Anda di halaman 1dari 14

REFERAT

TATALAKSANA GAGAL JANTUNG PADA ANAK

Disusun Oleh :
Dwiky Ananda Ramadhan
1102017076

Pembimbing :
dr. Dani Kurnia, Sp. A

KEPANITERAAN KLINIK ILMU


KESEHATAN ANAK RSUD
ARJAWINANGUN – KAB. CIREBON
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
YARSI PERODE 28 MARET 2022 – 6 MEI
2022
PENDAHULUAN

Gagal jantung adalah suatu sindroma klinik akibat kelainan jantung sehingga
jantung tidak mampu memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh. Gagal jantung
ditandai dengan suatu bentuk respons hemodinamik, ginjal, saraf dan hormonal
yang nyata, serta suatu keadaan patologik berupa penurunan fungsi jantung
(Nugroho & Arafuri, 2019).
Terminologi gagal jantung diartikan sebagai jantung tidak berfungsi dengan
baik diakibatkan oleh kelainan struktural atau fungsional sehingga ventrikel tidak
mampu memompa darah keseluruh tubuh secara optimal. Gagal jantung bisa
terjadi pada semua usia dimulai dari neonatus, anak di bawah usia 5 tahun, anak
usia sekolah, remaja dan dewasa. Berbeda dengan dewasa, gagal jantung pada
anak disebabkan oleh berbagai macam etiologi dengan gambaran klinis yang
beragam. Pada anak, penyebab gagal jantung terbanyak yaitu kelainan kongenital
atau penyakit jantung bawaan (PJB) dengan insidensi 8/1000 kelahiran hidup dan
20% dari kelainan kongenital ini menyebabkan gagal jantung. Makalah ini
bertujuan menjelaskan perubahan hemodinamik yang terjadi pada PJB yang akan
menimbulkan gejala gagal jantung beserta tatalaksananya (Nugroho & Arafuri,
2019).
1.1 Definsi

Gagal jantung merupakan sindroma klinis yang ditandai oleh


ketidakmampuan miokardium memompa darah ke seluruh tubuh untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme tubuh termasuk kebutuhan untuk pertumbuhan (Amelia,
2019).

Gagal jantung adalah suatu sindroma klinik akibat kelainan jantung sehingga
jantung tidak mampu memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh. Gagal jantung
ditandai dengan suatu bentuk respons hemodinamik, ginjal, saraf dan hormonal yang
nyata, serta suatu keadaan patologik berupa penurunan fungsi jantung (Nugroho &
Arafuri, 2019).

1.2 Etiologi

Etiologi gagal jantung pada anak berbeda halnya dengan etiologi gagal
jantung kongestif pada dewasa. Pada dewasa Sebagian besar gagal jantung
disebabkan karena gagal ventrikel kiri sebagai akibat penyakit arteri koroner,
hipertensi, dan aritmia. Penyebab terbanyak gagal jantungpada anak adalah kelainan
structural jantung bawaan dan kardiomiopati yang tanpa disertai kelainan structural
(IDAI, 2020).

Gambar 1. Etiologi Gagal jantung pada anak. (Willim, dkk, 2020).


1.3 Gejala

Rekomendasi International Society for Heart and Lung Transplantation


(ISHLT), gejala dari gagal jantung berhubungan dengan kelainan sirkulasi,
neurohormonal, dan molekuler.

Gambar 2. Gejala gagal jantung pada anak (Nugroho & Arafuri, 2019).
Pada praktek klinis, diperlukan dokumentasi tingkat keparahan gagal jantung
dan bila perlu stratifikasi gejala gagal jantung untuk memfasilitasi pemantauan
perkembangan penyakit dan manajemen pasien. Gagal jantung pada anak dapat
diklasifikasikan menjadi kelas I-IV berdasarkan tingkat keparahan gejala. Klasifikasi
modifikasi Ross digunakan pada anak usia < 6 tahun. Klasifikasi New York Heart
Association (NYHA) yang biasanya digunakan pada orang dewasa dapat digunakan
pada anak usia > 6 tahun.

Tabel 1. Klasifikasi Ross untuk gagal jantung pada bayi sesuai NYHA (IDAI,
2020).

Kelas I Tidak ada gejala atau pembatasan fisik


Kelas II Takipnea ringan atau bayi saat minum tampak berkeringat, pada anak
yang lebih besar tampak sesak bila beraktivitas, tidak ada gagal
tumbuh
Kelas III Takipnea tampak jelas atau berkeringat saat minum / aktivitas, waktu
minum menjadi lebih lama
Kelas IV Saat istirahat tampak takipnea, retraksi, grunting, atau berkerinngat,
terdapat gagal tumbuh

0 Poin 1 Poin 2 Poin


Volume sekali minum (cc) >115 75-115 <25
Waktu persekali minum (minum) <40 menit <40 menit
Laju nafas <50/menit 50-60/menit >60/menit
Pola nafas Normal Abnormal
Perfusi perifer Normal Menurun
S3 atau diastolic rumble Tiidak Ada Ada
Jarak tepi hepar dari batas kostae <2 cm 2-3 cm >3 cm
Total
Tabel 2. Sistem skor Ross untuk gagal jantung pada bayi <6 Bulan (IDAI, 2020).

Keterangan:
Tanpa gagal jantung : 0-2 poin
Gagal jantung ringan : 3-6 poin
Gagal jantung sedang : 7-9 poin
Gagal jantung berat : 10-12 poin

1.4 Tatalaksana Gagal Jantung Pada Anak

Tatalaksana gagal jantung anak bergantung pada etiologi dan klasifikasi


keparahan. Tatalaksana selalu diawali dengan penyebab yang mendasari gagal
jantung.

Tujuan utama pengobatan gagal jantung adalaj mengatasi penyebab


utamanya. Apabila gagal jantung disebabkan oleh penyebab non-kardiak seperti
anemia atau endokrinopati (hipotiroidisme), maka kondisi abnormal tersebut harus
diatasi terlebhi dahulu. Apabila penyebabnya adalah intrakardiak, maka Tindakan
intervensi, atau operasi koreksi atau paliatif harus dipikirkan. Sedangkan bila gagal
jantung karena aritmia yang sulit diatasi, pilihan utama adalah ablasi kateter.
Tabel 3. Skor klinis gaagl jantung pada anak (IDAI, 2020).

Kriteria Skor 0 1 2
Riwayat
Diaporesis Hanya di kepala Kepala & badan Kepala & badan
saat aktivitas saat istirahat
Takipnea Jarang Kadang-kadang Sering
Pemeriksaan fisik
Pernapasan Normal Retraksi Dispnea
Laju napas
1-6 thn <35 35-45 >45
7-10 thn <25 25-35 >35
11-14 thn <18 18-28 >28
Laju jantung
1-6 thn <105 105-115 >115
7-10 thn <90 90-100 >100
11-14 thn <80 80-90 >90
Hepatomegali <2 cm 2-3 cm >3 cm

Terapi umum

Terapi non-medikamentosa menurut (PERKI, 2018).

 Istirahat: tirah baring, sebaiknya dengan posisi setengah duduk.


 Berikan Oksigen 30-50 % dengan kelembaban tinggi
 Sedasi ringan.
 Batasi cairan dan garam.
o Cairan sekitar 80% dari kebutuhan normal sehari
o Puasa bila sangat sesak untuk mencegah regurgitasi & aspirasi
o Garam dibatasi 0,5 gram/hari pada anak yang lebih besar
 Hindari predisposisi: demam, anemia, infeksi, hipoglikemia, hipo-Ca ++
 Atasi penyebab dasar: hipertensi, aritmia, tirotoksikosis dsb.
 Pantau: berat badan, kesadaran, nadi, TD pernafasan, keseimbangan cairan dan
asam basa.
 Ventilasi mekanik: bila gagal nafas pada gagal jantung yang berat.

Medikamentosa

Ada tiga golongan utama obat yang sering digunakan sebagai terapi gagal jantung
pada bayi dan anak, yaitu golongan inotropic, diuretic, penurun afterload, dan
penghambat beta.

1. Obat Inotropik

Obat inotropik yang ideal antara lain mempunyai karakteristik dapat


meningkatka kontraktilitas otot jantung tanpa menyebabkan peninggian pemakaian
oksigen, takikardia, atau aritmia.

a. Digitalis (Digoksin)

Digoksin bekerja pada pompa natrium-kalium pada membrane sel. Seperti


diketahui pompa natrium-kalium berfungsi untuk memasukkan natirum dan
mengeluarkan kalium dari sel.

Digoksin dapat diberikan secara intravena dengan dosis 75% dosis oral.
Digitalisasi cepat diberikan denagn pemberian awal setengah dosis digitalisasi total
kemudian dilanjutkan dengan seperempat dosis digitalisasi total setelah 8 jam,
kemudian sisanya diberikan setelah 8 jam lagi. Dosis rumatan diberikan 12 jam
estelah dosis digitalisasi total selesai.

Dosi rumatan diberikan dalam dua dosis terbagi per hari pada usia di bawah
10 tahu, sedangakn pada usia di atas 10 tahun dapat diberi sebagai dosis tunggal per
hari. Pada kasus gagal jantung yang ringan, tidak diperlukan dosis digitalisasi, tetapi
dapat langsung diberikan dosis rumatan.

Tabel 3. Dosis diigoksin oral untuk gagal jantung (IDAI, 2020).

Usia Dosis digitalisasi total Dosis rumatan (µ/kgBB/hari)


(µg/kg)
Prematur 20 5
Bayi <30 hari 30 8
Usia <2 tahun 40-50 10-12
Usia >2 tahun 30-40 8-10

Dosis terapeutik pada bayi dan anak adalah 1-3 µg/ml bila sampel darah diambil 12
jam setelah dosis terakhir. Karena beda antara dosis terapi dan dosis toksis sempit,
maka bahaya intoksikasi digitalis seperti muntah, mual, harus selalu diingat.

b. Obat inotropik parenteral

Inotropik

Epinefrirn

Epinefrin atau adrenalin termasuk dalam obatt katekolamin yang bekerja


dengan amat sungkat degan waktu paruh hanya beberapa menit saja. Obat ini
seringkali digunakan sebagai obat inotropic positif pada pasien dengan penurunan
pengantaran oksigen sistemik dan gangguan fungsi sistolik ventrikel, terutama pada
pasien pasca bedah jantung.

Secara teoritis dosis kecil aka menghasilkan efek vasodilatasi sistemik


melalui efek β-adrenergik, akan tetapi seringkali efek tersebut tertutupi oleh efek α-1
yang menimbulkan vasokonstriksi dan peningkatan afterload. Oleh karena itu pada
keadaan disfungsi sistolik yang berat dianjurkan untuk menggunakan dosis kecil
yakni 0,01-0,05 µg/Kg BB/menit.

Inodilator (Inotropik dan vasodilator)

Dobutamin

Dobutamin termasuk dalam golongan β-adrenergik agonis dan karena


memiliki efek kombinasi inotropik dan vasodilator, sehingga dapat dipakai secara
tunggal. Dosis umum yang biasa digunakan adalah sampai 10 µg/Kg BB/menit.
Dosis yang lebih tinggi akan mengakibatkan takikardia tanpa tambahan efek yang
menguntunpde-3gkan.

Milrinon
Milrinon termasuk dalam penghambat fosfodiesterase-3 (PDE-3) dengan cara
menghambat 3’5’ siklik adenosin monofosfat (cyclic AMP) intraselular. Dengan
meningkatnya siklik AMP di dalam sel akan mengakibatkan vasodilatasi oerifer dab
coroner, peningkatan kontraktillitas miokardium, dan meningkatkan fungsi relaksasi
miokardium.

Dibanding dengan katekolamin, milrinone mempunyai waktu paruh yang


lebih lama dan mempunyai efek vasodilator pulmonal. Strategi pemberian milrinone
dosis rendah adalah bolus 25 µg/Kg BB diikuti pemberian perinfus dengan kecepatan
0,25 µg/Kg BB/ menit sampai 50 µg/Kg BB/ menit. Sedangkan strategi dosis tinggi
adalah pemberian bolus 50 sampai 70 µg/Kg BB/ menit. Untuk mencegah hipotensi,
pada saat pemberin bolus dapat diberikan dalam jangka waktu yang lebih lama dan
disertai pemberian cairan.

Levosimendan

Merupakan obat calcium sensitising, yang mempunyai efek meningkatkan


kontraktilitas miokardium dengan meningkatkan sensitivitas apparatus kontraktil
terhadap kalsium intraselular. Efek lainnya adalah membuka saluran ATP yang
sensitive terhadap kalium otot polos. Dosis untuk bolus adalah 122 µg/Kg BB dalam
waktu 10 menit diikuti pemberian infus secara kontinu dengan kecepatan 0,2 µg/Kg
BB/ menit selama 24 menit.

Fenoksibenzamin

Fenoksibenzamin merupakan obat lama golongan antagnis α-adrenoreseptor


yang mempunyai masa kerja yang Panjang, mempunyai efek menigkatkan
pengantaran okssigen ke sistemik.

Neseritid

Neseritid merupakan rekombinan BNP, mempunyai efek vasodilator sistemik


tanpa efek langsung pada miokardium. Cara kerjanya adalah dengan cara berikatan
pada reseptor BNP A dan B yang terletak pada endotel vascular dan otot polos,
sehingga meningkatkan produksi siklik GMP dan vasodilatasi. Efek lainnya adalah
meningkatkan laju filtrasi glomerulus, ,dan menghambat reasorbsi natrium, yang
memberikan dampak diuresis dan natriuresis. Dosis yang dianjurkan pada anak
dengan kelainan jantung adalah 0,01-0,03 µg/Kg BB/ mnit.
2. Obat Diuretik
Kelompok umum diuretic digolongkan berdasarkan tempat kerjanya pada
nefron, diantaranya yakni :
 Penghambat kotransport natirum-kalium-klorida (loop diuretic)
 Penghambat kotransport natrium-klorida (thiazide-like diuretics)
 Antagonis reseptor mineralokortikoid/ glukokortikoid
 Penghambat karbonik anhydrase
 Penghambat saluran natrium epitel (potassium-sparing diuretics)
 Osmotic diuresis
 Lainnya (dopamine dosis rendah dan fenoldopam suatu reseptor agonis
dopamine yang selektif)
 Obat diuretic baru (eplerenone suatu antagonis aldosteroon yang selektif dan
peptide natriuretik)

Furosemid

Furosemid bekerja dengan menghambat resorbsi air dan natirum di ginjal


sehingga mengurangi beban volume sirkulasi selanjutnya mengurangi preload
jantung. Dosis yang dapat digunakan adalah 1-3 mg/kg BB/ hari dibagi dalam 2 atau
3 dosis, baik secara oral ataupun intravena.

Antagonis aldosterone

Antagonis aldosterone (spironolakton dan eplerenone) terbukti dapat


menurunkan angka mortalitas pada pasiien dewasa dengan gagal jantung.
Mekanisme kerja antagonis aldosterone adalah berkompetisi dengan aldosterone
untuk berikatan dengan reseptornya di tubulus distalis, sehingga akan meningkatkan
ekskresi natrium, klorida, dan air, dan menghambat ekskresi kalium dan hydrogen.
Dosis 1-3 mg/kg BB/ hari dibagi dalam 2-3 dosis.

3. Obat penurun afterload, vasodilator

Cara kerja obat vasodilator adalah mempengaruhi preload dan afterload.

Berdasarkan tempat bekerjanya pada pembuluh darah, obat vasodilator dapat dibgi
menjadi tiga kelompok, yaitu:

1. Dominan pada arteri (arteriolar dilator), misalnya hidralazin.


2. Dominan pada vena (venodilator) mislanya nitrat, nitrogliserin; dan
3. Yang berimban pada vena dan arteri (mixed dilator), contohnya prazosin,
kaptopril, nitroprusid. Salah satu contohh obat gagal jantung yang bersifat
vasodilator yang sering digunakan adalah ACE inhibitor.

Dilator arteri

Berfungsi untuk menurunkan afterload dengan akibat bertambahnya curah


jantung tanpa meningkatkan konsumsi oksigen. Akan terjadi penurunan tekanan
pengisian ventrikel karena pengosongan ventrikel lebih baik

Dilator vena

Dengan cara kerja menurunkan tekanan darah sistemik dan pulmonal, dan
mengurangi bedungan vena, tetapi tidak meningkatkan curah jantung secara
langsung. Nitrat dan nitrogliserin merupakan preparat yang sering digunakan pada
pasien gagal jantung dengan edema paru akibat regugitasi katup mitral atau aorta.

Dilator arteri-vena

Dilator campurtan ini berperan untuk menurunkan tekanan preload dan


afterload sehingga menurunkan tekanan pengisian ventrikel dan penambahan curah
jantung, termasuk dala golongan ini antara lain ini ialah ACE inhibitor (kaptopril,
enalapril), nitroprusid, dan prazosin.

Ace inhibitor biasa digunakan pada anak dengan gagal jantung kronis yang
berat. Sedangkan nitroprusid terutama digunakan pada hipertensi ulmonal pasca
bedah jantung.

Dosis kaptopril yang dianjurka adalah 0,1 sampai 0,3 mg/kg BB tiga kali
sehari, dan dosis enalapril 0,1 sampai 0,3 mg/kg BB sehari sekali.

4. Penghambat beta

Carvedilol mulai banyak dipakai sebagai pilihan terapi oleh karena dapat
memberikan berbagai efek yang menguntuntungkan seperti menurunkan laju jantung,
meningkatkan fraksi ejeksi, menurunkan aktivitas neurohormonal, menurunkan
konsumsi oksigen miokardium dan secara nyata menurunkan risiko kemarian dan
masuk rumah sakit oleh karena gagal jantung.
Dosis carvedilol yang dianjurkan adalah 0,05 mg/kg BB/dosis diberikan
setiap 12 jam denagn dosis maksimal 0,4 mg/kg BB/ dosis.

Pengobatan kombinasi

Gagal jantung derajat berat seringkali tidak dapat diatasi dengan obat tunggal,
dan memerlukan pengobatan kombinasi antara obat inotropic dan pbat yang
mengurangi beban jantung. Penambahan inotropic saja seperti pemberian digoksin,
terutama hanya akan meningkatkan volume sekuncup dengan dampak minimal pada
tekanan pengisian (sehingga pasien masih menunjukkan gejala kongestif)

Sebaliknya, pemberian diuretic terutama akan menurunkan tekanan pengisian


(dengan perbaikan gejala kongestif) tetapi tidak memperbaiki curah jantung. Dalam
praktik klinis biasanya diberikan terapi kombinasi antara obat inotropik, diuretic, dan
vasodilator untuk mendapatkan peningkatan isi sekuncup dan menurunkan tekanan
pengisian.

Pilihan Terapi Non-Farmakologi

Intervensi

 Umumnya dilakukan setelah kondisi pasien tenang dan stabil


 Intervensi emergensi bila medika mentosa tak memuaskan

Bedah

 Paliatif: Pulmonary Arterial Banding (PAB) pada bayi dengan pirau/shunt


trans septum ventrikel besar.
 Korektif: penutupan VSD/AVSD, ligasi PDA, arterial switch pada TGA,
reparasi koarktasio aorta atau aorta stenosis.

Non-Bedah

 Embolisasi kolateral (MAPCA) atau fistula arteriovenous


 Balloon atrial septostomy.
 Balloon angioplasti/ valvuloplasti
Edukasi

1. Edukasi kondisi penyakit, penyebab, perjalanan klinis penyakit, dan


tatalaksana yang akan dikerjakan
2. Edukasi pemeriksaan penunjang yang diperlukan
3. Edukasi obat-obatan
4. Edukasi penyulit yang dapat terjadi
5. Edukasi perawatan : pembatasan cairan & garam, mencegah infeksi
6. Edukasi tindakan intervensi non bedah atu bedah yang diperlukan

Indikator Medis

 80% pasien yang teratasi dengan obat-obat mempunyai LOS <7 hari
 90% pasien yang memerlukan intervensi non bedah LOS <10 hari
 90% pasien yang memerlukan intervensi bedah LOS <14 hari
DAFTAR PUSTAKA

Amelia, P. (2019). Gaal Jantung Kongestif Pada Anak. Universitas Sumatera Utara.
IDAI. (2020). Buku Ajar kardiologi Anak Edisi Kedua. Jakarta Pusat: Ikatan Dokter
Anak Indonesia.
Nugroho, S., & Arafuri, N. (2019). Gagal Jantung pada Penyakit Jantung Bawaan:
Perubahan Hemodinamik dan Tatalaksana. Pediatric Cardiology Update VII,
(p. 15). Palembang.
PERKI. (2016). Gagal Jantung Kongestif Pada Anak. PERKI, 233.
PERKI. (2018). Gagal Jantung Kongestif Pada Anak. PERKI, 233.
Willim, H. A., Cristanto, Prahasti, D. S., Cipta, H., & Utami, A. A. (2020). Aspek
Klinis Tatalaksana Gagal Jantung Pada Anak : Tinjauan Pustaka. Isainsmedis.

Anda mungkin juga menyukai