Anda di halaman 1dari 36

ASUHAN

KEPERAWATAN
PASIEN DENGAN
PPOK

Ns Winda Yuniarsih. M.Kep, SpKep.MB


PENDAHULUAN
• Masalah kesehatan utama di Amerika Serikat
dan Eropa Barat
• Penyebab kematian, ke – 4 setelah penyakit
jantung, kanker dan penyakit serebro vascular
• Amerika Serikat
o15 juta orang menderita PPOK
o Penyebab kematian ke 4
o 1,5 juta kasus baru pertahun
• Indonesia ; Di RS Persahabatan urutan ke 2
setelah TBC ( bag. Pulmonologi )
PENDAHULUAN

Asma, bronkitis kronik dan emfisema


menduduki peringkat ke 6 dari 10 penyebab
kematian

 Jumlah kasus PPOK meningkat :


 Peningkatan usia harapan hidup
Prevalensi merokok yang tinggi
 Penurunan kasus infeksi
DEFINISI

• Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) ; merupakan suatu


istilah keterbatasan aliran udara didalam saluran napas
yang bersifat reversible atau progresif
• Gangguan yang bersifat progresif, disebabkan terjadinya
inflamasi kronik akibat pajanan partikel atau gas beracun
yang terjadi dalam kurun waktu yang cukup lama dengan
gejala utama sesak nafas, batuk dan produksi sputum
• Respons inflamasi paru terhadap partikel atau gas yang
berbahaya
• Yang termasuk PPOK :
-Bronchitis Kronik
-Emphisema
Bronkitis kronik
Merupakan definisi klinis batuk-batuk hampir
setiap hari disertai pengeluaran dahak,
sekurang-kuranganya 3 bulan dalam satu tahun
dan terjadi paling sedikit selama 2 tahun
berturut-turut.

Emfisema paru
Perubahan anatomik paru yang ditandai
dengan melebarnya secara abnormal saluran
udara bagian distal bronkus terminalis, yang
disertai kerusakan dinding alveolus.
BRONCHITIS
EMPHISEMA
FAKTOR RESIKO
• Perokok
• Polusi udara
• Hiperesponsif saluran nafas
• Laki – laki > wanita
• Sosial budaya
• Infeksi saluran nafas berulang
• Faktor pekerjaan
• Defisiensi alpha 1- antitripsin
MENGURANGI FAKTOR RESIKO
Mengurangi Pajanan
• Asap rokok
• Debu
• Zat tempat kerja
• Polusi udara
 Berhenti merokok ( evidence A )
ZAT YANG TERKANDUNG DALAM
ROKOK
POLUSI UDARA
PATHOFISIOLOGI PPOK
BRONCHITIS KRONIK
KLASIFIKASI PPOK
BERAT GEJALA SPIROMETRI
Beresiko Batuk kronik Normal
Produksi sputum
Ringan Ada atau tidak ada % VEP >80% NP
gejala VEP < 75%
Sedang Dengan atsu tanpa 30% < % VEP < 80%
gejala kronik VEP % < 75%
II A : 50% < VEP < 80%
IIB : 30% < VEP < 50%

Berat Ada gejala gagal nafas % VEP < 80% NP


atau tanda klinis gagal VEP % < 75%
jantung kanan
AIR TRAPPING dan HIPERINFLASI
Keterbatasan aliran udara pada PPOK ; terjadi karena
obstruksi saluran napas dan penutupan saluran napas
yang prematur.
Hiperinflasi merupakan konsekuensi dari air trapping,
sering diperburuk oleh peningkatan compliance paru
dan penurunan elastic recoil

 Air Trapping terjadi pada penderita PPOK semua


derajat
Alveoli Normal VS Alveoli pada PPOK
Pernafasan Normal VS Pasien
PPOK
MANIFESTASI KLINIS
Kelemahan badan
Batuk
Sesak napas
Sesak napas saat aktivitas dan adanya wheezeng
Ekspirasi yang memanjang
Bentuk dada tong (Barrel Chest) pada penyakit lanjut.
Penggunaan otot bantu pernapasan
Suara napas melemah
Kadang ditemukan pernapasan paradoksal
Edema kaki, asites dan clubbed finger
MANIFESTASI KLINIS
Barrel Chest
Clubbed Finger
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• RADIOLOGI ; Rhonthen Thorax AP/Lateral, CT Scan
Paru
• FUNGSI PARU ( SPIROMETRI ) : Penurunan KV, VEP,
dan peningkatan VR
• LAB DARAH : LENGKAP & AGD : Asidosis respiratorik
dengan hipoksia
• EKG : Bila sudah terdapat kor pulmonal terdapat
deviasi aksis kekanan dan P pulmonal pada
hantaran II, III, dan aVF
Prinsip Tatalaksana PPOK
Penatalakanaan
• Meniadakan faktor predisposisi/presipitasi, :
menghentikan merokok, menghindari polusi udara.
• Membersihkan sekresi bronkus : batuk efektif,
fisiotherapi dada, ekspektoran
• Memberantas infeksi dengan antimikroba.
• Mengatasi bronkospasme dengan obat-obat
bronkodilator.
• Pengobatan simtomatik.
• Penanganan terhadap komplikasi yang timbul.
• Oksigensasi sesuai kebutuhan. Oksigen harus
diberikan dengan aliran lambat 1 – 2 liter/menit.
MANFAAT THERAPI O2
Manfaat Th O2
• Mengurangi sesak Peruntukan therapi O2
Hipoksemia berat
• Memperbaiki aktivitas Gangguan mental
• Mengurangi hipertensi Ganggua tidur
pulminah Kor pulmonale
• Mengurangi hematocrit
• Mengingkatkan kualitas
hidup
Tujuan penatalaksanaan PPOK

Memperbaiki kemampuan penderita


mengatasi gejala tidak hanya pada fase
akut, tetapi juga fase kronik.
Memperbaiki kemampuan penderita
dalam melaksanakan aktivitas harian.
Mengurangi laju progresivitas
penyakit apabila penyakitnya dapat
dideteksi lebih awal.
PENATALAKSANAAN PPOK STABIL
Pengobatan tergantung derajat Bronkodilator obat utama
berat penyakit dalam penatalaksanaan
 Edukasi terutama berhenti ( evidence A )
merokok ( evidence A )
 Obat – obatan berguna untuk
mengurangi gejala dan  Bronkodilator diberikan
komplikasi untuk mencegah atau
mengurangi gejala
PENGOBATAN PPOK
 Antikolinergik  Bronkodilator utama
 Beta – 2 agonis agonis beta – 2,
 Derivat xantin antikolinergik, teofilin
 Antioksidan – N asetil – sistein atau kombinasi obat
 Kortikosteroid ( bila ada tersebut ( evidence A )
manfaat )
BRONKHODILATOR
Bronkodilator obat utama dalam
penatalaksanaan ( evidence A )

 Bronkodilator diberikan untuk mencegah


atau mengurangi gejala

 Bronkodilator utama agonis beta – 2 ,


antikolinergik, teofilin atau kombinasi obat
tersebut ( evidence A )
ANTIKOLINERGIK

Blokade efek antikolinergik pada


reseptor M3

 Short acting : ipratropium bromide

 Long acting : tiotropium bromide


KORTIKOSTEROID INHALASI
Inhalasi kortikosteroid reguler
diberikan :
• penderita yang respons terhadap
steroid
• VEP 1 < 50% prediksi dan eksaserbasi
berulang ( evidence A )

Kortikosteroid sistemik jangka panjang


dihindarkan ( evidence A )
THERAPI INHALASI
•ONSET CEPAT
•DOSIS KECIL
•EFEK SAMPING MINIMAL
•MOBILISASI DAHAK
REHABILITASI PPOK
• Fisioterapi, terutama bertujuan untuk
membantu pengeluaran secret bronkus.
• Latihan pernapasan, untuk melatih penderita
agar bisa melakukan pernapasan yang paling
efektif.
• Latihan dengan beban olah raga tertentu,
dengan tujuan untuk memulihkan kesegaran
jasmani.
• Vocational guidance, yaitu usaha yang dilakukan
terhadap penderita dapat kembali mengerjakan
pekerjaan semula.
EBN terkait REHABILITASI

•Training exercise bermanfaat memperbaiki


toleransi exersice,gejala sesak dan kelelahan
( eviden A )
•Oksigen jangka panjang (> 15 jam/hari )
pada penderita gagal napas kronik
meningkatkan survival ( evidence A )
KOMPLIKASI
• Hipoxemia
• Asidosis Respiratory
• Infeksi Respiratory
• Gagal jantung : terutama kor-pulmonal
(gagal jantung kanan akibat penyakit paru.
• Cardiac Disritmia : timbul akibat dari
hipoxemia, penyakit jantung lain, efek obat
atau asidosis respiratory
DIAGNOSA KEPERAWATAN
• Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan
bronkokontriksi, peningkatan produksi sputum, batuk tidak efektif,
kelelahan/berkurangnya tenaga dan infeksi bronkopulmonal.
• Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidaksamaan
ventilasi perfusi
• Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
antara suplai dengan kebutuhan oksigen.
• Risiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia.
• Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri,
ancaman terhadap kematian, keperluan yang tidak terpenuhi.
• Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi,
tidak mengetahui sumber informasi.
Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dengan gangguan
peningkatan produksi secret, sekresi tertahan, tebal dan kental.

Tujuan : Ventilasi/oksigenisasi adekuat untuk kebutuhan individu.


Intervensi
- Kaji/pantau frekuensi pernapasan, catat rasio inspirasi/ekspirasi.
- Kaji pasien untuk posisi yang nyaman, misalnya peninggian kepala tempat tidur,
duduk dan sandaran tempat tidur.
- Auskultasi bunyi napas, catat adanya bunyi napas : mengi, krokels dan ronki.
- Catat adanya /derajat disepnea, misalnya : keluhan “lapar udara”, gelisah, ansietas,
distress pernapasan, dan penggunaan obat bantu.
- Dorong/bantu latihan napas abdomen atau bibir.
- Observasi karakteristik batuk, misalnya : menetap, batuk pendek, basah, bantu
tindakan untuk memperbaiki keefektifan jalan napas.
- Tingkatkan masukan cairan sampai 3000 ml/hari sesuai toleransi jantung.
- Bronkodilator, misalnya, β-agonis, efinefrin (adrenalin, vavonefrin), albuterol
(proventil, ventolin), terbutalin (brethine, brethaire), isoeetrain (brokosol,
bronkometer).
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai