Anda di halaman 1dari 27

EMULSI

Elsa Marliana
• Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi
dalam cairan lain dalam bentuk tetesan kecil.
• Tipe emulsi ada dua yaitu oil in water (O/W) atau minyak dalam air
(M/A), dan water in oil (W/O) atau air dalam minyak (A/M).
• Emulsi dapat di stabilkan dengan penambahan bahan pengemulsi
yang disebut EMULGATOR atau SURFAKTAN yang dapat mencegah
koalesensi, yaitu penyatuan tetesan kecil menjadi tetesan besar dan
akhirnya menjadi satu fase tunggal yang memisah.
• Surfaktan menstabilkan emulsi dengan cara menempati antar-
permukaan tetesan dan fase eksternal, dan dengan membuat batas
fisik di sekeliling partikel yang akan berkoalesensi. Surfaktan juga
mengurangi proses emulsifikasi selama pencampuran.
Komponen emulsi

• Komponen dasar, yaitu bahan pembentuk emulsi yang harus ada di


dalam emulsi,
• Fase dispers/ fase internal/ fase diskontinu/ fase terdispersi/ fase dalam,
yaitu zat cair yang terbagi-bagi menjadi butiran kecil di dalam zat cair lain.
• Fase eksternal/ fase kontinu/ fase pendispersi/ fase luar, yaitu zat cair
dalam emulsi yang berfungsi sebagai bahan dasar (pendukung) emulsi
tersebut.
• Emulgator, adalah bagian dari emulsi yang berfungsi untuk menstabilkan
emulsi.

• Komponen tambahan,
• adalah bahan tambahan yang sering ditambahkan ke dalam emulsi untuk
memperoleh hasil yang lebih baik. Misalnya Corrigen Saporis, Odoris,
Coloris, Pengawet dan antioksidan
Tipe emulsi

• Emulsi tipe O/W (oil in water) atau M/A (minyak dalam


air).
• Adalah emulsi yang terdiri dari butiran minyak yang
tersebar kedalam air. Minyak sebagai fase internal dan air
fase eksternal.

• Emulsi tipe W/O (water in oil) atau A/M (air dalam


minak).
• Adalah emulsi yang terdiri dari butiran air yang tersebar
kedalam minyak. Air sebagai fase internal sedangkan fase
minyak sebagai fase eksternal.
Teori terjadinya emulsi

• Teori tegangan permukaan (surface tension)

• Teori orientasi baji (oriented wedge)

• Teori interparsial film


Teori tegangan permukaan

• Molekul memiliki daya tarik menarik antara molekul yang


sejenis yang disebut dengan daya kohesi. Selain itu
molekul juga memiliki daya tarik menarik antara molekul
yang tidak sejenis yang disebut dengan daya adhesi.
Daya kohesi suatu zat selalu sama, sehingga pada
permukaan suatu zat cair akan terjadi perbedaan
tegangan karena tidak adanya keseimbangan daya
kohesi. Tegangan yang terjadi pada permukaan tersebut
dinamakan teganga permukaan.
• penggunaan zat-zat yang
menurunkan tegangan antarmuka
(surfaktan atau zat pembasah)
sebagai zat pengemulsi dan zat
penstabil menghasilkan
penurunan tegangan antarmuka
dari kedua cairan yang tidak
saling bercampur, mengurangi
gaya tolak antara cairan-cairan
tersebut dan mengurangi gaya
tarik-menarik antarmolekul dari
masing-masing cairan.
Teori orientasi baji

• Setiap molekul emulgator


dibagi menjadi dua kelompok
yakni :
• Kelompok hidrofilik, yakni
bagian dari emulgator yang
suka pada air.
• Kelompok lipofilik, yakni
bagian yang suka pada
minyak
Teori interparsial film

• Teori ini mengatakan bahwa emulgator akan diserap pada batas


antara air dan minyak, sehingga terbentuk lapisan film yang akan
membungkus partikel fase dispers.

• Dengan terbungkusnya partikel tersebut maka usaha antara partikel


yang sejenis untuk bergabung menjadi terhalang. Dengan kata lain
fase dispers menjadi stabil.

• Untuk memberikan stabilitas maksimum pada emulsi, syarat


emulgator yang dipakai adalah :
• Dapat membentuk lapisan film yang kuat tapi lunak.
• Jumlahnya cukup untuk menutup semua permukaan partikel fase dispers.
• Dapat membentuk lapisan film dengan cepat dan dapat menutup semua
permukaan partikel dengan segera.
Formula Umum Emulsi

• Zat aktif

• Pembawa (minyak dan air), pemilihan fase minyak tergantung


pada pertimbangan:
• Jenis minyak: minyal alam/sintetik
• Konsistensi minyak: encer/padat
• Rasa

• Emulgator

• Pengawet

• Bahan pembantu sesuai kebutuhan: antioksidan, pendapar,


pewangi, pewarna, dll
Hal yang perlu diperhatikan dalam
pembuatan sediaan

• Pemilihan emulgator

• Mendapatkan konsistensi yang tepat, konsistensi suatu sediaan


emulsi kadang-kadang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.
Untuk meningkatkan konsistensi emulsi cair, yaitu:
• Meningkatkan kekentalan fasa luar.
• Meningkatkan persentase volume fasa terdispersi.

• Memperkecil ukuran partikel, meningkatkan homogenitasnya.


• Menambah jumlah emulgator.
• Menambah pengental atau emulagator hidrofob.

• Kemungkinan terjadinya oksidasi atau reaksi mikrobiologi (pemilihan


antioksidan dan pengawet yang cocok)
Hal yang perlu diperhatikan dalam
pembuatan sediaan

• Pemilihan metode pembuatan emulsi

• Ketepatan prosedur pengembangan pengental, contoh:


• CMC Na ditaburkan pada air mendidih (100°C) digoyangkan
perlan-lahan & dibiarkan, aduk hingga homogen.
• Metolosa ditaburkan pada air bersuhu 70°C (sebanyak dari
jumlah total yang digunakan) aduk hingga homogen. Diamkan
sampai dingin sampai larutan kelihatan bening. Tambahkan air
biasa sebanyak kekurangannya.
• Alginat Na aburkan pada air biasa dalam mortir, goyang
perlan-lahan dan diamkan hingga mengembang kemudian
diaduk (triturasi) hingga homogen dan diperoleh larutan bening
Metode pembuatan emulsi

• Metode gom kering atau metode continental


• emulgator yang digunakan belum dikembangkan, dicampur dengan minyak
terlebih dahulu, kemudian ditambahkan air untuk pembentukan corpus
emulsi, baru diencerkan dengan sisa air yng tersedia

• Metode gom basah atau metode inggris


• emulgator yang digunakan sudah dikembangkan terlebih dahulu. Emulgator
ditambahkan ke dlm air agar membentuk mucilago, kemudian perlahan
minyak dicampurkan untuk membntuk emulsi, setelah itu baru diencerkan
dengan sisa air

• Metode botol atau metode botol forbes


• Untuk emulsi dari bahan-bahan menguap dan minyak minyak dengan
kekentalan yng rendah. Serbuk gom dimasukan ke dlm botol kering,
kemudian ditambahkan 2 bagian air, tutup botol kemudian campuran tsb
dikcok dengan kuat. Tambahkan sisa air sedikit demi sedikit sambil dikocok
• Metode HLB
• Cara ini dilakukan apabila emulsi yang dibuat
menggunakan suatu surfaktan yang memiliki nilai HLB
• Sebelum dilakukan pencampuran, dilakukan perhitungan
harga HLB dari fase internal
• Dilakukan pemilihan emulgator yang memiliki nilai HLB
yang sesuai dengan HLB fase internal
• Setelah diperoleh suatu emulgator yang cocok, selanjutnya
dilakukan pencampuran untuk memperoleh suatu emulsi
yang diharapkan
EMULGATOR
Elsa Marliana
•Emulgator adalah bahan aktif permukaan yang
menurunkan tegangan antarmuka antara minyak dan
air dan mengelilingi tetesan terdispersi dengan
membentuk lapisan yang kuat untuk mencegah
koalesensi dan pemisahan fase terdispersi.
Sifat-sifat emulgator yng diinginkan

• Harus efektif pada permukaan dan mengurangi tegangan


antarmuka sampai di bawah 10 dyne/cm.

• Harus diabsorbsi cepat di sekitar tetesan terdispersi


sebagai lapisan kental mengadheren yang dapat
mencegah koalesensi.

• Memberikan tetesan-tetesan yang potensialnya listriknya


cukup sehingga terjadi saling tolak-menolak.

• Harus meningkatkan viskositas emulsi.

• Harus efektif pada konsentrasi rendah.


Mekanisme kerja emulgator

• Penurunan Tegangan Antarmuka


• Peranan emulgator adalah sebagai pemberi batas antarmuka
masing-masing cairan dan mencegah penggabungan antar
partikel-partikel sehingga dapat mencegah flokulasi.

• Pembentuk Lapisan Antarmuka


• Pengemulsi membentuk lapisan tipis monomolekuler pada
permukaan fase terdispersi. Hal ini berdasarkan sifat amfifil
(suka minyak dan air) dan pengemulsi yang cenderung untuk
menempatkan dirinya pada tempat yang disukai. Bagian hidrofilik
mengarah ke minyak sehingga dengan adanya lapisan tipis kaku
ini akan membentuk suatu penghalang mekanik terhadap adhesi
dan flokulasi, sehingga dapat dibentuk emulsi stabil.
Mekanisme kerja emulgator

• Penolakan Elektrik
• Lapisan antarmuka bertindak sebagai pembatas sehingga
menghalangi penggabungan. Disamping itu, lapisan yang
sama dapat menghasilkan gaya listrik tolak antara tetesan
yang mendekat. Penolakan ini disebabkan oleh suatu
lapisan listrik rangkap yang dapat timbul dari gugus –
gugus bermuatan listrik yang mengarah pada permukaan
bola – bola yang teremulsi m/a.
• Potensial yang dihasilkan oleh lapisan rangkap tersebut
menciptakan suatu pengaruh tolak menolak antara tetesan
– tetasan minyak sehingga mencegah penggabungan
Pembagian emulgator

• Berdasarkan strutur kimianya


• Emulgator sintetik
• Emulgator alam

• Berdasarkan mekanisme kerjanya


• Lapisan monomolekuler
• Lapisan multimolekuler
• Lapisan partikel padat
• Bahan pengemulsi sintetik
• Anionik pada sub bagian ini ialah surfaktan bermuatan (-)
Contoh: Na, K dan garam-garam ammonium dari asam oleat dan laurat
yang larut dalam air dan baik sebagai bahan pengemulsi tipe o/w. Bahan
pengemulsi ini rasanya tidak menyenangkan dan mengiritasi saluran
pencernaan.

• Kationik.
Aktivitas permukaan pada kelompok ini bermuatan (+). Komponen ini
bertindak sebagai bakterisid dan juga menghasilkan emulsi antiinfeksi
seperti pada lotion kulit dan krim.

• Non ionic.
Merupakan surfaktan yang digunakan sebagai bahan pengemulsi untuk
kerja keseimbangan molekul antara hidrofik dan lipofilik.
• Emulgator alam dapat dibagi menjadi beberapa
kelompok.
• Berasal dari tumbuhan
 Karbohidrat seperti akasia, tragakan, pektin.
 Derivat selulosa
• Berasal dari hewan
 Gelatin
 Kuning telur dan kasein
 Lemak bulu domba dan kolesterol
• Emulgator alam dari tanah mineral
• Veegum / Magnesium Aluminium Silikat
• Bentonit
• Lapisan Monomolekuler
• Emulgator ini mampu menghasilkan emulsi dengan membentuk
lapisan tunggal dari molekul atau ion antarmuka air atau minyak
yang diabsorpsi.

• Lapisan Multimolekuler
• Lapisan liofilik yang terhidrasi membentuk lapisan multimolekuler di
sekeliling tetesan dari minyak yang terdispersi.

• Lapisan Partikel Padat


• Partikel padat yang kecil dibasahi baik oleh fase cair dan non cair
yang bereaksi sebagai emulgator. Jika partikel terlalu hidrofilik,
partikel tersebut tinggal dalam fase cair, tetapi jika terlalu hidrofobik
partikel tersebut terdispersi dengan sempurna dalam fase minyak.
No. Tipe Tipe Lapisan Contoh

1. Bahan Sintetik Monomolekuler Anionik:


(Surfaktan) Sabun: Potassium Laurat Triethanolamin
stearat
Sulfat: Sodium Lauril Sulfat Alkil
Polioxietilen Sulfat
Sulfonat: Dietil Sodium
Sulfosueonate Kationik:
Komponen Amonium Kuartener Cetiltrimetil
amonium bromida Polietilrn sorbitan estrt
asam
lemak
No. Tipe Tipe Lapisan Contoh

      Nonionik: Polioeksitelen lemak alkohol


      Sorbitan ester asam lemak Polioeksitelen sorbitan
      ester
      asam lemak Hidrofilik Koloid:
      Akasia Gelatin Lecithin
      Kolesterol
2. Natural Multimolekuler Koloidal Clay: Bentomit Veegum
Metalik hidroksida:
Magnesium hidroksida

     
Monomolekuler

     
3. Serbuk menjadi Partikel Padat
padatan

Anda mungkin juga menyukai