Terdapat dua klasifikasi diseksi aorta, yaitu DeBakey classification dan Stanford classification.
Stanford classification terbagi menjadi dua,
Stanford Tipe A:lesi mengenai aorta ascendens dan arkus aorta dengan atau tidak mengenai aorta descendens.
Kedua:Stanford Tipe B, lesi mengenai distal aorta torakalis hingga arteri subklavia kiri.
Gejala klinis diseksi aorta adalah nyeri seperti robekan atau ditusuk yang amat
sangat, dan biasanya dimulai pada dada anterior, meluas ke punggung di antara
skapula, lalu bergerak ke bawah seiring laju diseksi. nyeri di toraks anterior (khas
pada diseksi tipe A) atau antara kedua scapula,diseksi tipe B Nyeri dapat menjalar
mengikuti meluasnya diseksi sepanjang aorta pada toraks dan abdomen
Penatalaksanaan
Pada pasien dengan kecurigaan diseksi aorta harus segera dirawat di ruangan perawatan
intensif dan untuk mengontrol rasa nyeri diberikan morfin serta menurunkan tekanan darah
sistolik antara 100-200 mmHg, pasien dengan hemodinamik yang tidak stabil harus di
intubasi. Untuk mengontrol tekanan darah diberikan beta-blocker intravenous (propanolol,
labetolol, verapamil dan diltiazem) sehingga menurunkan denyut jantung dibawah 60
kali/menit, jika setelah pemberian beta-blocker tekanan sistolik masih di atas 100 mmHg
dengan keadaan mental dan fungsi ginjal yang baik, maka dapat diberikan sodium
nitroprusside intravenous dengan dosis awal 0,25-0,5 mcg/kg/menit
Vaskulitis
Banyak bukti mengindikasikan bahwa respons imun yang dimediasi oleh sel T
terhadap antigen pada dinding pembuluh darah (yang belum dapat diidentifikasi),
merupakan penyebab vaskulitis. Sitokin pro-inflamasi (terutamaTNF) dan antibodi
anti-sel endotel juga berperan. Karakteristik radang granulomatosa, hubungannya
dengan haplotipe MHC kelas II tertentu, dan respons yang sangat baik terhadap
terapi steroid sesuai dengan etiologi yang berasal dari imun..
Vaskulitis Terkait Kompleks Imun
Bentuk vaskulitis ini sering ditemukan pada gangguan imunologi seperti lupus
eritematosus sistemik yang berkaitan dengan produksi autoantibodi. Lesi vaskular
yang mirip dengan yang ditemukan pada eksperimen tentang gangguan yang
dimediasi oleh kompleks imun, misalnya fenomena Arthus dan serum sickness.
Endapan kompleks imun dapat ditemukan pada
berbagai tipe vaskulitis berikut:
• Vaskulitis akibat hipersensitivitas obat. Pada beberapa kasus, obat (misalnya penisilin) dapat
berfungsi sebagai hapten dengan cara berikatan dengan protein pejamu; agen lain dengan
sendirinya merupakan protein asing (misalnya, streptokinase). Terlepas dari semua hal tersebut,
antibodi yang melawan protein yang dimodifikasi obat atau molekul asing mengakibatkan
pembentukan kompleks imun. Manifestasi klinis bisa ringan dan berhenti dengan sendirinya,
atau parah dan bahkan fatal; lesi kulit adalah gejala tersering. Kemungkinan hipersensitivitas
obat selalu penting untuk dipertimbangkan sebagai penyebab vaskulitis karena penghentian
konsumsi obat tersebut biasanya memberikan kesembuhan bagi pasien.
• Vaskulitis akibat infeksi. Antibodi terhadap mikroba dapat membentuk kompleks yang akan
bersirkulasi dan mengendap pada lesi pembuluh darah. Pada sekitar 30% pasien dengan
poliarteritis nodosa (lihat berikutnya), vaskulitis terjadi karena kompleks imun yang tersusun
oleh antigen permukaan hepatitis B (HbsAg) dan antibodi anti-HbsAg.
Jenis-jenis vaskulitis