Anda di halaman 1dari 30

Karakteristik Refluks

Journal Reading

Laringofaringeal pada
Pasien dengan Otitis Media
Kronis
Abstrak
Tujuan: Untuk merangkum karakteristik pasien refluks
laringofaringeal (LPR) dengan otitis media kronis
Metode: Ini adalah penelitian prospektif dengan jumlah
subyek penelitian adalah 31 pasien dengan otitis media
kronis. Dengan merangkum informasi umum pasien, indeks
gejala refluks (RSI), skor penemuan refluks (RFS), dan skor
Ryan
Hasil: Sebagian besar (29/31, 93,5%) pasien memiliki RSI negatif (RSI ≤ 13).
Gejala yang paling umum dari pasien ini adalah pembersihan tenggorok (22/31,
71,0%), gejala lambung dan kerongkongan (19/31, 61,3%), dan lendir tenggorok
yang berlebihan atau post nasal drip (14/31, 45,2%). Berbeda dengan RSI,
kebanyakan pasien (22/31, 71,0%) memiliki RFS positif (RFS> 7). Di antara semua
tanda yang ditemukan di bawah laringoskop serat-optik transnasal, eritema
adalah gejala yang paling sering (31/31, 100,0%), diikuti oleh edema pita suara
(27/31, 87,1%), dan hipertrofi komisura posterior (27 / 31, 87,1%). Sebagian
besar kasus (24/31, 77,4%) memiliki skor Ryan positif
Kesimpulan: Kebanyakan pasien dengan otitis media kronis
memiliki LPR secara bersamaan. LPR pada pasien ini
dimanipulasi terutama oleh RFS positif di bawah laringoskop
dan bukan oleh gejala laring dan faring. Hal ini menunjukkan
bahwa LPR dapat menjadi faktor penting dalam patogenesis
otitis media kronis dan pengobatan anti-refluks dapat
memainkan peran penting dalam pengelolaan otitis media
kronis
Pendahuluan
Laryngopharyngeal reflux (LPR)  refluks yang berasal dari lambung
dan mencapai sphincter esofagus bagian atas, dapat merusak
mukosa laring dan faring  penyakit laringofaringeal refluks (LPRD)
LPR juga menyebabkan cedera organ dekat laring dan faring, seperti
hidung, telinga, dan trakea
Penelitian: pepsin di eksudat pasien dengan otitis media efusi (OME)
 proton pump inhibitor (PPI) dapat meringankan gejala OME 
LPR ada pada pasien dengan OME
Apakah LPR ada pada pasien dengan otitis media kronis (OMK)?
Bahan dan Metode
Populasi Penelitian
Ini adalah studi prospektif dari 31 pasien dengan
OMK yang dirawat di departemen THT Rumah Sakit
Persahabatan Cina-Jepang dari Mei 2017 hingga
Desember 2017. Semua data pasien dikumpulkan
setelah pendaftaran. Ada 13 perempuan dan 18 laki-
laki berusia 13 hingga 80 tahun, dengan usia rata-rata
42,8 (M ± SD, 42,8 ± 18,4)
Pasien didiagnosis dengan OMK sesuai dengan riwayat medis mereka,
penggunaan otoskop, audiometri, dll. Riwayat otitis mereka berkisar antara 5 -
38 tahun. Semua pasien menjalani pemeriksaan otoskop, audiometri,
timpanometri, dan tomografi terkomputerisasi tulang temporal. Semua pasien
dengan perforasi membran timpani, dengan/tanpa mastoiditis
Di antara semua pasien, 19 (19/31, 61,3%) pasien hanya memiliki perforasi
sederhana dari membran timpani, 6 (6/31, 19,4%) pasien mengalami perforasi
membran timpani dan mastoiditis, dan 6 (6/31, 19,4). %) pasien mengalami
perforasi membran timpani dan kolesteatoma
RSI dan RFS
Indeks gejala refluks (RSI) dan skor penemuan refluks
(RFS): evaluasi gejala dan tanda pasien
RSI > 13 dan / atau RFS > 7 dianggap sebagai skor
abnormal atau positif, dan skor di bawah itu dicatat
sebagai normal atau negatif
Pemantauan Dx-pH
Pemantauan pH orofaring 24 jam dilakukan menggunakan monitor Dx-pH Res-tech
Penilaian pH orofaring dicatat setiap 0,5 detik. Probe mencatat episode refluks saat
posisi terlentang pada saat pH oropharynx <5.0 (atau pH tegak <5.5). Setelah 24 jam
