Anda di halaman 1dari 25

Step 7

Hasil belajar mandiri

Amalia Maulidia Husna


2013010062
Learning objective

1. Anatomi dan histologi sistem respirasi


2. Diagnosis dan dasar diagnosis skenario
3. Definisi dan Etiologi TB Paru
4. Epidemiologi dan Manifestasi klinis TB Paru
5. Patogenesis TB Paru
6. Manifestasi dan Prognosis TB Paru
7. Tatalaksana TB Paru
8. Diagnosis banding (Manifestasi klinis dari Bronkiektasis, Kanker Paru)
Anatomi dan histologi sistem respirasi

Berdasarkan lokasinya system


respirasi dibagi menjadi 2
1. Bagian pernafasan atas
- Nasal
- Pharynx
2. Bagian pernafasan bawah
- Larynx
- Trakea
- Bronkus
- Bronkiolus
- Alveolus
- pulmo
Nasal

Bagian organ :

1. Nares Anterior
2. Vestibulum Nasi
3. Cavum Nasi
4. Nares Posterior (Choana)

Kavum nasi dimulai dari nares anterior sampai koana, kavum nasi dibagi dua oleh septum
nasi dibagian tengah. Masing-masing kavum nasi terdiri dari atap, dasar, dinding lateral dan
medial. Pada dinding lateral bagian dalam terdapat tiga pasang konkayaitu: konka inferior
yang berasal dari tulang maksila, konka media dan superior yang berasal dari tulang etmoid.5

Vaskularisasi pada hidung berasal dari arteri karotis interna dan arteri karotis eksterna yang
mendarahi septum dan dinding lateral hidung.
PHARYNX

Bagian organ Struktur organ

1. Nasopharynx Penyusun cincin waldayer


2. Oropharynx 1. Tonsilla palatina
3. laryngopharynx 2. Tonsila lingualis
Vaskularisasi
3. Tonsilla pharyngea

Pharynx mendapatkan darah dari arteria pharyngea ascendens, cabang-


cabang tonsilar arteria facialis, cabang-cabang arteria maxillaris, dan
arteria lingualis.
Inervasi
-Nasopharynx: Nervus Maxillaris (V2).
- Oropharynx: Nervus Glossopharyngeus.
- Laryngopharynx (di sekitar aditus laryngis): ramus laryrrgeus internus
dari Nervus Vagus.
LARYNX Bagian organ
1. Adytus Laryngeus
2. Fossa Piriformis
3. Lipatan Larynx
- Plica Vestibularis
- Plica Vocalis
4. Cavum Laryngis

Vaskularisasi
1. Artei Laryngea Superior → cabang dari arteri thyroidea superior
2. Arteri Laryngea Inferior → cabang dari arteri thyroidea inferior
3. Arteri cricothyroid → cabang kecil dari a. thyroidea superior
memperdarahi M.cricothyroid
TRAKEA

Struktur Organ:
1. Kartilago Trachealis
2. Ligamentum Annularia
3. Bifurcatio Trachealis

Vaskularisasi
- 1/3 atas : arteri thyroidea inferior
- 2/3 bawah : arteri bronchiales

Inervasi
- N. Laryngeus Recucuren rhamus trachealis
- N. Vagus
BRONKUS DAN BRONKIOLUS
Bagian Organ:
2. Bronkus Sekunder/Loabaris
1. Bronkus Primer/Principalis
- Bronkus Lobaris Superior dextra
- Bronkus Primer/Principalis dextra
- Bronkus Lobaris Medial dextra
- Bronkus Primer/Principalis sinistra
- Bronkus Lobaris Inferior dextra
- Bronkus Lobaris Superior sinistra
- Bronkus Lobaris Inferior sinistra
3. Bronkus Tersier/Segmentalis
PULMO

Bagian Organ:
2. Pulmo Sinistra
1. Pulmo Dextra
- Lobus Superior Pulmo
- Lobus Superior Pulmo Dextra
Sinistra
- Lobus Medial Pulmo Dextra
- Lobus Inferior Pulmo
- Lobus Inferior Pulmo Dextra
Sinistra

Vaskularisasi
Arteri bronchialis → cabang aorta descenden pars thoracalis untuk
suplai paru

Inervasi
1. Simpatis
Ganglion paravertebralis truncus simpaticus
2. Parasimpatis
N. vagus, dalam plexus pulmonalis.

Sobotta. 2012. Atlas Anatomi Manusia: Organ-organ Dalam Ed.23. Jakarta : EGC
Cavum Nasi : Regio respiratoria dan olfactoria

• Epithelium columnare pseudostratifi with


cilia
- Epithelium cilia
- Sel goblet
- Epithelium microvillus
- Epithelium basalis
• Lamina propria
- Glandula nasalis
- Stratum cavernosum

a. Epithelium olfactoria
- Sel basal
- Olfactory sensory neurons
b. Lamina propria
- Glandula bowman, menghasilkan
ciran serous
- Venous sinusoid
LARYNX

• Tunica mucosa respiratory


- Epithelium columnar pseudostratified with cilia
- Glandula laryngea
• Tunica mucosa cutanea
- Epithelium stratified squamous non cornificatum
- Myofibra striata
TRACHEA

* Tunika mukosa respiratory


- Epithelium columnar
pseudostatified with cilia
- Lamina propria
- Nodul lymhatikus

*tunika fibromusjukar kartilago


trachea
* Tunika adventilia
BRONCHUS

• Tunica mucosa respiratory


- Epithelium columnar pseudostratifaid with cilia
- Lamina propria
- Nodulus lymhaticus bronkalis (BALT)
BRONCHULUS BRONCHULUS TERMINALIS

BRONCHULUS RESPIRATORIUS
Epithelium simple columnar
with cilia and sel goblet
Epithelium simple cuboid with
cilia

Epithelium simple cuboid with cilia


ALVEOLI

a. Sel pneumosit 1
Epitelium simple squamous
b. Sel pneumosit 2
Epithelium simple cuboid
c. Membar basal elastic
Meningkatjan elastisitas paru, meningkatkan resistensi terhadap atelectasis
d. Alveolar macrofak
Memfagosit partikel asing
2. Diagnosis dan dasar diagnosis kasus tersebut

Diagnosis : Tuberculosis

Dasar diagnosis : 2. Pemeriksaan fisisk


1. Keluhan pasien - Td : 110/70 mmHg
- Batuk darah 2x, kemarin dan 4 hari lalu - Nadi : 78x/menit
- Dahak berwarna merah kecoklatan - RR: 20x/menit
- Batuk sejak 2 bulan yang lalu, tetapi - Suhu : 36,8 C
dahak putih - Konjungtiva anemis
- Kadang terasa sesak, dan nyeri dada - Infeksi : paru simetri, gerak paru kanan
- Panas sumer-sumer 2 bulan yang lalu agak tinggi, stemfremitus pada paru
- BB turun kanan bawah menurun,
- Auskultasi : renki pada apex kanan, suara
vesikuler paru kanan bawah turun
3. Definisi dan etiologi tuberculosis paru

A, Definisi
TB paru adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, yaitu kuman aerob
yang hidup terutama di paru ataupun di berbagai organ tubuh lain dengan tekanan parsial oksigen
tinggi (Tabrani Rab, 2010 dalam Rahmaniar 2017)

B. Etiologi
penyebab tuberculosis paru adalah Mycobacterium Tuberculosis. Ada beberapa spesies Myobacterium
antara lain: M. Tuberculiosis, M. Africanum, M. Bovis, M. Lrace dan sebagainya. Yang juga dikenal sebagau bakteri
tahan asam (BTA). Kelompok mikroorganisme selain Mycobakterium Tuberculosis yang bisa menimbulkan
gangguan pada saluran nafas dikenal sebagai MOTT (mycobacterium Other Than Tuberculosis) yang terkadang
menggangu penegakan diagnosis dan pengobatan TB (Menkes RI, 2017)
sifat kuman mycobacterium Tuberculosis menurut peraturan mentri kesehatan no 67 tahun 2016 adalah :
1. Berbentuk batang, Panjang 1-10 mikro, lebar 0,2-0,6 mikron
2. Bersifat tahan asam
3. Memerlukan media khusus untuk biakam, antar lain ;owenstein Jensen, ogawa
4. Tahan terhadap suhu 4 C-70C
5. Sangat peka terhadap panas
6. Kuman dapat bersifat dorman (Kemenkes, 2016)
4. Epidemiologi dan menifestasi klinis TB paru

a. Epidemiologi
Menurut WHO sepertiga penduduk dunia telah tertular TB, tahun 2000 lebih dari 8 juta penduduk dunia
menderita TB aktif. Menurut perkiraan antara tahun 2000–2020 kematian karena TB meningkat sampai 35 juta
orang. Setiap hari ditemukan 23.000 kasus TB aktif dan TB menyebabkan hampir 5000 kematian. Total insidens
TB selama 10 tahun, dari tahun 1990- 1999 diperkirakan 88,2 juta dan 8 juta di antaranya berhubungan dengan
infeksi HIV. Pada tahun 2000 terdapat 1,8 juta kematian akibat TB 226.000 di antaranya berhubungan dengan
HIV. Setiap tahun didapatkan 250.000 kasus TB baru di Indonesia dan kira-kira 100.000 kematian karena TB.

(World Health Organization (WHO). Guidance for national tuberculosis programme on the management of tuberculosis in
children. WHO/HTM/2006.371.)
b. Menifestasi klinis TB paru

Seseorang dapat dikatakan menderita penyakit TB Paru apabila ditemukan gejala klinis
utama (cardinal symptom) pada dirinya. Gejala utama pada seseorang yang terkena TB Paru,
diantaranya yaitu:
1) Batuk berdahak lebih dari tiga minggu.
2) Batuk dengan mengeluarkan darah atau pernah mengeluarkan darah.
3) Dada terasa sesak pada waktu bernapas.
4) Dada terasa sakit atau nyeri
5) Berat badan menurun tanpa sesab yang jelas
6) Demam selama lebih dari 2 minggu dan/atau berulang tanpa sebab yang jelas
7) Batuk lebih dari 3 minggu
8) Nafsu makan tidak ada (anoreksia) atau berkurang
9) Diare persiten selama lebih dari 2 minggu

(Kemenkes RI (2013)
5. Patogenesis TB Paru
Infeksi berawal dari basil Mycobacterium tuberculosis yang terhirup oleh individu. Bakteri menyebar
ke orang lain melalui jalan nafas menuju alveoli kemudian berkembang biak dan bertumpukPerkembangan
dari bakteri Mycobacterium tuberculosis dapat menjangkau sampai ke area lain dari paru ( lobus paru).
Selain itu juga dapat menyebar melalui sistem limfe dan aliran darah ke bagian tubuhyang lain (ginjal,
tulang, dan korteks serebri) dan lobus atas dari paru. Kemudian reaksi inflamasi terjadi sebagai respon dari
sistem kekebalan tubuh ( Somantri 2008 dalam Pradini 2017).
Netrofil dan makrofag melakukan aksi fagositosis ( menelan bakteri), sementara limfosit spesifik-
tuberkulosis menghancurkan (melisiskan) basil danjaringan normal Pada masa awal infeksi terjadi interaksi
antara Mycobacterium tuberculosis dengan sistem kekebalan tubuh kemudian terbentuk sebuah massa
jaringan baru yang disebut granuloma, yang terdiri atas gumpalan basil hidup dan mati yang dikelilingi oleh
makrofag seperti dinding. Kemudian granuloma berubah menjadi massa jaringan fibrosa dengan bagian
tengah yang disebut ghon tubercle. Materi yang terdiri atas makrofag dan bakteri yang menjadi nekrotik
selanjutnya membentuk materi yang berbentuk seperti keju (necrotizing caseosa). Hal ini akan menjadi
klasifikasi dan akhirnya membentuk jaringan kolagen, dan bakteri menjadi nonaktif ( Somantri 2008 dalam
Pradini 2017)
6. Menifestasi klinis dan progbosid TB Paru

Menifestasi klinis TB paru

Seseorang dapat dikatakan menderita penyakit TB Paru apabila


ditemukan gejala klinis utama (cardinal symptom) pada dirinya. Gejala
utama pada seseorang yang terkena TB Paru, diantaranya yaitu:
1) Batuk berdahak lebih dari tiga minggu.
2) Batuk dengan mengeluarkan darah atau pernah mengeluarkan darah.
3) Dada terasa sesak pada waktu bernapas.
4) Dada terasa sakit atau nyeri
5) Berat badan menurun tanpa sesab yang jelas
6) Demam selama lebih dari 2 minggu dan/atau berulang tanpa sebab
yang jelas
7) Batuk lebih dari 3 minggu
8) Nafsu makan tidak ada (anoreksia) atau berkurang
9) Diare persiten selama lebih dari 2 minggu

(Kemenkes RI (2013)
Prognosis
prognosis penyakit tuberculosis adalah sebagai berikut
a. Dengan terapi jangka pendek yang menggunakan empat obat pada pengobatan awal, diharapkan
terhadap perkembangan untuk mencapai kesembuhan
b. Kadang-kadang pasien meninggak akibat infeksi berat (biasanya penyakit militer, meningitis, atau
bronkopneumonia) dan beberapa pasien mengalami komplikasi lanjut tuberculosis (misalnya kor
pulmo)
c. Pada tuberkulosisi terkait HIV, mortalitas meningkat namun terutama disebabkan oleh infeksi bakteri
yang bertumpang tindih

Mandal & Dunbar, 2008


8. Diagnosis banding (menifestasi klinis dari bronkietaksis dan kanker paru)

a. Bronkietaksis
- Batuk kronis dengan produksi sputum atau infeksi saluran nafas berulang
- Hemoptisis
- Nyeri dada, penurunan berat badan
- Brinkospasme
- Sesak nafas dan penurunan kemampuan fisik
- Batuk dengan bercak darah yang dapat disebabkan erosi saluran nafas terkait infeksi akut

Barker AF. Bronchiectasis. New England Journal of Medicine 2002; 346: 1383–1393
Kanker paru

• Gejala klinis khas, batuk, sesak nafas nyeri dada (gejala respirasi) yang muncul lama atau
tidak kunjung sembuh
• Gejala yang berkaitan dnegan pertumbuhan tumor langsung, batuk, hemoptisis, nyeri dada
dan sesak nafas/stridor
• Gejala lain yang berkaitan dengan pertumbuhan regional, efusi pleura, efusi perikardi,
sindrom vena kava superior, disfagia, sindrom Pancoast, dan paralisis diafragma
-sindrom Pancoast merupakan kumpulan gejala dari kanker paru yang tumbuh di superior
yang menyebabkan invansi pleksus brachial sehingga menimbulkan nyeri pada lengan
• Gejala sistematik, penurunan berat badan dalam waktu singkat, nafsu makan menurun, dan
demam hilang timbul
• Gejala lainnya yaitu gejala paraneoplastic, seperti nyeri musculoskeletal, henatologi, vaskuler,
neurologi, dll

(Kemenkes, 2017)

Anda mungkin juga menyukai