O
L
E
H
KEJAHATAN
PELANGGARAN
Perbuatan pidana yang berat, ancaman hukumanya
Perbuatan pidana yang ringan, ancaman
dapat berupa hukuman denda, hukuman penjara ,
hukumanya berupa denda atau kurungan
hukuman mati dan kadangkala masih ditambah
(diatur dalam Buku III KUHP) Ps. 489-502,
dengan hukuman penyitaan barang-barang tertentu,
503-520, 521-528, 529-530, 531, 532-547, 548-
pencabutan hak tertentu serta pengumuman
551, 552-559,560-569.
keputusan hakim.
Tujuan Hukum
Pidana
2. Untuk mendidik orang yang telah melakukan perbuatan pidana agar menjadi
orang yang baik dan dapat diterima kembali dalam masyarakat (fungsi
represif/Penanggulangan ).
PEMBAGIAN HUKUM PIDANA
Obyektif
Berkaitan dengan tindakan, peristiwa pidana adalah perbuatan yang melawan hukum yang
sedang berlaku, akibat perbuatan itu dilarang dan diancam dengan hukuman.
Unsur
Peristi
Subyektif
-wa Peristiwa pidana adalah perbuatan yang dilakukan seseorang secara salah. Unsur-unsur
Pidana kesalahan si pelaku itulah yang mengakibatkan terjadinya peristiwa pidana. Unsur kesalahan
itu timbul dari niat atau kehendak sipelaku. Jadi, akibat dari perbuatan itu telah diketahui
bahwa dilarang oleh UU dan diancam dengan hukuman (unsur kesengajaan).
1. Ada suatu perbuatan, yaitu kegiatan yg dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang.
Syarat 2. Perbuatan harus sesuai sebagaimana yg dirumuskan dalam UU. Pelakunya harus telah
Peristi- melakukan suatu kesalahan dan harus mempertanggung jawabkan perbuatannya.
wa
Pidana 3. Harus ada kesalahan yg dapat dipertanggung jawabkan, jadi perbuatan itu memang dapat
dibuktikan sebagai suatu perbuatan yg melanggar ketentuan hukum.
4.Harus ada ancaman hukumannya. Dengan kata lain ketentuan hukum yg dilanggar itu
mencantumkan sanksinya.
MACAM-MACAM PERBUATAN
PIDANA/DELIK
Suatu perbuatan pidana yang dilakukan dengan Perbuatan pidana yang tidak disengaja, karena
sengaja. kealpaannya mengakibatkan matinya seseorang.
Contoh : Pembunuhan berencana (Ps. 338 KUHP). Contoh: Ps. 359 KUHP.
Berdasarkan adagium “ Nullum delictum nulla poena sine praevia lege poenali” artinya
Asas Legalitas tidak ada perbuatan yang dapat dipidana kecuali atas kekuatan aturan pidana dalam
perundang-undangan yang telah ada sebelum perbuatan dilakukan (Ps. 1 (1) KUHP).
Asas Suatu asas yang memberlakukan KUHP bagi semua orang yang melakukan perbuatan
Teritorialitas pidana di dalam wilayah indonesia, akan tetapi tidak berlaku bagi mereka yang memiliki
hak kekebalan diplomatik berdasarkan asas ekteritorialitas ( Ps. 2 dan 3 KUHP).
Asas Nasional Asas yg memberlakukan KUHP terhadap orang-orang Indonesia yang melakukan
Akitf perbuatan pidana di luar wilayah RI. Asas ini bertititk tolak pada orang yg melakukan
perbuatan pidana (asas personalitet).
Asas Nasional Asas yang memberlakukan KUHP terhadap siapapun juga, baik WNI maupun WNA yang
Pasif melakukan perbuatan pidana diluar wilayah indonesia. Jadi, yang diutamakan adalah
keselamatan kepentingan suatu negara (asas perlindungan).
Asas yang memberlakukan KUHP terhadap perbuatan pidana yang terjadi diluar
Asas wilayah RI yang bertujuan untuk merugikan kepentingan internasional. Peristiwa
Universalitas pidana yang terjadi dapat berada di daerah yang tidak termasuk kedaulatan negara
manapun. Jadi, yang diutamakan oleh asas ini adalah keselamatan internasional.
Contoh: Pembajakan kapal dilautan bebas.
JENIS-JENIS
HUKUMAN
Pokok :
1. Hukuman mati Tambahan :
2. Hukuman penjara 1. Pencabutan hak-hak tertentu
Ps. 10 KUHP
3. Hukuman kurungan 2. Perampasan/penyitaan
Hukuman pokok dan
4. Hukuman denda barang-barang tertentu dan
hukuman tambahan :
3. Pengumuman putusan hakim
3. Teori Gabungan
Merupakan kombinasi dari kedua teori diatas, tujuan penjatuhan pidana adalah agar orang tidak
melakukan kejahatan, dan agar tidak melakukan kejahatan lagi.
Seseorang yang mendapat putusan pengadilan yang sudah mempunyai kekuatan hukum yang tetap/tidak
melakukan upaya hukum lagi, harus menjalankannya. Akan tetapi KUHP diatur juga dalam hal-hal apa saja
seseorang terdakwa tidak perlu menjalani hukuman/pidana :
1. Matinya terdakwa (Ps. 83 KUHP)
2. Daluarsa (Ps. 84 dan 85 KUHP)
Dalam KUHP juga diatur hapusnya kewenangan jaksa untuk menuntut yaitu
1. Nebis in idem (Ps. 76)
2. Daluwarsa (Ps. 78)
3. Matinya terdakwa (Ps. 77)
4. Pembayaran denda maksimum kepada pejabat tertentu, maka pelanggaran hanya diancam denda saja
(Ps. 82)
&
SILAHKAN DIFAHAMI