Anda di halaman 1dari 53

ANALISIS KUALITATIF SENYAWA

GOLONGAN ALKALOID
KIMIA FARMASI ANALISIS I
Ade Yeni Aprillia, M.Si
2021

ALLPPT.com _ Free PowerPoint Templates, Diagrams and Charts


Pendahuluan
o Alkaloid pada umumnya berasal dari alam dan memiliki efek
famakologis
o Alkaloid dari alam dapat berbentuk basa bebas atau garamnya da
n biasanya terikat dalam glikosida
o Dalam sediaan farmasi golongan alkaloid yang digunakan sebaga
i zat aktif dapat berbentuk garam atau basa besasnya.
o Senyawa golongan alkaoid dalam sediaan farmasi bisa terdapat
dalam bentuk tablet, injeksi, suspensi dll
Sejarah
 Derosne (Apt Perancis) mengisolasi senyawa alkaloid yang
sekarang dikenal sebagai narcotine tahun 1803
 Sertürner (Apt Hanoveria) mengisolasi morphine dari opium pada
tahun 1806 & 1816
 Pelletier & Caventou : strychnine (1817), emetine (1817), brucine,
piperine, caffeine (1819), quinine, colchicine (1820) & coniine (1826)
 Coniine alkaloid pertama yg ditentukan strukturnya (Schiff, 1870) &
disintesis (Ladenburg, 1889)
Definisi
Alkoloid adalah senyawa organik yang memiliki gugus
N-heterosiklik, umumnya berasal dari tumbuhan yang
bersifat farmakologis dan biasanya sangat beracun.
Contoh:
Klasifikasi
1. Berdasarkan Hagneur
a. True-alkaloid:
 Berasal dari asam amino
 Bersifat basa
 Atom N ada pada cincin heterosiklis
 Terdapat dalam bentuk garam dengan asam organik
 Contoh: atropin, morfin
b. Pseudoalkaloid:
Memiliki karakteristik seperti alkaloid tetapi tidak berasal dari asam
amino, misal alkaloid terpen (aconitin: akaloid diterpen) dan alkaloid
dari jalur metabolisme asetat (coniin), sifat kebasaan rendah
c. Protoalkaloid:
Amin sederhana dimana atom nitrogennya bukan merupakan bagian
dari cincin heterosiklik, bersifat basa dan berasal dari asam amino,
misal meskalin
Klasifikasi
2. Berdasarkan kedudukan atom N :

1. N 1’ yaitu mescaline
2. N 2’ yaitu ephedrine
3. N 3’ yaitu atropine
4. N 4’ yaitu tubecurarine
3. Berdasarkan struktur kimia
a . Non heterosiklik atau Atipikal Alkaloid, sering disebut sebagai
Protoalkaloid atau Amina Biologis
b . Heterosiklik atau Tipikal Alkaloid
4. Berdasarkan sumbernya alkaloid dibagi menjadi
1. Alkaloid Alam:
a. Alkaloid Opium
b. Alkaloid Solanaceae
c. Alkaloid Kina
d. Akaloid Radix Ipecae
e. Alkaloid Secale Cornutum
f. Alkaloid Radix Hidrastin
g. Alkaloid Radix Rauwolfia.
h. Alkaloid Folia Coca
i. Alkaloid Semen Strychni
2. Pseudoalkaloid (sintetik/semisintetik)
a . Meyer (+): 1). Turunan Pirazolam. 2). Turunan Aminobenzoat.
3). Turunan Akridin.
b . Mayer (-): 1). Turunan Purin basa. 2). Turunan Anilin. 3). Turun
an Ureum dan 4). Turunan amin alifatis dengan inti aromati
s
3. Alkaloid golongan sisa
(ada yang meyer (+) dan Meyer (-))
5. Berdasarkan “Ring Struktur” dalam molekulnya, alkaloid dibagi menjadi

a. Turunan Piridin dan Piperidin


Contohnya: Piperin, Koniin, trigonelin, pilokarpin, nekton, nikotin, lobeli
n dan arekolin
b. Turunan Tropan ( merupakan hasil kondensasi dari pirolidin dan
Piperidin)
Merupakan alkaloid yang mempunyai kerangka 8-metil-8-aza-bisiklo[1,2,3]ok
tana atau kerangka tropan
Contoh: Atropin, Hiosiamin, Hiosin, Belladonin, Kokain dan Skopolamin.

