasaranya lelaki dan wanita diciptakan dari esensi yang sama, mereka
memiliki hak masing-masing untuk menuntut ilmu maupun berpendapat dalam
kehidupan sosialnya. Namun dari segi fisik dan juga mental pria dan wanita sangatlah
berbeda. Lelaki dan wanita tidak berkompetensi di jalur yang sama, tapi berkompetensi
di jalur kebaikan yang berbeda. Perbedaan ini akan menjadikan sebab dari perbedaan
hukum-hukum dalam berpakain di kehidupan bermasyrakat.
Islam senantiasa menempatkan wanita sebagai mahluk yang sangat layak untuk
diperlakukan secara mulia. Yang memuliakan mereka akan semakin mulia, dan yang
menghinakan mereka pun akan semakin terhina di mata Allah dan Rasul-Nya, bahkan di
mata umat manusia itu sendiri.
Hijab menjaga wanita dari pandangan dan perhatian lelaki jahat atau lelaki
hidung belang yang seharusnya tidak pantas dilakukan. Selain digunakan untuk
penjagaan, hijab bagi kaum wanita juga digunakan sebagai kontrol atau pengendalian
bagi diri sendiri agar tidak jatuh dalam perbuatan dosa.
Ditengah maraknya fashion hijab di berbagai lingkungan masyarakat, masih
banyak pula wanita muslim yang memahami akan esensi dari sebuah hijab. Untuk
menentukan kadar keagamaan pribadi seseorang, adalah sejauh mana seluruh kegiatan
seseorang menjiwai paham keagamannya (internalisasi nilai). Mereka yang dianggap
lebih memahami tentang agama serta makna hijab menggunakan hijab syar’i
sebagaimana yang diperintahkan oleh Rasulullah Saw. Hijab syar’i banyak diartikan
sebagai pakaian muslimah yang sempurna dan paling sesuai dengan perintah agama
Islam. Pakaian tersebut sudah banyak dipakai oleh perempuan-perempuan muslim
terutama mahasiswi yang tentu lebih memahami paham keagamaannya. Banyak dari
mereka yang mengaplikasikan pengetahuan agama yang mereka miliki kedalam
kehidupan sehari-hari, bukan hanya pengetahuan dalam ibadah namun juga dalam
muamalah, seperti contohnya membatasi interaksi terhadap lawan jenis yang bukan
mahramnya.
Selain beraktivitas di kehidupan khusus, tentu wanita juga tidak bisa
menghindarkan dirinya untuk beraktivitas di kehidupan umum atau di tempat-tempat
umum ketika dia bertemu dengan lelaki asing (nonmahram). Dalam hal ini terdapat
adab-adab yang perlu diperhatikan dan menjadi batasan oleh wanita muslim dalam
berinteraksi dengan lawan jenis yang bukan mahramnya agar tidak terjadi fitnah, fitnah
disini diartikan sebagai keburukan atau kerugian.
Dalam lingkungan kampus Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
Malang, terdapat sebuah Ma’had Sunan Ampel Al-Aly yang senantiasa mensyiarkan
nilai-nilai islam terhadap mahasiswa baru yang mana mereka di sebut sebagai
mahasantri. Sebagian mereka sangat menjunjung tinggi nilai-nilai keagamaan dengan
mengiplementasikan pengetahuan agamanya terhadap aktivitas sehari-hari termasuk
berbusana dan berinteraksi dengan lawan jenis maka dari itu peneliti mengambil judul
“Bentuk Interaksi Pemakai Hijab Syar’i Terhadap Lawan Jenis”.
Penelitian ini juga pernah dilakukan oleh peneliti yang lain namun dengan
konteks yang lebih luas yaitu meneliti dengan dua lokasi yang berbeda sedangkan dalam
penelitian ini hanya meliputi satu lokasi yaitu kampus UIN Maulana Malik Ibrahim
Malang.
Tujuan penelitian ini adalah menjeaskan bentuk-bentuk interaksi pemakai hijab
syar’i terhadap lawan jenis di kampus UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.
Dalam artikel ini akan di bahas bentuk interaksi pemakai hijab syar’i terhadap
lawan jenis berdasarkan syariat Islam. Karena islam mempunyai aturan tersendiri bagi
para muslimah untuk berinteraksi dengan lawan jenis sesuai dengan ajaran Al-Qur’an
dan Hadist.
Istilah hijab sangat populer di Indonesia sebagai penutup kepala atau sebagai
pakaian seorang muslimah yang digunakan untuk menutup auratnya. Secara makna
syariat, aurat adalah bagian tubuh yang haram dilihat, dan karena itu harus ditutup.Bagi
muslimah, seluruh tubuhnya kecuali wajah dan telapak tangan merupakan aurat.
