Anda di halaman 1dari 41

Di Kaltim, Puluhan Orang Meninggal Akibat Malaria.

(Sumber: Kompasiana, 25 Oktober 2019, diperbaharui 29 Oktober 2019)

Akibat curah hujan yang tinggi dan perambahan hutan, nyamuk kini diperkirakan sudah menyebar
ke kota. Kasus wabah penyakit malaria dan demam berdarah kini dilaporkan menjangkit warga
KabupatenBerau, Kalimantan Timur. Bahkan hingga awal 2002, korban meninggal akibat wabah
ini mencapai 25 orang. Menurut laporan RSU Abdul Rivai, 20 diantara korban tersebut meninggal
akibat malaria, dan sisanya lantaran penyakit demam berdarah. Pasien yang terjangkit malaria
umumnya orang dewasa, sementara demam berdarah biasanya menyerang anak-anak. Jumlah
korban ini diperkirakan akan terus bertambah. Demikian penjelasan Nasaria Ransa, dokter Rumah
Sakit Umum Abdul Rivai, Berau, baru-baru ini.

Wabah tersebut memang mendapat perhatian Pemerintah Daerah Berau. Menurut Ransa,
penyaluran bantuan lewat dinas kesehatan setempat itu berupa obat-obatan. Ironisnya, jumlah
kamar di RS tidak mampu menampung pasien yang terkena wabah. Buntutnya, para pasien
terpaksa ditempatkan di pusat kesehatan masyarakat terdekat.
Sebelumnya, juga pernah terjadi serangan penyakit malaria yang merenggut dua nyawa manusia di
Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat. Serangan malaria di NTB yang mulai menjangkit sejak awal
November hingga akhir Desember tahun silam itu juga mengakibatkan 138 orang lainnya harus
dirawat di RS.

Penyakit malaria disebabkan oleh parasit yang disebut plasmodium. Parasite tersebut dapat hidup
dan berkembang biak di dalam hati manusia dan ludah nyamuk anopheles. Parasit plasmodium
terdiri dari empat jenis, diantaranya adalah jenis falsiparum. Plasmodium falsiparum ini dikenal
sangat ganas, sebab hanya dalam waktu empat jam sesudah nyamuk mengggit manusia, parasit ini
segera menyebar ke sel darah merah dan langsung membahayakan nyawa manusia.
Analisis:
Wabah malaria menjangkit daerah Kalimantan Timur, termasuk Kabupaten Berau. Hal ini diakibatkan
curah hujan yang tinggi sehingga nyamuk merambah ke daerah tersebut dan berkembang biak dengan
cepat. Dari awal tahun 2002, sekitar 25 orang meninggal dunia. Laporan dari RSU Abdul Rivai, 20
orang meninggal dunia akibat malaria dan umumnya adalah orang dewasa, sisanya diakibatkan karena
demam berdarah yang merupakan pasien anak-anak. Sementara itu, korban dinyatakan akan terus
bertambah.

Bantuan dari Pemerintah disalurkan dalam bentuk obat-obatan. Namun, akibat dari jumlah pasien yang
membludak, rumah sakit di daerah setempat tidak mampu menampung seluruh pasien sehingga
beberapa harus diungsikan ke pusat kesehatan masyarakat terdekat.

Penyakit malaria disebabkan oleh parasit Plasmodium yang disebabkan oleh gigitan


nyamuk Anopheles betina. Setelah gigitan nyamuk tersebut, parasit masuk ke dalam tubuh dan
menempati organ hati, dimana parasit dapat tumbuh dan berkembang biak. Saat parasit tersebut tumbuh
dan menjadi dewasa, parasit pergi dari organ hati dan merusak sel darah merah. Kerusakan pada sel
darah merah inilah yang menimbulkan gejala anemia pada penderita.
Kembali, Difteri Menyerang Ratusan Siswa di Malang
(Sumber: Liputan 6, 03 Januari 2002).

Sejak beberapa hari lalu, ratusan siswa MIN Malang 1 diliburkan hingga satu minggu penuh. Pasalnya, ada sekitar
212 siswa dan 15 guru-karyawan yang diduga membawa carrier atau gejala penyakit difteri. Kejadian yang cukup
luar biasa ini membuat masyarakat Malang khawatir lantaran selain terjadi di salah satu sekolah favorit dengan
jumlah murid yang sangat besar, kejadian ini bukanlah yang pertama.

Beberapa tahun silam, kasus serupa yang menimpa sekolah lain, baik SD hingga SMA. Wabah difteri menjadi
wabah penyakit yang harus ditanggapi dengan cukup serius. Terlebih, bersamaan dengan MIN Malang 1, SMA
Negeri 7 Malang juga mengalami hal serupa. Ada sekitar 62 siswa dan guru yang diduga menjadi carrier dan sedang
menjalani proses penyembuhan. Meski, sekolah tersebut hanya meliburkan siswanya dua hari dan mewajibkan
mereka menggunakan masker saat pelajaran berlangsung.

Penyakit yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheria tersebut memang memiliki waktu penularan
yang cukup cepat. Berbagai faktor penyebab penularan dapat ditemukan di sekitar kita. Mulai bersin, batuk, dan
berbagai benda yang sudah terkontaminasi dengan bakteri ini. Yang membuat penyakit ini harus diwaspadai adalah
tidak semua orang yang sudah terinfeksi difteri mengalami gejala yang khas. Seperti sakit tenggorokan, suara serak,
batuk, pilek, dan demam menggigil. 
Rekan saya yang pernah terjangkit penyakit ini awalnya menganggap ia hanya terkena demam biasa
dan sedang mengalami kecapekan. Makanya, ketika penderita tetap beraktivitas dan berkumpul
bersama orang lain, maka penyakit ini akan mudah sekali menyebar. Mudah sekali membuat ratusan
orang menjadi carrier difteri sehingga sangat mengganggu aktivitas terutama belajar-mengajar. 

Kasus semacam ini pertama kali terjadi di Malang sekitar tahun 2014. Dari satu sekolah, muncul
sekolah lain yang harus meliburkan siswanya lantaran wabah difteri yang menyebar. Walau kejadian
ini sudah terjadi berulang, tetapi pemerintah daerah belum menetapkan status Kejadian Luar Biasa
(KLB) difteri. Penyebabnya, tidak ada peningkatan penderita yang signifikan dan korban meninggal
akibat penyakit ini. Meski begitu, pemerintah daerah melalui Dinas Kesehatan menggalakkan sistem
kewaspadaan dini (SKD), baik melalui pengobatan maupun imunisasi. 

Banyak sekolah di Malang yang melakukan imunisasi difteri, terutama siswa SD mulai dari kelas 1
hingga 6. Untuk siswa Kelas 1 dilakukan imunisasi DT, sedangkan untuk kelas selanjutnya
diwajibkan imunisasi Td. Sayangnya, kadang kewaspadaan terhadap penyakit Difteri oleh orang tua
murid kurang dipahami dengan seksama. Padahal, dibandingkan penyakit lain, difteri termasuk
penyakit yang memiliki proses penularan cukup cepat. Salah satu indikasinya adalah tidak hadirnya
orang tua murid ketika sekolah mengundang mereka dalam rangka sosialisasi penyakit ini meskipun
sudah dilakukan di hari Sabtu atau bukan jam kerja. 
Seperti yang terjadi di SMAN 7 Malang, dari sekitar 1130 orang tua siswa, hanya 280 diantaranya yang datang.
Padahal, dalam acara yang juga dilakukan sosialisasi obat difteri tersebut, ada banyak informasi yang perlu diketahui
oleh orang tua, semisal tata minum obat yang tidak boleh sembarangan. Tentu, rendahnya kesadaran semacam ini juga
cukup membahayakan. Apalagi, masih banyak orang tua yang tidak mengetahui dengan jelas tanda dan gejala
penyakit difteri. Saat sang anak mulai terjangkit penyakit ini, mereka akan tetap menyuruhnya masuk sekolah lantaran
menganggapnya sebagai flu atau batuk biasa. Saat sang anak bermain, berbicara, dan dekat dengan anak lainnya,
dengan mudah penyakit ini akan menyebar luas. Untuk itulah, peran para pemangku bidang kesehatan dan pendidikan
sangat perlu melakukan kerjasama yang lebih berkesinambungan. Pentingnya pemberian vaksin difteri juga harus
terus disosialisasikan mengingat saat ini juga masih muncul kampanye antivaksin yang dilakukan oleh oknum
tertentu. 

Padahal, menurut Kemenkes, difteri bisa dicegah dengan cakupan imunisasi yang telah mencapai minimal 95 persen.
Jika mengacu pada tolak ukur Universal Child Immunization (UCI), imunisasi di suatu daerah dikatakan merata
apabila telah mencapai angka lebih dari 80 persen. Adanya kasus semacam ini yang menyerang ratusan siswa paling
tidak menandakan cakupan imunisasi tersebut belum maksimal. Apalagi, kasus semacam ini tidak satu dua kali saja
terjadi.

Pihak sekolah juga bisa melakukan sosialisasi berulang tentang wabah penyakit ini. Melalui kader kesehatan yang
dibentuk, seperti dokter kecil pada tingkat SD dan PMR pada SMP-SMA, sosialisasi secara berkala secara sederhana
juga bisa dilakukan. Paling tidak, ketika mereka paham sedikit gejala yang ada, mereka bisa speak up terhadap orang
tuanya agar bisa memeriksakan diri lebih lanjut sehingga mencegah penularan yang lebih masif. Semoga siswa-siswi
tersebut segera sembuh dan kejadian ini tak lagi berulang.
Analisis:
Difteri menyerang ratusan siswa di Malang. Di MIN Malang 1, 212 siswa dan 15 guru-karyawan diduga
carrier. Kejadian ini bukan yang pertama, beberapa tahun silam penyakit ini juga sempat menyerang
ratusan siswa di sekolah lain sehingga menjadi momok yang menakutkan bagi warga sekitar.

Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheria dan menyebar dengan cepat.
Penularannya dapat melalui bersin, batuk, dan benda-benda yang terkontaminasi bakteri tersebut.
Namun, tidak semua orang mengalami gejala yang khas (sakit tenggorokan, suara serak, batuk, pilek,
dan demam menggigil) sehingga hal ini perlu untuk diperhatikan.

