Anda di halaman 1dari 61

REFERAT

KARSINOMA
SERVIKS
Disusun Oleh :
Alya Rihhadatul Fano 1102017019
Dwiky Ramadhan Ananda 1102017076

Pembimbing :
dr. Damarizqa Dara Sjahruddin, M.Ked.Klin, Sp. OG

KEPANITERAAN KLINIK UNIVERSITAS YARSI


PEMBELAJARAN JARAK JAUH STASE OBSGYN
PERIODE 20 SEPTEMBER– 17 OKTOBER 2021
DEFINIS
I
“Serviks adalah bagian paling bawah dari rahim, berb
silinder dan berhubungan dengan vagina. Kanker serviks
keganasan pada serviks yang disebabkan oleh infeksi HPV
onkogenik risiko tinggi; terutama HPV 16 dan 18. Leb
95% kanker serviks adalah tipe epithelial yang terdiri ata
karsinoma sel skuamosa dan adenokarsinoma.

HOGI, 2018. Kanker Ginekologi. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran, pp. 6-35.
EPIDEMIOLO
GI
Pada 2018, perkiraan kanker serviks di dunia mencakup hampir
570.000 kasus baru dan lebih dari 311.000 kematian.

Data yang bersumber dari Rumah Sakit Kanker Dharmais pada tahun
menunjukkan bahwa kasus kanker serviks merupakan kasus terb
kedua setelah kanker payudara.

Hoffman, Schorge, Halvorson, Hamid, Corton, & Schaffer. (2020). Williams Gynecology 4th Edition.
McGraw-Hill Education.
KEMENKES. (2019). Beban Kanker di Indonesia. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI,
8.
EPIDEMIOLO
GI
1 dari 132 wanita berisiko untuk menderita kank
ini, dengan usai rata rata diagnosis adalah 50 tahun

Hoffman, Schorge, Halvorson, Hamid, Corton, & Schaffer. (2020). Williams Gynecology 4th Edition.
McGraw-Hill Education.
ETIOLOGI
HPV (human papillomavirus) adalah agen infeksi
etiologi utama yang terkait dengan kanker serviks.
Sebanyak 99,7% dari kanker serviks dikaitkan dengan
subtipe HPV onkogenik.

• HPV serotipe 16 menyebabkan 63% kasus kanker


serviks.

• HPV serotipe 18 menyebabkan 16% kasus penyakit


invasif.

Hoffman, Schorge, Halvorson, Hamid, Corton, & Schaffer. (2020). Williams Gynecology 4th
Edition. McGraw-Hill Education.
FAKTOR RISIKO

01 Usia pertama kali melakukan 04 Merokok


hubungan seksual umur <20 tahun

Multiple Partners  6
02 pasangan atau lebih 05 Penyakit Menular Seksual

Paritas  7 kehamilan Penggunaan kontrasepsi oral


03 cukup bulan 06 jangka panjang

Hoffman, Schorge, Halvorson, Hamid, Corton, & Schaffer. (2020). Williams Gynecology 4th Edition. McGraw-Hill Education.
KLASIFIKA
SI
Sistem staging yang dikembangkan
oleh (FIGO) 2018 yang bekerja
sama dengan (WHO) dan
International Union Against Cancer
(UICC).

Hoffman, Schorge, Halvorson, Hamid, Corton, &


Schaffer. (2020). Williams Gynecology 4th Edition.
McGraw-Hill Education.
Gambar.
lntemational
Federation of
Gynecologists
and
Obstetricians
(FIGO) stages
of cervical
cancer.

Hoffman, Schorge, Halvorson, Hamid, Corton, & Schaffer. (2020). Williams


Gynecology 4th Edition. McGraw-Hill Education.
Klasifikasi Histologik
A)Karsinoma sel skuamosa B) Adenokarsinoma

Tumor sel skuamosa adalah yang paling Adenokarsinoma merupakan 25 % dari kanker serviks
dan muncul dari endoserviks sel kolumnar penghasil
mendominasi, terdapat kira-kira 70%
mukus. Adenokarsinoma sering memberi bentuk serviks
dari semua kanker serviks, dan timbul barrel shape. Adenokarsinoma menunjukkan berbagai
dari ektoserviks. pola histologis. Salah satunya, mucinous
adenocarcinomas yang paling umum.

Hoffman, Schorge, Halvorson, Hamid, Corton, & Schaffer. (2020). Williams Gynecology 4th Edition. McGraw-Hill Education.
Klasifikasi Histologik
● Mixed cervical carcinomas jarang terjadi

● Glassy cell carcinoma menggambarkan bentuk


adenosquamous carsinoma yang berdiferensiasi buruk di
mana sel menampilkan sitoplasma dengan ground-glass
penampilan.

● Neuroendocrine tumors : langka, agresif, tingkat


kelangsungan hidup rendah meskipun pengobatan dengan
histerektomi radikal dan kemoterapi

● Cervical leiomyosarcomas dan cervical stromal sarcomas


memiliki prognosis yang buruk

● Melanomas sering muncul sebagai nodul biru atau hitam


dan memiliki prognosis yang buruk

Hoffman, Schorge, Halvorson, Hamid, Corton, & Schaffer. (2020). Williams Gynecology 4th Edition. McGraw-Hill Education.
PATOFISIOLOGI
A. Titik awal menunjukkan sel
berisiko karena terdapat infeksi
HPV aktif.
B. Lesi preinvasif yang relevan
secara klinis Genom HPV telah
diintegrasikan ke dalam DNA
inang
C. Efek interaktif antara
lingkungan, kekebalan inang,
dan variasi genom sel somatik
menyebabkan kanker serviks
yang invasif.

Kira kira 30% CIN 3 mengalami progresi menjadi sel kanker yang invasive
lebih dari 30 tahun

Hoffman, Schorge, Halvorson, Hamid, Corton, & Schaffer. (2020). Williams Gynecology 4th Edition. McGraw-Hill Education.
PATOFISIOLOGI
E6 langsung mengikat p53 dan juga mengaktifkan E6AP untuk
menurunkan protein tumor supressor p53

E7 juga menderegulasi produksi protein tumor supressor p21


dan merusak fungsi p53.

E7 oncoprotein fosforilat protein tumor supressor retinoblastoma,


menghasilkan pelepasan faktor transkripsi E2F, yang terlibat
dalam perkembangan siklus sel.

Hoffman, Schorge, Halvorson, Hamid, Corton, & Schaffer. (2020). Williams Gynecology 4th Edition. McGraw-Hill Education.
MANIFESTASI

KLINIS
Tanda-tanda dini kanker serviks mungkin tidak menimbulkan gejala.
• Gejala umum yang sering terjadi berupa perdarahan pervaginam
(pascasanggama, perdarahan di luar haid) dan keputihan.
• Pada penyakit lanjut keluhan berupa keluar cairan pervaginam yang
berbau busuk, nyeri panggul, nyeri pinggang dan pinggul, sering
berkemih, buang air kecil atau buang air besar yang sakit.
• Gejala penyakit yang residif berupa nyeri pinggang, edema kaki
unilateral, dan obstruksi ureter.

Prawirohardjo, S., 2018. Ilmu Kandungan Edisi Ketiga. 3rd ed. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,.
DIAGNOSIS
Anamnesis
Kanker serviks stadium awal dapat menimbulkan adanya
keputihan berair dan/atau berwarna darah. Pendarahan
vagina intermiten saat coitus atau douching juga dapat
muncul.

Hoffman, Schorge, Halvorson, Hamid, Corton, & Schaffer. (2020). Williams Gynecology 4th Edition. McGraw-Hill Education.
DIAGNOSIS
Pemeriksaan fisik

• Pada pemeriksaan genitalis eksternal biasanya didapatkan


normal
• Pemeriksaan Inspekulo: terlihat sangat normal pada kanker
yang mikroinfasif. Lesi bisa tumbuh eksofitik atau endofitik;
masa polypoid, jaringan papiler, barrel-shaped cervix; ulserasi
servikal, atau masa glanduler; atau jaringan nekrotik.

Hoffman, Schorge, Halvorson, Hamid, Corton, & Schaffer. (2020). Williams Gynecology 4th Edition. McGraw-Hill Education.
DIAGNOSIS
Pemeriksaan fisik
• Pemeriksaan bimanual: teraba adanya pembesaran uterus,
atau teraba adanya hematometra atau pyometra yang dapat
meluas ke rongga endometrium. Pada kasus stadium lanjut
dapat terekstensi sampai ke vagina dan dapat teraba pada
dinding vagina.

Hoffman, Schorge, Halvorson, Hamid, Corton, & Schaffer. (2020). Williams Gynecology 4th Edition. McGraw-Hill Education.
DIAGNOSIS
Pemeriksaan Lab
CBC dapat menunjukkan adanya Anemia, pada urinalisis
dapat ditemukan adanya hematuria, profil kimia terdapat
adanya abnormalitas elektrolit, pada fungsi hati dapat terlihat
adanya metastasis pada stadium lanjut, kreatinin/BUN dapat
terdapat adanya kerusakan ginjal atau obstruksi.

Hoffman, Schorge, Halvorson, Hamid, Corton, & Schaffer. (2020). Williams Gynecology 4th Edition. McGraw-Hill Education.
DIAGNOSIS
Pemeriksaan Radiologi
• MRI
Efektif untuk mengukur ukuran tumor, menggambarkan batas-batas tumor, dan
mengidentifikasi sekitaran kandung kemih, rektal, atau infasi parametrium.

• CT-Scan
Untuk mengevaluasi ukuran tumor dan ekstensi besar di luar leher
rahim. CT juga dapat membantu mendeteksi pembesaran kelenjar
getah bening, obstruksi ureteral, atau metastasis yang jauh.

Hoffman, Schorge, Halvorson, Hamid, Corton, & Schaffer. (2020). Williams Gynecology 4th Edition. McGraw-Hill Education.
DIAGNOSIS
Pemeriksaan Radiologi
• PET
PET biasa dibaca bersampingan dengan CT scan,
kombinasi dari hasil tes ini menyediakan korelasi dari data
metabolic dan anatomi.

Hoffman, Schorge, Halvorson, Hamid, Corton, & Schaffer. (2020). Williams Gynecology 4th Edition. McGraw-Hill Education.
DIAGNOSIS
Diseksi KGB
Pemeriksaan primer untuk staging kanker ini, Evaluasi bedah
kelenjar getah bening inguinal dan paraaortic retroperitoneal
memberikan deteksi metastasis yang akurat dan lebih unggul
dari pencitraan radiologi

Hoffman, Schorge, Halvorson, Hamid, Corton, & Schaffer. (2020). Williams Gynecology 4th Edition. McGraw-Hill Education.
DIAGNOSIS BANDING
• Kanker endometrium (terutama stadium II)
• Servisitis kronis
Semua kanker harus diverifikasi secara mikroskopis,
kasus kanker diklasifikasikan sebagai kanker serviks
bila pertumbuhan primernya berasal dari serviks.

HOGI, 2018. Kanker Ginekologi. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran, p. 16..


TATALAKSA
1) Tatalaksansa Lesi Pre-kanker
NA
Berbagai metode terapi lesi prakanker serviks:
b. Loop Electrosurgical Excision Procedure
a. Cervical Conization
(LEEP)
Konisasi serviks menghilangkan lesi
Prosedur ini juga dikenal sebagai large loop
ektoserviks dan bagian portio dari saluran
excision of the transformation zone (LLETZ)
endoserviks melalui biopsi jaringan kerucut.
menggunakan arus listrik melalui monopolar elektroda
kawat untuk memotong jaringan serviks.

