Anda di halaman 1dari 10

ASAS-ASAS HUKUM PIDANA

O
L
E
H

OTONG SYUHADA, SH,.


MH.
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MAJALENGKA
Hukum yang mengatur tentang pelanggaran dan kejahatan
Pengertian Hukum terhadap kepentingan umum. Pelanggaran dan kejahatan
Pidana tersebut diancam dengan hukuman yang merupakan
penderitaan atau siksaan bagi yang bersangkutan.

KEJAHATAN
PELANGGARAN
Perbuatan pidana yang berat, ancaman hukumanya
Perbuatan pidana yang ringan, ancaman
dapat berupa hukuman denda, hukuman penjara ,
hukumanya berupa denda atau kurungan
hukuman mati dan kadangkala masih ditambah
(diatur dalam Buku III KUHP)  Ps. 489-502,
dengan hukuman penyitaan barang-barang tertentu,
503-520, 521-528, 529-530, 531, 532-547, 548-
pencabutan hak tertentu serta pengumuman
551, 552-559,560-569.
keputusan hakim.

1. Untuk menakut-nakuti setiap orang agar tidak melakukan perbuatan pidana


(fungsi preventif/pencegahan);

Tujuan Hukum
Pidana
2. Untuk mendidik orang yang telah melakukan perbuatan pidana agar menjadi
orang yang baik dan dapat diterima kembali dalam masyarakat (fungsi
represif/Penanggulangan ).
PEMBAGIAN HUKUM PIDANA

Hukum Pidana Obyektif (ius Poenale) Hukum Pidana


Yaitu seluruh peraturan yang memuat tentang keharusan atau larangan Subyektif (ius
disertai dengan ancaman hukuman bagi yang melanggarnya. puniendi)
Yaitu hak negara untuk
menghukum seseorang
Hukum Pidana Materiil berdasarkan hukum
Merumuskan tentang pelanggaran dan kejahatan, serta syarat-syarat apa obyektif.
yang diperlukan agar seseorang dapat dihukum:
1. Perbuatan apa yang dapat dihukum; 2. Siapa yang dapat
dihukum;
3. Hukuman apa yang dapat diterapkan.
1. Hak negara
untuk
memberikan
ancaman
A. Hukum Pidana Umum yaitu hukum B. Hukum Pidana Khusus yaitu yang hukuman;
pidana yang berlaku bagi semua berlaku bagi orang-orang 2. Hak jaksa untuk
orang (umum); tertentu. (Pengadilan Militer) menuntut
pelaku tindak
pidana;
Hukum Pidana Formil
3. Hak hakim
Yaitu peraturan hukum yang menentukan bagaimana cara memelihara dan
untuk
mempertahankan hukum pidana materiil. Jadi mengatur bagaimana
memutuskan
menerapkan sanksi terhadap seseorang yang melanggar hukum pidana
suatu perkara.
materiil.
PERISTIWA PIDANA

Suatu kejadian yang mengandung unsur-unsur perbuatan yang dilarang oleh


UU, sehingga siapa yang menimbulkan peristiwa itu dapat dikenakan sanksi
pidana (hukuman).

Obyektif
Berkaitan dengan tindakan, peristiwa pidana adalah perbuatan yang melawan hukum yang
sedang berlaku, akibat perbuatan itu dilarang dan diancam dengan hukuman.
Unsur
Peristi
Subyektif
-wa Peristiwa pidana adalah perbuatan yang dilakukan seseorang secara salah. Unsur-unsur
Pidana kesalahan si pelaku itulah yang mengakibatkan terjadinya peristiwa pidana. Unsur kesalahan
itu timbul dari niat atau kehendak sipelaku. Jadi, akibat dari perbuatan itu telah diketahui
bahwa dilarang oleh UU dan diancam dengan hukuman (unsur kesengajaan).

1. Ada suatu perbuatan, yaitu kegiatan yg dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang.

Syarat 2. Perbuatan harus sesuai sebagaimana yg dirumuskan dalam UU. Pelakunya harus telah
Peristi- melakukan suatu kesalahan dan harus mempertanggung jawabkan perbuatannya.
wa
Pidana 3. Harus ada kesalahan yg dapat dipertanggung jawabkan, jadi perbuatan itu memang dapat
dibuktikan sebagai suatu perbuatan yg melanggar ketentuan hukum.

4.Harus ada ancaman hukumannya. Dengan kata lain ketentuan hukum yg dilanggar itu
mencantumkan sanksinya.
MACAM-MACAM PERBUATAN
PIDANA/DELIK

Delik Formil Delik Materil


Suatu perbuatan pidana yang sudah dilakukan
Suatu perbuatan pidana yang dilarang, yaitu
dan perbuatan itu benar-benar melanggar
akibat yang timbul dari perbuatan itu.
ketentuan yang dirumuskan dalam pasal UU yg
Contoh : Pembunuhan (dianggap delik adalah
bersangkutan. Dikatakan delik ini apabila
matinya seseorang yang merupakan
perbuatan mengambil barang itu sudah selesai
akibat dari perbuatan seseorang).
dilakukan dan dg maksud hendak dimiliki.

Delik Dolus Delik Culpa

Suatu perbuatan pidana yang dilakukan dengan Perbuatan pidana yang tidak disengaja, karena
sengaja. kealpaannya mengakibatkan matinya seseorang.
Contoh : Pembunuhan berencana (Ps. 338 KUHP). Contoh: Ps. 359 KUHP.

