Anda di halaman 1dari 13

Anak 5 Tahun Dengan Keluhan Sesak

Nafas Sejak 1 Hari Yang Lalu


Tutor: dr. Indriani K. Sumadikarya, MS
Giamy Gianto 102010306
Erwin Febrianto 102013399
Stella Wimona 102014071
Mutiara Fitri 102015036
Christin Nataline Sijabat 102015066
Agnes Wisela Gunawan 102015098
Merlinda 102015163
Ng Chor Yao 102015204
SKENARIO

■ Seorang anak laki-laki berusia 5 tahun dibawa ibunya ke IGD RS karena sesak
nafas sejak 1 hari yang lalu.
RUMUSAN MASALAH

■ Seorang anak laki-laki 5 tahun sesak nafas sejak 1 hari yang lalu
 2 hari yang lalu anak
Demam Ringan
Medika mentosa mengalami demam disertai
nyeri menelan Batuk ?
Non medika  Riwayat imunisasi tidak
mentosa lengkap Nyeri dada ?
Tatalaksana Nafsu makan Tidak mau
makan
WD : Difteri Anamnesis
BB ?
Leukosit DD : Tonsilitis, Abses
peritonsiler, Abses Karakteristik sesak
20.000 uL
retrofaringeal RM napas ?
Darah rutin Rewel ?
PP
Swab tenggorokan Mual muntah ?
PF

Batang TTV
■ Stridor (+)
gram (+)
Keadaan umum
■ Leher bagian servikal dan submandibular
■ Kesadaran : Compos Mentis IPPA tampak membesar (bullneck)
■ Keadaan Umum : tampak sakit berat
■ Kedua tonsil membesar dengan di tutupi
■ Tampak sesak dan agitasi oleh selaput putih/abu menyebar sampai
■ RR : 50 x/menit ke dinding faring. Bila selaput tersebut
■ Nadi : 130 x/menit
berusaha diangkat, menyebabkan tonsil
berdarah.
■ Suhu : 38,5 oC
Penyakit Gejala klinis Pemeriksaan fisik Pemeriksaan penunjang Penatalaksanaan
Sakit tenggorok, demam yang
Difteri Lapisan abu-abu pada Swab tenggorokan, Anti difteria serum (ADS),
tidak terlalu tinggi, sekitar 38⁰C,
batuk, sukar menelan, mual, tenggorok seperti sarang ditemukan kuman batang antibiotika, kortikosteroid.
muntah, nyeri kepala, anak
laba-laba, mudah berdarah gram positif
tampak lelah, rinorea, sesak Pencegahan : imunisasi DPT
napas, serak dan stridor jika diangkat, pembesaran
leher (Bullneck)

Tonsillitis Panas tidak terlalu tinggi, batuk Lapisan membran putih Swab tenggorokan Terapi simptomatis,
kelabu tidak mudah berdarah antibiotik
jika diangkat, faring dan
tonsil tampak hiperemis

Abses peritonsiler Nyeri menelan, muntah, mulut Limfadenopati, pembesaran Swab tenggorokan Antibiotik, drainase
berbau, suara sengau leher
Abses retrofaringeal Nyeri tenggorokan, demam, leher Edem posterior pharyngeal, Pemeriksaan swab Antibiotik
kaku, batuk, kesukaran pernafasan stridor, pembengkakan tenggorokan, rontgen/CT
kelenjar getah bening scan akan ditemui rongga
berisi nanah antara
tenggorokan dan tulang
belakang leher
Etiologi
Corynebacterium diphtheriae
■ Batang gram(+), tidak bergerak, tidak berspora
■ Tipe : gravis, intermedius, mitis (ringan)
■ Memproduksi eksotoksin & pseudomembran

Epidemiologi
■ Penyakit difteri tersebar diseluruh dunia, terutama di negara miskin yang penduduknya
tinggal pada tempat – tempat permukiman yang rapat, hygiene dan sanitasi jelek, serta
fasilitas kesehatan yang kurang
P
A Corynebacterium diphteriae
Kontak dengan orang atau barang yang terkontaminasi.
T
O
F Masuk lewat saluran pencernaan atau saluran pernafasan.
I
S Masa inkubasi 2-5 hari
I
O
L Aliran sistemik
O
G Mengeluarkan toksin (eksotoksin)
I

Nasal Tonsil/faringeal
Laring

Peradangan mukosa Tenggorokan sakit demam Demam suara serak,


hidung (flu, secret anorexia, lemah. Membrane batuk obstruksi sal.
Hidung serosa). Berwarna putih atau abu-abu napas, sesak nafas,
Linfadenitis (bull’s neck) sianosis.Toxemia, syok septic.
Komplikasi
■ Gangguan pernafasan
Toksin C. diphtheriae  menginfeksi jaringan di daerah hidung
dan tenggorokan  Pseudomembran  menghambat pernapasan

■ Kerusakan Jantung
Toksin C. diphtheriae  menyebar melalui aliran darah  masuk otot
jantung  komplikasi seperti radang pada otot jantung (miokarditis)

■ Kerusakan saraf
- Terjadi kerusakan saraf pada tenggorokan  kesulitan menelan
- Pada saraf lengan dan kaki  otot menjadi lemah
- Merusak otot-otot kontrol bernapas otot lumpuh  diperlukan alat
bantu napas
Pencegahan
■ Memberikan kekebalan pada anak dengan cara:
 Imunisasi DPT
- Dasar : 3 - 4 - 5 bulan
- Booster : pada 1 tahun & 5 tahun
 Imunisasi DT (diphtheria toxoid)
- Pada anak usia 7 tahun ke atas
■ Hindari kontak langsung dengan penderita difteri
■ Jaga kebersihan dan sanitasi lingkungan
Penatalaksanaan
a. Non medika mentosa
 Isolasi
 Istirahat ditempat tidur, minimal 2-3 minggu
 Makanan lunak atau cair, tergantung pada keadaan penderita
 Kebersihan jalan napas dan pengisapan lendir
 Kontrol EKG secara serial 2-3 kali seminggu selama 4-6 minggu untuk mendeteksi miokarditis
sedini mungkin jika terjadi dan harus istirahat total selama 1 minggu ditempat tidur

b. Medika mentosa 2. Antibiotik


- Penicilin 100.000 IU/kgBB/10 hari (max 3g/hari)
1. Anti Difteri Serum (ADS) - Eritromisin 50mg/kgBB 3-4 kali/hari selama 10 hari
- Difteri sedang  40.000 IU (oral)
- Difteri berat  80.000 IU
3. Kortikosteroid
- Difteri sangat berat  120.000 IU - Untuk difteri berat dan sangat berat
- Prednisone 2mg/kgBB/hari selama 3 minggu
Prognosis

■ Tergantung pada virulensi organisme, umur, status imunisasi, tempat infeksi, dan
kecepatan pemberian toksin
■ Penyumbatan mekanik karena difteri laring atau Bullneck dan komplikasi miokarditis
menyebabkan kematian difteri yang paling besar
■ Angka kematian kasus hampir 10% untuk difteri saluran pernapasan
Kesimpulan

■ Pasien didiagnosa menderita difteria tonsil faring yang disebabkan oleh


Corynebacterium diphtheriae dengan ditemukannya manifestasi klinis berupa sesak
napas yang sebelumnya didahului dengan demam, batuk, nyeri menelan, dan
ditemukannya pseudomembran dan bullneck pada pemeriksaan fisik, serta diketahui
riwayat imunisasi yang tidak lengkap melalui anamnesis. Tatalaksana yang dapat
dilakukan adalah dengan diberikan antibiotik yaitu eritromisin dan diimbangi istirahat
yang cukup.

Anda mungkin juga menyukai