H2C HC CH2

H3C N: CH2

H2C C CH2
H
c. Turunan Kuinolin
Merupakan alkaoid mempunyai kerangka 1-azanaftalen, 1-benza
zin atau benzo[b]piridin.
Contoh: kinin, kinidin, sinkonin dan Sinkonidin

HO

OMe

N
Kinolin N

KININ
d. Turunan Inti Isokuinolin
Merupakan alkaloid yang mempunyai kerangka isokuinolin.
Contoh: Hidrastin, Papaverin dan Emetin.

OMe

N
OMe

MeO
N

Isokinolin MeO
Papaverin
e. Turunan Imidazol
Contoh: Pilokarpin
N H

N
Imidazol
f. Turunan Indol
Contoh: Ergotamin, Reserpin dan Strikhnin

N
Indol
g. Turunan Purin Basa
Contoh: Coffein, Teobromin dan Teofilin
N C
CH3
C HC N
O N
C
N C N H3C N N
Purin N
O CH3
Kaffein
g. Turunan Fenantren
Contoh: Morfin, Kodein, Dikodid, Heroin, Eukodal dan Dio
nin

Kerangka Fenantren
h. Turunan Steroid
Contoh: Akonitin, Protoveratrin

Sistem Cincin Steroid


Some Examples of Classification
BY RING TYPE
MeO O
OMe -O P OH H3C CH3
NH OMe N
MeO O + CH3

N psilocybin
N
emetine H

O
H3C N
N
N N
H O N
CH3 CH3
N CH3

nicotine caffeine
SIFAT FISIKO KIMIA
a. Sifat Fisika

 Sebagian besar alkaloid berbentuk kristal padat, tetapi ada yang


berbentuk cair, contohnya:
a . Yang bersifat volatil: nikotin, coniine dan spartine

b . Yang bersifat tidak volatil: pilocarpin dan hyosine


 Sebagian besar alkaloid tidak berwarna, tetapi ada beberapa seny
awa yang berwarna contohnya:
a . Colchicine dan barberine berwarna kuning
b . Canadine berwarna orange
 Kelarutan
a . Pada umumnya, alkaloid dalam bentuk basa bebas hanya larut d
alam pelarut organik, meskipun pseudoalkaloid dan protoalkaloi
d larut dalam air.
b . Alkaloid dalam bentuk garam dan alkaloid quartener larut dalam
air
 Contohnya:
a . Larut dalam air: caffein, codein, efedrin
b . Mudah larut dalam pelarut organik: morphin
c. Garam larut dalam air: Quinin sulfat
d . Garam larut dalam senyawa organik: lobelin dan apo atropin HCl
larut dalam Kloroform
 Umumnya terdapat dalam bentuk garam dengan asam organik a
tau anorganik atau kombinasi dengan asam tertentu.
 Memiliki titik lebur yang tinggi, tidak terdekomposisi, biasanya TL
dibanwah 200°C
 Berat Molekul antara 100-900
2. Sifat Kimia

 Alkaloid yang tidak mengandung oksigen dalam struktur kimiany


a biasanya pada suhu kamar bersifat cair (nikotin, koniin, s
partein)
 Alkaloid yang mengandung oksigen akan berbentuk kristal, umu
mnya kristal tidak berwarna, pada kasus tertentu berwarna (ber
berine), beberapa berupa amorph
 Pembentukkan garam: garam yang terbentuk dapat berasal dari
asam kuat dan basa lemah, atau basa kuat dan asam lemah ata
u dari asam lemah dan basa lemah membentuk garam yang ti
dak stabil contohnya caffein, narcotine dan piperin
 Alkaloid amphoter: dapat terbentuk dari garam dari asam atau basa
Contihnya :
a. group phenolik: Morphine

b . Group karboksilat: Narciene ( alkaloid narkotik contonya opium)


 Stabilitas
1 . Pengaruh pemanasan → sebagian besar terdekomposisi contoh strychni
n atau tersublimasi contoh cafeein
2 . Pengaruh asam → adanya Asam kuat dalam keadaan dingin atau asam l
emah dengan pemanasan dapat menyebabkan perubahan struktur kimi
a, misalnya
a. Dehidrasi → morphin jadi apomorphin

b . N atau O-Demetilasi → kinin, kodein, papaverin dan narkotine


c. Hidrolisis → senyawa ester contohnya kokain dan atrophin
Glikosidik – solamin → solanidin + ramosa + glukosa + gala
3. Pengaruh basa
a . Larutan alkali encer (NH4OH atau NaOH) membebaskan alkaloi
d bebas dari garamnya
b . Dapat membentuk garam dengan gugus COOH dari alkaloid co
ntoh narcei
c. Basa kuat (Na atau K) dapat membentuk garam fenolat dengan
alkaloid yang mengandung gugus fenol contohnya morphine d
an cephaline
d . Ester alkaloid mengalami hidrolisis dengan adanya pemanasan d
alam suasana basa contohnya atrophin dan kokain
e . Alkaloid yang mengandung struktur lakton misalnya pilokarpin
mudah terdekomposisi dalam suasana basa menjadi asam pilok
4. Pengaruh cahaya dan oksigen
a. Terdekomposisi ketika dipanaskan pada suhu diatas 70°C dalam waktu
yang cukup lama
b . Sebagain alkaloid amin tersier menhalami ttasformasi menjadi bentuk
N-oxide
c. Pada sebagian alaloid bebes sensitif terhadap cahaya
3. Keasambasaan
 Pasangan elektron bebas pada atom nitrogen yang terdapat pada strukt
ur alkaloid menyebabkan alkaloid bersifat basa dan nukleofilik.
 Tergantung dari pasangan elektron bebas pada gugus N, tipe heterosikli
k dan subtitusinya
 Jika subtituen yang mendekati gugus N berbentuk gugus penarik elektro
n maka ketersediaan pasangan elektron bebes pada gugus N berkurang
dan menyebabkan alkaloid cenderung bersifat netral atau asam lemah, c
ontoh gugus penarik elektron: haloge, karbonil, nitril dan nitro s
ebaliknya
 Jika subtituen yang mendekati gugus N berbentuk gugus pendorong ele
ktron maka ketersediaan pasangan elektron bebes pada gugus N men
ingkat dan menyebabkan kebasaan alkaloid akan meningkat.
Stereokimia
Sebagian besar optik aktif (biasanya levorotatori), kecuali yang term
asuk gugus purin
ISOLASI ALKALOID
1. Cara Stass-Otto
Prinsip: proses pemisahan alkaloid bebas dalam suasana asam menggunakan pelarut organik yang
tidak tercampurkan.
2. CARA SCHOORL

Dasarnya: diperhatikan kekuatan basa alkaloid (ditarik dalam pH


berlainan), kelarutannya dalam eter ada yang mudah larut dan ada
yang sukar larut, sedangkan dalam kloroform hampir semuannya l
arut.
Alkaloid sebagai basanya sukar larut dala air, tetapi umumnya sebagai
garamnya mudah larut dalam air dan sebaliknya sukar larut terhadap
pelarut organik.
Dalam perdagangan alkaloid ada dalam bentuk garamnya, agar
menjadi alkaloid basa, harus ditambahkan basa NH4OH pekat
beberapa tts. Kemudian diektraksi dengan kloroform/eter.
Tidak dapat dipakai NaOH/NaCHO3 sebab:
a. Bila terdapat kelebihan NaOH sukar dihilangkan.
b. NaOH merupakan basa kuat, sehingga bila ada ester alkaloida mudah
terurai.
c. Kemungkinan terjadi emulsi pada pengocokan NaOH-Kloroform.
d. Bila ada fenol → fenolat (larut dalam air)
Dengan memakai NH4OH bila berlebih mudah dihilangkan dengan penguapa
n. Kebasaan NH4OH cukup untuk membebaskan alkaloid. Dalam keadaan
basa, alkaloid ada dalam bentuk non polar, sedangkan untuk sulfa atau
barbital bentuknya tetap atau menjadi bentuk yang polar.
Uji Golongan Alkaloid
1. Uji Mayer
Uji Golongan Alkaloid
2. Uji Dragendorff
Uji Golongan Alkaloid
2. Uji wagner
REAKSI UMUM
1. Reaksi Meyer (HgCl2 + KI)
→ terbentuk endapan warna kuning (senyawa kompleks). Turunan pirazolam, aminobenzoat, akridin
→ meyer (+) sedangkan turunan purin basa, anilin, ureum, amin alifatis inti aromatis → mayer (-)
2. Reaksi Bouchardat (I2 + KI)
→terbentuk endapan kuning (senyawa kompleks)
3. Asam Pikrat
4. Asam Pikrolon
5. Pereaksi Dregendroff
6. Asam Silikowalframat
7. Asam Fosfomolibdat
8. Fe-kompleks
9. Bi-kompleks
10. Cu-kompleks
11. K4Fe(CN)6 dan K3Fe(CN)6
REAKSI WARNA ALKALOID
1. Asam sulfat
2. Pereaksi Erdmann: asam sulfat pekat 12 mL dan asam nitrat encer 8 tts (6 tt
s HNO3 50% dalam 100 mL air)
3. Pereaksi Frohde (NH4–molibdat dalam H2SO4)
4. Pereksi Marquis (formalin dalam H2SO4)
5. Pereaksi Hoshida : amonium molibdat 0.3 g, formalin 40% 0,5mL dan H2SO4
60 mL.
6. Pereaksi Mandelin:
a. Ammonium vanadat 10 mg dan H2SO4 pekat 10 mL
b. Amoniun vanadat 1 gram dan H2SO4 pekat 100 mL, atau
c. Amoniun vanadat 0,5% dalam H2SO4 pekat.
Lanjutan………..
Catatan:
Alkaloid harus murni, adanya pengotoran akan mempengaruhi warna yang te
rjadi.
Asam sulfat pekat harus bebas dari nitrat (periksa: 5 mL asam sulfat pekat +
difenilamiin + 2 mL air →tidak boleh biru. Juga kalau dibiarkan).
Sedikit air dapat mengubah warna yang terjadi.
Cara Penentuan Fisik
1. Titik lebur basanya atau sebagai garamnya.
2. Indek bias
3. Sublimasi kristal.
REAKSI TERHADAP GUGUS FUNGSI
1. Reaksi Simon (terhadap amin primer)
Cara: lar 1% alkaloid + 1 mL lar asetaldehide 1% + 2 tts lar Na-nitroprusida → biru
samapi biru ungu.
Catatan:
a. Bila garam alkaloid, setelah penambahan lar na-nitruprusida harus ditambah
3 tts lar Na2CO3 2N
b. Bila alkaloid basa tidak larut air dapat dilarutkan dulu dalam spirt. Fort.
c. Warna yang diamati dapat segera atau setelah beberapa menit, harus
diperhatikan blanko.
Lanjutan……..
2. Reaksi sanchez
Pereaksi: lar vanillin 0,3% dalam HCl (36-37%)
Cara: beberapa zat + 1 mL pereaksi, panaskan dipenangas air → warna ungu.
Catatan:
a. Hasil positif untuk morfin, kodein, heroin, dionin, veratrin.
b. Setelah direduksi memberikkan reaksi frambos → coklat (dikodid, dilaudid,
eukodal).
c. Alkohol siklis sekunder yang mengandung N: siklohexanol → ungu merah ;
terpin → biru.
d. Hasil positif tanpa pemanasan: Nikotin → ungu merah, Indol → merah jingga
dan Skatol → ungu merah
Lanjutan………..
3. Reaksi terhadap gugus formilen
O
CH2 → ciri dari gugus formilen
O
Dasar: ditunjukkan adanya formalin sebagai hasil urai karena pengaruh asam anaorganik.
a. Reaksi Weber & Tollens
Pereaksi : lar floroglusin 1% dalam Labat-aa vol asam asetat pekat dan air.
Cara: beberapa mg alkaloid + 1 mL pereaksi, panaskan dipenangas air ¼- ½ jam → merah
b. Reaksi Labat-Sanches
Pereaksi: 10 mg asam galat dalam 10 mL asam sulfat pekat.
Cara: sedikit zat + beberapa tts pereaksi dalam cawan porselin dipanaskan dipenangas air → biru
hijau.
Lanjutan…….
4. Reaksi gugus metoksi ─O─CH3

Cara: ± 5 mg alkaloid + 3 mL asam sulfat 4N, oksidasi dengan KMnO4 (sedikit


warna biru), biarkan 5 menit + 1 mL lar jenuh asam oksalat 10% biarkan
sampai lar tidak berwarna + aa vol pereaksi Schiff → merah ungu.
Catatan:
a. Hasil positif : Brusin, Kinin, kinidin, kodein, papaverin, narkotin, narsein,
hidrastin, emetin kolkhisin.
b. Barberin susah, perlu pemanasan.
c. Alkaloid lain yang tidak mempunyai gugus ─OCH3 dan formelin →
negatif, kecuali Morfin, sriknin mungkin karena oksidasi terbentuk juga f
ormalin.
Lanjutan…….
5. Reaksi terhadap gugus benzoil (C6H5─C═O)
a. Reaksi bau
Cara: 10-20 gram zat + 1-2 tts methanol + 5 tts H 2SO4 pekat panaskan sampai mendidih → bau meta
l benzoate.
Catatan: hasil positif : kokain, tropakokain, alipin, beta-eukain.
b. Reaksi Guerbet
Cara:
b. Beberapa mg zat + HNO3 , panaskan dipenangas air sampai kering → m-nitrobenzoat,
c. Sisa+ beberapa tts NaOH encer + 5 tts lar SnCl 2 10% dalam HCl encer sebenta panaskan lagi
+ Al (±100 mg) → Sn mengendap
d. Dekantasi cairan jernih + NaNO2 1% (diazotasi) + beta-naftol 1% dalam NaOH sampai alkalis
→ endapan merah jingga
Catatan: hasil positif : kokain, tropakokain, atropine, stovain. Beta-eukain, efedrin.
6. Reaksi terhadap gugus kromofor (King)
Cara: zat + 4:1 (Diazo A: Diazo B) + lar NaOH encer→ merah.
Catatan: hasil positif: morfin, kodein, tebain, likodid, dilaudis, eukodal.
7. Reaksi terhadap gugus oksikuinolon (Sanchez)
Pereaksi: p-nitrodiazobenzol dibuat r.p + 2 mL lar jenuh p-nitroanilin dalam H 2SO4 1%
dan 0,5 mL NaNO2 0,2%.
Cara: zat + pereaksi + alkalis → ungu, + H 2SO4 encer → jingga
Catatan: positif: kinin, kinidin setelah dimasak dengan beberapa tts H 2SO4 75%
8. Reaksi Reduksi Kalomel (HgCl → Hg)
Cara: garam HCl dari alkaloid + kalomel + beberapa tts air, panaskan → abu-abu hitam
Catatan:
a. Hasil positif: kokain HCl, novokain/prolain HCl, pilokarpin HCl.
b. Hasil negatif: bila sebgai basanya (bukan garamnya).

Anda mungkin juga menyukai