Kasus ini pertama kali terjadi di Malang tahun 2014, tetapi Pemerintah belum menetapkan sebagai
Kejadian Luar Biasa (KLB) karena tidak ada peningkatan korban yang signifikan. Tetapi Dinas
Kesehatan tetap melakukan imunisasi kepada masyarakat. Tingkat kewaspadaan orang tua cenderung
rendah, sebab kurang pengetahuan mengenai penyakit difteri. Padahal, penyakit ini dapat dihindari
dengan imunisasi. Pihak sekolah melakukan upaya sosialisasi melalui kader kesehatan di tiap sekolah
agar pengetahuan mengenai penyakit ini dapat menyebar ke semua pihak sehingga penyakit difteri dapat
dihindari.
Tragis, 100 Bocah Tewas Akibat Wabah Radang Otak di India
(Sumber : Wangi Sinintya Mangkuto, Juni 2019)

Setidaknya100 anak tercatat meninggal dunia akibat ensefalitis atau peradangan otak di Bihar,
India Timur. Rata-rata korban adalah anak di bawah 7 tahun, berdasar informasi yang
terhimpun. Masih terdapat 291 anak dari Muzaffarpur dan distrik sekitar yang dirawat insentif
di rumah sakit. Ensefalitis adalah peradangan otak, sebagian besar disebabkan oleh infeksi
virus. Risiko penyakit meningkat selama musim panas dan musim hujan antara Juni hingg
Oktober.Kumar mengatakan mungkin ada beberapa alasan di balik mewabahnya ensefalitis.
Pejabat kesehatan di sana mengatakan penyebab utamanya adalah ketidakseimbangan elektrolit
dan kondisi gula darah.

 
Namun, para profesional kesehatan menduga kematian ini juga berhubungan dengan racun
yang terdapat dalam leci yang dimakan para bocah. Di mana sebagian terdeteksi di sampel
urin pasien, mengutip The Straitstimes, Senin (17/6/2019).

Anak-anak dengan kadar gula darah rendah yang disebabkan oleh kekurangan gizi dapat
berisiko terkena ensefalitis setelah makan sejumlah besar buah yang ditanam di wilayah
tersebut.

Virus Japanese ensefalitis adalah penyebab paling umum dari sindrom ensefalitis di negara
itu, menyebabkan hingga 35% dari kasus tersebut.
ANALISIS

Ada 100 anak tercatat meninggal dunia akibat ensefalitis atau peradangan otak di Bihar, India
Timur. Kematian paling banyak terjadi di distrik Muzaffarpur, yang diduga sebagai pusat epidemik
atau penyebaran. Sebanyak 83 anak meninggal di rumah sakit pemerintah dan perguruan tinggi Sri
Krishna. Sementara 17 lainnya hembuskan nafas terakhir di rumah sakit swasta.

Rata-rata korban adalah anak di bawah 7 tahun, berdasarkan informasi yang terhimpun. Masih
terdapat 291 anak dari Muzaffarpur dan distrik sekitar yang dirawat insentif di rumah sakit. Angka
kematian meroket sejak beberapa hari terakhir, di mana puncaknya adalah Jumat lalu mencapai 67
orang. Peradangan otak, sebagian besar disebabkan oleh infeksi virus. Risiko penyakit meningkat
selama musim panas dan musim hujan.
Pejabat kesehatan mengatakan penyebab utamanya adalah ketidakseimbangan elektrolit dan
kondisi gula darah. Profesional kesehatan menduga kematian ini juga berhubungan dengan
racun yang terdapat dalam leci yang dimakan para bocah tersebut, di mana sebagian terdeteksi
di sampel urin pasien.
Anak-anak dengan kadar gula darah rendah yang disebabkan oleh kekurangan gizi dapat
berisiko terkena ensefalitis setelah makan sejumlah besar buah yang ditanam di wilayah
tersebut. Virus Japanese ensefalitis (penyakit radang otak) yaitu penyebab paling umum dari
sindrom ensefalitis di negara itu.
Cina Waspadai wabah Demam Berdarah Dengue (DBD)
(Sumber : detiknews, Agustus 2005)

Kekhawatiran terhadap wabah penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) tidak hanya
melanda Indonesia. Negeri yang memiliki populasi terpadat, Cina, kini juga dihantui wabah
DBD.

Sebab, penyakit tersebut sudah mulai menjangkiti Hong Kong.\"Tindakan ini dilakukan
sebagai upaya pencegahan dan mengontrol penyebaran penyakit ini,\" ujar Pejabat
Kementerian Informasi Cina, Deng Haihua, seperti diwartakan Kantor Berita Xinhua, Sabtu
(20/8/2005).

Kementerian kesehatan Cina mulai melakukan pemantauan DBD di seluruh wilayah Cina
setelah seorang wanita berusia 19 tahun di Hong Kong terkena penyakit ini, kemarin. Kasus
ini merupakan kasus ke 12 yang terjadi di Hongkong dalam tahun 2005.
DBD merupakan salah satu dari 13 penyakit menular yang sedang diteliti penyebarannya di Cina.
Pengawasan ini dilakukan oleh 16 pos pengawasan yang terdapat di lima wilayah yaitu Guangdong,
Hainan, Guangxi Zhuang, Provinsi Fujian dan Provinsi Yunnan.Sekadar diketahui, di Cina sedikitnya
ada 7 kasus DBD, 1 diantaranya meninggal dunia. Kasus DBD terbaru yang terjadi di Hongkong
diduga merupakan kasus yang berasal dari luar Cina. Sebab, perempuan tersebut diketahui
melakukan perjalanan ke Filipina pada 4 Agustus lalu dan kembali ke Hongkong pada tanggal 9
Agustus.

Saat ini, wanita tersebut dirawat di sebuah rumah sakit. Kekhawatiran serupa juga menimpa warga
yang berada di Provinsi Guangdong. Wilayah ini berbatasan langsung dengan Hongkong. Namun
pejabat kementerian kesehatan Provinsi Guangdong menjamin bahwa tidak ditemukan adanya
penyebaran DBD di wilayahnya.\"Belum ada kasus DBD yang dilaporkan disini,\" tegas Zou Qin,
Direktur Pusat Pencengahan Penyakit Menular Provinsi Guangdong
ANALISIS

Kementerian kesehatan Cina mulai melakukan pemantauan DBD di seluruh wilayah Cina setelah
seorang wanita berusia 19 tahun di Hong Kong terkena penyakit ini. Kasus ini merupakan kasus
ke 12 yang terjadi di Hongkong dalam tahun 2005.

DBD merupakan salah satu dari 13 penyakit menular yang sedang diteliti penyebarannya di Cina.
Pengawasan ini dilakukan oleh 16 pos pengawasan yang terdapat di lima wilayah yaitu
Guangdong, Hainan, Guangxi Zhuang, Provinsi Fujian dan Provinsi Yunnan.
Telah diketahui, di Cina sedikitnya ada 7 kasus DBD, 1 diantaranya meninggal dunia. Kasus

DBD terbaru yang terjadi di Hongkong diduga merupakan kasus yang berasal dari luar Cina.
Sebab, perempuan tersebut diketahui melakukan perjalanan ke Filipina pada 4 Agustus dan
kembali ke Hongkong pada tanggal 9 Agustus.
Saat ini, wanita tersebut dirawat di sebuah rumah sakit. Kekhawatiran serupa juga menimpa warga
yang berada di Provinsi Guangdong.
825 Warga NTB Digigit Anjing, 6 Meninggal, 32 Positif Rabies
Antara, CNN Indonesia | Senin, 25/02/2019 09:27 WIB

Jakarta, CNN Indonesia -- Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Nusa Tenggara
Barat mencatat jumlah warga di Pulau Lombok dan Sumbawa yang digigit anjing 825
orang dengan jumlah korban meninggal dunia tercatat enam orang di Kabupaten
Dompu. "Itu data per 24 Februari 2019. Sebagian besar korban gigitan anjing ada di
Kabupaten Dompu, sebanyak 735 orang. Dan ada 32 positif rabies," kata Kepala
Disnakeswan NTB Budi Septiani, di Mataram, Senin (25/2), seperti dikutip dari Antara.
 
Selain Kabupaten Dompu, ada 33 warga Kabupaten Bima menjadi korban gigitan
anjing, namun belum ada yang dinyatakan positif rabies. Lalu di Kabupaten Sumbawa
27 orang korban dengan empat sampel dinyatakan positif rabies. Di Kota Bima tercatat
empat korban dan di Kabupaten Sumbawa Barat enam warga digigit anjing.
Budi mengatakan di wilayah Pulau Lombok hanya dua kabupaten yang belum ada laporan warga
digigit anjing, yakni Kabupaten Lombok Barat dan Lombok Tengah, sedangkan di Kota Mataram
sedikitnya tujuh orang sudah menjadi korban, Kabupaten Lombok Utara 10 orang, dan Lombok
Timur empat orang. "Kalau di Pulau Lombok belum ada korban yang dinyatakan positif terkena
rabies. Tapi kami meningkatkan kewaspadaan agar tidak bertambah terus jumlah korban gigitan
anjing," ujar Budi.
 
Budi berkata pihaknya bersama Dinas Peternakan kabupaten/kota se-Pulau Sumbawa sudah
berkoordinasi guna pengendalian rabies. Berbagai upaya yang dilakukan di antaranya vaksinasi
terhadap hewan penular rabies (HPR) berpemilik.

Disnakeswan NTB juga sudah berkoordinasi dan konsultasi ke Direktorat Jenderal Peternakan dan
Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian guna membahas perkembangan kejadian luar biasa (KLB)
rabies di Kabupaten Dompu, dan Sumbawa. Upaya sosialisasi bahaya rabies di Kabupaten Dompu,
Bima, Sumbawa, Sumbawa Barat, dan Kota Bima sudah dilakukan secara terpadu. "Kami juga
sudah melakukan KIE zoonosis rabies di Kabupaten Sumbawa pada 20 Februari 2019," ucapnya.
Budi menambahkan upaya meningkatkan kewaspadaan di Pulau Lombok juga
sudah dilaksanakan bersama beberapa pihak terkait. Upaya yang dilakukan
berupa vaksinasi HPR berpemilik. Selain itu, menggelar operasi gabungan
pengawasan lalu lintas HPR di Pelabuhan Lembar, Kabupaten Lombok Barat, dan
Pelabuhan Kayangan, di Kabupaten Lombok Timur.
 
Pihaknya juga sudah menggelar rapat koordinasi lintas sektoral tentang
penanganan rabies dan kewaspadaan di Pulau lombok yang dipimpin langsung
Sekretaris Daerah Provinsi NTB Rosyadi Sayuti. "Disnakeswan NTB juga sudah
mengajukan anggaran belanja tak terduga kepada Gubernur NTB," kata
Budi. (wis)
ANALISIS

Penyakit Rabies terjadi di NTB. Warga di Pulau Lombok dan


Sumbawa yang digigit anjing 825 orang dengan jumlah korban
meninggal dunia tercatat enam orang di Kabupaten Dompu.

