Anda di halaman 1dari 38

Journal Reading

The Role and Diagnosis of


Allergic Contact Dermatitis in
Patients
with Atopic Dermatitis
Oleh :
Fajsa Ardiansyah (30101607646)

Pembimbing :
dr. Wahyu Hidayat, Sp. KK.
IDENTITAS
JURNAL
Judul

Pengarang

Penerbit

Terbit
ABSTRAK
Background

Alergen  Lanolin,
F. Predisposisi 
Pasien dermatitis Penelitian  DKA neomisin,
Peningkatan alergen,
atopik (DA) memiliki merupakan masalah formaldehida,
penurunan kekebalan
peningkatan risiko klinis pada anak-anak campuran
tubuh, penggunaan
terkena dermatitis dan orang dewasa seskuiterpen lakton,
emolien dan obat
kontak alergi (DKA) dengan DA campuran kompositae,
topikal yang sering
dan wewangian
Tujuan
Untuk meninjau terjadinya Dermatitis Kontak Alergi
pada pasien Dermatitis Atopik
- Mengetahui gejala DKA
- Menguji DKA pada pasien dengan DA
Metode
Penelitian Perspektif Historis
PENDAHULUAN
Dermatitis Atopik (DA)
Distribusi lesi kulit terkait usia :
DA  genetik, Dunia 15-20% Tanda dan gejala, - wajah pada bayi
gangguan anak-anak, pruritus, nyeri, gejala - ekstensor pada balita
pelindung kulit 1–10% kesehatan mental, erosi - lesi fleksural pada anak-anak dan
(skin-barrier), dewasa - Keluarnya cairan  orang dewasa
faktor imun, dan AS 13% lesi akut
paparan anak-anak, - Likenifikasi dan nodul Paling banyak pada orang dewasa :
lingkungan 7,2% dewasa prurigo  lesi kronis wajah dan tangan

Kriteria diagnosis
Hanifin dan Rajka
1980
Dermatitis Kontak Alergi (DKA)
Insiden DKA
diperkirakan Distribusi tergantung
meningkat Gejala pruritus, rasa terbakar dan perih. pajanan :
- DKA akut : eritematosa, papula dan - tangan
DKA  oleh Dermatitis plak yang mengeras, vesikel, edema, - wajah
respons kontak iritan dan bula - kelopak mata
hipersensitivitas (DKI) dan DKA, - DKA kronis : likenifikasi
tipe tertunda prevalensi Distribusi yang
terhadap alergen 4,17% di AS DKA  jenis DK kedua yang paling menyebar karena
kontak umum setelah DKI, tanda dan gejala transfer alergen sekunder
Di AS (2013)  mirip dengan DA. atau sensitisasi
DK dan DA alergen sistemik.
peningkatan
biaya medis
setiap tahunnya

Diagnosis
melalui tanda dan gejala
klinis dan Uji Tempel (Patch Test)
DA

Multifaktorial

Faktor-faktor antara lain wewangian, stres,


genetic, iklim, dan polusi

Tanda-tanda inflamasi DA, terutama dari tipe sel T-helper (Th)


2 menghasilkan interleukin (IL) -4 dan -13
meningkatkan gangguan perlindungan kulit
DKA
Reaksi hipersensitivitas tipe IV

Fase sensitisasi Fase elisitasi


alergen ditangkap antigen presenting paparan ulang alergen hasilkan aktivasi
cells (APCs) bermigrasi ke jaringan sel T memori sel T sitotoksik (Tc)1
limfoid yang mengering aktivasi sel T naif diaktifkan peradangan respon imun
menyebabkan diferensiasi sel T memori adaptif yang menyebabkan dermatitis
yang spesifik untuk alergen

Tanda inflamasi DKA adalah respons Th1


- Nikel ditemukan sebagai penginduksi kuat jalur imun bawaan Th1, Th17, dan Th22
- Wewangian dan karet mempromosikan aktivitas Th2 dengan keterlibatan Th1 dan Th17 yang lebih
sedikit
- Ekspresi IL-9 juga ditemukan meningkat pada kulit dari reaksi uji tempel positif pada pasien DKA
- Reaksi terhadap logam, obat-obatan, dan polimer, IL-9 juga meningkat pada pasien alergi nikel
setelah stimulasi nikel.
- Ekspansi sel Th17 terjadi pada kontak alergen pada individu dengan DKA
- Sekresi IL-17 meningkatkan peradangan lokal melalui induksi sitokin proinflamasi, kemokin, dan
molekul adhesi
- Peran potensial Th17 di ACD juga ditunjukkan oleh studi eksperimental baru-baru ini yang
menunjukkan bahwa reaksi ACD menurun dengan tidak adanya IL-17
HASIL
DKA pada Pada pasien DA

penderita DA 1. Penelitian menunjukkan peningkatan ambang


elisitasi pasien DA dibandingkan dengan pasien
kontrol.
2. Penelitian lain menunjukkan beberapa alasan
1. Respon inflamasi mengapa pasien DA memiliki risiko yang sama atau
DA dari Th2, menghasilkan sensitivitas kontak lebih tinggi dari DKA.
yang lebih
Pasien DA mengalami gangguan skin barrier (2x lipat)
iritan dan alergen.
Pengobatan DA memerlukan aplikasi topikal dari
emolien dan antiradang.

Pada pasien DKA


Dipengaruhi oleh alergen dan paparan iritan.
Tinjauan Sistematis dilakukan untuk menilai alergi
kontak pada anak-anak dengan DA

2. Bukti Menilai 31 penelitian (peka terhadap satu allergen)


Tinjauan sistematis dan tinjauan sistematis 46,6% anak-anak tanpa DA dan 41,7% dengan DA
I2= 61.7%, p<0.001
meta-analisis
Apakah pasien DA memiliki tingkat DKA yang lebih
tinggi?

DKA menjadi masalah klinis pada DA, 1/3 anak-anak


dengan DA yang diuji tempel memiliki satu alergi
kontak.
Tinjauan Sistematis dan Meta-Analisis
74 penelitian mengevaluasi prevalensi sensitisasi kontak,
ditemukan pasien DA memiliki peningkatan prevalensi
sensitisasi kontak

Ada hubungan terbalik ketika pasien DA


dibandingkan dengan populasi rujukan uji tempel.

Menurut penulis, hubungan ini terjadi karena pasien DA


memiliki penyakit yang parah dan sukar sembuh, yang
telah terbukti memiliki ambang elisitasi lebih tinggi untuk
sensitisasi kontak.
3. Alergen
Menemukan anak-anak
dengan DA
Penelitian memiliki peningkatan
retrospektif di Pasien reaktivitas yang
anak-anak signifikan terhadap
Belanda
Lanolin dan
Pengharum

Analisis retrospektif
26.479 pasien dengan skrining Grup Dermatitis Kontak Amerika Utara (NACDG)
menemukan pasien dengan reaksi positif terhadap Lanolin cenderung memiliki
riwayat DA
Penilaian Klinis Mempertimbangkan uji tempel DA pasien remaja dan
dewasa karena DKA dapat muncul dengan
untuk Dermatitis distribusi fleksural dan dapat meniru DA.
Kontak
Pasien DA anak dan dewasa dengan dermatitis yang
pada Pasien buruk harus menjalani tes patch karena pemicu alergi.
dengan DA
Indikasi uji tempel pada anak-anak dan orang
dewasa jika distribusi lesi tidak khas untuk DA, atau
1. Kapan Harus mempertimbangkan Uji terlokalisasi dan mengarah ke DK (kelopak mata,
Patch pada pasien dengan DA? kepala dan leher, tangan dan kaki, perioral, atau
periorbital).

Penelitian sebelumnya menunjukkan tingkat lesi yang


tinggi, yang mengenai kepala, leher, tangan dan kaki.

• Pada pasien anak dan dewasa, jika dermatitis tidak dapat diatasi dengan terapi topikal, dan
sebelum memulai terapi sistemik. Menghindari alergen positif pada uji tempel.
2. Kapan pengujian Patch tidak
direkomendasikan rutin di AD?

Uji tempel kurang membantu untuk diagnosis DA, sedang aktif di punggung,
penggunaan obat imunosupresif sistemik, paparan terapi ultraviolet atau radiasi
matahari yang berlebihan, dan penggunaan rangkaian uji tempel terbatas yang
tidak memasukkan spektrum alergen penuh.

Uji tempel pada kulit yang meradang secara aktif dapat


menyebabkan reaksi positif palsu dan negatif palsu.

Pasien juga tidak nyamanan karena pruritus dan nyeri,


paparan reagen yang berpotensi menyebabkan iritasi
yang sedang diuji.

Angry Back Syndrome  Reaksi positif Upaya untuk mengobati dermatitis aktif di punggung dengan uji tempel,
menggunakan topikal (kortikosteroid dan penghambat kalsineurin).

Jika berhasil, penggunaan terapi dihentikan (1-2 minggu)  menjalani


uji tempel.

Terapi sistemik, diperlukan jika pasien memiliki respons terhadap terapi


topikal, tapi terapi tersebut dapat menurunkan sensitivitas proses uji
tempel.
Menurut ahli dari NACDG,
Obat-obatan berisiko tinggi untuk pasien dengan hasil
uji tempel negatif palsu. Menurut penulis, banyak pasien mengalami reaksi
• Prednisone 10 mg / hari dan triamcinolone negatif palsu untuk uji tempel hingga 4 minggu :
intramuskular (hindari selama 4 minggu). - setelah radiasi ultraviolet yang intens
• Kortikosteroid topikal atau penghambat kalsineurin di - siklosporin dosis (2.0 mg/kg/hari)
tempat aplikasi uji tempel (hindari selama 1 minggu). - metotreksat dosis (0,20 mg/kg/minggu)
• Azathioprine, cyclosporine, mycophenolate mofetil,
dan systemic tacrolimus. Intepretasi uji patch harus hati-hati :
• Imunosupresan non-kortikosteroid (dosis) - Reaksi lemah  terjadi iritan  reaksi positif
• Paparan ultraviolet di tempat pengujian (hindari benar.
selama 1 minggu). - Uji tempel negatif  negatif palsu
- Uji tempel berulang harus dipertimbangkan setelah
Obat-obatan berikut dapat digunakan pasien selama uji penghentian, pencucian dari perawatan lesi.
tempel :
• Metotreksat, prednison \ 10 mg / hari
• Obat inhibitor nekrosis tumor
• Ustekinumab
• Antihistamin
Faktor yang harus dipertimbangkan selama pemilihan
Pengujian Patch alergen seperti wilayah atau negara, pekerjaan, hobi
dan rekreasi, dan paparan.
pada Pasien DA
Tes Thin-Layer Rapid Use Epicutaneous (TRUE)
Tes ini tidak memiliki banyak alergen, umumnya relevan
1. Memilih Pengujian Patch yang Tepat dan ada seri pengujian tempel

American Contact Dermatitis Society (ACDS) atau


NACDG
Aldehida sinamatik, propilen glikol, dimetilol dimetil
hidantoin, iodopropynyl butylcarbamate, amidoamine,
akrilat, minyak pohon teh, propolis, benzofenon-3, dan
campuran seskuiterpen lakton.
Mengenai alergen mana yang harus digunakan untuk uji Batasan penting adalah peraturan
tempel pada pasien DA masih kurang. Panduan Pelabelan Kosmetik (FDA
AS).
• Sebagian Penelitian merekomendasikan skrining untuk alergen Meski semua bahan, mengandung
yang paling sering ditemui pada pasien DA (logam seperti konsentrasi 1%, seharusnya
nikel, kalium dikromat, campuran karba, formaldehida, tercantum pada label produk.
neomisin sulfat, balsam, wewangian, dan pengawet). • Bahan insidental (tidak memiliki
• Alergen yang umum dari terapi topikal yang dijual bebas dan efek teknis atau fungsional).
diresepkan. • Bahan rahasia dagang (bahan
• Alergen di lingkungan pasien (produk perawatan pribadi yang menawarkan potensi bisnis
pasien). seseorang untuk mendapatkan
keuntungan dibandingkan yang
Di Amerika Utara tidak menggunakan atau
• Rangkaian pemeriksaan diperluas, seperti ACDS atau NACDG. mengetahuinya) .
Skrining dapat bervariasi berdasarkan alergen.
• Rangkaian pemeriksaan standar masih kurang.
• Pembacaan uji tempel harus dilakukan 48 dan 72 jam, paling
lambat antara 96 dan 144 jam.
Pada penelitian sebelumnya menyebutkan pasien DA
memiliki ambang iritasi yang lebih rendah, dapat
menyebabkan tingkat reaksi iritan atau positif palsu
yang lebih tinggi (logam, wewangian, formaldehida, dan
2. Perangkap dan Menentukan Relevansi
Lanolin).
Reaksi Positif Patch-Test pada Pasien DA
Selain itu, reaksi uji tempel harus ditafsirkan dengan
hati-hati pada pasien yang menerima imunosupresan
spesifik.
- Reaksi lemah  terjadi iritan harus dianggap 
reaksi positif benar
- Uji tempel negatif  harus dianggap negatif palsu.
KESIMPULAN
Risiko DKA meningkat pada pasien dengan DA, meskipun hubungan ini masih
kontroversi karena dari beberapa penelitian dan pendapat ahli masih berbeda-
beda.

Lesi pada kulit, terlihat sama dan sering terjadi bersamaan hanya etiologi,
distribusi, dan pilihan terapeutik berbeda.

Mekanisme DKA yang berkembang pada pasien DA termasuk disfungsi skin


barrier dapat menyebabkan peningkatan alergen dan iritan, paparan berulang
terhadap alergen karena penggunaan obat topikal, produk perawatan pribadi dan
kolonisasi bakteri pada DA yang memicu peradangan dan meningkatkan
kepekaan kontak.

Uji tempel harus dipertimbangkan pada DA remaja atau dewasa, karena


distribusinya dapat terjadi di fleksural dan gejalanya mirip.

Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan rangkaian pemeriksaan yang


optimal pada pasien DA.
CRITICAL
APPRAISAL
Judul dan Pengarang

No. Kriteria Ya( +) / Tidak (-)

1 Jumlah kata dalam judul < 12 kata - (13 kata)

2. Deskripsi Judul +

3. Daftar penulis sesuai aturan jurnal +

4. Korespondensi penulis +

5. Tempat & waktu penelitian dalam judul Tempat +, waktu +


Abstrak

No. Kriteria Ya (+) / Tidak (-)

1. Abstrak 1 paragraf +

2. Mencakup IMRC -

3. Secara keseluruhan Informatif +

4. Tanpa singkatan selain yang baku +

5. Kurang dari 250 kata - (131 kata)


Pendahuluan

No. Kriteria Ya (+) / Tidak (-)

1. Terdiri dari 2 bagian atau 2 paragraf +

2. Paragraf pertama mengemukakan alasan dilakukan -


penelitian

3. Paragraf kedua menyatakan hipotesis atau tujuan Hipotesa -, tujuan +


penelitian

4. Didukung oleh pustaka yang relevan +

5. Kurang dari 1 halaman - (2 halaman)


Bahan dan Metode Penelitian

No. Kriteria Ya (+), tidak (-)

1 Jenis dan rancangan penelitian -

2 Waktu dan tempat penelitian Waktu -, tempat +

3 Populasi sumber -

4 Teknik sampling -

5 Kriteria inklusi -

6 Kriteria eksklusi -

7 Perkiraan dan perhitungan besar sampel -

8 Perincian cara penelitian -

9 Blind -

10 Uji statistik -

11 Program komputer -

12 Persetujuan subjektif -
Hasil Penelitian

No. Kriteria Ya (+),tidak (-)

1 Jumlah subjek +

2 Tabel karakteristik subjek +

3 Tabel hasil penelitian +

4 Komentar dan pendapat penulis tentang hasil +

5 Tabel analisis data dengan uji -


Pembahasan, Kesimpulan, Daftar Pustaka

No. Kriteria Ya (+) / Tidak (-)

1 Pembahasan dan kesimpulan terpisah -


2 Pembahasan & kesimpulan dipaparkan dengan jelas -
3 Pembahasan mengacu dari penelitian sebelumnya +
4 Pembahasan sesuai landasan teori +
5 Keterbatasan penelitian -
6 Simpulan utama +
7 Simpulan berdasarkan penelitian +
8 Saran penelitian -
9 Penulisan daftar pustaka sesuai aturan +
Validitas

No. Pertanyaan Ya (+),tidak (-)

1 Apakah alokasi pasien pada penelitian ini dilakukan secara +


acak?

2 Apakah pengamatan pasien dilakukan secara cukup panjang +


dan lengkap?

3 Apakah semua pasien dalam kelompok yang diacak, dianalisis? -

4 Apakah pasien dan dokter tetap blind dalam melakukan terapi, -


selain dari terapi yang diuji?

5 Apakah kelompok terapi dan kontrol sama? -


Importancy

No. Pertanyaan Ya (+),tidak (-)

1 Apakah nilai p<0,05? +

2 Apakah dicantumkan interval kepercayaan? +

3 Apakah dicantumkan resiko relative? -

4 Apakah dicantumkan absolut risk reduction? -

5 Apakah dicantumkan relative risk reduction? -

6 Apakah dicantumkan number need to treat -


Applicability

No Pertanyaan Jawaban

1 Apakah pada populasi terdapat perbedaan bila dibandingkan dengan yang terdapat Tidak
pada penelitian sebelumnya sehingga hasil tersebut tidak dapat diterapkan pada
populasi kita?

2 Apakah penelitian tersebut mungkin dapat diterapkan pada populasi kita? Ya

3 Apakah populasi memiliki potensi yang menguntungkan apabila penelitian Ya


diterapkan?
CREDITS:
This presentation template was created by
Slidesgo, including icons by Flaticon, infographics &
images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai