Anda di halaman 1dari 23

SIKAP MAHASISWA TERHADAP FENOMENA SOSIAL

PENGEMIS DI DEPAN KLINIK


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MALANG

LAPORAN PENELITIAN
Disusun untuk memenuhi tugas akhir semester
Mata kuliah bahasa indonesia yang dibina Nurul Shofia, M.Pd

Oleh :
Dewi Maulana Azizah
Psikologi A
19410002

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2019
ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana tindakan sosial
dan pandangan mahasiswa mengenai keberadaan pengemis di depan klinik
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Sumber data penelitian ada
dua yaitu sumber data primer dan sekunder. Peneliti mengumpulkan data dengan cara
observasi dan wawancara. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif
sedangkan pendekatannya menggunakan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa yang melakukan tindakan sosial secara aktif hanya beberapa
orang saja dan beberapa mahasiswa dari banyaknya mahasiswa yang melintas
melewati klinik Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Dengan
demikian mahasiswa perlu menumbuhkan rasa empati yang tinggi terhadap
lingkungan sekitarnya.

Kata kunci : Tindakan Sosial, Pandangan Mahasiswa, Kepedulian Sosial.


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada saya, sehingga saya bisa
menyelesaikan laporan penelitian mengenai “Sikap Mahasiswa Terhadap Fenomena
Sosial Pengemis di Depan Klinik Universitas Islam Negeri Malang”. Penulisan
laporan penelitian ini bertujuan untuk memenuhi tugas akhir semester mata kuliah
bahasa indonesia yang diberikan oleh Ibu Nurul Shofia, M.Pd. Tidak lupa juga saya
ucapkan terimakasih kepada beliau sebagai dosen pengajar bahasa indonesia sehingga
bisa terselesaikannya tugas ini. Proposal penelitian ini jauh dari sempurna, karena
keterbatasan saya sebagai penyusunnya.
Akhir kata, karena keterbatasan ilmu maupun pengalaman, saya menyadari
seutuhnya bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari kata sempurna baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, saya terbuka untuk
menerima segala masukan dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca
sehingga saya bisa melakukan perbaikan laporan penelitian ini sehingga menjadi
laporan yang baik dan benar.

Malang, November 2019

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Fenomena sosial yang banyak dijumpai di lingkungan sekitar salah satunya
adalah banyaknya pengemis di jalanan. Mayarakat Indonesia sudah akrab dengan
kata pengemis yang juga sudah menjadi istilah dalam kebijakan pemerintah yang
merujuk pada sekelompok orang tertentu yang biasanya dijumpai di kota-kota
besar. Arti dari pengemis itu sendiri adalah orang-orang yang mendapatkan
penghasilan dengan cara meminta-minta dimuka umum untuk mengharapkan
belas kasihan dari orang lain. Pengemis pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua,
yaitu mereka yang masuk dalam kategori menggelandang dan mengemis untuk
bertahan hidup, dan mereka yang menggelandang dan mengemis karena malas
dalam bekerja. Pengemis tidak jauh dari berbagai tanggapan buruk yang melekat
pada masyarakat sekitarnya.
Masyarakat menganggap atau mendeskripsikan pengemis dengan citra yang
negatif. Sosok pengemis dengan berbagai macam atributnya telah melahirkan

sebuah persepsi kurang menyenangkan baikdari sisi sosial maupun ekonomi .


Pengemis dipersepsikan sebagai orang yang merusak pemandangan dan
ketertiban umum seperti kotor, sumber kriminal, tanpa norma, tidak dapat
dipercaya, tidak teratur, penipu, pencuri kecil-kecilan, malas, apatis, dan persepsi
buruk lainnya. Fenomena pengemis ini semakin lama semakin memprihatinkan.
Meskipun pemerintah telah berusaha mengurangi populasi pengemis di setiap
daerah, namun tidak bisa dipungkiri bahwa jumlah pengemis dari tahun ke tahun
semakin banyak, terumata di kota-kota besar.
Mudahnya mencari uang di kota-kota besar menjadi daya tarik tersendiri
bagi para pendatang baru dari desa atau kota lain yang datang tanpa membawa
bekal keterampilan yang baik untuk bekerja dan mengadu nasib dan
peruntungannya di kota-kota besar, yang tentunya juga persaingan tidak hanya
dari para pendatang baru tetapi juga dari masyarakat kota itu sendiri. Banyaknya
pengemis bisa juga disebabkan oleh sempitnya lapangan pekerjaan yang
disediakan pemerintah. Sulitnya seseorang mendapatkan pekerjaan membuat
semakin mundurnya kualitas sumber daya manusia di Indonesia. Bagi mereka
yang memilki tingkat pendidikan rendah semakin tidak memiliki kesempatan
untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Masalah tersebut memaksa sebagian
kaum urban yang datang kekota tanpa membawa bekal yang cukup untuk
mencari jalan pintas mencari penghasilan, salah satunya yaitu menjadi
pengemis.
Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi atau menyebabkan seseorang
menjadi pengemis, yang pertama yaitu tingginya tingkat kemiskinan yang
menyebabkan seseorang tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar minimal dan
menjangkau pelayanan umum sehingga tidak dapat mengembangkan kehidupan
pribadi maupun keluarga secara layak, yang kedua adalah rendahnya tingkat
pendidikan dapat menjadi kendala seseorang untuk memperoleh pekerjaan yang
layak, ketiga adalah kurangnya keterampilan kerja menyebabkan seseorang tidak
dapat memnuhi tuntutan pasar kerja.
Di Indonesia sendiri jumlah pengemis dari tahun ketahun mulai berangsur-
angsur berkurang. Akan tetapi, jumlah pengemis paling banyak justru berada di
ibu kota. Dalam penelitian ini peneliti akan memaparkan tindakan-tindakan
sosial kaitannya dengan keberadaan pengemis di kota Malang khususnya di
depan klinik Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Jumlah
pengemis yang ada tidak menentu, keberadaan mereka tak jarang membuat
seseorang tidak nyaman
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tindakan sosial mahasiswa dalam menghadapi fenomena sosial
pengemis di depan klinik Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
Malang ?
2. Bagaimana pandangan mahasiswa terhadap fenomena pengemis yang ada di
depan klinik Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

C. Tujuan Penelitian
1. Mendeskripsikan gambaran fenomena sosial.
2. Mengamati tindakan sosial mahasiswa terhadap pengemis di depan klinik
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
3. Memaparkan bagaimana pandangan mahasiswa terhadap pengemis.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Manfaat penelitian secara akademis adalah penelitian ini ddiharapkan
mampu menjadi salah satu sumber bacaan atau referensi untuk mahasiswa
lainnya guna menyelesaikan tugas membuat proposal penelitian.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Mahasiswa
Diharapkan penelitian ini mampu memberikan pemahaman mengenai
pentingnya kepedulian sosial antar sesama, dan juga apa yang harus dilakukan
jika mereka menjumpai pengemis.
b. Bagi Peneliti
Manfaat penelitian bagi peneliti adalah dapat menjadi referensi dalam
mengembangkan lagi keilmuan yang membahas mengenai tindakan sosial
mahasiswa sebagai bentuk kepedulian sosial antar sesama.
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Teori Fenomenologi Sosial Alfred Schutz


Penelitian mengenai sikap mahasiswa terhadap fenomena pengemis di depan
klinik Universitas Islam Negeri Malang menggunakan teori fenomenologi yang
dikemukakan oleh Alfred Schutz. Fenomenologi berasal dari bahasa Yunani,
Phainoai, yang berarti ‘menampak’ dan phainomenon merujuk pada ‘yang
menampak’. Jika dikaji lagi Fenomenologi itu berasal dari phenomenon yang
berarti realitas yang tampak. Dan logos yang berarti ilmu. Jadi fenomenologi
adalah ilmu yang berorientasi untuk mendapatkan penjelasan dari realitas yang
tampak. Makna fenomenologi adalah realitas, tampak. Fenomena yang tampak
adalah refleksi dari realitas yang tidak berdiri sendiri.
Fenomenologi berusaha mencari pemahaman bagaimana manusia
mengkonstruksi makna dan konsep penting dalam kerangka intersubyektivitas
(pemahaman kita mengenai dunia dibentuk oleh hubungan kita dengan orang
lain). Fenomenologi berasumsi bahwa orang-orang secara aktif menginterpretasi
pengelaman-pengelamannya dan mencoba memahami dunia dengan pengelaman
pribadinya. Fenomena yang tampak adalah refleksi dari realitas yang tidak dapat
berdiri sendiri, karena ia memiliki makna yang memerlukan penafsiran yang
lebih lanjut. Tujuan dari fenomenologi, seperti yang dikemukakan oleh Husserl,
adalah untuk mempelajari fenomena manusia tanpa mempertanyakan
penyebabnya, realitas yang sebenarnya, dan penampilannya.
Alfred berpendapat bahwa tindakan manusia menjadi suatu hubungan sosial
bila manusia memberikan arti atau makna tertentu terhadap tindakannya itu, dan
manusia lain memahami pula tindakannya itu sebagai sesuatu yang penuh
arti.Pemahaman secara subyektif terhadap sesuatu tindakan sangat menentukan
terhadap kelangsungan proses interaksi sosial. Baik bagi aktor yang memberikan
arti terhadap tindakannya sendiri maupun bagi pihak lain yang akan
menerjemahkan dan memahaminya serta yang akan beraksi atau bertindak sesuai
dengan yang dimaksudkan oleh aktor.

B. Teori Tindakan Sosial Max Weber


Max Weber berpendapat bahwa tindakan sosial adalah suatu tindakan
individu sepanjang tindakan itu mempunyai makna atau arti subjektif bagi
dirinya dan diarahkan kepada tindakan orang lain. Suatu tindakan dapat disebut
sebagai tindakan sosial ketika tindakan tersebut benar-benar diarahkan kepada
orang lain, dan tindakan yang diarahkan kepada benda mati tidak masuk dalam
kategori tindakan sosial.
Max Weber berpendapat tindakan terjadi ketika individu melekatkan
makna subjektif pada tindakan mereka. Tindakan sosial dapat berupa tindakan
yang bersifat membatin atau bersifat subjektif yang mungkin terjadi karena
pengaruh positif dari situasi tertentu. Bahkan terkadang tindakan dapat berulang
kembali  dengan sengaja sebagai akibat dari pengaruh situasi yang serupa.
Dalam teori tindakannya, tujuan Max Weber tak lain adalah memfokuskan
perhatian pada individu, pola dan regularitas tindakan, dan bukan pola
kolektivitas. Weber menggunakan metodologi tipe idealnya untuk menjelaskan
makna tindakan dengan cara mengidentifikasi empat tipe tindakan dasar. Yang
pertama adalah rasionalitas sarana-tujuan, atau tindakan yang ditentukan oleh
harapan terhadap perilaku objek dalam lingkungan dan perilaku manusia lain.

C. Tipe Tindakan Sosial


Weber membedakan tindakan sosial manusia ke dalam empat tipe yaitu:
1.   Tindakan rasionalitas instrumental (Zwerk Rational)
Tindakan ini merupakan suatu tindakan sosial yang dilakukan seseorang
didasarkan atas pertimbangan dan pilihan sadar yang berhubungan dengan
tujuan tindakan itu dan ketersediaan alat yang dipergunakan untuk
mencapainya. Contohnya : Seorang siswa yang sering terlambat dikarenakan
tidak memiliki alat transportasi, akhirnya ia membeli sepeda motor agar ia
datang kesekolah lebih awal dan tidak terlambat. Tindakan ini telah
dipertimbangkan dengan matang agar ia mencapai tujuan tertentu. Dengan
perkataan lain menilai  dan  menentukan  tujuan  itu dan bisa saja  tindakan 
itu dijadikan sebagai cara untuk mencapai  tujuan  lain.
2.    Tindakan rasional nilai (Werk Rational)
Sedangkan tindakan rasional nilai memiliki sifat bahwa alat-alat yang
ada hanya merupakan pertimbangan dan perhitungan yang sadar, sementara
tujuan-tujuannya sudah ada di dalam hubungannya dengan nilai-nilai
individu yang bersifat absolut. Contoh : perilaku beribadah atau seseorang
mendahulukan orang yang lebih tua ketika antri sembako. Artinya, tindakan
sosial ini telah dipertimbangkan terlebih dahulu karena mendahulukan nilai-
nilai sosial maupun nilai agama yang ia miliki.
3.    Tindakan  afektif atau tindakan yang dipengaruhi emosi  (affectual action)
Tipe tindakan sosial ini lebih didominasi perasaan atau emosi tanpa
refleksi intelektual atau perencanaan sadar. Tindakan afektif sifatnya
spontan, tidak rasional, dan merupakan ekspresi emosional dari individu.
Contohnya: hubungan kasih sayang antara dua remaja yang sedang jatuh
cinta atau sedang dimabuk asmara. Tindakan ini biasanya terjadi atas
rangsangan dari  luar yang bersifat otomatis sehingga bias berarti
4.    Tindakan  tradisional atau tindakan karena kebiasaan (traditional action) 
Dalam tindakan jenis ini, seseorang memperlihatkan perilaku tertentu
karena kebiasaan yang diperoleh dari nenek moyang, tanpa refleksi yang
sadar atau perencanaan. Contohnya tindakan pulang kampung disaat lebaran
atau Idul Fitri
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Kerangka Penelitian
1. Jenis Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian sikap mahasiswa
terhadap fenomena pengemis di depan klinik Universitas Islam Negeri
Malang adalah metode deskriptif yaitu menggambarkan secara nyata
bagaimana sikap mahasiswa terhadap keberadaan pengemis, sedangkan
pendekatannya menggunakan pendekatan kualitatif karena data yang ada
diperoleh dari hasil wawancara dan observasi kepada narasumber.
2. Tempat dan Waktu Penelitian
Untuk mendapatkan data tentang tindakan mahasiswa terhadap fenomena
pengemis peneliti melakukan penelitian selama 5 hari terhitung dari tanggal 1
sampai tanggal 6 November 2019 di depan klinik Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim Malang.

B. Sumber Data dan Data


1. Data Primer
Dalam hal ini peneliti memperoleh data hasil wawancara dan observasi
dari empat nasumber yang di wawancara di lingkungan Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
2. Data Sekunder
Tuturan yang menyatakan bagaimana pandangan dan tindakan sosial
mahasiswa terhadap keberadaan pengemis di depan klinik Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
a. Observasi langsung yang mana dalam melakukan observasi penulis tidak
menggunakan alat bantu berupa video, recording, dan lain sebagainya
sebagai objek yang di amati, melainkan penulis menyaksikan secara
langsung bagaimana kegiatan atau kejadian itu berlangsung.
b. Wawancara yang merupakan tanya jawab antara observer dengan objek
yang diamati, dalam hal ini wawancara hanyalah bentuk metode pembantu
atau bukan termasuk metode utama yang berperan sebagai pendukung
keakuratan data atas apa yang sudah di amati oleh penulis.
BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Pelaksanaan atau Setting Penelitian


Penelitian dilakukan pada tanggal 1 November sampai tanggal 6 November 2019
di area Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Penelitian ini
dilaksanakan sebelum dan sesudah kuliah bahasa arab terhitung dari jam dua
siang sampai dengan jam lima sore.

B. Tindakan Sosial Mahasiswa


Dari hasil temuan ditemukan bahwa mahasiswa memberikan pendapat
bahwa tindakan sosial itu sangat penting. Sebagian dari mahasiswa bersikap tidak
acuh, mereka berpendapat bahwa para pengemis masih bisa mencari pekerjaan
yang layak dan lebih baik. Bukan menjadikan mengemis sebagai pekerjaan.
Salah satu narasumber berpendapat bahwa akan lebih baik jika pihak keamanan
tidak membiarkan atau mengizinkan pengemis ada di depan gerbang UIN
Malang.
Berdasarkan hasil observasi langsung yang dilakukan peneiliti, bentuk
tindakan sosial yang terjadi antara mahasantri dengan para pengemis jalanan di
klinik Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang terjadi secara
pasif. Hal tersebut terbukti dari tindakan mahasiswa yang lebih dominan hanya
melewati para pengemis tanpa memberi suatu tindakan. Para mahasiswa yang
masih merasa simpati pada pengemis jalanan tersebut pun seringnya hanya
melewati dan tidak memberikan tindakan apapun, seperti memberi bantuan.
Yang melakukan tindakan sosial secara aktif hanya beberapa orang saja dan
beberapa mahasiswa dari banyaknya mahasiswa yang melintas melewati klinik
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
Perbedaan kelas sosial antara mahasiswa yang masuk dalam kelas sosial
menengah dan ke atas dengan pengemis jalanan yang masuk dalam kategori
kelas sosial menengah ke bawah mempengaruhi tindakan sosial mahasantri
terhadap pengemis jalanan.
Menurut Maulida Rintan Adisa,

“Sesekali saya akan memberi, tapi lebih sering saya tidak


memberi tapi bukan karna apa, karena menurut saya mereka itu
masih mampu untuk bekerja atau mencari nafkah selain dari
mengemis atau meminta-minta dan fisik mereka masih kuat
dan memungkinkan untuk mencari pekerjaan yang lebih layak
dari pada mengemis”.

Pernyataan di atas menunjukkan bahwa terkadang sesorang juga


memberikan perhatian atas kehadiran pengemis dengan cara memberikan uang
ataupun makanan tetapi mereka juga menyayangkan karena sebenarnya para
pengemis dapat mencari pekerjaan yang lebih layak dari pada mengemis.
Sedangkan Amarizka Diva,

“Dengan adanya pengemis yang ada di depan klinik UIN


malang membuat saya merasa sungkan untuk berjalan atau
melewatinya karena biasanya mereka duduk-duduk di depan
gerbang apalagi gerbang samping dibuka hanya untuk satu
jalur. Sering kali menolak dan bilang “maaf bu, tidak ada”.

Pernyataan di atas menunjukkan bahwa keberadaan pengemis di depan


klinik membuat sebagian orang merasa tidak nyaman (kurang sopan) jika harus
berjalan di depannya.
Tindakan tersebut termasuk dalam tindakan yang berorientasi nilai yang
memiliki sifat bahwa alat-alat yang ada hanya merupakan pertimbangan dan
perhitungan yang sadar, sementara tujuan-tujuannya sudah ada di dalam
hubungannya dengan nilai-nilai individu yang bersifat absolut.

C. Pandangan Mahasiswa terhadap Fenomena Pengemis


Banyak mahasiswa yang berpendapat bahwa keberadaan mereka
mengganggu pemandangan jalan. Mahasiswa merasa terganggu dikarenakan para
pengemis selalu berada di depan pintu masuk Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim Malang, hal tersebut tentunya menghalangi akses jalan masuk.
Kepedulian sosial mahasiswa UIN Malang sangat tinggi, akan tetapi sedikit
diantara mereka yang memberikan uang, makanan ataupun minuman kepada
pengemis, mereka yakin bahwa para pengemis masih bisa mencari pekerjaan
yang layak. Tak jarang mereka bersikap acuh terhadap pengemis.
Seperti pendapat salah satu narasumber Maulida Rintan Adisa,

“Terutama sangat mengganggu mahasiswa atau orang-


orang yang sedang lewat di jalur utama masuk UIN karena
tidak seharusnya para pengemis berada di depan gerbang UIN,
lebih baik satpam melarang atau memberi batas bagi pengemis
untuk menempati tempat di UIN yang digunakan sebagai
tempat untuk mengemis”.

Narasumber mengharapkan tindakan dari keamanan agar keberadaan


pengemis di depan klinik bisa diatasi agar tidak mengganggu akses jalan masuk
dan keluar para pejalan kaki, dan juga agar tidak mengganggu pemandangan
BAB V
PEMBAHASAN

A. Tindakan Sosial Mahasiswa dalam Menghadapi Fenomena Sosial Pengemis


Berikut adalah beberapa hal yang teridentifikasi oleh peneliti sebagai
tindakan sosial mahasiswa dalam menghadapi fenomena sosial :
Sebagai manusia, kita adalah makhluk sosial yang menghabiskan hidup kita
berinteraksi dengan orang lain, tentunya selalu melakukan sebuah tindakan sosial
di manapun, kapan pun. Akan tetapi, di dalam pengamatan penelitian ini lebih
berfokus pada tingkat kepedulian sesama manusia sebagaimana yang telah
dilakukan pengamatan yaitu di sekitar lingkungan klinik Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang dengan mahasiswa yang masih memiliki
tingkat kepedulian yang rendah.
Tindakan sosial merupakan interaksi yang sudah pasti terjadi di kehidupan
sehari-hari. Dalam teorinya, saat terjadi perbedaan kelas sosial yang
menimbulkan suatu tindakan sosial seperti yang terjadi antara mahasiswa
terhadap pengemis jalanan di klinik Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim Malang, maka akan menimbulkan rasa simpati, rasa ingin membantu,
serta timbul sebuah tindakan sosial yang positif. Namun, dalam prakteknya di
lapangan, seringkali teori-teori tersebut tidak berjalan dengan benar. Ada saja,
yang mengacuhkannya begitu saja saat melewati beberapa pengemis jalanan.
Dari beberapa mahasiswa yang berhasil diwawancarai mereka banyak yang
memberikan pendapat bahwa tindakan sosial itu sangat penting. Sebagian dari
mahasiswa bersikap acuh, mereka berpendapat bahwa para pengemis masih bisa
mencari pekerjaan yang layak dan lebih baik. Bukan menjadikan mengemis
sebagai pekerjaan. Salah satu narasumber berpendapat bahwa akan lebih baik
jika pihak keamanan tidak membiarkan atau mengizinkan pengemis ada di depan
gerbang UIN Malang.
Berdasarkan hasil observasi langsung yang dilakukan peneiliti, bentuk
tindakan sosial yang terjadi antara mahasantri dengan para pengemis jalanan di
klinik Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang terjadi secara
pasif. Hal tersebut terbukti dari tindakan mahasiswa yang lebih dominan hanya
melewati para pengemis tanpa memberi suatu tindakan. Para mahasiswa yang
masih merasa simpati pada pengemis jalanan tersebut pun seringnya hanya
melewati dan tidak memberikan tindakan apapun, seperti memberi bantuan.
Yang melakukan tindakan sosial secara aktif hanya beberapa orang saja dan
beberapa mahasiswa dari banyaknya mahasiswa yang melintas melewati klinik
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
Perbedaan kelas sosial antara mahasiswa yang masuk dalam kelas sosial
menengah dan ke atas dengan pengemis jalanan yang masuk dalam kategori
kelas sosial menengah ke bawah mempengaruhi tindakan sosial mahasantri
terhadap pengemis jalanan. Tindakan sosial tersebut ada karena timbul rasa
simpati atau peduli karena melihat perjuangan para pengemis jalanan tersebut
dalam mencari nafkah. Pemandangan yang terjadi tersebut membuat beberapa
mhasantri yang lewat merasa iba, akibatnya mahasantri tersebut melakukan suatu
tindakan seperti memberi bantuan karena mereka merasa lebih mampu.

2. Pandangan Mahasiswa terhadap Fenomena Pengemis yang Ada di Depan


Klinik Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
Beberapa mahasiswa yang diwawancarai memberikan pandangan yang
beragam terkait keberadaan pengemis yang pertama adalah keberadaan mereka
sangat mengganggu mahasiswa atau orang-orang yang lewat di jalur utama
masuk UIN, mereka tidak seharusnya berada di depan gerbang masuk.
Pandangan yang kedua adalah keberadaan mereka membuat lingkungan terasa
kurang bersih, selain karena pakaian mereka yang terlihat kumuh keberadaan
mereka juga mengganggu pemandangan. Latar belakang mereka berbeda, ada
beberapa mahasiswa yang menyayangkan mereka sebenarnya bisa mendapatkan
pekerjaan yang lebih layak dari pada mengemis.
Secara garis besar, para pengemis berasal dari latar belakang yang beragam,
dan kondisi yang berbeda-beda. Salah satu penyebab makin maraknya pengemis
adalah sikap masyarakat yang semakin individualistis dan makin pupusnya
kepedulian sosial ditengah masyarakat. Banyak mahasiswa yang berpendapat
bahwa keberadaan mereka mengganggu pemandangan jalan. Mahasiswa merasa
terganggu dikarenakan para pengemis selalu berada di depan pintu masuk
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, hal tersebut tentunya
menghalangi akses jalan masuk. Kepedulian sosial mahasiswa UIN Malang
sangat tinggi, akan tetapi sedikit diantara mereka yang memberikan uang,
makanan ataupun minuman kepada pengemis, mereka yakin bahwa para
pengemis masih bisa mencari pekerjaan yang layak. Tak jarang mereka bersikap
acuh terhadap pengemis. Kepedulian sosial yang rendah sebenarnya akan
menambah banyaknya jumlah pengemis. Kepedulian sosial yang tinggi justru
sedikit demi sedikit dapat mengurangi jumlah pengemis yang biasanya dari tahun
ke tahun semakin bertambah.
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan mengenai sikap mahasiswa terhadap


fenomena sosial pengemis di depan klinik Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim Malang dapat penyusun jelaskan bahwa penelitian ini merupakan
suatu bentuk penganalisaan dari data-data yang berhasil penyusun kumpulkan
dalam penelitian di lingkungan Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
Malang. Penyusun dapat menarik kesimpulan dari penelitian ini sebagai berikut :
Bahwa kepedulian mahasiswa terhadap keberadaan pengemis masih sangat
pasif, benyak diantara mereka yang bersikap acuh dan seolah olah tidak
menghiraukan keberadaan pengemis. Yang melakukan tindakan sosial secara
aktif hanya beberapa orang saja dan beberapa mahasiswa dari banyaknya
mahasiswa yang melintas melewati klinik Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim Malang Keberadaan mereka dianggap mengganggu akses jalan
masuk. Kepedulian sosial yang rendah sebenarnya akan menambah banyaknya
jumlah pengemis. Kepedulian sosial yang tinggi justru sedikit demi sedikit dapat
mengurangi jumlah pengemis yang biasanya dari tahun ke tahun semakin
bertambah.

B. Saran
Mahasiswa sebaiknya mengetahui bagaimana cara bersikap yang baik jika ada
pengemis yang datang meminta kepadanya, dan tidak membiarkannya atau
bersikap pasif terhadap lingkungan sekitar. Mahasiswa sebaiknya juga
meningkatkan kepedulian terhadap keberadaan pengemis karena kepedulian
sosial yang rendah dapat menyebabkan jumlah pengemis semakin meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
Ritzer, George dan Goodman, Douglas J. (2008). Teori Sosiologi Modern. Jakarta :
Predana Media

Ritzer. G. (2010). Teori sosiologi. Bantul : Kreasi wacana offset

Margaret M. Poloma. (2013). Sosiologi Kontemporer. Jakarta : PT. Raja Grafindo


Persada

M.Nazir. (1998). Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia

Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Kharisma Putra Utama


Offset
LAMPIRAN
Adapun pertanyaan yang peneliti ajukan saat wawancara adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pendapat anda tentang adanya pengemis yang ada di depan klinik
UIN Malang ?
2. Apa yang anda lakukan jika salah satu dari mereka meminta-minta kepada anda ?
3. Menurut anda, apa dampak dari andanya pengemis di depan klinik UIN Malang ?
4. Menurut anda, apakah mahasiswa yang berjalan di depan klinik UIN Malang
banyak yang memiliki kepedulian sosial terhadap adanya pengemis ?
5. Mahasiswa memberikan kepedulian sosial dalam bentuk apa saja ?

Berikut dilampirkan data responden beserta hasil wawancara mengenai sikap


mahasiswa terhadap fenomena pengemis di depan klinik UIN Malang
1. Hasil wawancara 1
Nama : Maulida Rintan Adisa

1. Seharusnya pihak keamanan di UIN tidak boleh mengizinkan para pengemis


ada di depan gerbang UIN, karena jujur saja hal tersebut sangat menganggu
orang-orang atau mahasiswa yang lewat keluar masuk lewat gerbang UIN itu
2. Sesekali saya akan memberi, tapi lebih sering saya tidak memberi tapi bukan
karna apa, karena menurut saya mereka itu masih mampu untuk bekerja atau
mencari nafkah selain dari mengemis atau meminta-minta dan fisik mereka
masih kuat dan memungkinkan untuk mencari pekerjaan yang lebih layak
dari pada mengemis.
3. Terutama sangat mengganggu mahasiswa atau orang-orang yang sedang
lewat di jalur utama masuk UIN karena tidak seharusnya para pengemis
berada di depan gerbang UIN, lebih baik satpam melarang atau memberi
batas bagi pengemis untuk menempati tempat di UIN yang digunakan
sebagai tempat untuk mengemis
4. Sebenarnya mahasiswa di UIN itu peka terhadap sosial besar, akan tetapi
lebih malas memberi uang kepada pengemis karena mereka beranggapan
orang-orang tersebut masih kuat untuk bekerja dan tidak layak untuk diberi
5. Memberikan sedikit uang, ataupun makanan

2. Hasil wawancara 2
Nama : Amarizka Diva Udyaningtyas

1. Dengan adanya pengemis yang ada di depan klinik UIN malang membuat
saya merasa sungkan untuk berjalan atau melewatinya karena biasanya
mereka duduk-duduk di depan gerbang apalagi gerbang samping dibuka
hanya untuk satu jalur
2. Sering kali menolak dan bilang “maaf bu, tidak ada”
3. Lingkungan UIN terasa kurang bersih, pakaiannya juga kumuh dan juga
mengganggu pemandangan
4. Banyak yang peduli, kadang ada beberapa anak yang memberikan uang
5. Dalam bentuk uang, ada juga 1 bungkus makanan

3. Hasil wawancara 3
Nama : Nur Laella Ali

1. Menurut pendapat saya, pengemis di depan klinik itu terkadang mengganggu,


terlebih lagi pada saat sore hari saat mahasiswa baru pulang dari pkpba
2. Buat saya memberi uang kepada pengemis itu tidak mendidik, dan akan lebih
baik jika memberi makanan. Karena jika memberikan uang, mereka akan
beranggapan bahwa mengemis adalah sebuah pekerjaan
3. Membuat situasi di depan klinik tidak bagus karena kondisi tidak tertib
4. Beberapa orang memiliki kepedulian sosial, dan beberapa orang tidak.
Mereka beranggapan bahwa memebri uang kepada pengemis adalah hal yang
tidak mendidik
5. Dalam bentuk uang, makanan, dan juga minuman
4. Hasil wawancara 4
Nama : Nazoiroh

1. Menurut saya, mereka masih bisa bekerja dan sebaiknya tidak mengemis
2. Saya akan memberi seikhlasnya
3. Dampaknya biasanya sedikit mengganggu karene setiap kita masuk ke
gerbang pasti mereka meminta-minta
4. Menurut saya iya, karena setiap saya lihat pasti ada mahasiswa yang
memberikan uang kepada pengemis tersebut
5. Dalam bentuk uang, makanan dan minuman

Anda mungkin juga menyukai