TAFSIR TEMATIK PENDIDIKAN

• PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM

• S-3 PRODI PAI PASCASARJANA UIN SUNAN AMPEL SURABAYA
DOSEN PENGAMPU
PROF. DR. H.M. RIDLWAN NASIR ,MA
GURU BESAR UINSA SURABAYA
 BAGAN MACAM-MACAM PENAFSIRAN AL-QUR’AN
DARI BERBAGAI DIMENSI
1. Bil Ma’tsur
Metode 1. Sumber Penafsiran 2. Bil Ra’yi
Manhaj 3. Bil Iqtirani

2. Cara Penjelasan 1. Bayani

2. Muqarin
Macam Penafsiran

1. Ijmali
3. Keluasan Penjelasan
2. Ithnabi/Tafsili

4. Sasaran dan Tertib Ayat 1. Tahlili

2. Maudhlu’i
yang Ditafsirkan 3. Nuzuly

1. T. Lughawiyah/Adabi
2. T. Fiqi/Ahkam
3. T. Shufi
Cenderung Aliran 4. T. I’tiqadi
Fil Naz’ah 5. T. Falsafi
Fil Ittijah 6. T. ‘Ashri/Ilmi
7. T. Ijtima’i
Naz’ah / Ittijah : Sekumpulan dari dasar pijakan, pemikiran yang
jelas yang tercakup dalam suatu teori dan yang
mengarah pada satu tujuan

Manhaj/Metode: Alat untuk merealisir tujuan aliran-aliran tafsir

tersebut
 METODE TAFSIR DARI SEGI SUMBER
PENAFSIRAN
I. BIL-MA’TSUR

1. Jami’ul Bayan Fi Tafsiril Qur’an : Ibnu jaris Ath-Thabari : Wafat 310H

2. Al Kasyfu Wal bayan Fi Tafsiril Qur’an : A. Ibn Ibrahim (427H)
3. Ma’alimut Tanzil : Imam Al Husain Ibn Mas’ud al Baghawi (516 H)
4. Al Jami’ Liahkamil Qur’an : Al Qurtubi (Wafat 671 H)
5. Tafsirul Quranil Adhim : Imam Abul Fida’ Ismail Ibnu Katsir (774 H)
6. Ad-Durrul Mantsurfi Tafsir Bil Mat’tsur : Jalaluddin Al Suyuti (911 H)

II. BIL-RA’YI
1. Mafatihul Ghaib : Fahruddin Ar Razi (wafat 606 H)
2. Anwarut tanzil Wa Haqaaiqut Ta’wil : Imam al-Baidhawi (692 H)
3. Madarikut Tanzil Wa Haqaiqut Ta’wil : Abul Barakat An Nasafi (710 H)
4. Lubabut Ta’wil Fi Ma’anit Tanzil : Imam al-Khazi (741 H)

III. BIL-IQTIRANI
1. Tafsir al Anwar : Syekh M. Abduh & Rasyid Ridla (W 1354 H/1935 M)
2. AL Jawahirul Fi Tafsiri Qur’an : Thanthawi Al Jauhari (W 1358 H)
3. Tafsir al Maraghi : Syekh Musthafa al-Maraghi (W 1371 H/1952 M)
 METODE TAFSIR DARI SEGI CARA
PENJELASANNYA

I. BAYANI / DESKRIPTIF

 Ma’alimut Tanzil : Imam Al Husain Ibn

Mas’ud Al Baghawi (516 H)

II. MUQARIN / KOMPARATIF

 Al Jami’ Liahkamil Qur’an : Imam Al

Qurhubi (Wafat 671 H)
 METODE TAFSIR DARI SEGI KELUASAN
PENJELASANNYA

I. TAFSIR IJMALY / GLOBAL

1. Tafsir al Qur’anil Karim : M. Farid Wajdi

2. Tafsir Wasith : Majma’ul Buhutsil Islamiyah

II. TAFSIR ITHNABI (TAFSILI) / DETAIL

1. Tafsir Al Manar : Syekh M. Abduh & M. Rasyid

Ridla (Wafat 314 H )
2. Tafsir Al Maraghi : A. Musthafa Al Maraghi (Wafat
1952 M)
3. Tafsir Fi Dhilalil Qur’an : Sayid Quthub (Wafat
166 M)
 METODE TAFSIR DARI SASARAN DAN
TERTIB AYAT

I. TAHLILY

1. Mafatihul Ghaib : Fahruddin Al razi (wafat 606 H )

2. Tafsir Al Maraghi : Ahmad Musthafa Al Maraghi (W
1652 M)

II. MAUDLU’I

1. AL Mar’atu Fil Qur’anil Karim : Abbas Al Aqqad

2. Ar Riba Fil Qur’anil Karim : Abul A’la Al Maududy
3. Al Mahdatul Mankhiyah : Dr. M. Hijazi
4. Ayatil Kauniyah : Dr. Abdullah Syahhatah

III. NUZULY
1. Al Tafsir Al Bayan Lil Qur’anil Karim : Bintu Asy Syathi’
2. Suratu Ar Rahman Wa Suwaru Qishas : Syauqy Dhaif Muh.
Mutawali Asy Sya’rawi
3. Tafsir Al Qur’anil Karim : Prof. Dr. H. Quraish Shihab
 PENDAHULUAN
 SEJARAH MUNCULNYA TAFSIR MAUDLU’I ADALAH SEJAK MASA RASULULLAH SAW.
YAITU KETIKA BELIAU MENAFSIRKAN KATA ‫ظلم‬ (AL DHULM) DALAM SURAT
AL AN’AM AYAT 82: ‫الذين امنوا و لم يلبسوا ايمانهم بظلم اولئك لهم االمنو هم مهتدون‬
ORANG-ORANG YG BERIMAN DAN TIDAK MENCAMPUR ADUKAN IMAN MEREKA DENGAN
KEDHOLIMAN (ANIAYA) MEREKA ITULAH ORANG-ORANG YANG MENDAPATKAN
KEAMANAN DAN EREKA ITU ADALAH ORANG-ORANG YANG MENDAPATKAN PETUNJUK

 DENGAN MAKNA
‫ الشرك‬AYAT 13 SURAT LUQMAN

‫و اذ قال لقمان البنه وهو يعظه يا بني ال تشرك باهلل‬

‫لظلم عظيم ان الشرك‬

JANGANLAH KAMU MEMPRSKUTUKAN ALLAH , SESUNGGUHNYA MEMPERSEKUTUKAN

(ALLAH) ADALAH BENAR-BENAR KEZALIMAN YANG BESAR.
 RUANG LINGKUP TAFSIR MAUDLU’I

1. PENGERTIAN METODE MAUDLU’I ADALAH MEMBAHAS AYAT-AYAT AL QURAN SESUAI DG TEMA ATAU JUDUL
YANG TELAH DITETAPKAN.
2. SEMUA AYAT YG BRKAITAN DIHIMPUN KEMUDIAN DIKAJI SECARA MENDALAM DAN TUNTAS ARI ERBAGAI
ASPEK, SEPERTI ASBABUN NUZUL DAN KOSA KATA.
3. SEMUA DIJELASKAN DG RINCI DAN TUNTAS SERTA DIDUKUNG OLEH DALIL-DALIL ATAU FAKTA-FAKTA YG
DAPAT DIPERTANGGUNG JAWABKAN SECARA ILMIAH, BAIK ARGUMEN DAR AL QURAN, HADITS MAUPUN
PEMIKIRAN RASIONAL. 
4. MENURUT PROF DR. QURAISH SHIHAB, MEMPUNYAI DUA PENGERTIAN:
5. PENAFSIRAN SATU SURAT DLM AL QURAN DG MENJELASKAN TUJUAN-2 SECARA UMUM DAN YG
MERUPAKAN TEMA SENTRALNYA SERTA MENGHUBUNGKAN BERANEKA RAGAM PERSOALAN DLM SATU
SURAT DG TEMA SENTRALNYA.
6. PENAFSIRAN DG CARA MENGHIMPUN AYAT-AYAT YG MEMBAHAS SATU MASALAH TERTENTU DARI
BERBAGAI AYAT ATAU SURAT DAN SEDAPAT MUNGKIN SESUAI DG URUTAN TURUNNYA KEMUDIAN
DIJELASKAN DG MENARIK PETUNJUK AL QURAN SECARA UTUH.

METODE INI TERKENAL JUGA DENGAN TAFSIR TEMATIK YAITU MENDEKATI AL QURAN SECARA TEMATIS,
DENGAN MENGAMBIL SALAHSATU KATA KUNCI YG BERSIFAT KONSEPTUAL ATAU BSA JUGA TEMA DIMAKSUD
DIANGKAT DARI NAMA SURAT AL QURAN.
LANGKAH-LANGKAH TAFSIR MAUDLU’I (TEMATIK)

• PENDAHULUAN
• RUANG LINGKUP TAFSIR MAUDLU’I
• CIRI-CIRI TAFSIR MAUDLU’I
• LANGKAH-LANGKAH ATAU CARA KERJA TAFSIR MAUDLU’I
• KELEBIHAN DAN KEKURANGAN TAFSIR MAUDLU’I
• URGENSI TAFSIR MAUDLU’I
LANGKAH-LANGKAH ATAU CARA KERJA
METODE MAWDU’IY
1. MEMILIH ATAU MENETAPKAN MASALAH AL-QUR’AN YANG AKAN DIKAJI SECARA MAWDU’IY ATAU
TEMATIK.
2. MELACAK DAN MENGHIMPUN AYAT-AYAT YANG BERKAITAN DENGAN MASALAH YANG TELAH
DITETAPKAN, AYAT MAKKIYAH DAN MADANIYAH.
3. MENYUSUN AYAT-AYAT TERSEBUT SECARA RUNTUT MENURUT KRONOLOGI MASA TURUNNYA,
DISERTAI PENGETAHUAN MENGENAI LATAR BELAKANG TURUNNYA AYAT ATAU ASBAB AL-NUZUL.
4. MENGETAHUI KORELASI (MUNASABAH) AYAT-AYAT TERSEBUT DI DALAM MASING-MASING
SURATNYA.
5. MENYUSUN TEMA BAHASAN DI DALAM KERANGKA YANG PAS, SISTEMATIS, SEMPURNA DAN
UTUH (OUTLINE).
6. MELENGKAPI PEMBAHASAN DAN URAIAN DENGAN HADIST, BILA DI PANDANG PERLU, SEHINGGA
PEMBAHASAN MENJADI SEMAKIN SEMPURNA DAN SEMAKIN JELAS.
7. MEMPELAJARI AYAT-AYAT TERSEBUT SECARA TEMATIK DAN MENYELURUH DENGAN CARA
MENGHIMPUN AYAT-AYAT YANG MENGANDUNG ARTI SERUPA, MENGKOMPROMIKAN ANTARA
YANG AM DAN KHAS, ANTARA YANG MUTLAQ DAN MUQAYYAD, MENGSINKRONKAN AYAT-AYAT
YANG LAHIRNYA TAMPAK KONTRADIKTIF ATAU TINDAKAN PEMAKSAAN TERHADAP SEBAGAIAN
AYAT KEPADA MAKNA-MAKNA YANG SEBENARNYA TIDAK TEPAT.
CAKUPAN PENAFSIRAN DENGAN TAFSIR MAUDLUI ADA 3:

1. SINGKAT : MENGAMBIL SEBAGIAN AYAT-AYAT AL

QURAN
2. SEDERHANA: MENGAMBIL SEBAGIAN BESAR AYAT-
AYAT AL QURAN
3. LUAS: MENGAMBIL SEMUA AYAT-AYAT AL QURAN
YANG TERKAIT DENGAN TEMA.
 CIRI-CIRI TAFSIR MAUDLU’I

1. MENONJOLKAN TEMA, JUDUL ATAU TOPIK PEMBAHASAN, SHG

TDK SALAH JKA DIKATAKAN SEBAGAI METODE TOPIKAL.
2. MUFASSIR MENCARI TEMA-TEMA YG ADA DITENGAHMAYARAKAT
ATAU BERASAL DARI AL QURAN ITU SENDIRI.
3. MENGKAJI SECARA TUNTAS DAN MENYEURUH TEMA-TEMA YG
SUDAH DIPILIH SESUAI DG APASITAS ATAU PETUNJUK YANG
TERMUAT DALAM AYAT-AYAT ALQURAN.
4. DILENGKAPI DG HADITS-2 NABI, PENDAPA PARA SAHABAT, ULAMA
 KELEBIHAN METODE MAWDU’I
 KELEBIHAN

1.MENJAWAB TANTANGAN ZAMAN

KAJIAN METODE TEMATIK DI TUJUKAN UNTUK MENYELESAIKAN PERMASALAHAN YANG
TUMBUH DAN BERKEMBANG SESUAI DENGANN PERKEMBANGAN KEHIDUPAN.
2.PRAKTIS DAN SISTEMATIS
METODE MAWDU’I DISUSUN SECARA PRAKTIS DAN SISTEMATIS DALAM MEMECAHKAN
PERMASALAHAN SEHINGGA DAPAT LEBIH MENGHEMAT WAKTU, EFEKTIF, DAN EFISIEN.
3. DINAMIS
TEMATIK SELALU MEMBUAT TAFSIR AL-QUR’AN SELALU DINAMIS SESUAI DENGAN TUNTUTAN
ZAMAN.
4. MEMBUAT PEMAHAMAN MENJADI UTUH
DENGAN DITETAPKAN JUDUL-JUDUL YANG AKAN DIBAHAS, PEMAHAMAN AL-QUR’AN DAPAT
DISERAP SECARA UTUH.
 KEKURANGAN METODE MAWDU’I

 KEKURANGAN
1. MEMENGGAL AYAT AL-QUR’AN
MEMENGGAL AYAT AL-QUR’AN YANG DIMAKSUD ADALAH MENGAMBIL
SATU KASUS YANG TERDAPAT DI DALAM SATU AYAT ATAU LEBIH YANG
MENGANDUNG BANYAK PERMASALAHAN YANG BERBEDA.

2. MEMBATASI PEMAHAM AYAT

DENGAN DITETAPKAN JUDUL PENAFSIRAN MAKA PEMAHAMAN SUATU
AYAT MENJADI TERBATAS PADA PERMASALAHAN YANG DI BAHAS
TERSEBUT.
 URGENSI METODE MAUWDU’IY

1. TAFSIR DENGAN METODE TEMATIK LEBIH DAPAT DIANDALKAN

UNTUK MENJAWAB PERMASALAHAN KEHIDUPAN DI MUKA BUMI
INI. OLEH KARENANYA, METODE INI PERLU DIPUNYAI OLEH PARA
MUFASSIR ATAU CALON MUFASSIR AGAR DAPAT MEMBERIKAN
KONTRIBUSI MENUNTUN KEHIDUPAN DI MUKA BUMI INI KE
JALAN YANG BENAR.
2. DEMI MERAIH KEBAHAGIAN DI DUNIA DAN DI AKHIRAT. MAKA,
METODE INI MENDUDUKI TEMPAT YANG AMAT PENTING DALAM
KAJIAN TAFSIR AL-QUR’AN.
 KATA HIKMAH DALAM AL QURAN DIBERI HIKMAH
MEMILIKI 4 (EMPAT) MAKNA:
1. NASEHAT AL QURAN ( AN NISA 114)
2. PEMAHAMAN DAN PENGETAHUAN (LUQMAN 12)
3. KENABIAN (AN Nisa 57)
4. Rahasia rahasia al quran (al nahl 29).

 MAKNA HIKMAH : MENCAKUP:

1. BENAR PADA PENGETAHUAN
2. PEMAHAMAN
3. PERKATAAN
4. PERBUATAN
SEHINGGA MENJADIKAN SEORANG DAPAT MENGENDALIKA DIRINYA DARI PERBUATAN
JAHAT SERAYA MENEMPATKAN SESUATU PADA TEMPATNYA, DIBERIKAN ALLAH KEPADA
ORANG YANG SHALEH.

 
 PENERAPAN HIKMAH:

 DILAKUKAN LUQMAN DENGAN :

1. BERSYUKUR KEPADA ALLAH
2. MENDIDIK ANAK DAN ISTERINYA YANG KAFIR SEHINGGA KEDUANYA BERIMAN.

 ANAK ANAK LUQMAN :

1. MASYKAM (PENDAPAT AL KALBI)
2. AN’AM (PENDAPAT AL NAQASH)
3. BAABAAN
4. ASHKAM
5. SALAAM
6. SARAAN
7. ASHKAR ATAU SHAKIR
8. THAARAN
9. MAATHAN
 KESIMPULAN : LUQMAN DAN ANAK-ANAKNYA.

1. TUJUAN PENDIDIKANNLUQMAN KPD ANAK ANAKNYA UNTUK MEMBENTUK INSAN

KAMIL
2. MATERI PENDIDIKAN LUQMAN TERDIRI DARI : AQIDAH, SYARIAH DAN AKHLAK
3. UNTUK MENANAMKAN NILAI KEIMANAN,AKHLAK DAN SYARIAH, LUQMAN
MENGGUNAKAN METODE MAU,IDHQH (NASEHAT).
4. SIKAP HKMAH LUQMAN SEBAGAI KMPETENSI DASAR PENDIDIK MENDUKUN
KEBERHASILAN PENDIDIKAN.
5. SIKAP PATUH ANAK DIDIK TANPA ARGUMENTAI APAPUN COCOK UNTUK PENDIDIKAN
YG BERSIFAT DOKTRIN.
6. KONSTRUKSI EPISTEMOLOGI PENDIDIKAN LUQMAN TERMASUK DALAM LATAGORI
INTUITIF - DOGMATIS.

YAKNI PENDIDIKAN AQIDAH, SYARIAH DAN AKHLAK DIPEROLEH LUQMAN MELALUI WAHYU
DENGAN PENDEKATAN PENDIDIKAN YANG CENDERUNG DOKTRINER – OTORITATIF.
 KESIMPULAN : NABI NUH DAN KAN’AN

1. PENDIDIKAN NUH TERHADAP KAN’AN BERTUJUAN UNTUK PEMBEBASAN TEOLOGIS (KEIMANAN)

DENGAN MEMBANGUN HUBUNGAN TRANSENDENTAL KEPADA ALLAH DAN PEMBERDAYAAN
MORALTAS PERGAULAN ( MENNGGALKAN OMUNITAS KAFIR).
2. PENDIDIKAN NH TERHADAP KAN’AN MELIPUTIPEMBEBASAN TEOLOGIS (KEIMANAN) DAN
PEMBERDAYAAN MORALITAS.
3. INTERKASI PENDIDIKAN TERJADI DENGAN MEYODE DIALOGIS-RASIONAL, YAITU DIALOG
PEMBERDAYAAN MORALITASDENGAN DASAR KEIMANAN DENGAN PENDEKATAN RASIONAL. PENDIDIK
DAN ANAK DIDIK SAMA-SAMA MELAKUKAN ARGUMENTASI DALAM INTERAKSI PENDIDIKAN.
4. KOMPETENSI SABAR DAN TANGNG JAWAB DALAM MENDIDIK KAN’AN YANG DIMILIKI NABI NUH
DISEBABKAN KARENA KIMANAN DAN KETAKWAAN. HAL INI BERARTI PENDIDIKAN TIDAK BERSIFAT
TRANSAKSIONAL, MELAINKAN REALISASI TANGGUNG JAWAB ORANG TUA KEPADA ANAKNYA. SEBAGAI
WUJUD TANGGUNG JAWABNYA , NUH MENGADUKAN KEGAGALANNYA DALAM MENDIDIK KAN’AN.
5. ETIKA ANAK DIDIK YANG DOMINAN PADA ARGUMENTASI-OPOSISI MENYEBABKAN KEGAGALAN MISI
PENDIDIKAN NABI NUH.
6. KONSTRUKSI EPISTEMOLOGI PENDIDIKDNKEIMANAN TERMASUK DALAM KATAGORI INTUITIF-
RASIONAL. YAKNI PENDIDIKAN KEIMANAN DIPEROLEH NUH MELALUI WAHYU DENGAN
PENDEKATANPENGAJARAN YANG RASIOINAL. SECARA RASIONAL, REALITAS KEIMANAN DAPAT
MENYELAMATKAN DARI BAHAYA BANJIR BANDANG.
 KESIMPULAN : NABI IBRAHIM DAN ISMAIL

1. MATERI PENDIDIKAN IBRAHIM TERHADAP ISMAIL MENYANGKUT UJI KEPATUHAN KEIMANAN,

BERTUJUAN UNTUK PEMBERDAYAAN HIDUP YANG HUMANIS (*MEMANUSIAKAN MANUSIA)
YANG DIBANGUN MELALUI TOTALITAS PENGABDIAN KEPADA ALLAH.
2. INTERAKSI PENDIDIKAN TERJADI DENGANB METODE DIALOGIS-DEMOKRATIS, YAKNI PENDIDIK
MEMBERIKESEMPATAN ANAK DIDIK UNTUK TURUT MEMBERIKONSEP KEBENARAN ATAS
MATERI YANG DIAJARKAN.
3. PENDIDIK MEMILIKI KOMPETENSI DEMOKRATIS, BERTUJUAN UNTUK MENGHINDARI
INTERVENSI HAK HIDUP ISMAIL SECARA OTORITATIF.
4. ETIKA PATUH ANAK DIDIK MENDORONG KEBERHASILANPENDIDIKAN, SIKAP PATUH ISMAIL
TERJADI KARENA MAMPU MEMAHAMI ESENSI PENDIDIKAN YANG DIKOMUNKASIKAN
IBRAHIM KEPADANYA.
5. KONTRUKSI EPISTEMOLOGI PENDIDIKAN BERKORBAN TERMASUK DALAM KATAGORI INTUITIF-
DEMOKRATIS. YAKNI PENDIDIKAN BERKORBAN DIPEROLEH IBRAHIM MELALUI WAHYU
DENGAN PENDEKATAN PENGAJARAN DEMOKRATIS. RASIO DIBERIPELUANG UNTUK
NENDIALOGKAN TAWARAN ATAS PERINTAH WAHYU. NAMUN PADA AKHIRNYA KEPUTUSAN
HATI NURANI ATAS BIMBINGAN HIDAYAH ILAHI LEBIH DOMINAN DARIPADA PERTIMBANGAN
RASIO.
 KESIMPULAN : MARYAM DAN ISA
1. PENDIDIKAN MARYAAM TERHADAP ISA BERTUJUANN
MEMBERDAYAKAN MORALITAS DAN KEIMANAN KAUMNYA.
2. INTERAKSI PENDIDIKAN TERJADI DENGANB METODE DIALOGIS- INTUITIF.
3. PEROLEHAN PENDIDIKAN SECARA INTUITIF TERJADI PADA ANAK DIDIK.
SIKAP DEMONSTRATIF ISA MENJAWAB PERTANYAAN KAUMNYA TERJADI
DILUAR BATAS KEWAJARAN PENDIDIKAN ALAMIAH.
4. PENDIDIK MEMBERDAYAKAN ANAK DIDIK SEBAGAI MEDIA PENDIDIKAN.
DALAM HAL INI MARYAM MEMPOSISIKAN ISA SEBAGAI SUMBER
BELAJAR UNTUK MENDIDIK MORALITAS UMATNYA.
5. KONTRUKSI EPISTEMOLOGI PENDIDIKAN MARYAM TERMASUK DALAM
KATAGORI INTUITIF. YAKNI PENDIDIKAN DIPEROLEH MELALUI WAHYU
DENGAN TUJUAN PEMECAHAN MASALAH PRIBADI DALAM
INTERAKSINYA DENGAN KAUMNYA.
 TERIMA KASIH
SAMPAI JUMPA KEMBALI