Anda di halaman 1dari 19

Definisi dan Manajemen

Aktif Kala 3
Agita Eka Wirna

Alif Rahma Shidiqa

Anisa Pertiwi Nadiana

Annisa Ajmala Luthfia

Annisa Wulandari
1. Definisi Manajemen Aktif Kala III
Kala III dimulai sejak bayi lahir sampai lahirnya plasenta/uri. Rata-rata lama kala III berkisar 15-30 menit,
baik pada primipara maupun multipara. Risiko perdarahan meningkat apabila kala tiga lebih dari 30 menit,
terutama antara 30-60 menit.

Pentalaksanaan aktif didefinisikan sebagai pemberian oksitosin segera setelah pelahiran bahu
anterior, mengklem tali pusat, segera setelah pelahiran bayi, dan menggunakan traksi tali pusat terkendali
untuk pelahiran plasenta. Penelitian selanjutnya mengonfirmasi kehilangan darah yang jauh lebih sedikit pada
penatalaksanaan aktif kala III, bahkan pada populasi yang beresiko rendah mengalami perdarahan post-
partum.
Kala III dimulai sejak bayi lahir sampai lahirnya plasenta/uri. Rata-rata lama kala III berkisar 15-30 menit,
baik pada primipara maupun multipara. Risiko perdarahan meningkat apabila kala tiga lebih dari 30 menit,
terutama antara 30-60 menit.
Penelitian Prevention of Postpartum Hemorrhage Intervention-2006 tentang praktik menejemen aktif
kala tiga (Active Managemen of Third Stage of Labour/AMTSL) di 20 rumah Sakit di Indonesia menunjukkan
bahwa hanya 30% Rumah sakit melaksanakan hal tersebut. Hal ini sangat berbeda jika dibandingkan dengan
praktik menejemen aktif ditingkat pelayanan kesehatan primer (BPS atau Rumah Bersalin) di daerah intervensi
APN (Kabupaten Kuningan dan Cirebon) dimana sekitar 70% melaksanakan manajemen aktif kala tiga bagi
ibu-ibu bersalin yang ditangani. Jika ingin menyelamatkan banyak ibu bersalin maka sudah sewajarnya jika
menejemen aktif kala tiga tidak hanya dilatihkankan tetapi juga dipraktikkan dan menjadi standart asuhan
Whoa!
Sebagian besar kasus perdarahan pada persalinan terjadi selama persalinan kala
tiga. Selama jangka waktu tersebut, otot-otot rahim berkontraksi dan plasenta
mulai memisahkan diri dari dinding rahim. Jumlah darah yang hilang tergantung
pada seberapa cepat hal ini terjadi. Persalinan kala tiga biasanya berlangsung
antara 5 sampai 15 menit. Bila lewat dari 30 menit, maka persalinan kala tiga
dianggap panjang/lama yang berarti menunjukkan adanya masalah potensial.
Bilamana rahim lemah dan tidak berkontraksi secara normal, maka pembuluh
darah di daerah plasenta tidak terjepit dengan cukup, hal ini akan mengakibatkan
perdarahan yang berat. .
Manajemen aktif persalinan kala tiga
terdiri atas intervensi yang direncanakan
untuk mempercepat pelepasan plasenta
dengan meningkatkan kontraksi rahim dan
mencegah perdarahan dengan menghindari
atonia uteri.
Komponen nya adalah :

01 memberikan obat uterotonika


(untuk kontraksi rahim) dalam
waktu dua menit setelah
02 Menjepit dan memotong tali
pusat segera setelah
melahirkan
kelahiran bayi

03 Melakukan penegangan tali


pusat terkendali sambil
secara bersamaan
melakukan tekanan
terhadap rahim melalui
perut.
Setelah pelepasan plasenta, memijat
uterus juga dapat membantu
kontraksi untuk mengurangi
perdarahan. Manajemen aktif
persalinan kala tiga biasa dilakukan
di Inggris, Australia, dan beberapa
negara lain.
Berbeda dengan manajemen aktif, manajemen
menunggu (juga dikenal sebagai penanganan konservatif
atau fisiologis) adalah menunggu tanda-tanda bahwa
plasenta sedang melepaskan diri dari dinding rahim
(misalnya, melihat suatu pancaran darah), dan
membiarkannya melepaskan diri secara spontan.
Manajemen menunggu umum dilakukan di beberapa
negara Eropa, Amerika Serikat, dan Kanada.
Manajemen menunggu juga merupakan cara
pertolongan pada sebagian besar kelahiran di
rumah di negara-negara berkembang. WHO pada
umumnya merekomendasikan manajemen aktif
persalinan kala tiga untuk setiap persalinan.
Beberapa studi berskala besar, yang dilakukan
secara acak dan terkontrol (dilaksanakan di rumah
sakit bersalin dengan perlengkapan baik)
membandingkan pengaruh dari manajemen aktif
dan manajemen menunggu. Walaupun studi studi
tersebut menggunakan perangkat aturan dan
definisi yang berbeda dari manajemen aktif,
hasilnya cukup meyakinkan.
Dalam suatu studi di Inggris, 846 perempuan ditangani secara aktif dengan 5 mcg
oksitosin dan 0,5 mcg ergometrine, maupun penegangan tali pusat terkendali,
dibanding dengan 849 perempuan yang ditangani secara menunggu/fisiologis.
Hasilnya secara bermakna lebih sedikit PPP, dan persalinan kala tiga menjadi lebih
pendek pada mereka yang ditangani secara aktif.
Pada percobaan lain di Inggris,
748 perempuan mendapat
oksitosin dan/atau ergometrine
dan penegangan tali pusat
terkendali, sementara 764 tidak
mendapatkan salah satu
intervensi kecuali ada indikasi
Check It!
Manajemen aktif menghasilkan suatu penurunan
PPP secara bermakna. Namun, terdapat lebih
banyak yang mengalami muntah di antara mereka
yang ditangani secara aktif. Tidak satupun dari
studi – studi tersebut di atas memperlihatkan
meningkatnya kasus komplikasi serius
sehubungan dengan manajemen aktif.
2. Asuhan Manajemen
Aktif Kala III
I
1. Fisiologi Kala III
Dimulai segera setelah bayi sampai lahirnya
plasenta yang berlangsung tidak lebih dari 30
menit. Setelah bayi lahir uterus teraba keras
dengan fundus uteri agak diatas pusat
beberapa menit kemudian uterus berkontraksi
lagi untuk melepaskan plasenta dari
dindingnya. Biasanya plasenta lepas dalam 6
menit – 15 menit setelah bayi lahir dan keluar
spontan atau dengan tekanan pada fundus
uteri. Pengeluaran plasenta, disertai dengan
pengeluaran darah. Komplikasi yang dapat
timbul pada kala II adalah perdarahan akibat
atonia uteri, ratensio plasenta, perlukaan jalan
lahir, tanda gejala tali pusat.
Otot uterus (miometrium) berkontraksi
mengikuti penyusutan volume ronnga
uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan
ukuran ini menyebabkan berkurangnya
ukuran tempat perlekatan plasenta karena
tempat perlekatan menjadi semakin kecil,
sedangkan ukuran plasenta tidak berubah
maka plasenta akan terlipat. Menebal dan
kemudian lepas, plasenta akan turun ke
bagian bawah uterus atau kedalam vagina
(Depkes RI 2007).
Pada kala III. otot uterus (miometrium) berkontraksi Mobile Web
mengikuti penyusutan volume rongga uterus setelah
lahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini menyebabkan
berkurangnya ukuran tempat perlekatan plasenta. Karena
tempat perlekatan menjadi semkin kecil, sedangkan ukuran
plasenta tidak berubah maka pasenta akan terlipat, menebal
dan kemudian lepas dari dinding uterus. Setelah lepas,
plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau ke dalam
vagina. Setelah janin lahir, uterus mengadakan kontraksi
yang mengakibatkan penciutan permukaan kavum uteri.
tempat implantassi plasenta. Akibatnya, plasenta akan lepas
dari tempat implantasinya.
2. Penjepitan tali pusat