Menurut Quraish Shihab, kata hijab berarti sesuatu yang menghalangi antara dua
lainnya. Kata hijab juga sama artinya dengan penutup yang selanjutnya diterjemahkan
dengan kata tabir. Hijab dalam al-Qur’an disebut dalam surah al-Ahzab [33] ayat 53.
Yang didalamnya mempunyai dua kandungan tatanan pokok, yang pertama mengenai
adab dalam memasuki atau memenuhi undangan di rumah Nabi dan yang kedua
mengenai hijab sebagai penutup atau tabir. Sehingga, tabir atau hijab merupakan
penghalang dari terlihatnya sesuatu didalamnya. Hal ini tidak hanya berlaku bagi istri-
istri Nabi, namun bagi seluruh wanita muslimah wajib menutupi atau menghalangi
dirinya dari laki-laki yang bukan mahramnya.
Sedangakan, interaksi atau dalam kajian sosiologi biasa disebut dengan interaksi
sosial sangat erat kaitannya dengan proses sosial, karena interaksi sosial salah satu
bentuk umum dari proses sosial. Proses sosial pada dasarnya merupakan siklus
perkembangan dari struktur sosial yang merupakan aspek dinamis dalam kehidupan
masyarakat.
Menurut Gillin dan Gillin yang dikutip oleh Soerjono Soekanto, “interaksi
sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan
antara orang-orang, perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara
orang perorangan dengan kelompok manusia.
Salah satu teori yang dikemukakan Auguste Comte yaitu hukum tiga tahapan.
Hukum tiga (3) tahapan ini menjelaskan tentang intelektual dalam perkembangan
manusia dalam berinteraksi social. Tiga tahapan itu terdiri dari: 1) Tahap teologis yaitu
tahap yang menjelaskan bahwa segala sesuai dikendalikan oleh makhluk ghaib. Dan
tahap ini dibagi menjadi fetisisme, politeisme, dan monoteisme. 2) Tahap metafisik
yaitu tahap transisi teologis menjadi positivis. Dan didalam tahap ini ditandai dengan
adanya kepercayaan hokum tuhan yang diseimbangkan dengan pemikiran manusia. 3)
Tahap positive yaitu tahap yang mana didalamnya ditandai dengan berkembangnya ilmu
penhgetahuan, dan memusatkan semua focus pikiran ke data empiris yang mana semua
itu untuk menjawab segala pertanyaan yang terjadi di dunia.
Teori proses social dalam interaksi social memilliki arti bahwasanya sebelum
mengetahui bagaimana interaksi social bisa berjalan dengan baik itu akan diikuti dengan
proses social yang terjadi didamnya. Didalam teori proses social terdapat 1 aspek yang
menjadikan interaksi itu baik diantaranya competition (kompetisi), cooperation
(kerjasama), accommodation (upaya penyelesaian masalah).
METODE
Jenis penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan deskriptif yaitu
mendeskripsikan bentuk interaksi pemakai hijab syar’i terhadap lawan jenis. Metode ini
menghasilkan data berupa kata-kata dari hasil pengamatan observasi maupun
wawancara. Dengan metode deskriptif ini, peneliti bisa dengan mudah memahami
informan secara lebih dekat menggali data secara langsung dari informan atau
mengamati fenomena yang terjadi di lingkungan sekitar.
Lokasi serta waktu penelitian ini berada di kampus UIN Maulana Malik Ibrahim
MalangPenelitian dilakukan pada tanggal 28 Oktober sampai tanggal 1 November 2019
di area UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Penelitian dilaksanakan pada saat sebelum
PKPBA berlangsung dari jam satu siang sampai jam 2 siang selama lima hari penelitian
dan pada saat selesai mata kuliah reguler yaitu mengamati interaksi mahasiswi pemakai
hijab syar’i terhadap lawan jenis di area kampus UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.
Sumber data penelitian ini diperoleh dari mahasiswi yang berpakaian syar’i
sebanyak empat orang yang terdapat di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Data
dalam penelitian ini berupa tuturan yang menyatakan bentuk interaksi dari pemakai
hijab syar’i terhadap lawan jenis
Pada penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara dan
observasi. Pertama wawancara merupakan bagian utama dari penelitian ini yang
digunakan untuk mengetahui gambaran bentuk interaksi dari pemakai hijab syar’i
terhadap lawan jenis. Wawancara ini dilakukan dengan mahasiswi pemakai hijab syar’i
di kampus UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Kedua Observasi merupakan bagian
pendukung dari penelitian ini yaitu mengamati secara langsung interaksi mahasiswi
pemakai hijab syar’i terhadap lawan jenis di kampus UIN Maulana Malik Ibrahim
Malang.
Pada teknik analisis yang digunakan adalah analisis kualitatif yaitu
mengambarkan bentuk interaksi pemakai hijab syar’i terhadap lawan jenis secara
langsung sesuai dengan kenyataan dilapangan. Hasil observasi lapangan ini kemudian
disajikan dalam bentuk analisis deskriptif.
HASIL
Dari hasil penelitian dapat ditentukan bentuk interaksi pemakai hijab syar’i
terhadap lawan jenis yakni berinteraksi hanya untuk keperluan yang penting dan
mendesak, menundukkan pandangan dan menghindari berjabat tangan. Penjelasan dari
temuan tesebut sebagai berikut:
Pertama berinteraksi hanya untuk keperluan yang penting dan mendesak. Ketika
mahasiswi pemakai hijab syar’i berbicara dengan lawan jenis mereka cenderung tegas
untuk menghindari hal-hal yang tidak penting. Mereka juga berbicara tidak di tempat
yang sepi, melainkan di tempat yang ramai dan didampingi dengan temennya saat ada
kepentingan.
Mahasiswi yang berpakaian syar’i saat berinteraksi dengan lawan jenis mereka
menghindari dari hal-hal yang tidak penting dan jika mereka berinteraksi hanya saat ada
kepentingan yang mendesak sebagaimana yang dinyatakan oleh narasumber berikut ini.
“hijab syar’i adalah eksplorasi ketundukan dalam hati.Simbol lahiriah dan esensi
batiniah, mengenakannya adalah ibadah modelnya sederhana, panjang, tebal, kalem,
gelap dan longgar kini tujuannya adalah untuk menutup pesona bukan menebar pesona.
Dirinya berhijab tujuannya untuk mengikutu syariat agama sesuai dengan sunnah,
menutupi aurat, menjaga kehormatan,dan menjaga nama baik, baik diri sendiri, serta
keluarga, membantu para ikhwan melidungi atau menundukkan pandangannya, serta
menjaga orang tua terutama ayah dari salah satu sebab azabnya api neraka karena
puterinya tidak menutup aurat. Hindari bercanda dengan lawan jenis, jangan hanya
bicara berdua, berbicara di tempat yang terbuka atau di keramaian teman, jika
pembicaraan selesai segera akhiri agar tidak menuju kemana-mana”.
Pernyataan di atas menujukkan bahwa ketika mahasiswi pemakai hijab syar’i dengan
lawan jenis menurutnya secukupnya saja, tidak berlebihan serta menjaga etika, adab
sebagai seorang muslimah yang baik.
Kedua menundukkan pandangan. Saat bertemu dengan lawan jenis mahasiswi
yang memakai hijab syar’i menjaga jarak jauh dan menunjukkan pandangan. Mahasiswi
menundukkan pandangan dikarenakan tidak timbul syahwat. Ketika mahasiswi pemakai
hijab syar’i berjalan diantara kerumunan lawan jenis, mereka lebih memilih jalan yang
sepi untuk menghindari jalan didepan lawan jenis. Saat mereka berjalan dan ada lawan
jenis yang menyapa mereka, mahasiswi pemakai hijab syar’i tersebut hanya
menundukkan kepala, sebagai tanda jawaban dari sapaan lawan jenis. Sebagaimana
dinyatakan oleh narasumber bernama Naja berikut ini.
“Prinsip saya, bila ada keperluan penting, saya bilang baik-baik dan seperlunya sesuai
batasan agama tetap jaga izzah/kehormatan masing-masing kalau tidak penting yang
dibicarakan, saya cenderung tegas dan memilih jaga jarak serta menjaga pandangan”.
Pernyataan di atas menunjukkan bahwa mahasiswi pemakai hijab syar’i saat berbicara
dengan lawan jenis menjaga jarak serta menjaga pandangan. Namun pandangan boleh
dilakukan jika ada unsur syar’i misalnya dalam hal pendidikan yaitu seorang mahasiswi
memandang dosen saat menjelaskan materi mata kuliah di dalam kelas.
Ketiga menghindari berjabat tangan. ketika ada lawan jenis yang mengajak
mahasiswi bersalaman mereka menolak dengan cara islami, karena menghindari untuk
bersentuhan. Karena bagi mereka menjaga kehormatan dirinya adalah kewajiban agar
tidak tersentuh dengan lawan jenis yang bukan mahramnya. Sebagaimana dinyatakan
oleh narsumber bernama Cilika berikut ini.
“Cara saya berinteraksi dg lawan jenis yaitu. Saya terbuka, tapi terbuka dalam artian
tetap menjaga batasan" yang telah ada. Tidak ada kontak fisik dengan lawan jenis,
ketika mereka mengajak bersalaman saya menolaknya”.