Delik Aduan Delik Politik


Suatu perbuatan pidana yang memerlukan
Perbuatan pidana yang ditujukan kepada keamanan
pengaduan orang lain. Jadi, sebelum ada
negara, baik secara langsung atau tidak langsung.
pengaduan belum merupakan delik.
Contoh: Pemberontakan akan menggulingkan
Contoh: Ps. Mengenai perzinahan atau
pemerintahan yang syah.
penghinaan
ASAS-ASAS YANG TERKANDUNG
DALAM KUHP

Berdasarkan adagium “ Nullum delictum nulla poena sine praevia lege poenali” artinya
Asas Legalitas tidak ada perbuatan yang dapat dipidana kecuali atas kekuatan aturan pidana dalam
perundang-undangan yang telah ada sebelum perbuatan dilakukan (Ps. 1 (1) KUHP).

Asas Suatu asas yang memberlakukan KUHP bagi semua orang yang melakukan perbuatan
Teritorialitas pidana di dalam wilayah indonesia, akan tetapi tidak berlaku bagi mereka yang memiliki
hak kekebalan diplomatik berdasarkan asas ekteritorialitas ( Ps. 2 dan 3 KUHP).

Asas Nasional Asas yg memberlakukan KUHP terhadap orang-orang Indonesia yang melakukan
Akitf perbuatan pidana di luar wilayah RI. Asas ini bertititk tolak pada orang yg melakukan
perbuatan pidana (asas personalitet).

Asas Nasional Asas yang memberlakukan KUHP terhadap siapapun juga, baik WNI maupun WNA yang
Pasif melakukan perbuatan pidana diluar wilayah indonesia. Jadi, yang diutamakan adalah
keselamatan kepentingan suatu negara (asas perlindungan).

Asas yang memberlakukan KUHP terhadap perbuatan pidana yang terjadi diluar
Asas wilayah RI yang bertujuan untuk merugikan kepentingan internasional. Peristiwa
Universalitas pidana yang terjadi dapat berada di daerah yang tidak termasuk kedaulatan negara
manapun. Jadi, yang diutamakan oleh asas ini adalah keselamatan internasional.
Contoh: Pembajakan kapal dilautan bebas.
JENIS-JENIS
HUKUMAN

Pokok :
1. Hukuman mati Tambahan :
2. Hukuman penjara 1. Pencabutan hak-hak tertentu
Ps. 10 KUHP
3. Hukuman kurungan 2. Perampasan/penyitaan
Hukuman pokok dan
4. Hukuman denda barang-barang tertentu dan
hukuman tambahan :
3. Pengumuman putusan hakim

Hukuman tambahan hanya


Hukuman pokok terlepas dari
merupakan tambahan pada
hukuman lain, artinya dapat di
hukuman pokok, sehingga tidak
jatuhkan kepada terhukum
dapat dijatuhkan tanpa ada
secara mandiri
hukuman pokok
DASAR PEMBENARAN PENJATUHAN PIDANA

1. Teori Absolut 2. Teori Relatif


Tujuan dari pemidanaan terletak pada hukum Tujuan pemidanaan adalah:
pidana itu sendiri, “....Barang siapa yang 3. Mencegah terjadinya kejahatan
melakukan suatu perbuatan pidana, harus di 4. Menakut-nakuti sehingga orang lain tidak
jatuhi hukuman pidana...”. melakukan kejahatan
 Teori ini disebut juga teori pembalasan, 5. Memperbaiki orang yang melakukan tindak pidana
karena bersipat pembalasan (vergelding), 6. Memberikan pperlindungan kepada masyarakat
hukuman dijatuhkan karena ada dosa. terhadap kejahatan  disebut juga teori tujuan,
karena menitik beratkan pada tujuan hukuman.

3. Teori Gabungan
Merupakan kombinasi dari kedua teori diatas, tujuan penjatuhan pidana adalah agar orang tidak
melakukan kejahatan, dan agar tidak melakukan kejahatan lagi.
 Seseorang yang mendapat putusan pengadilan yang sudah mempunyai kekuatan hukum yang tetap/tidak
melakukan upaya hukum lagi, harus menjalankannya. Akan tetapi KUHP diatur juga dalam hal-hal apa saja
seseorang terdakwa tidak perlu menjalani hukuman/pidana :
1. Matinya terdakwa (Ps. 83 KUHP)
2. Daluarsa (Ps. 84 dan 85 KUHP)

Sebaliknya diluar KUHP ada pengaturan mengenai hal :


1. Pemberian Amnesti oleh Presiden (dihapuskanya akibat hukum pidana terhadap orang
yang melakukan pidana)
2. Pemberian Grasi oleh Presiden, yaitu pengampunan yyang diatur dalam UU No. 3 tahun
1950.

 Dalam KUHP juga diatur hapusnya kewenangan jaksa untuk menuntut yaitu
1. Nebis in idem (Ps. 76)
2. Daluwarsa (Ps. 78)
3. Matinya terdakwa (Ps. 77)
4. Pembayaran denda maksimum kepada pejabat tertentu, maka pelanggaran hanya diancam denda saja
(Ps. 82)

Adapun yang diatur diluarv KUHP adalah:


1. Abolisi (penghapusan penuntutan)
2. Amnesti ( diatur dalam UU Darurat No. 11 tahun 1950)
TERIMA KASIH

&

SILAHKAN DIFAHAMI

Anda mungkin juga menyukai