Pada manajemen aktif persalinan kala tiga, tali pusat segera dijepit dan dipotong setelah persalinan,
untuk memungkinkan intervensi manajemen aktif yang lain. Pada manajemen menunggu, penjepitan
tali pusat biasanya dilakukan setelah tali pusat berhenti berdenyut. Walaupun tampaknya kedua
praktek tersebut tidak mempunyai perbedaan dalam pengaruhnya terhadap ibu, penjepitan segera
dapat mengurangi jumlah darah plasenta yang dialirkan pada bayi yang baru lahir. Diperkirakan bahwa
penjepitan tali pusat secara dini mencegah 20% sampai 50% darah janin mengalir dari plasenta ke
bayi (jumlah darah yang mengalir juga dipengaruhi oleh gaya berat dan letak bayi apakah dipegang di
atas atau di bawah plasenta setelah persalinan).berkurangnya aliran darah mengakibatkan tingkat
hematokrit dan hemoglobin yang lebih rendah pada bayi baru lahir, dan dapat mempunyai pengaruh
anemia zat besi pada pertumbuhan bayi.
Satu studi menemukan bahwa menunggu untuk menjepit tali pusat sampai ia berhenti berdenyut
mengurangi separuh dari tingkat anemia bayi pada usia dua bulan. Beberapa studi telah membuktikan
potensi meningkatnya gawat nafas neonatal akibat penjepitan tali pusat secara dini. Pemberian obat
oksitosin tanpa segera menjepit tali pusat secara potensial dapat mengakibatkan kelebihan transfusi
pada bayi, tetapi isu ini belum cukup dipelajari.
3 Penegangan Tali Pusat Terkendali
4. Keuntungan-Keuntungan Manajemen Aktif Kala III
Penegangan tali pusat terkendali mencakup menarik tali pusat ke
Tujuan Manajemen Aktif Kala III adalah untuk menghasilkan
bawah dengan sangat hati-hati begitu rahim telah berkontraksi,
kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga dapat
sambil secara bersamaan memberikan tekanan ke atas pada rahim
mempersingkat waktu, mencegah perdarahan dan mengurangi
dengan mendorong perut sedikit di atas tulang pinggang. Praktek
kehilangan darah kala III persalinan jika dibandingkan dengan
ini membantu dalam pemisahan plasenta dari rahim dan
penatalaksanaan fisiologis.
pelepasannya. Dengan melakukannya hanya selama kontraksi
rahim, maka mendorong tali pusat secara hati-hati ini membantu
Sebagian besar kasus kesakitan dan kematian ibu di Indonesia
plasenta untuk keluar.
disebabkan oleh perdarahan pascapersalinan dimana sebagian
Tegangan pada tali pusat harus dihentikan setelah 30 atau 40 detik besar disebabkan oleh atonia uteri dan retensio plasenta yang
bila plasenta tidak turun, tetapi penegangan dapat diulang lagi pada sebenarnya dapat dicegah dengan melakukan manajemen aktif
kontraksi rahim yang berikut. Risiko potensial yang berkaitan kala III.
dengan penegangan tali pusat terkendali adalah inversio uteri
(terbaliknya rahim) dan tali pusat putus dari plasenta. Pada lima uji
klinik terkontrol mengenai manajemen aktif dibandingkan dengan
manajemen menunggu, tidak tercatat kasus inversio uteri atau tali
pusat putus. Agar penegangan tali pusat terkendali dilakukan
dengan aman, maka sangat penting untuk memberikan pelatihan
dan panduan kepada petugas.
Keuntungan-keuntungan Manajemen Aktif kala
III diantaranya:
2. Mengurangi
1.Persalinan kala III jumlah kehilangan
yang lebih singkat. darah

3. Mengurangi
kejadian retensio
plasenta
Thanks!
youremail@freepik.com |yourcompany.com

CREDITS: This presentation template was


created by Slidesgo, including icons from
Flaticon, infographics & images by Freepik
and illustrations by Stories.

Please keep this slide for attribution.

Anda mungkin juga menyukai