pemantauan, probe dipindahkan kembali, dan data diunduh ke komputer dan
dianalisa. Semua interval minum dan makan dihapuskan setelah dianalisis. Jumlah
episode refluks, lamanya episode, dan persentase waktu yang berada di bawah
baseline dihitung sesuai dengan posisi tubuh pasien, dan dapatlah skor Ryan
Jika skor posisi tegak adalah ≥9.41 dan / atau skor terlentang ≥ 6.8, itu dianggap
hasil positif, menunjukkan bahwa pasien telah terkonfirmasi LPR, jika tidak, itu
dicatat sebagai hasil negatif
Operasi
Setelah semua persiapan rutin sudah dilakukan 
operasi
Perforasi membran timpani  miringoplasty
Perforasi membran timpani dan mastoiditis 
mastoidotomi dan tympanoplasty di dinding saluran
Perforasi membran timpani dan kolesteatoma 
mastoidektomi dan tympanoplasty di dinding saluran
Statistik
Hasil
RSI
RSI rata-rata semua pasien adalah 6,0 (6,0 ± 4,9); RSI terkecil adalah 1, dan RSI
terbesar adalah 14
Sebagian besar (29/31, 93,5%) pasien memiliki skor RSI negatif
Di antara semua gejala-gejala pada Tabel 1, gejala yang paling umum adalah
gerakan mendehem dengan 18 pasien (22/31, 71,0%). Yang kedua (19/31,
61,3%) adalah gejala lambung dan kerongkongan (rasa panas di dada, regurgitasi
asam dan sebagainya). Yang ketiga adalah post nasal drip (14/31, 45,2%). Sulit
dalam menelan makanan, cairan dan pil adalah gejala yang paling jarang,
dengan hanya 2 pasien yang melaporkan
RFS
Rata-rata RFS semua pasien adalah 8,6 (8,6 ± 3,2) (Tabel 2); RFS
terkecil adalah 2, dan RFS terbesar adalah 13
Berbeda dari RSI, kebanyakan pasien (22/31, 71,0%) memiliki RFS
positif
Jumlah pasien yang memiliki RSI positif dan / atau skor RFS adalah 23
(23/31, 74,2%). Eritema adalah gejala yang paling umum pada semua
pasien (31/31, 100,0%). Kemudian diikuti edema pita suara (27/31,
87,1%) dan hipertrofi komisura posterior (27/31, 87,1%). Tidak ada
pasien yang memiliki granuloma di laring atau faring
Ryan Score
Di antara semua pasien, 24 (24/31, 77,4%) pasien memiliki Ryan skor positif,
terbagi atas skor saat posisi tegak (15 kasus), skor Ryan positif saat posisi tegak
dan terlentang (8 kasus), dan skor Ryan positif saat terlentang (1 kasus)
Persentase waktu di bawah garis dasar untuk posisi tegak (%) berkisar antara 0,1
hingga 37,1, dengan rata-rata 7,4 (7,4 ± 10,3)
Jumlah episode refluks dalam posisi tegak berkisar antara 1 hingga 185, dengan
rata-rata 39,2 (39,2 ± 49,1)
Episode refluks terpanjang (menit) dalam posisi tegak berkisar antara 0,3 hingga
176,0, dengan rata-rata 21,1 (21,1 ± 43,6)
Persentase waktu di bawah garis dasar dalam posisi
terlentang berkisar dari 0 hingga 60,5, dengan rata-rata 5,9
(5,9 ± 13,7)
Jumlah episode refluks dalam posisi terlentang berkisar dari
0 hingga 68, dengan rata-rata 12,6 (12,6 ± 21,5)
Episode refluks terpanjang (menit) dalam posisi terlentang
berkisar dari 0 hingga 166,5, dengan rata-rata 14,3 (14,3 ±
43,6).
Hubungan antara Skor Ryan dan RFS,
RSI dan/atau RFS, dan RSI
Skor Ryan adalah indeks yang relatif objektif, sedangkan RSI
dan RFS lebih subjektif
Jika skor Ryan dianggap sebagai standar emas, tingkat
konsistensi antara skor RFS dan Ryan lebih baik (nilai Kappa
adalah 0,561), serta RSI dan / atau RFS (nilai Kappa juga
0,561). ), konsistensi RSI dengan skor Ryan adalah yang
terburuk (nilai Kappa adalah −0. 135) (Tabel 3, 4 dan 5)
Pembahasan
LPR  isi lambung mengalir di atas sfingter esofagus  menurunkan
kemampuan pertahanan mukosa laring  gejala pada tenggorok (LPRD)
Mekanisme LPR dan patogenesis LPRD masih belum jelas
LPR tidak terbatas di tenggorok, tapi dapat melibatkan organ yang berdekatan
dengan laring.
Penelitian: LPR dapat menyebabkan masalah telinga  pasien dengan otitis
media kronis merespon dengan baik terapi anti-refluks. Ini didukung oleh bukti
bahwa isi lambung ditemukan di telinga tengah dan LPR dikonfirmasi pada
beberapa anak dengan OME
LPR mungkin memengaruhi telinga tengah melalui tuba Eustachius
Eksperimen hewan: beberapa eksposur untuk pepsin dalam asam klorida
menyebabkan disfungsi tuba Eustachian pada tikus
Disfungsi tuba Eustachian dianggap sebagai faktor yang paling penting untuk
OME
Refluks yang berasal dari nasofaring dapat menginduksi peradangan mukosa
telinga tengah dan produksi cairan efusi ke dalam rongga timpani. Ini pada
gilirannya mempengaruhi fungsi tuba Eustachius
Jika refluks dapat merusak fungsi tuba Eustachian untuk menyebabkan OME,
kemungkinan untuk menginduksi penyakit telinga lainnya tinggi, seperti OMK.
Sayangnya, artikel tentang LPR dan OMK terbatas
T. E. Habesoglu: GERD dapat menjadi indikator prognostik yang signifikan untuk
kegagalan tympanoplasty.
A. K. Yazdi: mengobati pasien OMK dengan GERD secara medis selama dua bulan
sebelum tympanoplasty meningkatkan keberhasilan operasi
Hasil ini menunjukkan bahwa LPR dapat memainkan peran dalam patogenesis
OMK dan pengobatan anti-refluks mungkin merupakan aspek penting dalam
pengobatan OMK
Dalam penelitian ini, sebagian besar pasien OMK memiliki skor Ryan positif, 
mereka memiliki OMK dan terkonfirmasi LPR secara bersamaan
Kejadian LPR yang tinggi pada pasien ini  LPR dapat menjadi faktor penting dalam
patogenesis OMK
Studi dari berbagai ras orang yang memiliki tingkat kejadian OMK yang tinggi:
orang-orang tersebut memiliki tuba Eustachian yang memungkinkan refluks sekresi
nasofaring ke telinga tengah  refluks otitis media akut (OMA) dan perforasi
membran timpani
Hipotesis: LPR  asam lambung masuk ke telinga tengah dan memperparah OMK
secara langsung atau LPR merusak fungsi tuba Eustachian yang menyebabkan OMK
Di antara pasien yang memiliki skor Ryan positif,
sebagian besar LPR akan hilang ketika pasien dalam
keadaan tegak  karakteristik LPR
Pasien LPRD secara dominan mengalaim refluks saat
posisi tegak (siang hari), sementara pasien GERD
sebagian besar dalam posisi terlentang (malam hari)
Meskipun sebagian besar pasien telah membuktikan LPR dengan
pemantauan Dx-pH, RSI mereka rendah  mereka memiliki
beberapa gejala LPRD
Dengan kata lain, LPR dapat bermanifestasi bukan sebagai LPRD,
tetapi sebagai OMK
Hasil RSI hampir tidak bertepatan dengan skor Ryan (Kappa −0.135)
Lebih dari separuh pasien memiliki gejala GERD  pasien dengan
GERD mungkin cenderung memiliki LPR dan OMK, dan GERD atau
LPR dapat berperan dalam patogenesis OMK
Berbeda dari RSI, sebagian besar pasien memiliki RFS abnormal.
Korelasi antara skor Ryan dan RFS lebih tinggi daripada dengan RSI
(Kappa 0,561). Tampaknya laringoskop dan RFS lebih bermanfaat
bagi pasien dengan OMK untuk mendiagnosis LPR
Jadi, untuk pasien dengan OMK, dokter harus waspada jika mereka
memiliki LPR untuk mengurangi atau menghindari kerusakan LPR
pada perawatan OMK. Mungkin diperlukan dan berguna untuk
melakukan laringoskop bagi pasien dengan OMK jika mereka
memiliki LPR
Kesimpulan
Dalam penelitian ini, sebagian besar pasien OMK telah terkonfirmasi
LPR secara bersamaan  LPR berperan penting dalam patogenesis
OMK
Mungkin perlu bagi pasien OMK untuk skrining adanya LPR dan
mengobati LPR
Perawatan anti-refluks mungkin merupakan aspek penting dalam
manajemen OMK. Tetapi populasi pasien yang dievaluasi dalam
penelitian ini terbatas, dan hubungan LPR dan OMK masih belum
pasti, sehingga penelitian lebih lanjut diperlukan

Anda mungkin juga menyukai