Selain Kabupaten Dompu, ada 33 warga Kabupaten Bima menjadi


korban gigitan anjing, namun belum ada yang dinyatakan positif
rabies. Lalu di Kabupaten Sumbawa 27 orang korban dengan empat
sampel dinyatakan positif rabies. Di Kota Bima tercatat empat korban
dan di Kabupaten Sumbawa Barat enam warga digigit anjing
Dalam rangka pengendalian rabies Dinas Peternakan kabupaten/kota se-
Pulau Sumbawa sudah berkoordinasi melakukan vaksinasi terhadap
hewan penular rabies (HPR) berpemilik. Selain itu, menggelar operasi
gabungan pengawasan lalu lintas HPR di Pelabuhan Lembar, Kabupaten
Lombok Barat, dan Pelabuhan Kayangan, di Kabupaten Lombok Timur.
 
Rabies atau yang juga dikenal dengan sebutan penyakit anjing gila,
adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus rabies. Seseorang
dapat terkena penyakit ini apabila tergigit oleh binatang yang terinfeksi
virus tersebut. Bila seseorang yang terserang virus ini mulai mengalami
berbagai gejala, kemungkinan terjadi kerusakan pada sistem saraf pusat
dan otaknya. Kondisi ini dapat berakibat fatal, bahkan tidak jarang
berujung pada kematian.
Kasus Flu Babi di Indonesia Capai 812 Orang, Tiga Tewas
Oleh : Tempo.co
Selasa, 11 Agustus 2009 16:17 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta - Kasus flu babi diperkirakan masih akan terus bertambah,


Departemen Kesehatan, Selasa (11/8) hari ini, mengumumkan 41 kasus baru, dan pada
sehari sebelumnya juga mengumumkan 80 kasus baru. Jika pada hari Minggu (9/8) lalu
jumlah total penderita flu babi di Indonesia mencapai 771 kasus, Selasa (11/8) hari ini telah
bertambah 41 kasus, menjadi total 812 kasus dengan perincian 456 laki-laki dan 356
perempuan dan tiga orang diantaranya meninggal dunia.

Kepala Penelitian dan Pengembangan Departemen Kesehatan Agus Purwadianto


menjelaskan 41 kasus terakhir berasal dari sembilan provinsi, yakni DKI Jakarta (19 orang),
Jawa Timur (1 orang), Jawa Barat (4 orang), Bali (12 orang), Banten (1 orang), Aceh (1
orang), Sulawesi Tengah (1 orang), Sulawesi Selatan (1 orang), dan Yogyakarta (1 orang).
"Litbangkes melaporkan hasilnya positif Influenza A H1N1," kata Agus dalam siaran persnya.
Hingga hari ini, kasus positif flu babi sudah ditemukan menyebar di 23 provinsi
diseluruh Indonesia.

Sejak ditetapkan flu babi sebagai pandemi global oleh Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) pada 11 Juni lalu, di seluruh dunia sampai 4 Agustus 2009, dari 168 negara
yang melaporkan terkena wabah flu babi, tercatat 162.380 kasus orang positif dan
1.154 diantaranya meninggal dunia atau dengan angka kematian 0.71 persen.

Penyakit ini ditularkan melalui kontak langsung dari manusia ke manusia lewat batuk,
bersin atau benda-benda yang pernah bersentuhan dengan penderita, karena itu
penyebarannya sangat cepat, namun dengan upaya yang cepat melalui isolasi
penderita dan pemakaian obat antiviral, penularan penyakit ini bisa dicegah.
ANALISIS

Kasus Flu Babi di Indonesia diperkirakan masih akan terus bertambah. Kasus flu babi
jumlah total 812 kasus dengan perincian 456 laki-laki dan 356 perempuan dan tiga
orang diantaranya meninggal dunia. Kasus terakhir flu babi berasal dari sembilan
provinsi, yakni DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Barat, Bali, Banten, Aceh, Sulawesi
Tengah, Sulawesi Selatan, dan Yogyakarta.

Flu babi adalah penyakit pernafasan yang disebabkan oleh virus jenis A yang dikenal
dengan H1N1. Virus ini sejenis dengan penyeab flu musiman yang sudah biasa
menyerang manusia, namun H1N1 mengandung unsur genetika yang juga ditemukan
dalam jenis virus khusus yang menyerang manusia, burung dan babi.
Walaupun virus ini berasal dari babi, namun kini sudah menjadi penyakit
yang menyerang manusia dan bisa menyebar dari orang ke orang lewat
batuk maupun bersin.

Gejala flu babi pada manusia serupa dengan gejala flu biasa, dengan
panas tinggi sekitar 38oC sebagai gejala utama. Panas tubuh itu diiringi
dengan batuk, sakit tenggorokan, nyeri di seluruh tubuh dan persendiaan.
Beberapa orang yang terserang H1N1 juga menderita rasa mual dan diare.