Hoffman, Schorge, Halvorson, Hamid, Corton, & Schaffer. (2020). Williams Gynecology 4th Edition. McGraw-Hill Education.
TATALAKSA
c. Cervical Cryotherapy NA d. Carbon Dioxide Laser Cervical
Metode ini menggunakan gas terkompresi Ablation
untuk membuat suhu dingin yang ekstrem yang Laser karbon dioksida menghasilkan
menyebabkan nekrosis epitel serviks. Ketika gas sinar inframerah yang pada titik fokusnya
nitrous oxide digunakan, suhu probe dapat yang cukup untuk memanaskan cairan
mencapai -65ºC. Kematian sel terjadi pada -20ºC intraseluler dan menguapkan jaringan.

Hoffman, Schorge, Halvorson, Hamid, Corton, & Schaffer. (2020). Williams Gynecology 4th Edition. McGraw-Hill Education.
2) Tatalaksana Kanker Serviks Invasif

PLND = pelvic lymphadenectomy;


SNLB = sentinel lymph node biopsy.

Hoffman, Schorge, Halvorson, Hamid, Corton, &


Schaffer. (2020). Williams Gynecology 4th Edition.
McGraw-Hill Education.
DUKUNGAN NUTRISI
1. Skrining
Pada semua pasien kanker lanjut, disarankan untuk dilakukan skrining rutin untuk menilai asupan nutrisi
yang tidak adekuat serta penilaian BB dan IMT, yang apabila berisiko, perlu dilakukan diagnosis lebih
lanjut dan asesmen gizi.

Rekomendasi tingkat A
● Skrining gizi dimulai sejak pasien didiagnosis kanker dan diulang sesuai dengan kondisi klinis
pasien.
● Pada pasien dengan hasil skrining abnormal, perlu dilakukan penilaian objektif dan kuantitatif
asupan nutrisi, kapasitas fungsional, dan derajat inflamasi sistemik.
● Disarankan untuk melakukan skrining rutin pada semua pasien kanker lanjut, baik yang
menerima maupun tidak menerima terapi antikanker.

2. Diagnosis
Permasalahan nutrisi yang sering dijumpai pada pasien kanker adalah malnutrisi dan kaheksia.

Kemenkes, 2017. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Kanker Serviks. Jakarta: Komite Penanggulangan Kanker Nasional.
Selain diagnosis malnutrisi, dapat ditegakkan
diagnosis kaheksia.
Diagnosis malnutrisi dapat ditegakkan sesuai
rekomendasi ESPEN 2015: Adanya penurunan BB 5% dalam 12 bulan atau kurang
Pilihan 1: IMT < 18,5 kg/m2 (atau IMT < 20 kg/m2)
Pilihan 2: penurunan BB yang tidak direncanakan Ditambah
3 dari 5 gejala berikut ini:
>10% dalam kurun waktu tertentu atau
1. Berkurangnya kekuatan otot
penurunan berat badan >5% dalam waktu 3
2. Fatigue
bulan, disertai dengan salah satu pilihan berikut: 3. Anoreksia
1. IMT <20 kg/m2 pada usia <70 thn atau 4. Indeks massa bebas lemak rendah
IMT <22 kg/m2 pada usia >70 thn 5. Laboratorium abnormal:
2. Fat Free Mass Index <15 kg/m2 untuk ● Peningkatan petanda inflamasi (IL-6 >4pg/dL, CRP
perempuan atau <17 kg/m2 untuk laki-laki. >5 mg/L )
● Anemia (Hb < 12g/dL)
● Hipoalbuminemia (3,2g/dL)

Kemenkes, 2017. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Kanker Serviks. Jakarta: Komite Penanggulangan Kanker Nasional.
3. Tatalaksana Nutrisi Umum
Kebutuhan Energi Makronutrien
Penghitungan kebutuhan energi pada pasien 1. Kebutuhan protein : 1.2-2,0 g/kg BB/hari,
kanker juga dapat dilakukan dengan rumus rule pemberian protein perlu disesuaikan dengan fungsi
of thumb: ginjal dan hati.

1. Pasien dapat berjalan : 30-35 kkal/kg BB/hari. 2. Kebutuhan lemak : 25-30% dari energi total.

2. Pasien tirah baring : 20-25 kkal/kg BB/hari. 35-50% dari energi total untuk pasien kanker
stadium lanjut dengan penurunan BB.
3. Pasien obesitas : menggunakan berat badan
ideal. 3. Kebutuhan karbohidrat : sisa dari perhitungan
protein dan lemak.

Kemenkes, 2017. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Kanker Serviks. Jakarta: Komite Penanggulangan Kanker Nasional.
Mikronutrien Nutrien Spesifik
ESPEN menyatakan bahwa suplementasi vitamin 1. Branched-chain amino acids (BCAA) dapat
dan mineral dapat diberikan sesuai dengan angka diberikan pada pasien kanker lanjut yang tidak
kecukupan gizi (AKG). merespons terapi nutrisi standar untuk
meningkatkan massa otot.

Cairan 2. Asam lemak omega-3 atau minyak ikan


Kebutuhan cairan pada pasien kanker umumnya disarankan pada pasien kanker untuk asupan
sebesar: makanan.

1. Usia kurang dari 55 tahun : 30-40 3. Penggunaan probiotik gabungan


mL/kgBB/hari Lactobacillus acidophilus dan Bifidobacterium
bifidum pada pasien kanker serviks yang
2. Usia 55−65 tahun : 30 mL/kgBB/hari mendapat terapi radiasi dapat mengurangi
insidens radiasi enteritis.
3. Usia lebih dari 65 tahun : 25 mL/kgBB/hari

Kemenkes, 2017. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Kanker Serviks. Jakarta: Komite Penanggulangan Kanker Nasional.
PENCEGAHA
N

1. Primer (Mencegah Infeksi awal)  Vaksinasi HPV


2. Sekunder (Mendeteksi penyakit se-dini mungkin dan menghentikan
progresnya)  Sitologi, VIA, VIAM, VILI, HPV DNA Testing, Spekuloskopi
3. Tersier (Mencegah rekurensi kanker dan mengkontrol morbiditas akibat
terapi kanker)  Oral fluid biomarkers, Blood biomarkers

Mirghani, H., Jung, A. C. & Fakhry, C., 2017. Primary, secondary and tertiary prevention of human papillomavirus-driven head and neck
cancers. Elsevier, Volume 78, pp. 106-112.
1. VAKSINASI

Karakteristik vaksin HPV adalah menggunakan DNA Tecnology


recombinant (Virus-like particles (VLP’s))

Saat ini terdapat 3 jenis vaksin HPV


- Quadrivalent (Gardasil) Aktif terhadap HPV 6, 11, Plus 16 dan 18
- Bivalent (Cevarix) Aktif terhadap HPV 16 dan 18
- Nonavalent (Gardasil 9) Aktif terhadap HPV 6, 11, plus 16, 18, 31,
33, 45, 52, dan 58.

CDC, 2021. Vaccine and Preventable Diseases. [Online]


Available at: https://www.cdc.gov/vaccines/vpd/hpv/hcp/recommendations.html
[Accessed 16 10 2021].
POGI, 2019. HPV Vaccine - Dr.dr. Wita Saraswati, SpOG (K). Surabaya, POGI Cabang Surabaya.
Penggunaan
Target vaksinasi direkomendasikan pada Perempuan yang belum aktif
secara seksual, atau perempuan usia 11-12 tahun, atau sampai 26 tahun
jika belum pernah diberikan vaksinasi sebelumnya

Selain itu laki laki juga dapat diberikan vaksin nonavalent atau
quadrivalent saat usia 11-12 atau sampai usia 21 tahun jika belum
pernah vaksinasi sebelumnya

CDC, 2021. Vaccine and Preventable Diseases. [Online]


Available at: https://www.cdc.gov/vaccines/vpd/hpv/hcp/recommendations.html
[Accessed 16 10 2021].
POGI, 2019. HPV Vaccine - Dr.dr. Wita Saraswati, SpOG (K). Surabaya, POGI Cabang Surabaya.
Jadwal
Diberikan sebagai seri tiga dosis jika, dimulai pada atau setelah usia 15
tahun
Vaksinasi Dosis (Bulan)

Bivalent 0 1 6

Quadrivalent 0 2 6

Nonavalent 0 1-2 6

Jika vaksinasi HPV dimulai sebelum usia 15 tahun, hanya 2 dosis yang
diperlukan. Ini karena vaksin lebih imunogenik pada usia dini. Dosis
kedua diberikan 6 sampai 12 bulan setelah yang pertama

POGI, 2019. HPV Vaccine - Dr.dr. Wita Saraswati, SpOG (K). Surabaya, POGI Cabang Surabaya.
Hoffman, Schorge, Halvorson, Hamid, Corton, & Schaffer. (2020). Williams Gynecology 4th Edition. McGraw-Hill Education.
Lanjutan
Jika jadwal vaksinasi terganggu oleh kehamilan atau alasan lain, seri
vaksin dilanjutkan sesegera mungkin setelah kehamilan, dengan dosis
berikutnya. Seri ini tidak diulang.

Hoffman, Schorge, Halvorson, Hamid, Corton, & Schaffer. (2020). Williams Gynecology 4th Edition. McGraw-Hill Education.
2. Tes
IVA
Deteksi dini kanker leher rahim dilakukan oleh tenaga kesehatan yang sudah dilatih
dengan pemeriksaan leher rahim secara visual menggunakan asam asetat yang sudah di
encerkan, yaitu melihat leher rahim dengan mata telanjang untuk mendeteksi abnormalitas
setelah pengolesan asam asetat 3-5%. Daerah yang tidak normal akan berubah warna dengan
batas yang tegas menjadi putih (acetowhite), yang mengindikasikan bahwa leher rahim
mungkin memiliki lesi prakanker.
Tes IVA dapat dilakukan kapan saja dalam siklus menstruasi, termasuk saat menstruasi,
dan saat asuhan nifas atau paska keguguran. Pemeriksaan IVA juga dapat dilakukan pada
perempuan yang dicurigai atau diketahui memiliki ISR/IMS atau HIV/AIDS.

Kemenkes, 2015. Panduan Program Nasional Gerakan Pencegahan Dan Deteksi Kanker Leher Rahim Dan Kanker Payudara:Jakarta.
A. Alat dan bahan
1. Spekulum
2. Lampu
3. Larutan asam asetat 3-5%
• Dapat digunakan asam cuka 25% yang dijual di pasaran kemudian diencerkan menjadi 5% dengan perbandingan
1:4 (1 bagian asam cuka dicampur dengan 4 bagian air) Contohnya: 10 ml asam cuka 25% dicampur dengan 40
ml air akan menghasilkan 50 ml asam asetat 5 %. Atau 20 ml asam cuka 25 % dicampur dengan 80 ml air akan
menghasilkan 100 ml asam asetat 5%
• Jika akan menggunakan asam asetat 3%, asam cuka 25 % diencerkan dengan air dengan perbandingkan 1:7 (1
bagian asam cuka dicampur 7 bagian air) Contohnya : 10 ml asam cuka 25% dicampur dengan 70 ml air akan
menghasilkan 80 ml asam asetat 3%
• Campur asam asetat dengan baik
• Buat asam asetat sesuai keperluan hari itu. Asam asetat jangan disimpan untuk beberapa hari.
4. Kapas lidi
5. Sarung tangan
6. Larutan klorin untuk dekontaminasi peralatan

Kemenkes, 2015. Panduan Program Nasional Gerakan Pencegahan Dan Deteksi Kanker Leher Rahim Dan Kanker Payudara:Jakarta.
B. Metode Pemeriksaan
1. Memastikan identitas , memeriksa status dan kelengkapan informed consent klien
2. Klien diminta untuk menanggalkan pakaiannya dari pinggang hingga lutut dan menggunakan kain yang sudah disediakan
3. Klien diposisikan dalam posisi litotomi
4. Tutup area pinggang hingga lutut klien dengan kain
5. Gunakan sarung tangan
6. Bersihkan genitalia eksterna dengan air DTT
7. Masukkan spekulum dan tampakkan serviks hingga jelas terlihat
8. Bersihkan serviks dari cairan , darah, dan sekret dengan kapas lidi bersih
9. Periksa serviks sesuai langkah-langkah berikut :
a. Terdapat kecurigaan kanker atau tidak :
 Jika ya, klien dirujuk , pemeriksaan IVA tidak dilanjutkan . Jika pemeriksaan adalah dokter ahli obstetri
dan ginekologi , lakukan biopsi
b. Jika tidak dicurigai kanker, identifikasi Sambungan Skuamo kolumnar (SSK)
 Jika SSK tidak tampak, maka : dilakukan pemeriksaan mata telanjang tanpa asam asetat, lalu beri
kesimpulan sementara, misalnya hasil negatif namun SSK tidak tampak. Klien disarankan untuk melakukan pemeriksaan
selanjutnya lebih cepat atau pap smear maksimal 6 bulan lagi.
c. Jika SSK tampak, lakukan IVA dengan mengoleskan kapas lidi yang sudah dicelupkan ke dalam asam asetat 3-5% ke
seluruh permukaan serviks
d. Tunggu hasil IVA selama 1 menit, perhatikan apakah ada bercak putih (acetowhite epithelium) atau tidak

Kemenkes, 2015. Panduan Program Nasional Gerakan Pencegahan Dan Deteksi Kanker Leher Rahim Dan Kanker Payudara:Jakarta.
B. Metode Pemeriksaan
e. Jika tidak (IVA negatif), jelaskan kepada klien kapan harus kembali untuk mengulangi
pemeriksan IVA
f. Jika ada (IVA positif) , tentukan metode tata laksana yang akan dilakukan
10. Keluarkan spekulum
11. Buang sarung tangan , kapas, dan bahan sekali pakai lainnya ke dalam container (tempat sampah)
yang tahan bocor, sedangkan untuk alat-alat yang dapat digunakan kembali, rendam dalam larutan
klorin 0,5% selama 10 menit untuk dekontaminasi
12. Jelaskan hasil pemeriksaan kepada klien, kapan harus melakukan pemeriksaan lagi, serta rencana
tata laksana jika diperlukan.

Kemenkes, 2015. Panduan Program Nasional Gerakan Pencegahan Dan Deteksi Kanker Leher Rahim Dan Kanker Payudara:Jakarta.
C. Hasil Pemeriksan
Tes skrining VIA dilaporkan negatif dalam kasus jika ditemukan salah satu dari
pengamatan berikut:
• Tidak ada lesi acetowhite yang diamati pada serviks.
• Beberapa bintik merah terlihat di leher rahim setelah aplikasi asam asetat,
yang memberikannyapenampilan umumnya dikenal sebagai 'strawberry
serviks’.

Hasil tes VIA dilaporkan positif dalam salah satu situasi berikut:
• Ada area acetowhite yang jelas, tegas, padat (buram, kusam atau putih
tiram) dengan margin teratur atau tidak teratur, dekat atau berbatasan
dengan persimpangan skuamokolumnar dizona transformasi.
• Area acetowhite yang sangat padat terlihat di epitel kolumnar
• Seluruh serviks menjadi putih pekat setelah aplikasi asam asetat.

National Institute of Cancer Prevention and Research (ICMR)., 2019. Training Manual onCervical Cancer Screening using Visual Inspection with Acetic Acid.
D. Penatalaksanaan IVA positif
Bila ditemukan IVA Positif, dilakukan krioterapi, elektrokauterisasi atau eksisi
LEEP/LLETZ.

 Krioterapi dilakukan oleh dokter umum, dokter spesialis obstetri dan ginekologi atau
konsultan onkologi ginekologi

 Elektrokauterisasi, LEEP/LLETZ dilakukan oleh dokter spesialis obstetri dan


ginekologi atau konsultan onkologi ginekologi

Kemenkes, 2015. Panduan Program Nasional Gerakan Pencegahan Dan Deteksi Kanker Leher Rahim Dan Kanker Payudara:Jakarta.
3. PAP (Papanicolau) Smear

Indikasi Pap tes adalah untuk skrining lesi


malignan maupun premalignan dari serviks. Usia
yang direkomendasikan untuk melakukan skrining
Pap tes pada awalnya dimulai pada usia 18 tahun
atau telah melakukan aktivitas seksual, namun saat
sejak tahun 2006 telah direvisi menjadi 3 tahun
setelah pertama kali melakukan aktivitas seksual
atau pada usia 21 tahun, mana yang lebih dulu. Pada
tahun 2009, direvisi lebih lanjut bahwa skrining
kanker serviks dimulai pada usia 21, terlepas dari
riwayat seksual. Rekomendasi ini dikonfirmasi pada
tahun 2012 dan bulan Januari 2016.

American College of Obstetricians and Gynecologists (2016). Cervical cancer screening and prevention. Practice Bulletin No. 157. Obstet
Gynecol. January 2016. 127:e1-20
Persiapan :
• Skrining serviks harus dijadwalkan saat pasien tidak sedang menstruasi. Saat paling baik
adalah pada saat pertengahan antara dua haid, sekitar menjelang ovulasi
• Hindari hubungan seksual, douching, penggunaan tampon, penggunaan obat krim vagina
atau krim kontrasepsi selama 24-48 jam sebelum pemeriksaan serviks.
• Bila ada servisitis, sebaiknya diterapi terlebih dahulu sebelum skrining dilakukan
• Bagaimanapun, skrining harus tetap dilakukan walaupun terdapat perdarahan ataupun
servisitis, karena mungkin gejala tersebut berhubungan dengan keadaan displasia serviks
atau neoplasia, yang dapat terdeteksi dengan skrining.

Karjane, N & Ivey, S., 2018. Pap Smear. Medscape References


Jenis : Conventional glass slides (Pap Smear) and liquid-based Pap
tests

A. Persiapan conventional slide membutuhkan perawatan khusus untuk B. Saat ini, sebagian besar spesimen sitologi serviks
dikumpulkan ke dalam liquid-based media. ada 2 liquid-
menghindari artefak pengeringan udara untuk melindungi kualitas slide. based cytology (LBC) Pap tests yang sudah diakui FDA.
1. Sampel spatula atau sampel broom dilakukan, setelah itu sampel Liquid-based cytology memindahkan sel yang sudah
dikumpulkan ke medium transport cair dengan proses
endocervical brush menyusul. selanjutnya dipindahkan ke kaca. Sel di distribusikan ke
2. Sampel spatula atau broom kemudian diusapkan dengan cepat area yang lebih kecil dan debris, mucus, blood, dan cell
overlap dihilangkan.
menyebar merata lebih dari satu setengah hingga dua pertiga dari
kaca objek
3. Endocervical brush diusapkan di atas kaca pada area yang tersisa,
setelah itu difiksasi dengan cepat disemprotkan dari jarak 10 - 12
inci atau dengan merendam slide sepenuhnya dalam wadah yang
sesuai.

Hoffman, Schorge, Halvorson, Hamid, Corton, & Schaffer. (2020). Williams Gynecology 4th Edition. McGraw-Hill Education.
Alat dan Bahan:

Pusat Pendidikan Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi, 2019. Keterampilan Pemeriksaan PAP Smear. In: M. Pusparini & A. Royhan, eds. Buku Panduan
Keterampilan Klinik Semester 7. Jakarta: s.n., p. 97.
Alat dan Bahan:

• Spatula  sampel ektoserviks.


• Endocervical brush  endocervical canal dan
digunakan kombinasi dengan spatula.
• Broom  epitel endo dan ektoserviks
Wooden collection dan cotton swabs tidak lagi
direkomendasikan karena pengumpulan dan
pelepasan sel yang rendah.

(1) Plastic spatula. (2) Endocervical


brush. (3) Plastic broom

Hoffman, Schorge, Halvorson, Hamid, Corton, & Schaffer. (2020). Williams Gynecology 4th Edition. McGraw-Hill Education.
Langkah – Langkah :
b. Persiapan alat
1. Informed consent
• Siapkan tempat alat, dan buka bungkus steril
• Jelaskan kepada pasien tindakan yang akan
tanpa menyentuh alat – alat di dalamnya
dilakukan dan mempersilahkan pasien untuk • Tandai kaca objek sebaik – baiknya agar tidak
bertanya keliru dengan sediaan hapus pasien lain
• Sampaikan kepada pasien bahwa c. Persiapan dokter
kemungkinan akan merasa sedikit sakit pada • Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir,
beberapa Langkah keringkan dengan kain bersih
• Isi formulir permintaan sitologi dengan • Pakai handscoen steril
• Atur alat dan bahan sedemikian rupa sehingga
lengkap. mudah dicapai.

2. Persiapan
a. Pasien
Pasien dalam berbaring di meja ginekologi
Pusat Pendidikan Kedokteran
dalam posisi litotomi. Tulang kogsigis berada Fakultas Kedokteran Universitas
pada tepi meja ginekologi agar pandangan Yarsi, 2019. Keterampilan
Pemeriksaan PAP Smear. In: M.
pemeriksa adekuat setelah speculum dipasang. Pusparini & A. Royhan, eds. Buku
Panduan Keterampilan Klinik
Semester 7. Jakarta: s.n., p. 97.
Langkah – Langkah :
• Dalam pengambilan spesimen, spatula atau
3. Pengambilan specimen cytobrush diusapkan ke permukaan serviks, diputar 1
arah untuk mendapatkan sampel yang adekuat.
• Spekulum dimasukan ke dalam vagina, untuk Spatula diputar 360 derajat, cytobrush diputar
pemeriksaan serviks. Tidak dianjurkan sebanyak 5 kali. Bila menggunakan spatula, sebagai
penggunaan lubrikan karena akan tambahan digunakan cyobrush yang dimasukan ke
mengkontaminasi sampel sitologis. Bila dalam serviks untuk mengambil sampel bagian
diperlukan, dapat digunakan air hangat untuk terluar OUE serviks. Brush kemudian diputar
melubrikasi spekulum demi kenyamanan setengah putaran dalam satu arah untuk mendapatkan
pasien. sampel sitologi yang memadai

• Untuk mendapatkan sampel yang adekuat,


seluruh permukaan seviks harus dapat
sepenuhnya terlihat, termasuk epitel skuamosa
ektoserviks, sambungan skuamakolumnar, dan
OUE serviks . Discharge (duh) yang menutupi
serviks dibersihkan terlebih dahulu
menggunakan kassa dan klem, namun jangan
mencederai serviks.

Pusat Pendidikan Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi, 2019. Keterampilan Pemeriksaan PAP Smear.
In: M. Pusparini & A. Royhan, eds. Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 7. Jakarta: s.n., p. 97.
Cara membuat apusan yang baik :

1. Menghapuskan bahan sitologi yang didapat, sebaiknya dilakukan dengan gerakan searah dari tengah ke arah luar. Apusan
yang dilakukan melingkar atau zig – zag biasanya akan memberikan jumlah sel yang lebih sedikit dan memberikan
kemungkinan pengeringan oleh udara yang lebih besar.

2. Perlu diingat :
a. Sediaan apus dapat direndam dalam cairan fiksasi sampai ± 15 menit sebelum dilakukan pewarnaan
b. Sediaan apus jangan direndam dalam cairan fiksasi lebih dari 1 minggu karena akan terjadi distorsi sel
c. Bila mukosa atrofik, kaca objek dan spatula sebaiknya dibasahi dulu dengan larutan NaCl fisiologis
d. Bila karena suatu hal sediaan apus mengering, dapat dilakukan rehidrasi dengan membasahi dengan air
mengalir beberapa saat sebelum dilakukan fiksasi.

3.. Kesalahan yang sering terjadi :


a. Sediaan apus terlalu tipis, hanya mengandung sedikit sel
b. Sediaan apus terlalu tebal dan tidak dioleskan merata, sel bertumpuk sehingga menyulitkan pemeriksaan
c. Sediaan apus telah kering sebelum dilakukan fiksasi (terlalu lama diluar, tidak segera difiksasi)
d. Sediaan hapus hanya terdiri dari lender, sel radang, atau tercampur banyak darah
f. Menggunakan kaca objek yang tidak bersih (mis. terkena debu, bekas pakai)

Pusat Pendidikan Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi, 2019. Keterampilan Pemeriksaan PAP Smear. In: M. Pusparini & A. Royhan, eds. Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester
7. Jakarta: s.n., p. 97.
Pengiriman sediaan apus:
1. Sediaan apus yang telah dikeringkan dimasukan ke dalam kotak (karton)
bersama formular pemeriksaan sitologi yang telah diisi selengkapnya.
2. Untuk menghindari perlekatan, dapat digunakan penjepit kertas (klip) pada
ujung salah satu kaca objek
3. Bila tempat pengiriman berdekatan, sediaan dapat dikirim langsung dalam
keadaan terendam cairan alkohol 96%.

Pada perempuan pasca menopause, beberapa tetes sekret dari puncak vagina
dapatdiapuskan pada kaca objek untuk deteksi kelainan endometrium.

Pusat Pendidikan Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi, 2019. Keterampilan Pemeriksaan PAP Smear. In:
M. Pusparini & A. Royhan, eds. Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 7. Jakarta: s.n., p. 97.
Protokol khusus untuk transfer spesimen bervariasi
tergantung pada tes yang digunakan.

Untuk ThinPrep, spatula dan brush harus diaduk


kuat-kuat dalam vial 10 kali untuk melepaskan
spesimen dan kemudian dibuang. Demikian pula,
jika broom digunakan, itu harus didorong ke dasar
botol 10 kali dan kemudian diaduk dengan kuat dan
dibuang. Ketika sitologi konvensional akan
dilakukan, spesimen dioleskan pada kaca objek dan
kemudian disemprot dengan fiksatif atau
ditempatkan dalam larutan alkohol 90%.

Montes, M. & Walker, J., 2017. Cytology Reference Manual : Sky Lake
Laboratory Service, pp. 12-17
Untuk SurePath, setelah cervical
broom atau cervical spatula dan
cytobrush dikeluarkan dari serviks,
spesimen ditempatkan dengan sisi
spesimen menghadap bawah ke dalam
vial sitologi cair, setiap kepala yang
dapat dilepas, dan vial diberi label
dan dikirim ke patologi.

Montes, M. & Walker, J., 2017. Cytology Reference Manual : Sky Lakes Laboratory Service, pp. 12-17
Pelaporan sitologi serviks distandarisasi oleh the Bethesda System nomenclature.

Screening test  bukan final diagnosis


final diagnosis  colposcopy dan
directed biopsies

Hoffman, Schorge, Halvorson, Hamid, Corton, & Schaffer. (2020). Williams Gynecology 4th Edition. McGraw-Hill Education
HPV TESTING Co-testing
• Tes HPV dalam tes praktik klinis hanya untuk 13 atau 14 • Kombinasi HPV testing dengan sitologi (co-testing)
jenis hrHPV. meningkatkan sensitivitas tes skrining
• Sampai saat ini, penggunaannya untuk skrining kanker • Kurangnya sensitivitas dengan sitologi saja untuk
serviks primer terbatas untuk co-testing yang merupakan tes adenokarsinoma serviks dan insidennya yang meningkat
Pap plus tes HPV. keduanya mendukung pengujian HPV untuk skrining
• Namun, tes HPV saja untuk skrining kanker serviks primer.
sekarang telah mendapat persetujuan • Strategi ini tidak direkomendasikan oleh pedoman saat ini
• Peran pengujian HPV dalam skrining kanker serviks sangat untuk wanita <30 tahun karena tingginya prevalensi
menarik karena sensitivitas langsungnya yang lebih besar Infeksi HPV pada kelompok usia ini dan kurangnya
untuk CIN 3 atau kanker serviks dan objektivitas hasilnya. spesifisitas hasil tes.
• Tes HPV biasanya dilakukan dari sisa LBC setelah slide • Co-testing menghasilkan prediksi negatif hampir 100%
sitologi disiapkan. Sebagai alternatif, sampel serviks untuk untuk neoplasia tingkat tinggi.
HPV dapat diperoleh secara terpisah dalam perangkat • Karena itu, co-testing diulang pada interval 5 tahun jika
koleksi. sitologi dan temuan tes HPV negatif.
• Tidak ada peran klinis untuk pengujian untuk jenis lrHPV • Hasil tes sitologi-negatif dan HPV-positif terjadi pada
<10% pasien yang diskrining  co-testing diulang 12
bulan kemudian. Jika HPV 16 atau 18
ditemukan,kolposkopi segera dianjurkan

Hoffman, Schorge, Halvorson, Hamid, Corton, & Schaffer. (2020). Williams Gynecology 4th Edition. McGraw-Hill Education.
Algoritma Skrining

Kemenkes, 2017. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Kanker Serviks. Komite Penanggulangan Kanker Nasional :Jakarta.
Algoritma Skrining

Kemenkes, 2017. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Kanker Serviks. Komite Penanggulangan Kanker Nasional :Jakarta.
Algoritma Skrining

Perkins, R. B., Guido, R. S., Castle, P. E. & Chelmow, D., 2020. 2019 ASCCP Risk-Based Management Consensus Guidelines for Abnormal Cervical Cancer Screening
Tests and Cancer Precursors. Journal of Lower Genital Tract Disease, Volume 24, p. 114.
.
REKOMENDASI

Tes Pap direkomendasikan pada saat mulai melakukan aktivitas seksual atau setelah
menikah. Setelah tiga kali pemeriksaan tes Pap tiap tahun, interval pemeriksaan dapat
lebih lama (tiap 3 tahun sekali). Bagi kelompok perempuan yang berisiko tinggi (infeksi
HPV, HIV, kehidupan seksual yang berisiko) dianjurkan pemeriksaan tes Pap setiap
tahun.

Prawirohardjo, S., 2018. Ilmu Kandungan Edisi Ketiga. 3rd ed. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,.
KOMPLIKASI

Kedekatan rektum, kandung kemih, dan uretra menyebabkan


tingkat komplikasi utama 10% hingga 15% untuk operasi dan
perawatan radiasi. Untuk tumor besar, risiko fistula kandung kemih
atau usus sangat signifikan. Sistitis radiasi dan proktitis biasanya
terjadi, seperti striktur rektum atau ulserasi. Nekrosis radiasi vagina
kadang-kadang terjadi, membutuhkan debridement, dan sering
menyebabkan pembentukan fistula. Fibrosis vagina, stenosis, dan
striktur juga sering terjadi setelah terapi radiasi.

Berek, J. S. (2020). Berek and Novak's Gynecology. Philadelphia: Wolters Kluwer.


PROGNOSIS
Indicator Five-year survival
(%)
• Studi menunjukkan tingkat kelangsungan hidup Stage 1a 100

3 tahun sebesar 86% untuk wanita dengan kanker Stage 1b 88


serviks stadium awal dan kelenjar getah bening
Stage 2 a 68
panggul negatif, dibandingkan dengan tingkat
kelangsungan hidup 3 tahun sebesar 74% pada Stage 2 b 44

pasien yang memiliki satu atau lebih kelenjar Stage III 18-39
getah bening positif.
Stage IV a 18-34

Shafi, M., Bolton, H. & Gajjar, K., 2018. Gynaecological Oncology for the MRCOG. United
Kingdom: Cambridge University Press 2018.
PROGNOSIS
Kesintasan hidup 5 tahum CA serviks skuamosa

Kesintasan hidup 5 tahun adenokarsinoma yang


diobati

Prawirohardjo, S., 2018. Ilmu Kandungan Edisi Ketiga. 3rd ed. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,.
DAFTAR PUSTAKA
American College of Obstetricians and Gynecologists (2016). Cervical cancer screening and prevention. Practice Bulletin No. 157. Obstet Gynecol. January 2016. 127:e1-20

Berek, J. S., 2020. Berek and Novak's Gynecology. Philadelphia: Wolters Kluwer.

CDC, 2021. Vaccine and Preventable Diseases. [Online]


Available at: https://www.cdc.gov/vaccines/vpd/hpv/hcp/recommendations.html
[Accessed 16 10 2021].
Denny, L. & Sankaranarayan, R., 2020. Oxford Textbook of Obstetrics and Gynaecology. New York City: Oxford Univercity Press.

Hoffman, et al., 2020. Williams Gynecology 4th Edition. s.l.:McGraw-Hill Education.

HOGI, 2018. Kanker Ginekologi. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran, pp. 6-35.

Johnson, C. A., James, D., Marzan, A. & Armaos, M., 2019. Cervical Cancer: An Overview of Pathophysiology and Management. 0749-2081/© 2019 Elsevier Inc. All rights reserved, pp. 166-174.

Karjane, N & Ivey, S., 2018. Pap Smear. Medscape References

Kemenkes, 2015. Panduan Program Nasional Gerakan Pencegahan Dan Deteksi Kanker Leher Rahim Dan Kanker Payudara:Jakarta.

Kemenkes, 2017. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Kanker Serviks. Jakarta: Komite Penanggulangan Kanker Nasional.

KEMENKES, 2019. Beban Kanker di Indonesia. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, p. 8.

Kyrgiou, M. (2018). Dewhurst's Textbook of Obestetrics & Gynaecology 9th Edition. Oxford: Wiley Blackwell.

Montes, M. & Walker, J., 2017. Cytology Reference Manual : Sky Lakes Laboratory Service, pp. 12-17

National Institute of Cancer Prevention and Research (ICMR)., 2019. Training Manual onCervical Cancer Screening using Visual Inspection with Acetic Acid.

Newton, C. L. & Mould, T., 2018. Gynaecological Oncology for the MRCOG. Cambridge: Cambridge Medicine.

Perkins, R. B., Guido, R. S., Castle, P. E. & Chelmow, D., 2020. 2019 ASCCP Risk-Based Management Consensus Guidelines for Abnormal Cervical Cancer Screening Tests and Cancer Precursors. Journal of Lower Genital Tract Disease,
Volume 24, p. 114.

Prawirohardjo, S., 2018. Ilmu Kandungan Edisi Ketiga. 3rd ed. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,.

POGI, 2019. HPV Vaccine - Dr.dr. Wita Saraswati, SpOG (K). Surabaya, POGI Cabang Surabaya

Pusat Pendidikan Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi, 2019. Keterampilan Pemeriksaan PAP Smear. In: M. Pusparini & A. Royhan, eds. Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 7. Jakarta: s.n., p. 97.

Shafi, M., Bolton, H. & Gajjar, K., 2018. Gynaecological Oncology for the MRCOG. United Kingdom: © Cambridge University Press 2018.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai