Disusun Oleh :
Dwiky Ananda Ramadhan
1102017076
Pembimbing :
dr. Dani Kurnia, Sp. A
Gagal jantung adalah suatu sindroma klinik akibat kelainan jantung sehingga
jantung tidak mampu memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh. Gagal jantung
ditandai dengan suatu bentuk respons hemodinamik, ginjal, saraf dan hormonal
yang nyata, serta suatu keadaan patologik berupa penurunan fungsi jantung
(Nugroho & Arafuri, 2019).
Terminologi gagal jantung diartikan sebagai jantung tidak berfungsi dengan
baik diakibatkan oleh kelainan struktural atau fungsional sehingga ventrikel tidak
mampu memompa darah keseluruh tubuh secara optimal. Gagal jantung bisa
terjadi pada semua usia dimulai dari neonatus, anak di bawah usia 5 tahun, anak
usia sekolah, remaja dan dewasa. Berbeda dengan dewasa, gagal jantung pada
anak disebabkan oleh berbagai macam etiologi dengan gambaran klinis yang
beragam. Pada anak, penyebab gagal jantung terbanyak yaitu kelainan kongenital
atau penyakit jantung bawaan (PJB) dengan insidensi 8/1000 kelahiran hidup dan
20% dari kelainan kongenital ini menyebabkan gagal jantung. Makalah ini
bertujuan menjelaskan perubahan hemodinamik yang terjadi pada PJB yang akan
menimbulkan gejala gagal jantung beserta tatalaksananya (Nugroho & Arafuri,
2019).
1.1 Definsi
Gagal jantung adalah suatu sindroma klinik akibat kelainan jantung sehingga
jantung tidak mampu memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh. Gagal jantung
ditandai dengan suatu bentuk respons hemodinamik, ginjal, saraf dan hormonal yang
nyata, serta suatu keadaan patologik berupa penurunan fungsi jantung (Nugroho &
Arafuri, 2019).
1.2 Etiologi
Etiologi gagal jantung pada anak berbeda halnya dengan etiologi gagal
jantung kongestif pada dewasa. Pada dewasa Sebagian besar gagal jantung
disebabkan karena gagal ventrikel kiri sebagai akibat penyakit arteri koroner,
hipertensi, dan aritmia. Penyebab terbanyak gagal jantungpada anak adalah kelainan
structural jantung bawaan dan kardiomiopati yang tanpa disertai kelainan structural
(IDAI, 2020).
Gambar 2. Gejala gagal jantung pada anak (Nugroho & Arafuri, 2019).
Pada praktek klinis, diperlukan dokumentasi tingkat keparahan gagal jantung
dan bila perlu stratifikasi gejala gagal jantung untuk memfasilitasi pemantauan
perkembangan penyakit dan manajemen pasien. Gagal jantung pada anak dapat
diklasifikasikan menjadi kelas I-IV berdasarkan tingkat keparahan gejala. Klasifikasi
modifikasi Ross digunakan pada anak usia < 6 tahun. Klasifikasi New York Heart
Association (NYHA) yang biasanya digunakan pada orang dewasa dapat digunakan
pada anak usia > 6 tahun.
Tabel 1. Klasifikasi Ross untuk gagal jantung pada bayi sesuai NYHA (IDAI,
2020).
Keterangan:
Tanpa gagal jantung : 0-2 poin
Gagal jantung ringan : 3-6 poin
Gagal jantung sedang : 7-9 poin
Gagal jantung berat : 10-12 poin
Kriteria Skor 0 1 2
Riwayat
Diaporesis Hanya di kepala Kepala & badan Kepala & badan
saat aktivitas saat istirahat
Takipnea Jarang Kadang-kadang Sering
Pemeriksaan fisik
Pernapasan Normal Retraksi Dispnea
Laju napas
1-6 thn <35 35-45 >45
7-10 thn <25 25-35 >35
11-14 thn <18 18-28 >28
Laju jantung
1-6 thn <105 105-115 >115
7-10 thn <90 90-100 >100
11-14 thn <80 80-90 >90
Hepatomegali <2 cm 2-3 cm >3 cm
Terapi umum
Medikamentosa
Ada tiga golongan utama obat yang sering digunakan sebagai terapi gagal jantung
pada bayi dan anak, yaitu golongan inotropic, diuretic, penurun afterload, dan
penghambat beta.
1. Obat Inotropik
a. Digitalis (Digoksin)
Digoksin dapat diberikan secara intravena dengan dosis 75% dosis oral.
Digitalisasi cepat diberikan denagn pemberian awal setengah dosis digitalisasi total
kemudian dilanjutkan dengan seperempat dosis digitalisasi total setelah 8 jam,
kemudian sisanya diberikan setelah 8 jam lagi. Dosis rumatan diberikan 12 jam
estelah dosis digitalisasi total selesai.
Dosi rumatan diberikan dalam dua dosis terbagi per hari pada usia di bawah
10 tahu, sedangakn pada usia di atas 10 tahun dapat diberi sebagai dosis tunggal per
hari. Pada kasus gagal jantung yang ringan, tidak diperlukan dosis digitalisasi, tetapi
dapat langsung diberikan dosis rumatan.
Dosis terapeutik pada bayi dan anak adalah 1-3 µg/ml bila sampel darah diambil 12
jam setelah dosis terakhir. Karena beda antara dosis terapi dan dosis toksis sempit,
maka bahaya intoksikasi digitalis seperti muntah, mual, harus selalu diingat.
Inotropik
Epinefrirn
Dobutamin
Milrinon
Milrinon termasuk dalam penghambat fosfodiesterase-3 (PDE-3) dengan cara
menghambat 3’5’ siklik adenosin monofosfat (cyclic AMP) intraselular. Dengan
meningkatnya siklik AMP di dalam sel akan mengakibatkan vasodilatasi oerifer dab
coroner, peningkatan kontraktillitas miokardium, dan meningkatkan fungsi relaksasi
miokardium.
Levosimendan
Fenoksibenzamin
Neseritid
Furosemid
Antagonis aldosterone
Berdasarkan tempat bekerjanya pada pembuluh darah, obat vasodilator dapat dibgi
menjadi tiga kelompok, yaitu:
Dilator arteri
Dilator vena
Dengan cara kerja menurunkan tekanan darah sistemik dan pulmonal, dan
mengurangi bedungan vena, tetapi tidak meningkatkan curah jantung secara
langsung. Nitrat dan nitrogliserin merupakan preparat yang sering digunakan pada
pasien gagal jantung dengan edema paru akibat regugitasi katup mitral atau aorta.
Dilator arteri-vena
Ace inhibitor biasa digunakan pada anak dengan gagal jantung kronis yang
berat. Sedangkan nitroprusid terutama digunakan pada hipertensi ulmonal pasca
bedah jantung.
Dosis kaptopril yang dianjurka adalah 0,1 sampai 0,3 mg/kg BB tiga kali
sehari, dan dosis enalapril 0,1 sampai 0,3 mg/kg BB sehari sekali.
4. Penghambat beta
Carvedilol mulai banyak dipakai sebagai pilihan terapi oleh karena dapat
memberikan berbagai efek yang menguntuntungkan seperti menurunkan laju jantung,
meningkatkan fraksi ejeksi, menurunkan aktivitas neurohormonal, menurunkan
konsumsi oksigen miokardium dan secara nyata menurunkan risiko kemarian dan
masuk rumah sakit oleh karena gagal jantung.
Dosis carvedilol yang dianjurkan adalah 0,05 mg/kg BB/dosis diberikan
setiap 12 jam denagn dosis maksimal 0,4 mg/kg BB/ dosis.
Pengobatan kombinasi
Gagal jantung derajat berat seringkali tidak dapat diatasi dengan obat tunggal,
dan memerlukan pengobatan kombinasi antara obat inotropic dan pbat yang
mengurangi beban jantung. Penambahan inotropic saja seperti pemberian digoksin,
terutama hanya akan meningkatkan volume sekuncup dengan dampak minimal pada
tekanan pengisian (sehingga pasien masih menunjukkan gejala kongestif)
Intervensi
Bedah
Non-Bedah
Indikator Medis
80% pasien yang teratasi dengan obat-obat mempunyai LOS <7 hari
90% pasien yang memerlukan intervensi non bedah LOS <10 hari
90% pasien yang memerlukan intervensi bedah LOS <14 hari
DAFTAR PUSTAKA
Amelia, P. (2019). Gaal Jantung Kongestif Pada Anak. Universitas Sumatera Utara.
IDAI. (2020). Buku Ajar kardiologi Anak Edisi Kedua. Jakarta Pusat: Ikatan Dokter
Anak Indonesia.
Nugroho, S., & Arafuri, N. (2019). Gagal Jantung pada Penyakit Jantung Bawaan:
Perubahan Hemodinamik dan Tatalaksana. Pediatric Cardiology Update VII,
(p. 15). Palembang.
PERKI. (2016). Gagal Jantung Kongestif Pada Anak. PERKI, 233.
PERKI. (2018). Gagal Jantung Kongestif Pada Anak. PERKI, 233.
Willim, H. A., Cristanto, Prahasti, D. S., Cipta, H., & Utami, A. A. (2020). Aspek
Klinis Tatalaksana Gagal Jantung Pada Anak : Tinjauan Pustaka. Isainsmedis.