Penularan flu babi bisa dicegah melalui isolasi penderita dan pemakaian
obat antiviral.
Wabah kolera, Zimbabwe Larang Warga Berkumpul di Ruang Publik
(sumber : asr, CNN Indonesia | Kamis, 13/09/2018 16:11 WIB)

Jakarta, CNN Indonesia -- Kolera tengah mewabah di Zimbabwe. Hal itu menyebabkan otoritas setempat
melarang warga untuk berkumpul di sejumlah ruang publik untuk mengatasi penyebaran wabah kolera.
"Pemerintah telah mendeklarasikan situasi darurat wabah kolera. Kepolisian di Harare berusaha untuk
melindungi warga dari risiko Kolera," ujar juru bicara kepolisian, Charity Charamba, Rabu (12/9).
Pemerintah Zimbabwe melaporkan sebanyak 21 warga meninggal akibat kolera dalam sepekan terakhir.
Wabah tersebut pertama kali ditemukan di wilayah Glen View, yang berada di luar ibu kota Harare.
"Kami menyatakan keadaan darurat untuk Harare," ujar Menteri Kesehatan Zimbabwe, Obediah Moyo,
Selasa (11/9), menukil CNN. Kementerian Kesehatan Zimbabwe sendiri telah mencatat sekitar 3 ribu
kasus kolera menjangkit di negaranya. Buruknya sanitasi dan sistem pembuangan limbah yang
menyebabkan air terkontaminasi disalahkan dalam situasi darurat ini.
Kolera adalah penyakit diare akut yang membunuh ribuan orang di seluruh dunia setiap tahun. Pada tahun
2008, lebih dari 4 ribu orang tewas dalam salah satu wabah kolera terburuk yang menyerang Zimbabwe.
Kolera disebabkan oleh konsumsi makanan dan air yang terkontaminasi bakteri Vibrio cholerae. Jika tak
ditangani dengan baik, kolera dapat membunuh penderitanya dalam beberapa jam saja.
Wabah kolera, Zimbabwe Larang Warga Berkumpul di Ruang Publik
(sumber : asr, CNN Indonesia | Kamis, 13/09/2018 16:11 WIB)

Kolera dapat dicegah Kolera adalah penyakit yang mudah diobati dan bahkan dapat dicegah
dengan adanya akses air minum dan sanitasi yang baik. Amnesty International mengatakan
bahwa wabah kolera yang terjadi merupakan konsekuensi dari kegagalan Zimbabwe
mengelola infrastruktur dasarnya, seperti kebersihan air dan sanitasi. "Mengerikan bahwa
pada 2018 banyak orang masih sekarang karena penyakit yang dapat dicegah seperti itu,"
ujar Direktur Eksekutif Amnesty untuk Zimbabwe, Jessia Pwiti, menukil The Guardian.
Bulan Agustus lalu, 47 negara Afrika berkomitmen untuk mengakhiri wabah kolera pada
tahun 2030 dalam Komite Regional Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk Afrika.
Pertemuan itu menargetkan kematian akibat kolera pada 2030 berkurang hingga 90 persen.
"Kolera adalah simbol ketidakadilan. Ini adalah penyakit kuno yang telah dihilangkan di
banyak bagian dunia. Padahal, setiap kematian akibat kolera dapat dicegah," ujar Direktur
Regional WHO untuk Afrika, Matshidiso Moeti. Pada tahun 2017 lalu, WHO mencatat lebih
dari 150 ribu kasus kolera dilaporkan di 17 negara di Afrika. (asr/chs)
ANALISIS

Wabah kolera menjangkit daerah Zombabwe, Wabah tersebut pertama kali ditemukan di
wilayah Glen View, yang berada di luar kota harare. Hal ini diakibatkan karena buruknya
sanitasi dan sistem pembuangan limbah yang menyebabkan air terkontaminasi. Dalam
sepekan terakhir sebanyak 21 warga meninggal akibat kolera.
Menteri kesehatan Zimbabwe menyatakan keadaan darurat untuk Harare dan sekitar 3 ribu
kasus kolera menjangkit di negaranya. Kolera adalah penyakit diare akut yang membunuh
ribuan orang di seluruh dunia setiap tahun. Pada tahun 2008, lebih dari 4 ribu orang tewas
dalam salah satu wabah kolera terburuk yang menyerang Zimbabwe. Kolera disebabkan oleh
konsumsi makanan dan air yang terkontaminasi bakteri Vibrio cholerae. Jika tak ditangani
dengan baik, kolera dapat membunuh penderitanya dalam beberapa jam saja.
Kolera dapat dicegah dengan adanya akses air minum dan sanitasi yang baik.
Flu Spanyol pada 1918 Tewaskan Tiga Persen Populasi Manusia di Dunia
(sumber : Putri Ainur Islam, Jurnalis · Selasa 30 Januari 2018 08:05 WIB)

BIBIR biru, kulit menghitam, keluar darah dari hidung dan mulut, serta batuk kencang yang
membuat otot mereka robek. Sakit kepala melumpuhkan dan nyeri tubuh yang terasa
menyiksa. Inilah gejala penyakit yang pertama kali tercatat di Haskell County, Kansas,
seratus tahun yang lalu. Dari Kansas penyakit ini menyebar dengan cepat, tidak hanya di
seluruh Amerika Serikat tapi di seluruh dunia. Akhirnya gejala tersebut dikenal sebagai flu
Spanyol. Tingkat kematian benar-benar mengerikan pada saat itu.
Selama pandemik yang berlangsung selama dua tahun, antara 50 juta sampai 100 juta orang
di seluruh dunia meninggal atau sekira tiga persen dari populasi dunia. Flu Spanyol
membunuh lebih banyak orang daripada penyakit pandemik sebelumnya, termasuk wabah
justanius pada abad keenam, black death pada abad pertengahan, dan epidemi AIDS atau
Ebola. Perang Dunia I, yang berakhir sama seperti flu, membunuh hampir sepertiga orang
dengan peluru dan bom saat influenza menyerang dan menyebabkan flu dan batuk.
Flu Spanyol pada 1918 Tewaskan Tiga Persen Populasi Manusia di Dunia
(sumber : Putri Ainur Islam, Jurnalis · Selasa 30 Januari 2018 08:05 WIB)

Palang Merah Amerika Serikat menyiapkan pembalut bedah untuk digunakan pada pasien flu
selama musim dingin 1918-1919. Virus ini pertama kali muncul di Oakland pada awal
Oktober dan dalam waktu dua minggu ribuan orang menderita penyakit tersebut. Rumah
sakit kota kewalahan dengan tingginya jumlah pasien, sehingga wali kota memerintahkan
auditorium sipil yang baru dibuka diubah menjadi bangsal. Semua dengan cepat dipenuhi
oleh orang-orang Oakland yang sakit parah.
Di Oakland, tindakan cepat oleh pemerintah kota untuk menutup sekolah dan gereja untuk
tindakan pembersihan terhadap masyarakat. Pada Februari 1919, wabah flu tersebut
terkendali. Namun demikian, 1.300 warga Oakland meninggal dari 675.000 kasus kematian
di Amerika Serikat secara keseluruhan. Jumlah tersebut melebihi korban tewas Perang
Saudara. Akibat wabah flu tersebut bersamaan dengan Perang Dunia I, harapan hidup di
Amerika Serikat menurun selama 12 tahun.
ANALISIS

Flu Spanyol pertama kali muncul di Oakland pada awal Oktober dan dalam waktu dua
minggu ribuan orang menderita penyakit tersebut. Rumah sakit kota kewalahan dengan
tingginya jumlah pasien, sehingga wali kota memerintahkan auditorium sipil yang baru
dibuka diubah menjadi bangsal. Semua dengan cepat dipenuhi oleh orang-orang Oakland
yang sakit parah. 1.300 warga Oakland meninggal dari 675.000 kasus kematian di Amerika
Serikat secara keseluruhan.
gejala penyakit yang pertama kali tercatat di Haskell County, Kansas, seratus tahun yang lalu.
Dari Kansas penyakit ini menyebar dengan cepat, tidak hanya di seluruh Amerika Serikat tapi
di seluruh dunia. Akhirnya gejala tersebut dikenal sebagai flu Spanyol. Tingkat kematian
benar-benar mengerikan pada saat itu. Flu spanyol memiliki tanda seperti bibir biru, kulit
menghitam, keluar darah dari hidung dan mulut, serta batuk kencang yang membuat otot
mereka robek. Sakit kepala melumpuhkan dan nyeri tubuh yang terasa menyiksa. Akibat
wabah flu tersebut bersamaan dengan Perang Dunia I, harapan hidup di Amerika Serikat
menurun selama 12 tahun.
Judul Artikel : 353 Tahun Silam, Wabah Pes Tewaskan 100 Ribu
Warga London

Ilustrasi the Great Plague 1665 oleh Rita Greer. FOTO/Wikicommon


Oleh: Tony Firman - 11 September 2018
ANALISA

Pada Tahun 1660 beberapa wilayah yang sangat kumuh didaerah pinggiran London, dimana disitu
terdapat Bau kotoran hewan tercium di mana-mana, Saluran air tempat membuang segala air kotor
dibiarkan terbuka. Singkatnya, sanitasi dan drainase sangat buruk di pinggiran London.

Mei – Agustus 1665 31.159 orang tewas. Dalam waktu 18 bulan, 100 ribu warga London Tewas.
Korban tertinggi berada pada tempat yang kumuh. Karena Akibat dari sanitasi yang buruk
menjadikan itu sebagai sarang bagi tikus got untuk berkembang biak dan berkeliaran. Kemudian
membawa kutu yang ditunggangi bakteri Pestis yersinia. Akibat gigitan kutu pada manusia inilah
penyakit pes bubo atau sampar menjadi wabah mematikan. Jadi Wabah Pes merupakan penyakit
infeksi yang disebabkan oleh Bakteri Pestis Yersinia.
Penduduk didaerah tersebut menggunakan lintah untuk menyedot keluar
darah kotor dari tubuh. Sebagian lagi memakai spons yang dibasahi dengan
cuka, menaruh jimat, dan melakukan berbagai macam tindakan untuk
bertahan dari penyakit.

Berdasarkan organ yang terinfeksi, wabah pes dibagi menjadi tiga jenis:
pes pada sistem limfatik (bubonic plague), pes pada aliran darah
(septicemic plague), serta pes pada paru-paru (pneumonic plague).
Ketiganya muncul dalam peristiwa wabah besar di London 1665.
gejalanya ; kulit penderita yang diserang kutu tikus ini menghitam dan
melepuh di sekitar ketiak, selangkangan, dan leher, tanda bahwa pes bubo
menyerang kelenjar getah bening. Penderita juga muntah-muntah dan
mengalami demam serta sakit kepala tak tertahankan. Sekitar 4-6 hari
kemudian, maut pun menjemput.

Pada tahun 1666 Kebakaran besar di London menghancurkan sebagian


besar pusat kota. Membunuh beberapa tikus hitam & kutu yang membawa
wabah. Wabah pes 1665 di London adalah gelombang kedua dari wabah
serupa yang pernah melanda seantero Eropa pada abad ke-14.
Bakteri Pestis yersinia diduga menyebar dari dataran gersang di Asia
Tengah.
Judul Artikel 2 : Ebola Tewaskan 1.600 Orang di Kongo, WHO Umumkan
Darurat Kesehatan Global

BBC World – detikNews

Seorang perempuan diperiksa suhu tubuhnya di pos pemeriksaan Ebola ketika dia
memasuki Rwanda dari Kongo (Getty Images)
Wabah Ebola di Kongo telah menewaskan lebih dari 1.600 orang. Wabah
yang terbesar kedua dalam sejarah ini setelah di Afrika , dimulai pada
Agustus 2018 dan mempengaruhi dua provinsi di Kongo, Kivu Utara dan
Ituri. Lebih dari 2.500 orang telah terinfeksi dan dua pertiga dari mereka
telah meninggal. Wabah ini berkembang dengan sangat pesat. Dibutuhkan
224 hari bagi jumlah kasus untuk mencapai 1.000, namun selang 71 hari
kemudian jumlah kasus bisa mencapai 2.000. Sekitar 12 kasus baru
dilaporkan setiap hari.
Selama wabah berlangsung di kongo, telah tersedia vaksin yang dikembangkan ketika
wabah terjadi di Afrika Barat. Vaksin ini 99% efektif dan lebih dari 161.000 orang sudah
mendapatkannya. Namun belum semua orang divaksinasi - hanya mereka yang
melakukan kontak langsung dengan pasien Ebola, dan orang-orang yang melakukan
kontak dengan mereka.

Wabah belum dapat dikendalikan karena terjadi Konflik di wilayah itu mempersulit
penanganan penyakit ini. Masalah besar lain adalah ketidakpercayaan terhadap petugas
layanan kesehatan, Selain itu, penyebaran virus sulit dilacak.
Risiko penyebaran Ebola ke negara-negara tetangga "sangat tinggi". WHO tidak punya
cukup dana untuk mengatasi masalah tersebut. Diperlukan US$98 juta atau sekitar Rp1,3
triliun untuk mengatasi wabah selama Februari hingga Juli. Namun WHO mengalami
kekurangan US$54 juta, atau sekitar Rp753 miliar rupiah.

Ebola adalah virus yang pada awalnya menyebabkan demam mendadak, kelesuan, nyeri
otot, dan radang tenggorokan. Gejala tersebut berkembang menjadi muntah, diare, serta
pendarahan internal dan eksternal. Orang-orang akan terinfeksi ketika melakukan kontak
langsung melalui luka di kulit, mulut, atau hidung. Virus tersebar melalui muntahan,
kotoran, dan cairan tubuh penderita Ebola. Pasien cenderung meninggal karena dehidrasi
dan kegagalan banyak organ
Judul artikel

Demam Lassa Menyebar di Nigeria

(sumber: Kompas.com)
Demam berdarah yang diakibatkan oleh virus Lassa menyebabkan 78 orang di Nigeria
harus kehilangan nyawanya, dalam salah satu wabah terburuk sejak 2016. Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) menyebut epidemi tersebut telah mencapai rekor tertinggi dengan
317 kasus dan 72 orang meninggal akibat demam lassa pada pekan lalu. "Sejak wabah
mulai menjakit pada 2018, telah terjadi 110 kematian," tulis laporan Pusat Pengendalian
Penyakit di Nigeria (NCDC). Namun, dari 110 kematian yang tercatat, sebanyak 78
kematian telah dikonfirmasi positif karena demam Lassa, 8 kasus masih kemungkinan, dan
24 kasus lainnya berstatus negatif. Dari 1.121 kasus demam Lassa yang dilaporkan,
sebanyak 353 kasus telah terkonfirmasi positif, 8 kemungkinan terjangkit demam Lassa,
723 negatif, dan 37 kasus sedang menunggu hasil laboratorium. Sementara itu, sebanyak
3.126 kasus juga mendapat pemantauan khusus. Lassa diambil dari kota asal virus
ditemukan pertama kali pada 1969, yakni di kota Lassa, Nigeria utara. Lebih dari 100 orang
tewas pada 2016 akibat penyakit tersebut di 14 negara bagian. Virus Lassa menyebar
melalui makanan atau peralatan rumah tangga yang terkontaminasi dengan air kencing atau
kotoran tikus. Selain itu, penyebaran juga dapat terjadi melalui kontak langsung dengan
cairan tubuh orang yang terinfeksi virus lassa.
Judul Artikel 2

Penyakit cacar yang mematikan

(sumber:doktersehat)
Penyakit cacar telah menewaskan lebih dari 300 juta orang di seluruh
dunia di abad ke-20 saja. disebabkan oleh salah satu dari dua varian virus
bernama variola mayor dan variola minor. Cacar menewaskan sekitar 60
juta orang Eropa pada abad ke-18. cacar adalah penyebab utama dan
bertanggung jawab atas pembunuhan hampir semua penduduk asli
Amerika, di Meksiko Cacar diperkirakan bertanggung jawab terhadap 300-
500 juta kematian di abad ke-20. Pada tahun 1967, Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO) memperkirakan bahwa 15 juta orang terjangkit penyakit
cacar dan bahwa dua juta meninggal pada tahun itu.

Anda mungkin juga menyukai