Morgan, 2013
Konsep nyeri
Nyeri dapat dikategorikan menjadi beberapa aspek,
1 berdasarkan durasi : akut, kronis
2.berdasarkan patofisiologi mekanisme : fisiologis,
nosiseptik, neuropatik
3.berdasarkan konteks klinis : paska operasi, proses
keganasan,
Husni, 2015
Nyeri pembedahan sedikitnya mengalami dua
perubahan
1. akibat pembedahan itu sendiri menyebabkan
rangsangan nosiseptif
2. setelah proses pembedahan terjadi respon inflamasi
pada daerah sekitar operasi terjadi pelepasan zat-zat
kimia oleh jaringan yang rusak dan sel-sel inflamasi.
Husni, 2015
MEKANISME NYERI
terdapat 5 proses elektrofisiologik
1. Transduksi
2. Konduksi
3. Modulasi
4. Transmisi
5. Persepsi
Husni, 2015
PENILAIAN NYERI
Banyak cara untuk menentukan intensitas nyeri :
1. Visual Analog Scale (VAS) / Skala analog visual
Skala ini bersifat satu dimensi, berbentuk penggaris
yang panjangnya 10 cm atau 100 mm. Titik 0 adalah tidak
nyeri dan titik 100 jika nyerinya tidak tertahankan
2. Numerical Rating Scale (NRS)
Menyebutkan intensitas nyeri berdasarkan angka 0 –
10. pasien disleksia , autism, atau geriatri yg demensia
maka ini bukan metode yang cocok
3. Faces Scale / skala Wajah
Husni, 2015
PEMBEDAHAN RAWAT JALAN
(AMBULATORY SURGERY)
Tujuan utama bedah rawat jalan : terlaksananya
prosedur pembedahan yang aman akan tetapi lebih
efektif dan lebih ekonomis dibanding teknik bedah
konvensional
Yendi, 2011
prosedur untuk anestesia rawat jalan
1. Gigi seperti ekstraksi, restorasi, fraktur fasial
2. Dermatologi seperti eksisi lesi kulit
3. Bedah umum seperti biopsy, endoskopi, eksisi massa, hemoroidektomi, herniorapi, dan
prosedur laparoskopi
4. Klinik nyeri, sperti blok nyeri, injeksi epidural
5. Ginekologi seperti kuretase dan dilatasi, biopsy, histeroskopi dan prosedur laparoskopi
9. Bedah plastic seperti cleft lip repair, liposuction, mamoplasti, otoplasti, revisi skar dan skin
graft
10.Urologi seperti sirkumsisi, sistoskopi, litotripsi, biopsy prostat, prosedur laparoskopi tertentu
Yendi, 2011
Pertimbangan pembedahan rawat jalan
1. pemilihan pasien
2. persiapan prabedah
- Persiapan Puasa
- Pemberian premedikasi
3. pemeriksaan labaratorium sebagai skrining
4. pemilihan teknik anestesi
5. pemulihan dan pemulangan pasien paska bedah
- early recovery
- intermediate recovery
- late recovery
6. manajemen pengelolaan nyeri paska pembedahan
Yendi, 2011
Kontraindikasi prosedur bedah rawat jalan
1. Prosedur emergensi
2. Pasien ASA III dan diatasnya dengan eksepsi yang ada
3. Kondisi jantung yang jelek, seperti pada gagal jantung, aritmia
4. Stenosis aorta dan mitral yang berat
5. Severe Obstructive Sleep Apnea
6. Prosedur operasi yang lama dan ekstensif
7. Operasi laparoskopi yang besar
8. Membutuhkan transfusi darah
9. Membutuhkan ventilasi paska operasi
10.Nyeri paska operasi yang membutuhkan analgesi intravena
11.Lack of Hospital back up
Yendi, 2011
Pemilihan suatu teknik anestesi didasarkan pada
kondisi kesehatan pasien, prosedur pembedahan serta
keinginan dan permintaan pasien, bila memungkinkan
Yendi, 2011
Program bedah rawat jalan yang sukses tergantung
pada pemulangan pasien yang tepat waktu setelah
anestesi
Beberapa kriteria yang telah dibuat untuk menentukan
kesiapan pasien untuk dipulangkan seperti Guidelines
for Safe Discharge After Ambulatory Surgery dan
PADSS (Post Anesthesia Disharge Scoring System)
PADSS merupakan suatu sistem skoring yang secara
objektif menilai kondisi pasien untuk dipulangkan
Anil, 2015
Postanesthesia Discharge Scoring System (PADSS)
Tanda Vital
2 Sekitar 20% dari nilai prabedah
1 20-40% dari nilai prabedah
0 40% dari nilai prabedah
Aktivitas
2 Mampu berdiri/tidak pusing
1 Dengan bantuan
0 Tidak ada pergerakan/pusing
Nyeri, Mual, Muntah
2 Minimal
1 Sedang
0 Berat
Perdarahan operasi
2 Minimal
1 Sedang
0 Berat
Intake dan Output
2 PO Fluids and Voided
1 PO Fluids or Voided
0 Neither
Bila Skor mencapai >9, pasien cukup aman untuk dipulangkan
Anil, 2015
MANAJEMEN NYERI AKUT PASKA PEMBEDAHAN PADA
PASIEN RAWAT JALAN
Husni, 2015
b. Obat antiinflamasi non steroid (NSAID)
NSAID dan Cox-2 inhibitor harus dihindari pada
pasien yang telah memiliki gangguan ginjal
COX-2 Inhibitor dapat digunakan ketika terdapat
riwayat aspirin, sensitive asma
NSAID non-selektif maupun selektif bersifat "celling
effect", artinya efek analgesiknya terbatas. Kenaikan
dosis tidak dapat menambah analgesiknya, justru efek
sampingnya yang bertambah
Stoelting, 2006
Mekanisme kerja utama dari ketorolak adalah
menghambat sistesa prostaglandin dengan berperan
sebagai penghambat kompetitif dari enzim
siklooksigenase (COX) dan menghasilkan efek analgesia
Efek analgesianya 200 – 800 kali lebih poten
dibandingkan dengan pemberian aspirin, indometasin,
naproksen dan fenilbutazon
onset analgesia tercapai dalam waktu 10 menit dengan
efek puncak 30 – 60 menit dan durasi analgesia 6 – 8 jam
dengan waktu pemberian intravena > 15 detik
Metabolisme berkonjugasi dengan asam glukoronik dan
para hidroksilasi di hati. Obat dan hasil metabolitnya akan
diekskresikan melalui ginjal 90% dan bilier sekitar 10%
Stoelting, 2006
c. Gabapentin (gabapentin dan pregabalin)
obat oral yang penggunaannya saat ini cukup banyak
sebagai rejimen kombinasi analgesi
Anti epilepsi yang dapat menurunkan nyeri neuropatik
mengurangi penggunaan morfin ketika diberikan paska
operasi
dosis lebih tinggi pada preoperatif (gabapentin 900-
1200mg, pregabalin 150-75 mg) selama 14 hari
dibandingkan penggunaan harian (gabalin 600 mg,
pregabalin 150 mg) lebih disarankan
Metabolisme di ginjal, penurunan dosis dipertimbangkan
Kathryn, 2014
d. Kortikosteroid
Selain untuk PONV, juga dapat mengurangi nyeri
paska operasi dan meningkatkan pemulihan, ketika
digunakan sebagai bagian dari analgesia multimodal
dosis lebih dari 0,1 mg / kg, efektif dalam mengurangi
konsumsi opioid atau skor nyeri pada fase paska
operasi dalam satu meta-analisis
pemberian deksametason (0.1-0.2 mg/kg) juga dapat
memperbaiki kualitas nyeri sepanjang 24 jam dan
dapat mengurangi konsumsi opioid.
Riika, 2014
e. Opioid
Opioid bekerja dengan cara berikatan dengan reseptor
spesifik nyeri akut (disebut reseptor μ)
Reseptor utama opioid adalah reseptor mu (μ, dengan
subtipe μ1 dan μ2), kappa (κ), delta (δ)
Opioid sebaiknya diberikan dengan dosis titrasi
Dosis sebaiknya lebih rendah pada pasien geriatri,
gagal ginjal, gangguan fungsi hati
Morgan, 2013
Sinatra, 2009
Sinatra, 2009
f. General Anesthesia Techniques
Studi terbaru telah melaporkan kemungkinan
mengurangi nyeri paska operasi setelah rawat jalan
prosedur dengan penggunaan berbasis anestesi
propofol dibandingkan anestesi inhalasi
Dari penelitian, propofol mungkin ada sifat analgesik
dan mungkin juga mencegah opioid diinduksi
hiperalgesia pada pasien yang menjalani operasi
kanker payudara
Spencer, 2012
Infus lidokain intravena (1,5-3 mg/kg/jam) telah
menghasilkan hasil yang mengesankan setelah operasi
perut besar, dan meta analisis mencatat pengurangan
skor nyeri, mual, ileus, dan lama menginap
Kesuksesan kontrol nyeri paska operasi tergantung
dari pengetahuan dan kebutuhan pasien.
Pasien harus diinformasikan terkait dengan
pengobatan nyeri dan berbagai cara mengelola nyeri.
Informasi yang diberikan bisa secara verbal ataupun
tertulis.
Spencer, 2012
Day-case surgery
• Jelaskan bahwa 20-40% pasien akan mengalami nyeri yang sedang-berat
dirumah dan dapat bertahan dalam 2-4 hari
• Jelaskan ke pasien bagaimana mengelola nyeri (obat apa?seberapa sering?
dan efek samping dari obat nyeri
• Berikan anti nyeri dan anti muntah yang lain sebagai tambahan obat rutin
untuk 2-4 hari
• Jelaskan ke pasien untuk mengambil anti nyeri sebelum efek dari dosis
tunggal lokal anestesi habis
• Mendorong orangtua pasien untuk menggunakan pain assestmen tool
untuk mengoptimalisasi kontrol nyeri terhadap anak-anak
• Jelaskan bahwa kelelahan dan rasa kantuk paska operasi sering terjadi dan
pada beberapa pasien dapat terjadi dalam beberapa hari
• Berikan nomor telepon dokter untuk dihubungi jika diperlukan
• Informasikan ke pasien bahwa panggilan follow up akan dilakukan oleh
dokter bedah ataupun perawat pada hari setelah operasi
Rawal, 2001
Kesimpulan
Pemilihan pasien, evaluasi dan persiapan prabedah,
pemeriksaan labaratorium sebagai skrining, pemilihan teknik
anestesi, konsep fast-track, pemulihan dan pemulangan
pasien paskabedah, penanganan komplikasi paska bedah
(nyeri dan mual muntah) serta penatalaksanaan pasien
setelah keluar dari rumah sakit termasuk yang paling penting
adalah manajemen pengelolaan nyeri paska pembedahan.
Pengelolaan nyeri paskabedah harus dimulai intraoperatif
atau idealnya saat prabedah untuk menjamin pemulihan yang
bebas nyeri.
Manajemen pengelolaan nyeri akut paska operasi rawat jalan
bisa dilakukan dengan berbagai macam cara yaitu dengan
anestesi regional intravena, blok saraf perifer, multimodal
dengan analgesi sistemik bahkan dengan teknik anestesi
umum.
TERIMAKASIH
WASSALAM WR.WB