Control S y s t e m
(MCS)
Bagus Harianto 023152000060
Febrian Jonathan 023152000063
Helmi Fikri Santosa 023152000064
Robby Anggi Putra 023152000071
Triasni Utami 023152000075
Kurangnya perkembangan kajian manajemen kontrol dan
manajemen akuntansi dalam memberi dampak pada sisi
TUJUAN PENELITIAN
Tujuan utama dari penelitian ini adalah
untuk
menggambarkan dan menganalisa paket
sistem
manajemen kontrol yang ada di IKEA. Serta juga
menggambarkan bagaima sistem manajemen
kontrol digunakan pada setiap level di organisasi
dan bagaimana sistem manajemen kontrol
tersebut saling terhubung.
METODOLOGI
Menggunakan metode
penelitian kualitatif,
dengan model pendekatan
studi kasus.
Pengambilan data:
kuesioner, direct dan
indirect interview,
Paket sistem manajemen kontrol IKEA Backebol
Budaya IKEA Backebol banyak dipengaruhi oleh sejarah dan
budaya kota Smaland yang berciri khas kelas pekerja, yang identik
dengan sifat efisien dan hemat, kewirasusahaan, serta kesetaraan.
Di Ikea, budaya perusahaan yang kuat tersebut dikontrol dan
dipelihara dengan cara merekrut orang yang memiliki kesamaan
nilai dengan Ikea. Dari titik ini, proses rekrutmen dan seleksi
menjadi sangat penting.
Kontrol sibernetik atau digital yang dimiliki Ikea adalah proses pembiayaan, sistem
ramalan atau perkiraan, dan juga sistem pengukuran finansial maupun non-
finansial. Untuk proses pembiayaan, Ikea mengadopsi model break-down dari
kantor pusat lalu diturunkan ke setiap toko, termasuk Ikea Backebol. Untuk sistem
pengukuran, baik yang finansial maupun non finansial, yang dilakukan Ikea adalah
berbasis penjualan dan produktifitas. Menurut Malmi dan Brown (2008), terdapat
hubungan antara sistem pembiayaan dan sistem pengukuran finansial. Di Ikea
Backebol, hubungan yang terlihat jelas diantara kedua sistem tersebut dapat
dilihat pada usaha peningkatan penjualan.
Pembiayaan untuk sdm adalah salah satu biaya terbesar di toko tersebut dan
produktifitas sdm diukur berdasar rasio penjualan tiap departemen dengan jumlah
jam kerja tiap departemen. Ini memudahkan untuk mengalokasikan jam kerja agar
bisa sesuai dengan penjualan di tiap departemen. Produkitifitas bagian logistik
juga diukur dengan seksam, jumlah meter kubik dan jumlah penanganan ekstra
diukur setiap minggunya dan dibandingkan dengan jumlah penjualan. Dengan
cara tersebut dapat diketahui ketidakefisienan dalam proses logistik mereka.