Anda di halaman 1dari 16

Konsep Asuhan Keperawatan Pada

Pasien Dengan Gangguan Sistem


Endokrin (Diabetes Melitus Dan
Hipertiroid)
Disusun Oleh :
Kelompok 5
Riska Amilia 1914301075
Rara Suci Ariyati 1914301077
Dhimas Okthavian.A 1914301054
Veronica Anggraini 1914301091
Feni Meliani 1914301085
DIABETES MELITUS
1. DEFINISI
Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti ―mengalirkan
atau mengalihkan‖ (siphon). Mellitus berasal dari bahasa latin
yang bermakna manis atau madu. Penyakit diabetes melitus dapat
diartikan individu yang mengalirkan volume urine yang banyak
dengan kadar glukosa tinggi. Diabetes melitus adalah penyakit
hiperglikemia yangditandai dengan ketidakadaan absolute insulin
atau penurunan relative insensitivitas sel terhadap insulin
(Corwin, 2009).
2. KLASIFIKASI DIABETES MELITUS
Klasifikasi diabetes mellitus sebagai berikut :
I. Tipe I : Diabetes mellitus tergantung insulin (IDDM)
II. Tipe II : Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (NIDDM)
III. Diabetes mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau
sindrom lainnya
IV. Diabetes mellitus gestasional (GDM)
3. ETIOLOGI DIABETES MELITUS

I. Diabetes tipe 1
a. Faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi suatu
predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I.
b. faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah
pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang
dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.
c. faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi
selbeta

II. Diabetes tipe 2


Faktor genetik memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Faktor-faktor resiko :
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
4. TANDA DAN GEJALA DIABETES MELITUS

Menurut Sujono & Sukarmin (2008) manifestasi klinis pada penderita DM, yaitu:
1) Poliuria (peningkatan volume urine)
2) Polidipsia (peningkatan rasa haus)
3) Polifagia (peningkatan rasa lapar)
4) Rasa lelah dan kelemahan otot
Gejala lain yang muncul :
5) Peningkatan angka infeksi akibat penurunan protein sebagai bahan pembentukan antibody
6) Kelainan kulit gatal-gatal, bisul
7) Kelainan genikologis
8) Kesemutan rasa baal akibat neuropati
9) Kelemahan tubuh
10) Penurunan berat badan
11) Luka yang lama sembuh
12) Laki-laki dapat terjadi impotensi
13) Mata kabur
5. KOMPLIKASI
I. Komplikasi metabolik akut
a) hyperglikemia

II. Komplikasi kronik jangka panjang


a) Mikroangiopati
b) Makroangiopati

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG DIABETES MELITUS

I. Glukosa darah sewaktu


II. Kadar glukosa darah
III. Tes toleransi glukosa
Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaringan
diagnosa DM (mg/dl).
7. PENATALAKSANAAN DIABETES MELITUS
Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :
1.      Diet
2.      Latihan
3.      Pemantauan
4.      Terapi (jika diperlukan)
5.      Pendidikan
HIPERTIROID
A. Definisi

Hipertiroidisme (hipersekresi hormon tiroid)


adalah peningkatan produksi dan sekresi hormon tiroid
oleh kelenjar tiroid. Hipertiroidisme adalah keadaan
dimana terjadi peningkatan hormon tiroid lebih dari
yang dibutuhkan tubuh.
Faktor pencetusnya adalah keadaan yang
menegangkan seperti operasi, infeksi, trauma,
penyakit akut kardiovaskuler.
B. Etiologi
Menurut Tarwoto,dkk (2012) penyebab hipertiroid diantaranya yaitu:

1. Adenoma hipofisis
Penyakit ini merupakan tumor jinak kelenjar hipofisis dan jarang terjadi.
2. Penyakit graves
Penyakit graves atau toksi goiter diffuse merupakan penyakit yang disebabkan
karena autoimun, yaitu dengan terbentuknya antibody yang disebut thyroid-
stimulatin immunoglobulin (TSI) yang melekati sel-sel tiroid.
3. Tiroditis
Tiroditis merupakan inflamasi kelenjar tiroid yang biasanya disebabkan oleh
bakteri seperti streptococcus pyogenes, staphycoccus aureus dan pnemucoccus
pneumonia. Reaksi peradangan ini menimbulkan pembesaran pada kelenjar tiroid,
kerusakan sel dan peningkatan jumlah hormon tiroid.
4. Konsumsi yodium yang berlebihan, yang mengakibatkan peningkatan sistesis
hormon tiroid.
5. Terapi hipertiroid, pemberian obat obatan hipotiroid untuk menstimulasi sekresi
hormon tiroid. Penggunaan yang tidak tepat menimbulkan kelebihan jumlah
hormon tiroid.
C. Patofisiologi
Pasien dengan hipertiroid menunjukan adanya sekresi hormon tiroid yang
lebih banyak, pernah berbagai faktor penyebab yang tidak dapat dikontrol
melalui mekanisme normal. Peningkatan hormon tiroid menyebabkan
peningkatan metabolisme rate, meningkatnya aktivitas saraf simpatis.
Peningkatan metabolisme rate menyebabnya peningkatan produksi panas
tubuh sehingga pasien mengeluarkan banyak keringat dan penurunan toleransi
terhadap panas. Laju metabolisme yang meningkat menimbulkan peningkatan
kebutuhan metabolik, sehingga berat badan pasien akan berkurang karena
membakar cadangan energi yang tersedia. Keadaan ini menimbulkan degradasi
simpanan karbohidrat, lemak dan protein sehingga cadangan protein otot juga
berkurang.
Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat terjadi pada sistem kardiovaskuler
yaitu dengan menstimulasi peningkatan reseptor beta adrenergik, sehingga
denyut nadi lebih cepat, peningkatan kardiak output, stroke volume, aliran
darah perifer serta respon adenergik lainnya. Peningkatan hormon tiroid juga
berpengaruh terhadap sekresi dan metabolisme hipothalamus, hipofisis dalam
mensekresi hormon gonad, sehingga pada individu yang belum pubertas
mengakibatkan keterlambatan dalam fungsi seksual, sedangkan pada usia
dewasa mengakibatkan penurunan libido, infertile dan menstruasi tidak teratur.
D. Gejala-Gejala Klinis
Menurut Tarwoto,dkk (2012) gejala-gejala klinis hipertiroid berikut ini:
1. Sistem kardiovaskuler
Meningkatkan heart rate, stroke volume, kardiak oputput, peningkatan
kebutuhan oksigen otot jantung, peningkatan vaskuler perifer resisten
2. Sistem pernafasan
Pernafasan cepat, bernafas pendek, penurunan kapasitas paru.
3. Sistem perkemihan
Retensi cairan, menurunnya otot urine.
4. Sistem gastrointestinal
Meningkatnya peristaltik usus, peningkatan nafsu makan, penurunan berat
badan, diare, peningkatan penggunaan cadangan adifose dan protein,
penurunan serum lipid, peningkatan sekresi gastrointestinal, hiponatremia,
muntah, dan keram abdomen.
5. Sistem muskuloskeletal
Keseimbangan protein negatif, kelemahan otot, kelelahan,
6. Sistem integumen
Berkeringat yang berlebihan, kulit lembab, merah, hangat, tidak
toleransi panas, kedaan rambut lurus, lembut, halus dan mungkin
terjadi kerontokan rambut.
7. Sistem endokrin
Sistem endokrin biasanya terjadi pembesaran kelenjar tiroid.
8. Sistem saraf
gugup, gelisah, emosi tidak stabil; seperti kecemasan, curiga, tegang
dan emosional.
9. Sistem reproduksi
Amenorahea, anovulasi, mens tidak teratur, menurunya libido,
impoten.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai