Anda di halaman 1dari 22

ETIKA DALAM BIDANG

FARMASI
KONTRAK KULIAH

 MATA : Etika dan Undang-Undang Farmasi


KULIAH
: 2 SKS
 SKS
: Apt. Bunga Destiyana M.Farm
 DOSEN
Apt. Dyah Ayuwati Waluyo,M.Farm
 :V
S EMESTER
 JADWAL : KELAS A
KULIAH
KELAS B
PERTEMUAN

Kuliah ini terdiri dari 16x pertemuan , diantaranya :


 14x pertemuan
 1x UTS
 1x UAS
DEFINISI ETIKA dan ETIKA
FARMASI

 ETIKA adalah standard perilaku dalam


suatu komunitas, yang menyatakan
perbuatan mana yang baik yang
selayaknya dilakukan dan perbuatan
mana yang buruk yang selayaknya
dihindari sesuai dengan norma-norma
yang berlaku.
 ETIKA FARMASI :
 Komunitas Farmasi dan seminat
 Norma-norma di bidang usaha farmasi
REGULASI DAN KETENTUAN
TERKAIT PROFESI
KESEHATAN BIDANG FARMASI
PROFESI/TENAGA
KESEHATAN
 UU 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan

 PP 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan


 PP 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian

 UU 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan


 Pada saat Undang-Undang ini berlaku, semua peraturan pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan dinyatakan masih tetap
berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan dalam Undang-
Undang ini.
PP 32/1996 tentang
Tenaga Kesehatan

 Pasal 3 : Tenaga Kesehatan wajib memiliki


pengetahuan dan Ketrampilan di Bidang
Kesehatan yang dinyatakan dengan Ijazah
dari Lembaga Pendidikan
 Pasal 21 : Setiap Tenaga Kesehatan dalam
melakukan tugasnya wajib memenuhi
standar profesi tenaga kesehatan.
 Pasal 24 : Perlindungan hukum diberikan
kepada tenaga kesehatan yang melaksanakan
tugasnya sesuai dengan standar profesinya.
 Pasal 35 : tenaga Kesehatan yang dengan
sengaja melakukan upaya kesehatan tidak
sesuai dengan standar profesi diancam
hukuman atau denda paling banyak Rp.
10.000.000,-
TENAGA
KEFARMASIAN
 PP 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
 Apoteker
 Analis Farmasi
 Asisten Apoteker

 PP 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian


 Apoteker
 Tenaga Teknis Kefarmasian
 Sarjana Farmasi,
 Ahli Madya Farmasi,
 Analis Farmasi, dan
 Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker.
REGULASI LAIN TERKAIT
 Undang Undang Perlindungan Konsumen No
8
/ 1999 dimana wajib memberikan informasi
yang benar, jelas dan jujur.
 Undang Undang Pangan No 18/ 2012 a.l
produsen wajib bertanggung jawab atas mutu
dan keamanan pangan – PP No 69 / 1999 (label
dan iklan pangan wajib benar dan tdk
menyesatkan)
 PP 72 / 1992 tentang Pengamanan Sediaan
farmasi
Berdasarkan UU dan Ketententuan terkait :
Etika &Profesionalisme Apoteker
 Mencakup pengetahuan,ketrampilan dan sikap dalam
bekerja, termasuk dalam melayani masyarakat.
 Didasarkan pada pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan
Standar Profesi yang mencakup Standar Kompetensi
Kerja dan Etika Profesi
 Standar Kompetensi Apoteker: Bakuan kemampuan
minimal seorang apoteker dan kewenangan untuk
menjalankan tugasnya
 Bakuan tersebut memuat pernyataan yang menguraikan
pengetahuan,sikap dan ketrampilan yang harus
dimiliki saat bekerja serta penerapannya, sesuai
dengan standar yang ditetapkan oleh lapangan
pekerjaan kefarmasian
Profesionalisme vs Etika Bidang Farmasi
(Industri, Ritel) (1)
 Terkait dengan Quality Assurance (QA) → kesesuaian
standar dan persyaratan teknis yang ditetapkan
serta bagaimana penerapannya secara “baik dan
benar” sesuai etika
 Kata Kunci dari konsep QA yang terkait
profesionalisme dan etika bidang farmasi
→ Q u a l i t y System adalah pondasi
manajemen profesionalisme farmasi yang efektif
didasarkan pada filosofi prevensi,
pengawasan dan dokumentasi terstruktur.
→ T e r d i r i dari Best Practices 4 bidang yaitu (i)
QC (ii)Produksi (iii) Distribusi/pelayanan dan (iv)
Inspeksi
Profesionalisme vs Etika Bidang Farmasi
(Industri, Ritel) (2)
Secara khusus Etika Bidang Farmasi terkait dengan
 Pelaksanaan best practice bidang produksi dan distribusi (GMP,
GDP) serta pelayanan (GPP)
 Penanganan product complaints dan product recalls
 Pengawalan jalur distribusi agar bebas dari produk ilegal/tidak
absah
 Pelaksanaan riset/uji klinik produk kesehatan (GCP)
 Pemasaran obat dan produk kesehatan yang lain (suplemen, obat
tradisional, kosmetika dll)
 Pengiklanan obat dan produk kesehatan yang lain
 Pengawalan Hak atas Kekayaan Intelektual bidang farmasi
CONTOH KASUS PELANGGARAN ETIK DI BIDANG FARMASI TERKAIT INDUSTRI
FARMASI

a.l off label marketing, pricing-


promotion fraud, influencing
prescribing, illegal marketing,
purposively GMP violation etc
Kesepakatan Bersama 2007 Ikatan Dokter Indonesia
(IDI) dan GP Farmasi Indonesia di Kementerian
Kesehatan
Ada beberapa poin yang disepakati, diantaranya :
(1) Dokter dilarang menjuruskan pasien membeli obat
tertentu karena dokter telah menerima komisi dari
perusahaan farmasi;
(2) Dukungan perusahaan farmasi pada pertemuan ilmiah
dokter tidak boleh dikaitkan dengan kewajiban
mempromosikan atau meresepkan produk;
(3) Perusahaan farmasi dilarang memberikan honorarium
kepada dokter untuk menghadiri pendidikan kedokteran
(kecuali jika menjadi moderator);
(4) Donasi pada profesi kedokteran tidak boleh dikaitkan
dengan penulisan resep atau penggunaan produk
perusahaan tertentu;
KASUS DI MEDIA
2015
Kasus faktual, dokter dan rumah sakit di Jakarta-Bekasi
pada
tahun 2014 banyak menerima uang dari PT Interbat.
Tercantum 327 nama dokter di Jakarta, 95 dokter di Bekasi,
dan 40 nama rumah sakit. Setiap dokter menerima uang
sebanyak Rp5 juta sampai Rp1 miliar per orang.
 Limpahan hadiah dari perusahan farmasi berdatangan kepada
para dokter yang membuat resep produk obat “me too”
daripada generik.
 Dalam kode etik kedokteran Indonesia semua dokter dilarang
membuat keputusan medis di bawah pihak lain dan dilarang
menerima upeti dari resep obat
 Kasus terbaru pada tahun 2021, terkait penimbunan
azitromisin oleh PT ASA, dan salah satu oknumnya adalah
apoteker
Tindak Lanjut masalah Etika
di Indonesia
 Peraturan Kementerian Kesahatan Nomor 14
Tahun 2014 tentang Gratifikasi (acuan : Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Tindak
Korupsi )
 2014 : Kesepakatan bersama di koordinasi oleh
KemenKes
 Respons kalangan Dokter, antara lain,
2015 : Cegah Kongkalikong
dengan Pabrik Obat,
Dokter- dokter FKUI Bikin
Komitmen
2016 :PerMenKes no
58/2016
Tentang sponsorship
bagi tenaga kesehatan
APAKAH MASALAH ETIKA FARMASI
SUDAH TERATASI?

 KASUSSANGAT SERIUS yang


terungkap di tahun 2016 dan dikatakan
telah berlangsung 13 tahun adalah
KASUS VAKSIN PALSU
 Pelaku yang terlibat termasuk
PROFESI dan PELAKU USAHA bidang
kesehatan (Dokter, perawat, apoteker
dll)
 Merupakan pelanggaran ETIKA FARMASI
dan sekaligus TINDAKAN KRIMINAL
LEVEL GLOBAL :
Tindak lanjut masalah etika
 Penetapan Regulasi Khusus dan sanksinya,
contoh di USA
 Penyempurnaan kebijakan baik teknis dan
administratif
 Pelaksanaan training yang
berkesinambungan agar profesi terkait
(termasuk Apoteker) lebih memahami
masalah regulasi dan etika bidang farmasi
PRINSIP ETIKA BIDANG
FARMASI

 TRANSPARANSI (keterbukaan dalam melaksanakan


proses bisnis, termasuk pemberian informasi)
 AKUNTABILITAS (komitment untuk mencapai hasil yang
terbaik)
 RESPONSIBILITAS (Pertanggung jawaban yang jelas
terkait peraturan perUUan)
 INDEPENDENSI (kemandirian pengelolaan secara
profesional dan tidak ada benturan kepentingan)
 KEWAJARAN (Kesetaraan dan keadilan)
KOMPONEN ETIKA
FARMASI
1. STANDAR PERILAKU

2. KEPATUHAN TERHADAP HUKUM & PERUU-an

3. KOMITMEN SECARA PROFESIONAL

4. INTEGRITAS

5. BENTURAN KEPENTINGAN

6. KEMITRAAN DG MASYARAKAT SEMINAT & UMUM

7. PEMBELAJARAN YANG BERKESINAMBUNGAN


PENUTUP
 Etika bidang farmasi terkait dengan profesionalisme
Apoteker sebagai individu dan juga pelaksanaan bidang
produksi, distribusi dan pelayanan (QA dan Best
Practices)
 Regulasi dan etika farmasi merupakan unsur yang tidak
terpisahkan dan harus dilaksanakan secara
komprehensif dan bersamaan
 Komponen Regulasi bidang farmasi mencakup ketentuan
untuk produk, sarana-prasarana dan juga pelaku
(profesi terkait dan pelaku usaha)
 Etika bidang farmasi harus mempertimbangkan
kedinamisan dan perubahan lingkungan strategis

Anda mungkin juga menyukai