Anda di halaman 1dari 13

Sumber Agama dan Ajaran Islam

1. Ifran hilmi azhara

2. Imran rasyid

3. Kalifah alif andrie

4. Keisya salsabila

5. M.Fauzan widakdo

6. Singgih rahbanu
A. Pengertian Islam Menurut Al-Quran
• Pengertian islam merupakan ajaran agama yang mengimani satu Tuhan, yaitu Allah. Islam adalah agama yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw sebagai nabi dan rasul terakhir untuk menjadi pedoman hidup seluruh
manusia hinnga akhir zaman. Di Indonesia, Islam merupakan agama dengan jumlah pemeluk yang terbanyak
atau mayoritas. Kata islam sendiri dalam Bahasa Arab memiliki arti penyerahan, atau diartikan juga sebagai
penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan.
• Secara etimologi Alquran berasal dari kata qara’a, yaqra’u, qiraa’atan, atau qur’anan yang berarti
mengumpulkan (al-jam’u) dan menghimpun (al-dlammu). Sedangkan secara terminologi (syariat), Alquran
adalah Kalam Allah ta’ala atau mu’jizat yang diturunkan kepada Rasul dan penutup para Nabi-Nya,
Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam, yang ditulis dalam mushaf diriwayatkan secara mutawatir dan
membacanya ibadah, dan diawali dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Naas. Dan menurut para
ulama klasik, Alquran sumber agama (juga ajaran) Islam pertama dan utama yang memuat firman-firman
(wahyu) Allah, sama benar dengan yang disampaikan oleh Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad sebagai
Rasul Allah sedikit demi sedikit selama 22 tahun 2 bulan 22 hari, mula-mula di Mekah kemudian di Medinah.
Al-Qur’an memiliki beberapa nama lain, antara lain adalah:

- Al-Kitab (Buku) - Al-Hukm (Peraturan/hukum)


- Al-Furqan (Pembeda benar salah) - Al-Hikmah (Kebijaksanaan)
- Adz-Dzikr (Pemberi peringatan) - Asy-Syifa’ (Obat/penyembuh)
- Al-Mau’idhah (Pelajaran/nasihat)
B. Struktur dan pembagian Al-Qur’an
1. Surat, ayat dan ruku
Al-Qur’an terdiri atas 114 bagian yang dikenal dengan nama surah(surat) dan 6236 ayat. Setiap surat akan terdiri
atas eberapa ayat, di mana surat terpangjang 286 ayat adalah surat Al-Baqarah dan yang terpendek hanya memeiliki
3 ayat yakni surat Al-Kautsar, An-Nasr dan Al-Asr. Surat-surat yang panjang terbagi lagi yang dinamakan ruku’ yang
membahas tema atau topik tertentu.

2. Makkiyah dan Madaniyah


Sedangkan menurut tempat diturunkannya, setiap di bagi atas surat-surat Makkiyah (surat Mekkah) dan Madaniyah
(surat Madaniyah). Pembagian ini berlandaskan tempat dan kala penururnan surat dan ayat tertentu di mana surat-
surat yang turun sebelum Rasullah SAW hijrah ke Madinah digolongkan surat Makkiyah sedangkan setelahnya
tergolong surat Madaniyah. Surat yang turun di Makkah kebanyakan suratnya suratnya pendek-pendek, menyangkut
prinsip-prinsip keimanan dan akhlaq, panggilannya ditujukan kepada manusia. Sedangkann yang turun di Madinah
kebanyakan suratnya Panjang-panjang, menyangkut peraturan-peraturan yang mengatur hubungan seseorang dengan
Tuhan atau seseorang dengan lainnya (syari’ah). Pembagian berdasar fase sebelum dan sesudah hijrah ini semakin
tepat, karena hadir surat Madaniyah yang turun di Mekkah.
3. Juz dan Mnazil
Dalam skema pembagian lain. Al-Quran juga terbagi menjadi 30 bagian dengan Panjang sama yang dikenal dengan
nama juz. Pembagian ini sebagai memudahkan mereka yang mau menuntaskan bacaan Al-Qur’an dalam 30 hari.
Pembagian lain yakni manzil memecah Al-qur’an menjadi 7 bagian dengan tujuan penyelesaian bacaan dalam 7 hari.
Kedua jenis pembagiaa ini tidak memeliki hubungan dengan pembagian subjek bahasan tertentu.

4. Menurut ukuran surat


Penghabisan dari sisi panjang-pendeknya, surat-surat yang hadir di dalam Al-Quran terbagi menjadi empat bagian,
yaitu:

 As Sab’uththiwaal (tujuh surat yang panjang). Yaitu surat Al-Baqarah, Ali Imran, An-Nisa, Al-A’raaf, Al-
An’aam, Al Maaidah dan Yunus
 Al Miuun (seratus ayat lebih), seperti Hud, Yusuf, Mu, min dan sebagainya.
 Al Maatsaani (kurang lebih dari serratus ayat), seperti Al-Anfaal, Al-Hijr dan sebagainya.
 Al Mufashshal (surat-surat pendek), seperti Al-ikhlas, An-Nas dsb-nya dan sebegainya.
C. Hadist / As-Sunnah
• Hadits disebut juga As-Sunnah. Sunnah secara bahasa berarti “adat-istiadat” atau “kebiasaan” (traditions).
Sunnah adalah segala perkataan, perbuatan, dan penetapan/persetujuan serta kebiasaan Nabi Muhammad Saw.
Penetapan (taqrir) adalah persetujuan atau diamnya Nabi Saw terhadap perkataan dan perilaku sahabat

• As-Sunnah adalah sumber hukum Islam yang kedua sesudah Al-Qur’an.Apabila as-Sunnah / Hadits tidak
berfungsi sebagai sumber hukum.
Ada tiga peranan al-Hadis disamping al-Quran sebagai sumber agama dan ajaran Islam, yakni
sebagai berikut:

1.  Menegaskan lebih lanjut ketentuan yang terdapat dalam al-Quran. Misalnya dalam Al-Quran terdapat ayat tentang
sholat tetapi mengenai tata cara pelaksanaannya dijelaskan oleh Nabi.

2.  Sebagai penjelasan isi Al-Quran. Di dalam Al-Quran Allah memerintah- kan manusia mendirikan shalat. Namun
di dalam kitab suci tidak dijelaskan banyaknya raka’at, cara rukun dan syarat mendirikan shalat. Nabilah yang
menyebut sambil mencontohkan jumlah raka’at setiap shalat, cara, rukun dan syarat mendirikan shalat.

3.  Menambahkan atau mengembangkan sesuatu yang tidak ada atau samar-samar ketentuannya di dalam Al-Quran.
Sebagai contoh larangan Nabi mengawini seorang perempuan dengan bibinya. Larangan ini tidak terdapat dalam
larangan-larangan perkawinan di surat An-Nisa (4) : 23. Namun, kalau dilihat hikmah larangan itu jelas bahwa
larangan tersebut mencegah rusak atau putusnya hubungan silaturrahim antara dua kerabat dekat yang tidak disukai
oleh agama Islam.
Hubungan As-Sunnah dengan Al-Qur’an

1. Sebagai Bayan (menerangkan ayat-ayat yang sangat umum).


2. Sebagai Taqrir (memperkokoh dan memperkuat pernyataan al-Qur’an ).
3. Sebagai Bayan Tawdih (menerangkan maksud dan tujuan sesuatu).
D. Ijtihad

• Ijtihad berasal dari kata ijtihada yang berarti mencurahkan tenaga dan pikiran atau bekerja semaksimal
mungkin. Sedangkan ijtihad sendiri berarti mencurahkan segala kemampuan berfikir untuk mengeluarkan
hukum syar’i dari dalil-dalil syara, yaitu Alquran dan hadist.
Hasil dari ijtihad merupakan sumber hukum ketiga setelah Alquran dan hadist. Ijtihad dapat dilakukan apabila
ada suatu masalah yang hukumnya tidak terdapat di dalam Alquran maupun hadist, maka dapat dilakukan
ijtihad dengan menggunakan akal pikiran dengan tetap mengacu pada Alquran dan hadist. orang yang
melakukan ijtihad disebut mujtahid
Syarat –syarat orang yang ijtihad sebagai berikut:

• Memiliki pengetahuan yang luas dan mendalam,


• Memiliki pemahaman mendalam tentang bahas Arab, ilmu tafsir, usul fiqh, dan tarikh (sejarah),
• Mengenal cara meng-istinbat-kan (perumusan) hukum dan melakukan qiyas,
• Memiliki akhlaqul qarimah.
Macam-macam ijtidah yang dikenal dalam syariat islam, yaitu
1. ijma
Ijma menurut bahasa artinya sepakat, setuju, atau sependapat. Sedangkan menurut istilah adalah kebulatan pendapat ahli ijtihad
umat Nabi Muhammad SAW sesudah beliau wafat pada suatu masa, tentang hukum suatu perkara dengan cara musyawarah. Hasil
dari Ijma’ adalah fatwa, yaitu keputusan bersama para ulama dan ahli agama yang berwenang untuk diikuti seluruh umat.

2.  Qiyas
Qiyas yaitu berarti mengukur sesuatu dengan yang lain dan menyamakannya. Dengan kata lain Qiyas dapat diartikan pula sebagai
suatu upaya untuk membandingkan suatu perkara dengan perkara lain yang mempunyai pokok masalah atau sebab akibat yang
sama.
3. Istihsan
Istihsan yaitu suatu proses perpindahan dari suatu Qiyas kepada Qiyas lainnya yang lebih kuat atau mengganti argumen dengan
fakta yang dapat diterima untuk mencegah kemudharatan atau dapat diartikan pula menetapkan hukum suatu perkara yang menurut
logika dapat dibenarkan.
Contohnya, menurut aturan syarak, kita dilarang mengadakan jual beli yang barangnya belum ada saat terjadi akad. Akan tetapi
menurut Istihsan, syarak memberikan rukhsah (kemudahan atau keringanan) bahwa jual beli diperbolehkan dengan sistem
pembayaran di awal, sedangkan barangnya dikirim kemudian
4.  Mushalat Murshalah
Mushalat murshalah menurut bahasa berarti kesejahteraan umum. Adapun menurut istilah adalah perkara-perkara yang perlu
dilakukan demi kemaslahatan manusia. Contohnya, dalam Al Quran maupun Hadist tidak terdapat dalil yang memerintahkan untuk
membukukan ayat-ayat Al Quran. Akan tetapi, hal ini dilakukan oleh umat Islam demi kemaslahatan umat.
5. Sududz Dzariah
Sududz dzariah menurut bahasa menutup jalan, sedangkan menurut istilah adalah tindakan memutuskan suatu yang mubah menjadi
makruh atau haram demi kepentingan umat.
6. Istishab
Istishab yaitu melanjutkan berlakunya hukum yang telah ada dan telah ditetapkan di masa lalu hingga ada dalil yang mengubah
kedudukan hukum tersebut.
7. Urf
Urf yaitu berupa perbuatan yang dilakukan terus-menerus (adat), baik berupa perkataan maupun perbuatan
Terima Kasih 

Anda mungkin juga menyukai